TINJAUAN PUSTAKA
A. HOSPITAL BY LAW
Istilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata ‘Hospital’ dan ‘Bylaws’. Kata
‘Hospital’ mungkin sudah cukup familiar bagi kita, yang berarti rumah sakit. Sementara
kata ‘Bylaws’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The
corporation. Pengertian lainnya, Bylaws means a set of laws or rules formally adopted
Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapat disimpulkan sebagai peraturan dan
ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk mengatur para anggota-
anggotanya. Keberadaan HBL memegang peranan penting sebagai tata tertib dan
menjamin kepastian hukum di rumah sakit. Ia adalah ‘rules of the game’ dari dan dalam
Pengertian atau definisi Hospital bylaws (HBL) atau Peraturan Internal Rumah
sakit atau Status rumah sakit adalah ketentuan ketentuan tertulis yang mengatur tentang
organisasi, kedudukan, peran, tugas, kewajiban tiga unsur pokok dari entitas rumah sakit,
bahwa terminology peraturan internal rumah sakit bukan barasal dari bahasa Indonesia
dan sulit dicari padanan katanya maka perlu dirujuk referensi yang “authoritative” dalam
bidang hokum dan bidang perumah sakitan. Pembuatan definisi peraturan internal rumah
sakit haruslah ekstra hati-hati, karena menyangkut sebuah produk hukum yang spesifik.
Untuk itu perlu diperhatikan peraturan internal rumah sakit dari sumber yang
Dari sumber tersebut dapat diidentifikasi hakekat dari sebuah peratutaran internal rumah
pemeran utama dalam peraturan internal rumah sakit menurut JCAHO (Joint
determine its policies and control its activities (Black’s) Karakteristik “governing body”
kekuasaan tertinggi dalam suatu rumah sakit adalah pemilik atau yang mewakili. Oleh
karena itu pengertian “governing body” di Indonesia dapat diartikan sebagai pemilik
atau yang mewakili. Mengingat pemilik atau yang mewakili merupakan pemeran utama
dalam pearturan internal rumah sakit, maka yang berwenang menetapkan peraturan
internal rumah sakit adalah pemilik atau yang mewakili, karena itu peratauran sebuah
rumah sakit merupakan produk hukum dari suatu organ yang lebih tinggi daripada
direktur rumah sakit, dan konsekuensi logisnya peraturan internal tersebut tidak memuat
sebuah rumah sakit, dan secara yuridis hal ini tidak dapat dicampur dengan aturan yang
seharusnya ditetapkan oleh eksekutif (direktur rumah sakit) dalam satu produk
mempunyai peratutan internal rumah sakit karena untuk memenuhi akreditasi rumah
sakit. Rumah sakit telah menyusun berbagai kebijakan dan prosedur. padahal yang
dimaksud dengan peraturan internal rumah sakit bukan teknis operasional tersebut,tetapi
lebih mengatur pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis.Tiga
unsure tersebut yaitu pemilik rumah sakit atau yang mewakili,direktur rumah sakit dan
staf medis merupakan “triad” atau tiga tungku sejerangan” sehingga perlu ada
pengaturan yang jelas agar fungsi bisnis dan fungsi IPTEK dapat berjalan selaras,yang
Saat ini rumah sakit diseluruh Indonesia harus ber akreditasi. Akreditasi
ijinnya. Salah satu syarat akreditasi rumah sakit adalah rumah sakit harus mempunyai
Hospital bylaws dan medical staff bylaws. Jadisemua rumah sakit harus mengetahui cara
membuat atau menyusun Hospital bylaws dan medicalstaff bylaws. Melihat hal ini
akreditasi tetapi dengan tujuan yang lebih dalam maknanya yaitu untuk melindungi
rumah sakit dari tunututan hukum,dimana rumah sakit bukan lagi sebagai lembaga sosial
yang kebal hukum,tetapi bergeser menjadi lembaga yang dapat dapat sebagai subyek
peratutan tentang hospital by law perubahan paradigma ini terjadi di Indonesia pada awal
tahun 90an,dimana rumah sakit sebagai unit social semata,tetapi menjadi unit sosio
ekonomi. Rumah sakit tetap mempunyai tanggung jawab social tetapi dalam pengelolaan
sebelumnya hanya boleh didirikan oleh badan hukum yayasan atau badan social
lainnya,sejak tahun 1990 perseroan terbatas (PT) baik penanaman modal dalam negeri
maupun penanaman modal asing dapat mendikan rumah sakit.Disisi lain rumah sakit
pemerintah baik milik departemen kesehatan maupun milik pemerintah daerah secara
bertahap menjadi unit swadana,perubahan perubhan ini semakin nampak terlihat di era
otonomi daerah.
