Anda di halaman 1dari 20

SISTEM PRASARANA KOTA

PENANGANAN LIMBAH PADA INDUSTRI


PEMINDANGAN IKAN DESA BAJOMULYO
KECAMATAN JUWANA PATI
Dika Fitriyati-21020120410001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya maka penulis dapat

menyelesaikan Tugas Sistem Prasarana Kota. Tersusunnya laporan ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Agung Budi Sardjono, M. T. selaku dosencoordinator mata kuliah Sistem Prasarana Kota

2. Prof. Dr. Ing. Ir. Gagoek Hardiman selaku dosen pengampu Sistem Prasarana Kota

3. Bapak Dr. Eng. Bangun Indrakusumo Radityo Harsritanto, S.T., M. T. selaku dosen pengampu Sistem Prasarana Kota

4. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila dalam naskah laporan ini terkandung materi yang kurang berkenan atau

mengandung kesalahan yang tidak disengaja.

Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Departemen

Arsitektur Universitas Diponegoro, serta bermanfaat kepada masyarakat.

Pati, 15 Maret 2021

Penulis
TABLE OF CONTENT

Sistem
Latar Tinjauan Studi Gambaran
Urgensi Penanganan
Belakang Pustaka Kasus Umum
Limbah
LATAR
BELAKANG
Salah satu industry yang dalam proses produksinya masih menggunakan cara tradisonal dan banyak menghasilkan

limbah adalah industry pemindangan ikan. Di Jawa Tengah, salah satu daerah yang banyak menghasilkan ikan

pindang adalah Kabupaten Pati. Menurut data dari Dislautkan Kab. Pati (2013), industry pemindangan ikan di

Kabupaten Pati memiliki kurang lebih 100 unit pengolahan ikan atau sekitar 18,52% dari total industri pengolahan

ikan di Kabupaten Pati. Hasil produksi ikan pindang di Kabupaten Pati mencapai 43kilo ton pada tahun 2011,

dimana jumlah ini mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2010 yang hanya menghasilkansekitar 27 kilo ton

ikan pindang. Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan akan ikan pindang terus meningkat.Industri

pemindangan ikan di Kabupaten Pati tersebar di 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Juwana, Kecamatan

Tayu, Kecamatan Wedarijaksa, Kecamatan Pati, Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Margoyoso, Kecamatan

Batangan dan Kecamatan Jakenan. Dari total industri pemindangan di 8 kecamatan tersebut, 47,12% nya terdapat

di Kecamatan Juwana yang tersebar beberapa desa, diantaranya 24,09% terdapat di Desa Dukutalit dan 21,69% di

Desa Bajomulyo (Dislautkan Kab. Pati 2013).

Proses pemindangan ikan di Kabupaten Pati rata-rata dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang

sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan kehigienisan sehingga dikhawatirkan akan berdampak

pada kesehatan dan lingkungan sekitar industri pengolahan ikan tersebut. Dampak lingkungan yang umum terjadi

sebagai akibat dari kegiatan pemindangan ikan adalah limbah cair yang dihasilkan dari proses pencucian dan

perebusan ikan dengan garam.


TINJAUAN PUSTAKA
Ikan merupakan komoditas bahan pangan yang tergolong mudah dan cepat mengalami penurunan mutu

(perishable food). Hal ini dikarenakan tingginya kandungan protein dan air pada tubuhnya. Proses pembusukan

ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh ikan sendiri, aktivitas mikroorganisme

atau proses oksidasi pada lemak tubuh ikan oleh oksigen dari udara. Aktivitas mikroorganisme terjadi pada

seluruh lapisan daging ikan, terutama insang, isi perut dan kulit (Millah dan Sukesi, 2009).

