Menurut Joseph de Chiara dan John Hancock Calendar dalam Time Saver Standards for Building Type
(1981:577), jenis-jenis dari pusat perbelanjaan adalah sebagai berikut :
1. Neighbourhood Center
Merupakan deretan pertokoan yang biasanya berbentuk linier, sejajar dengan jalan raya, dan
fasade toko yang menghadap ke arah jalan tersebut, dengan parkir di antaranya. Perkembangan
baru dari jenis ini adalah unit-unit pertokoan berbentuk mini mall.
2. Intermediate/Communit-Size Center,
Merupakan pertokoan yang juga berbentuk linier tetapi lebih besar daripada neighborhood center
dan sering disebut junior department store. Bentuk parkir sama dengan neighborhood center.
3. Regional Center
Terdiri dari satu sampai empat department store atau supermarket lima puluh sampai seratus
lebih toko-toko satelit dan fasilitas lain, yang semua menghadap ke jalur pejalan kaki utama (mall).
Bangunan ini terletak di daerah sub-urban.
4. Renewal Project
Merupakan pusat pertokoan yang terletak di pusat kota (downtown) yang merupakan bangunan
bertingkat yang terdiri dari department store dan pertokoan. Pusat perbelanjaan ini dihubungkan
langsung dengan fasilitasfasilitas lain seperti hotel, kantor, teater, tempat parkir, dan lain- lain.
Karena mahalnya harga lahan biasanya areal parkir dibuat multidecked, di bawah atau akan lebih
baik bila di samping pusat perbelanjaan.
Individu yang melakukan kegiatan dalam mall dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Berdasarkan dari jenis barang yang dijual ( Design for shopping Centers, Nadine Beddington) :
1. Demand (Permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang merupakan kebutuhan
pokok.
2. Semi Demand (Setengah Permintaan), yaitu menjual barang-barang untuk kebutuhan tertentu
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Impuls ( Barang yang Menarik ), yaitu yang menjual barang-barang mewah yang menggerakkan
hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4. Drugery, yaitu menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum, dan lainlain.
Prinsip Dasar Shopping Mall (De Chiara, Joseph & Jhon Hancoc Callender, Time Saver Standards for
Building Types, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1981, hal 578).
1. Terdiri dari jalur pejalan kaki utama (pedestrian way) atau dikenal sebagai koridor utama dengan
satu atau lebih tambahan jalur pejalan kaki atau koridor tambahan yang berhubungan dengan
koridor uama dan lokasi parkir atau jalan yang berdekatan.
2. Semua toko menghadap dan memiliki pintu masuk kea rah koridor utama ataupun koridor
tambahan.
3. Untuk mengatasi masalah parkir karena tingginya harga dan semakin berkurangnya lahan bagi
suatu shopping mall, maka dapat disediakan bangunan parkir bertingkat (double decked) atau
besment, disamping parkir secara konfensional.
Kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana ini akan berkaitan juga dengan daya dukunglingkungan dan
jalan yang ada di sekitar bangunan sarana tersebut. Besaran kebutuhan ruang dan lahan menurut
penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:
a. warung / toko
Luas lantai yang dibutuhkan 50 m termasuk gudang kecil dengan skala pelayanan unit RT = 250
penduduk. Apabila merupakan bangunan tersendiri (tidak bersatu dengan rumah tinggal), luas
tanah yang dibutuhkan adalah 100 m2. Yang menjual barang barang kebutuhan sehari-hari.
pertokoan (skala pelayanan untuk 6.000 penduduk) Luas lantai yang dibutuhkan 1.200 m2.
Yang menjual barang barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan
jasa seperti wartel dan fotocopy. Dengan luas tanah yang dibutuhkan 3000 m2. Bangunan
pertokoan ini harus dilengkapi dengan:
1. tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama kegiatan lain pada pusat
lingkungan;
2. sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan kegiatan warga;
3. pos keamanan
b. pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan 30.000 penduduk)
Luas tanah yang dibutuhkan: 10.000 m2 Bangunan pusat pertokoan / pasar lingkungan ini harus
dilengkapi dengan:
1. tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
2. terminal kecil atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan;
3. pos keamanan;
4. sistem pemadam kebakaran;
5. musholla/tempat ibadah.
c. pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kelurahan 120.000 penduduk) Luas tanah
yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Bangunan pusat perbelanjaan harus dilengkapi:
a. tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
b. terminal atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan;
c. pos keamanan;
d. sistem pemadam kebakaran;
e. musholla/tempat ibadah.
Bentuk pusat perbelanjaan menurut Rubenstain. M. Harvey, 1978 Dengan meninjau bentukan
arsitekturnya, pusat perbelanjaan dapat dibagi atas 3, yaitu :
b. Pusat perbelanjaanKomposit
Pusat perbelanjaan dengan bagian yang terbuka dan tertutup.Bagian yang tertutup diletakkan di
tengah sebagai pusat dan menjadi magnet yang menarik pengunjung untuk masuk ke pusat
perbelanjaan.
c. Pusat perbelanjaantertutup
Pusat perbelanjaantertutup adalah mal dengan pelingkup atap.Keuntungannya berupa
kenyamanan dengan kontrol iklim, dan kerugiannya adalah biaya menjadi sangat mahal dan
terkesan menjadi kurang luas.
Berdasarkan International Council of Shopping Center (1999) mengklasifikasikan shopping mall
menjadi dua bagian berdasarkan fisiknya, yaitu:
1. Strip Mall / Open Mall
Strip mall atau biasa dengan disebut shopping plaza adalah pusat perbelanjaan terbuka dengan
deretan unit-unit retail pada umumnya terdiri dari 1-2 lantai yang bersusunan sejajar (berderet
lurus maupun membentuk konfigurasi U atau L) dengan area pejalan kaki yang terbuka
ditengahnya yang menghubungkan antar unit-unit retail yang saling berhadapan. Dengan
semakin minimnya lahan terutama di daerah perkotaan, tipe strip mall ini berubah menjadi
unit-unit retail dengan parkir kendaraan yang terletak di depannya, menyesuaikan dan
mengoptimalisasi lahan yang ada.
2. Shopping Mall / Closed Mall
Shopping mall biasanya disebut dengan mall adalah tipikal pusat perbelanjaan yang bersifat
tertutup / indoor yang berisi unit-unit retail dan pada umumnya disewakan. Biasanya Mall
merupakan multi-storey building atau terdiri lebih dari 2 lantai, yang dikarenakan mall
dibangun di tengah kota dimana lahannya yang sangat terbatas tetapi tuntutan fungsinya tetap
banyak, sehingga pembangunan mall harus dilakukan secara vertikal. Dan Untuk menambah
kenyamanan pengunjung, mall sudah menggunakan bantuan teknologi seperti pengatur suhu
ruangan ( AC ), material-material yang bagus untuk dipandang, dll
Fasilitas pendukung pada pusat perbelanjaan yaitu : (Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 1983. Time Saver
Standart For Building Types. 4th penyunt. Singapore: McGraw - Hill Book Co. hlm.713)
a. Fasilitas Perbelanjaan
Berdasarkan lingkup pelayanan skala regional (150.000-400.000) fasilitas katagori ini meliputi
50-100 unit retail, supermarket dan departement store.
b. Fasilitas Rekreasi
Fasilitas yang biasanya ada dibedakan menurut :
- Kesenangan meliputi Foodcourt, restaurant, fast food, dan kafe.
- Hiburan meliputi Bioskop, auditorium, comunity center.
- Ketangkasan meliputi arena permainan dan game.
Pemilihan lokasi Time saver 2001 Josep de Chaira dan Michael J.Crosbie