B. MANAJEMEN MUTU
1. Mutu Pelayanan
a. Pengertian mutu pelayanan
Mutu pelayanan adalah derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan dan masyarakat konsumen.
a) Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
b) Sasaran Keselamatan Pasien
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar
2) Meningkatkan komunikasi yang efektif
3) Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan
pembedahan pada pasien yang benar
5) Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Mengurangi resiko cidera pasien akibat terjatuh
c) Tujuan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Tujuan “Patient safety” adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.
d) Tugas Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
1) Menyusun program dan rencana kerja komite penimgkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien di seluruh
unit kerja rumah sakit dan membagi tugas anggota komite mutu rumah sakit
3) Membuat laporan hasil pemantauan data mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit dan membuat agregat data mutu dan keselamatn untuk kepentingan analisis
4) Berpartisipasi aktif dalam setiap aktivitas pembuatan rancangan baru atau
modifikasi sistem/proses-proses pelayanan di rumah sakit.
D. MANAJEMEN RESIKO
MEMBANGUN KOMITMEN
IDENTIFIKASI RESIKO
ANALISIS RESIKO
INTERVENSI RESIKO
A. Pengertian
B. Tujuan
untuk melihat kejadian (peristiwa) yang mungkin terjadi di sebuah organisasi rumah sakit
yang dapat menyebabkan kerugian dimasa yang akan datang. Hal yang perlu diingat:
perlu data yang akurat, keterukaan, kejujuran da proporsional. Diperlukan sistem yang
dapat menyediakan data dan udaya yang mengarah pada keterbukaan dan kejujura .
proporsional yang mengarah pada keterbukaan dan kejujuran. historis, atau kelompok
kerja.
Analisis Risiko Metode "Matriks Grading Rislko"
Penilaian dengan matriks grading risiko adalah metode anisis kualltatif untuk
menentukan derajat risiko suatu keladian (event) berdasarka 2 hal yaitu dampak dan
probailitas (frekuensi).
pada pasien akibat adanya suatu kejadian (events), mulai dari tidak ada cedera
sampai meninggal. Dampak juga menggambarkan konsekuensi negative dari
keseringan kejadian.
Tingkat Deskripsi
Resiko
1 Sangat jarang terjadi (> dari 5 tahun sekali)
2 Jarang terjadi (> 2-5 tahun sekali)
3 Mungkin terjadi (1-2 tahun sekali)
4 Sering terjadi (beberapa kali dalam 1 tahun)
5 Sangat sering terjadi ( tiap hari / tiap minggu / tiap bulan).
Proabilitas Dampak
1 2 3 4 5
5 TINGGI Ekstrim Ekstrim
4
TINGGI Ekstrim Ekstrim
3 RENDAH TINGGI Ekstrim Ekstrim
No Tingkat Tindak
1 Ekstrim
Dilakukan root cause analysis (RCA) paling lama 45 hari, memutuhkan tindaka
segera dan perhatian sampai ke Direktur
2 Tinggi
Dilakukan root cause analysis (RCA) paling lama 45 hari, analisis dengan detail
dan memerlukan tindakan segera serta memutuhkan perhatian top manajer.
3 Modera
t Dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu. Manajer / pimpina klinis
menilai dampak terhadap biayadan kelola resiko.
4 Rendah
Dilakukan investasi sederhana paling lama 1 minggu, yang diselesaikan dengan
prosedur rutin.