Pemindangan ikan adalah salah satu cara mengawetkan ikan secara sederhana dan singkat, dengan

memanfaatkan sifat- sifat kimiawi terutama penggunaan suhu yang merupakan prinsip dasar dalam bidang

pengolahan hasil perikanan. Jenis ikan yang sering dijadikan pindang adalah kembung (Rastrelliger), Layang

(Decapterus), Tongkol (Euthynnus) atau Caranx sp. Ikan pindang dari Kabupaten Pati dikenal memiliki rasa yang

gurih tidak terlalu asin sehingga cocok digunakan sebagai lauk untuk pemenuhan kebutuhan protein harian. Hal

inilah yang menyebabkan industri pemindangan ikan tetap bertahan dan semakin berkembang. Permintaan

pasar akan ikan pindang terus mengalami peningkatan (Astuti, 2015).

Adapun tujuan utama proses pengolahan pemindangan ikan (Media Penyuluh Perikanan Pati, 2013) adalah :

1. Mencegah/memperlambat proses pembusukan terutama pada saat produksi melimpah. Khusus untuk wilayah

pesisir yaitu hasil penangkapan pada musim ikan bulan juli dan Agustus.

2. Menambah nilai jual produk mentah menjadi bahan olahan.

3. Mempertahankan kualitas / mutu dan meningkatkan harga jual ikan.

4. Meningkatkan pendapatan bakul ikan.

5. Membuat nilai tambah sehingga dapat meningkatkan penjualan


TINJAUAN PUSTAKA
Industri pemindangan ikan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan atau menjaga kualitas dan

harga jual ikan (Larasati, 2007). Pengolahan ikan pindang atau pemindangan merupakan salah satu cara

pengolahan atau pengawetan ikan secara tradisional yang cukup populer di Indonesia, dan dalam urutan hasil

olahan tradisional menduduki tingkat kedua setelah ikan asin (Komariyah, 2004).

Soeyanto dalam Larasati (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pembuatan ikan pindang yaitu:

a. Pemindangan sistem Bawean;

b. Pemindangan sistem Muncar;

c. Pemindangan dengan besek; dan

d. Pemindangan dengan sistem gantung.

Limbah cair industri perikanan mengandung banyak bahan organik yang dihasilkan dari proses pengolahan ikan

(Uju et al. 2018).

Kandungan bahan organik pada limbah cair perikanan dapat menimbulkan masalah lingkungan karena

menimbulkan polusi berat pada perairan (Scott dan Hui 2004).

Limbah perikanan khususnya limbah cair, biasanya langsung dibuang ke lingkungan dan dapat menyebabkan

pencemaran serta menimbukan bau yang mengganggu estetika lingkungan (Wijatmoko, 2004).

Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan untuk memelihara kualitas

lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan manusia.
S i l a K
o g u l i
og g n
Kant or TPI
STUDI
Juwa na
KASUS
Desa Bajomulyo merupakan salah satu desa di Kecamatan Juwana yang menjadi sentra ikan pindang di Kabupaten Pati.

Menurut data Dislautkan Kab. Pati (2013), setiap harinya 2 – 3 ton ikan pindang dan akan meningkat sampai 5 ton/hari

saat bulan puasa. Industri ikan pindang di Desa Bajomulyo, Juwana rata-rata memiliki jumlah pekerja sekitar 40-50 orang.

Pemindangan ikan terpusat di RT 3 RW 1 Desa Bajomulyo. Beberapa industri pemindangan ikan tersebut sudah melakukan

pemindangan ikan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu dan merupakan salah satu aktivitas ekonomi warga Desa

Bajomulyo. Industri pemindangan ikan banyak dilakukan di area TPI Bajomulyo yang lokasinya berbatasan dengan Sungai

Juwana. Pemilihan lokasi di area TPI Bajomulyo berdasarkan kemudahan akses, baik akses dalam mendapatkan bahan

baku berupa ikan, maupun akses dalam membuang limbah cair.


GAMBARAN UMUM
STUDI KASUS

Pada lokasi indutri pemindangan ikan desa bajomulyo ini untuk akses jalannya disediakan jalan cor beton dengan lebar 5 meter

dimana jalan tersebut merupakan hasil perbaikan jalan pada tahun 2019 dari jalan sebelumnya yakni jalan aspal, yang dulunya

sering mengalami kerusakan atau jalan menjadi berlubang yang dapat mengganggu aktivitas pendistribusian bahan, alat mauun

hasil dari industri pemindangan ikan ini, hal tersebut disebabkan karena air sisa penyortiran ikan pindang ataupun tumpahan air

hasil pemindangan ikan yang menggenangi lantai bangunan pemindangan kemudian dibuang menuju ke jalan yang berada

didepan bangunan tersebut, akibatnya jalan aspal yang merupakan jalan desa menjadi gampang berlubang walaupun sering

ditambal dengan aspal, sehingga pemerintah desa berinisiatif untuk memperbaiki jalan tersebut dengan menggantinya menjadi

jalan cor beton, dan menghimbau pemilik industri pemindangan ikan untuk membuat saluran drainase sendiri yang kemudian di

salurkan ke pipa dan dibuang ke drainase desa. Drainase dengan lebar satu meter yang berada di sisi sepanjang jalan desa

tersebut, drainase tersebut cukup dapat mengatasi genangan hasil air hujan pada jalan tersebut, buktinya tidak pernah terjadi

luapan air ke jalan desa di lingkungan industri pemindangan ikan tersebut. Untuk sumber air bersih yang digunakan dilingkungan

ini menggunakan air dari PDAM, perusahaan air negara tersebut telah menyediakan saluran pipa nya hingga ke lingkungan ini,

mengingat banyaknya industri yang terdapat di lingkungan ini yang membutuhkan sumber air bersih.
GAMBARAN UMUM
STUDI KASUS

Pada kawasan ini memang terdapat beberapa Transportasi bagi pekerja yang rumahnya jauh Setiap pemilik industri pemindangan ikan

pabrik industri sehingga membutuhkan supply dari lokasi industri ini disediakan mobil pickup oleh menyediakan fasilitas toilet untuk para

energi listrik yang besar, sehingga perusahaan masing masing pemilik yang difungsikan sebagai pekerjanya, akan tetapi fasilitas toilet tersebut

listrik negara menempatkan beberapa tiang listrik transportasi feeder dengan tujuan halte angkot sangatlah tidak layak untuk digunakan terlihat

di sisi sepanjang jalan di lingkungan tersebut, yang berada di pasar juwana, untuk transportasi dari bentuk fisiknya yang terlihat kotor, tidak

begitu pula dengan industri pemindangan ikan ini umum sendiri memang belom menjangkau terawat, sempit, terlalu terbuka, hal tersebut

juga menggunakan sumber dari PLN secara resmi hingga lingkungan industri ini, bagi pekerja yang dapat mengganggu kondisi kesehatan pekerja

untuk supply energi listriknya. rumahnya dekat memilih menggunakan sepeda karena bakteri yang terdapat di toilet tersebut
URGENSI
Kegiatan usaha perikanan mulai dari pendaratan ikan segar, penanganan dan

pengolahan ikan umumnya selalu menghasilkan limbah, baik limbah cair, limbah

padat maupun udara (berupa bau tak sedap). Limbah dari industri pengolahan hasil

perikanan termasuk industri bahan pangan yang mengandung senyawa organik

tinggi sehingga mudah mengalami pembusukan oleh mikroorganisme yang pada

akhirnya berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Hal ini sesuai dengan

penelitian Sudarmaji dalam Hikamah dan Mubarok (2012), yang menyatakan bahwa

jika air limbah industri pemindangan ikan dibuang ke sungai akan menyebabkan

pencemaran air sungai dikarenakan polutan yang terdapat pada air limbah tersebut

serta limbah padat maupun udara (berupa bau tak sedap).

Dalam menyikapi hal tersebut diperlukan suatu kajian mengenai penanganan limbah

pada industri pemindangan ikan desa Bajomulyo sehingga pihak terkait dapat

melakukan upaya perbaikan kualitas lingkungan salah satunya dengan melakukan

penanganan dan pengelolaan limbah dengan cara yang tepat.


Untuk bangunan pabrik, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan

responden yakni pemilik pemindangan ikan pindang ditemukan bahwa ke 8 bangsal

pemindangan ikan yang terdapat di desa Bajomulyo ini semuanya hanya

menggunakan bangunan semipermanen. Bangunan semipermanen ini biasanya

berdinding setengah bata setengah anyaman bambu dan beratap asbes. Terdapat 6

bangsal atau 75% dari total populasi memiliki dinding dalam kondisi kotor, kusam

dan tidak mudah dibersihkan, untuk kondisi langit-langit pada semua bangsal pun

dalam keadaan kotor dan terlihat hitam akibat asap dari hasil proses pemindangan

ikan karena langit langit pada bangsal tidak dirancang untuk mencegah akumulasi

kotoran dan semua bangsal dalam kasus ini berarti ke 8 bangsal di industri

pemindangan ikan desa Bajomulyo ini dengan kondisi lantai yang masih berupa

rabat beton.

Hal diatas tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, dimana

Unit Pengolahan Ikan harus mempunyai ruang kerja yang cukup untuk melakukan

kegiatan dengan kondisi yang hygienis, harus mampu menghindari kontaminasi

KONDISI FISIK terhadap hasil perikanan, terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang

bersih dan ruang penanganan hasil perikanan kotor.

BANGUNAN
SISTEM PENANGANAN LIMBAH

STUDI KASUS : INDUSTRI PEMINDANGAN IKAN

DESA BAJOMULYO KEC JUWANA


Pada proses pemindangan ikan dihasilkan beberapa limbah saat proses produksinya, baik limbah padat maupun

limbah cair. Limbah padat dihasilkan saat penanganan bahan baku (thawing) jika bahan baku yang digunakan

berasal dari cold storage. Pada proses tersebut dihasilkan limbah padat berupa kardus dan plastik pembungkus

ikan. Dari proses pencucian dan penyortiran ikan menghasilkan limbah padat berupa ikan yang tidak utuh atau

bagian tubuh ikan yang tidak bisa digunakan pada proses produksi selanjutnya, serta limbah cair berupa air hasil

pencucian ikan. Proses selanjutnya adalah perebusan ikan dalam larutan garam. Pada proses ini dihasilkan limbah

cair berupa air sisa perebusan yang pekat, berbuih dan berwarna cokelat. Air limbah hasil perebusan ikan ini

mengandung protein terlarut tinggi. Limbah padat seperti kardus dan plastik bekas pembungkus ikan serta ikan yang

tidak tersortir dan masih banyak ditemukan ceceran bagian-bagian tubuh ikan yang pada akhirnya menjadi limbah.

Di akhir produksi, ceceran bagian tubuh ikan ini akan disapu menggunakan air yang pada akhirnya bercampur

dengan air cucian ikan. Untuk limbah padat sendiri di lakukan penanganan dengan dibuang ke tempat pembuangan

sementara yang berada di sebelah tengah deretan bangunan pemindangan ikan. Kemudian setiap seminggu dua

kali di ambil oleh truk tukang sampah (sama dengan truk sampah hasil rumah tangga di sekitarnya), hal tersebut

memunculkan permasalahan dimana seharusnya limbah hasil produksi pemindangan ikan yang dapat menyebabkan

bau tidak sedap dan cepat mengalami pembusukan tersebut di angkut truk sampah setiap hari yang di organisir

oleh para pemilik industri ini, bukan ikut truk sampah warga setempat yang hanya mengangkut sampah seminggu

dua kali.
Bak perebusan ikan
Industri pemindangan ikan di Bajomulyo Juwana menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat limbah yang

dihasilkannya. Penyebab penurunan kualitas lingkungan salah satunya disebabkan limbah cair yang tidak terkelola dengan

baik (Astuti, 2015). Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemindangan ikan sampai sekarang masih belum teratasi dan

dikhawatirkan akan semakin memperparah kondisi lingkungan di sekitarnya. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian

dan air sisa perebusan ikan yang awalya berada di suatu bak tempat perebusan ikan kemudian di pompa untuk ditampung di

tandon air (penguin) yang sudah disiapkan di atas pick up untuk kemudian selajutnya dibawa ke pinggir sungai serta oleh

pihak industri pemindangan ikan dengan bantuan alat pompa dan pipa nya dialirkan langsung ke Sungai Silugonggo Juwana

untuk tempat pemindangan ikan yang berada tepat di tepi sungai maka limbah cair tersebut langsung dipompa dari bak

langsung ke sungai yang lokasinya berada tepat di depannya keduanya melakukan pembuangan limbah cair hasil

pemindangan ikan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pembuangan limbah dilakukan sehari sekali pada

sore/malam hari setelah proses produksi selesai. Jika dalam sehari limbah tersebut tidak dibuang, maka dapat dipastikan

akan mengeluarkan bau tidak sedap akibat pembusukan limbah. Limbah cair pemindangan ikan banyak mengandung bahan

yang berpotensi sebagai pencemar lingkungan akibat tingginya kandungan protein, lemak, garam dan kandungan-kandungan

lain sehingga memerlukan treatment tertentu sebelum limbah dibuang ke lingkungan.


Pada penelitian yang berjudul Kelayakan Usaha Industri Ikan Pindang Skala Rumah Tangga di Kabupaten Pati oleh Damayanti,

2016 menyatakan bahwa usaha industri pemindangan ikan pindang layak untuk dijalankan dan akan terus menerus

dikembangkan setiap tahunnya, mengingat keuntungan usaha yang diperoleh, sehingga investasi dikatakan menguntungkan

bahkan hasil wawancara dengan pemilik industri pemindangan ikan menyatakan bahwa usaha pemindangan ikan akan terus

dilakukan karena keyakinan bahwa produknya akan laku terjual dan tidak akan mengalami kerugian.

Berdasarkan data diatas apabila dari pihak pemilik industri pemindangan ikan maupun pihak pemerintah desa tidak ada

inisiatif untuk melakukan pengolahan limbah cair serta tidak melakukan pengadaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL),

maka dapat dipastikan dengan adanya kawasan industri pemindangan ikan tersebut yang akan terus berjalan dan

dikembangkan setiap tahunnya, hal tersebut memberikan dampak bagi penurunan kualitas lingkungan pada permukiman

warga sekitar kawasan tersebut seperti pada kasus pipa PDAM bocor pada tahun 2020, akibat pipa PDAM yang bocor dan

tercemar oleh air limbah hasil industri pemindangan ikan, akhirnya air bersih yang didapatkan warga di RW 4 berbau sangat

tidak sedap seperti ikan busuk dan airnya keruh, kejadian tersebut berlangsung cukup lama hingga kurang lebih 10 hari

karena pihak PDAM sulit untuk menemukan dimana letak kebocoran pipanya, sehingga menyebabkan beberapa warga harus

membeli air bersih untuk keperluan sehari-hari selama air masih berbau dan keruh.
Dalam kawasan industri pemindangan ikan ini terdapat 4 bangsal yang tempat

pembuangan sementara limbah padatnya tidak terbuat dari bahan yang kuat melainkan

dari anyaman bambu/keranjang. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M- IND/PER/7/2010 dimana sistem

pembuangan limbah didesain untuk mencegah agar tidak menjadi tempat berkumpulnya

hama pengerat, serangga atau binatang lainnya sehingga tidak mencemari bahan

pangan olahan maupun sumber air. Keberadaan tempat pembuangan sementara yang

dekat dengan tempat mengelola makanan dengan kondisi terbuka memungkinkan

terjadinya kontaminasi bakteri.

Dari hasil survei di lapangan dari jumlah bangsal industri pemindangan ikan yang

terdapat di desa Bajomulyo ditemukan pada semua bangunan bangsal termasuk kedalam

kategori tidak memenuhi syarat. Dimana 100 % blok/bangsal pemindangan tidak

melakukan pengolahan limbah cair serta tidak tersedianya Instalasi Pengelolaan Air

Limbah (IPAL), hal tersebut terkait dengan masalah teknis dalam pembuatan instalasi

pengelolaan air limbah yang membutuhkan lahan yang cukup luas serta mahalnya biaya

pembangunan dan operasionalnya. Pembuangan limbah hasil pemindangan ikan

langsung ke sungai, tanpa dilakukan proses pengolahan limbah terlebih dahulu akan

menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar mengingat limbah perikanan

mengandung senyawa kimia berupa protein dan lemak. Pada saluran pembuangan

limbah cair pun dalam keadaan terbuka sehingga dapat menyebabkan bau yang tidak

sedap dan aliran air limbah berjalan lambat. Timbulnya bau busuk disebabkan oleh

kandungan minyak lemak di permukaan air akan menghambat proses biologis dalam air

sehingga dapat menghasilkan gas yang berbau.


Selain hal diatas alasan mengapa tidak dilakukannya pengolahan limbah hasil pemindangan ikan ialah banyak warga

RW 4 desa Bajomulyo Juwana yang bekerja di industri pemindangan ikan ini, hal tersebutlah yang menyebabkan warga

tidak bisa menjadi satu suara dalam melakukan protes kepada pihak pemilik untuk melakukan penanganan limbah hasil

pemindangan ikan, dikarenakan mereka yang bekerja disana merasa takut dan tidak enak untuk melakukan protes

kepada pemilik industri yang memperkerjakan mereka. Warga juga kurang mendapat dukungan dari pihak pemerintah

desa karena pemerintah desa menerima biaya sewa yang cukup lumayan tinggi dari lahan kawasan industri

pemindangan ikan tersebut, sehingga pemerintah desa tidak ada upaya untuk menegur atau menjadi penengah antara

warga dengan pemilik industri pemindangan ikan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Arieyanti Dwi. 2015. Proposal Produksi Bersih di Industri

Pemindangan Ikan Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Pati. Jurnal

Litbang. Pati

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. 2013. Daftar Pengolah Ikan

Se-Kabupaten Pati Tahun 2013. Pati

Hikamah, S. R., H. Mubarok. 2012. Studi Deskriptif Pengaruh Limbah Industri

Perikanan Muncar, Banyuwangi Terhadap Lingkungan Sekitar. Bioshell 1(1):

1-12

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi

Komariyah. 2004. Formulasi Strategi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan

Laut Secara Tradisional Di Kota Pekalongan. Tesis. Magister Manajemen

Sumberdaya Pantai Semarang: Universitas Diponegoro

Larasati, E. 2007. Analisis Usaha Pemindangan Ikan Di Kabupaten Pati.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tidak

Dipublikasikan
DAFTAR PUSTAKA
Media Penyuluh Perikanan Pati. 2013. Pengolahan Hasil Perikanan Dengan

Pemindangan.

http://mediapenyuluhperikananpati.blogspot.com/2013/06/pengolahan-

hasilperikanandengan.html. Diakses tanggal 8 Maret 2021

Millah, F., Sukesi. 2009. Produksi Abon Ikan Pari (Rayfish): Penenuan

Kualitas Gizi Abon. Skripsi. Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam.

Surabaya: Institut Teknologi 10 November

Scott SJ, Hui YH, 2004. Food Processing: Principles and Applications. Iowa

(US) : Black Well

Uju, Riyanto B, Ibrahim B, Ramadhan W, Tanjung IS. 2017. Proses recovery

dan pengkonsentrasian protein air perebusan pindang tongkol (Euthynnus

affinis) melalui ultrafiltrasi. Jurnal Teknologi industri Pertanian. 27(3): 281-

290

Wijatmoko, A. 2004. Pemanfaatan Asam-asam Organik (Asam Cuka, Jeruk

Nipis (Citrus auratifolia) dan Belimbing Wuluh (Avverhoa blimbi) Untuk

Mengurangi Bau Amis Petis Ikan Ikan Layang (Decaptterus sp). Skripsi.

Bogor: Institut Pertanian Bogor


THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai