Dika Fitriyati-21020120410001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan Tugas Sistem Prasarana Kota. Tersusunnya laporan ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Agung Budi Sardjono, M. T. selaku dosencoordinator mata kuliah Sistem Prasarana Kota
2. Prof. Dr. Ing. Ir. Gagoek Hardiman selaku dosen pengampu Sistem Prasarana Kota
3. Bapak Dr. Eng. Bangun Indrakusumo Radityo Harsritanto, S.T., M. T. selaku dosen pengampu Sistem Prasarana Kota
4. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila dalam naskah laporan ini terkandung materi yang kurang berkenan atau
Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Departemen
Penulis
TABLE OF CONTENT
Sistem
Latar Tinjauan Studi Gambaran
Urgensi Penanganan
Belakang Pustaka Kasus Umum
Limbah
LATAR
BELAKANG
Salah satu industry yang dalam proses produksinya masih menggunakan cara tradisonal dan banyak menghasilkan
limbah adalah industry pemindangan ikan. Di Jawa Tengah, salah satu daerah yang banyak menghasilkan ikan
pindang adalah Kabupaten Pati. Menurut data dari Dislautkan Kab. Pati (2013), industry pemindangan ikan di
Kabupaten Pati memiliki kurang lebih 100 unit pengolahan ikan atau sekitar 18,52% dari total industri pengolahan
ikan di Kabupaten Pati. Hasil produksi ikan pindang di Kabupaten Pati mencapai 43kilo ton pada tahun 2011,
dimana jumlah ini mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2010 yang hanya menghasilkansekitar 27 kilo ton
ikan pindang. Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan akan ikan pindang terus meningkat.Industri
pemindangan ikan di Kabupaten Pati tersebar di 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Juwana, Kecamatan
Tayu, Kecamatan Wedarijaksa, Kecamatan Pati, Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Margoyoso, Kecamatan
Batangan dan Kecamatan Jakenan. Dari total industri pemindangan di 8 kecamatan tersebut, 47,12% nya terdapat
di Kecamatan Juwana yang tersebar beberapa desa, diantaranya 24,09% terdapat di Desa Dukutalit dan 21,69% di
Proses pemindangan ikan di Kabupaten Pati rata-rata dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang
sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan kehigienisan sehingga dikhawatirkan akan berdampak
pada kesehatan dan lingkungan sekitar industri pengolahan ikan tersebut. Dampak lingkungan yang umum terjadi
sebagai akibat dari kegiatan pemindangan ikan adalah limbah cair yang dihasilkan dari proses pencucian dan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk
pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa
sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain.
Enam kategori besar infrastruktur menurut Grigg, 1988 : Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan), Kelompok
pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara), Kelompok ke-air-an (air bersih, air kotor,
semua sistem air, termasuk jalan air), Kelompok manajemen pengelolan limbah, Kelompok bangunan dan fasilitas
olahraga luar, Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas)
Ikan merupakan komoditas bahan pangan yang tergolong mudah dan cepat mengalami penurunan mutu
(perishable food). Hal ini dikarenakan tingginya kandungan protein dan air pada tubuhnya. Proses pembusukan
ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh ikan sendiri, aktivitas mikroorganisme
atau proses oksidasi pada lemak tubuh ikan oleh oksigen dari udara. Aktivitas mikroorganisme terjadi pada
seluruh lapisan daging ikan, terutama insang, isi perut dan kulit (Millah dan Sukesi, 2009)
Pemindangan ikan adalah salah satu cara mengawetkan ikan secara sederhana dan singkat, dengan
memanfaatkan sifat- sifat kimiawi terutama penggunaan suhu yang merupakan prinsip dasar dalam bidang
Industri pemindangan ikan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan atau menjaga kualitas dan
harga jual ikan (Larasati, 2007). Hal inilah yang menyebabkan industri pemindangan ikan tetap bertahan dan
semakin berkembang. Permintaan pasar akan ikan pindang terus mengalami peningkatan (Astuti, 2015)
Menurut Setiyono dan Satmoko Yudo, 2018 Kegiatan industri pemindangan ikan dapat menimbulkan perubahan
terhadap kondisi lingkungan sekitar. Perubahan yang terjadi dapat bersifat positif dan bersifat negatif.
Perubahan positif seperti terbukanya lapangan kerja baru, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
meningkatnya pendapatan daerah, berkembang-nya wilayah kota dan lain-lain harus dijaga dan ditingkatkan
agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Sedangkan perubahan yang bersifat negatif seperti
adanya pencemaran terhadap lingkungan, Dampak terhadap kualitas air permukaan dan air tanah, Dampak
terhadap kehidupan biota air, Dampak terhadap kesehatan., Dampak terhadap estetika lingkungan, Dampak
Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan untuk memelihara kualitas
lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan manusia
Komponen infrastruktur air limbah terdiri dari sumber, saluran, pengolahan, dan disposal. Kualitas air limbah
tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu, harus dikumpulkan dan dialirkan ke
instalasi pengolahan air limbah. Pengelolaan limbah domestik terdiri pengolahan terpusat (off site sanitation)
dan pengolahan setempat (on site sanitation). Sistem on site adalah sistem di mana penghasil limbah mengolah
air limbahnya secara individu. Sistem off site adalah sistem di mana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran
Dalam pengelolaan limbah padat terdapat sejumlah elemen fungsional, yaitu timbulan sampah (waste
generation); penanganan dan pemilahan sampah; penyimpanan dan pengolahan di sumber; pengumpulan,
pemindahan dan transportasi; pemilahan, pengolahan dan transformasi sampah; dan pembuangan (disposal).
Dalam elemen fungsional di atas diperlukan sejumlah prasarana, seperti tong sampah, gerobak sampah, bak
Menurut data Dislautkan Kab. Pati (2013), setiap harinya 2 – 3 ton ikan pindang dan dari wawancara dengan pemilik
terakhir, produksi meningkat sampai 5 ton/hari. Industri ikan pindang di Desa Bajomulyo, Juwana rata-rata memiliki jumlah
pekerja sekitar 40-50 orang. Pemindangan ikan terpusat di RT 1 RW 4 Desa Bajomulyo. Beberapa industri pemindangan
ikan tersebut sudah melakukan pemindangan ikan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu dan merupakan salah satu
aktivitas ekonomi warga Desa Bajomulyo. Industri pemindangan ikan banyak dilakukan di area TPI Bajomulyo yang
lokasinya berbatasan dengan Sungai Juwana. Pemilihan lokasi di area TPI Bajomulyo berdasarkan kemudahan akses, baik
akses dalam mendapatkan bahan baku berupa ikan, maupun akses dalam membuang limbah cair.
GAMBARAN UMUM
STUDI KASUS
Pada lokasi indutri pemindangan ikan desa bajomulyo ini untuk akses jalannya disediakan jalan cor beton dengan lebar 5 meter
dimana jalan tersebut merupakan hasil perbaikan jalan pada tahun 2019 dari jalan sebelumnya yakni jalan aspal, yang dulunya
sering mengalami kerusakan atau jalan menjadi berlubang yang dapat mengganggu aktivitas pendistribusian bahan, alat mauun
hasil dari industri pemindangan ikan ini, hal tersebut disebabkan karena air sisa penyortiran ikan pindang ataupun tumpahan air
hasil pemindangan ikan yang menggenangi lantai bangunan pemindangan kemudian dibuang menuju ke jalan yang berada
didepan bangunan tersebut, akibatnya jalan aspal yang merupakan jalan desa menjadi gampang berlubang walaupun sering
ditambal dengan aspal, sehingga pemerintah desa berinisiatif untuk memperbaiki jalan tersebut dengan menggantinya menjadi
jalan cor beton, dan menghimbau pemilik industri pemindangan ikan untuk membuat saluran drainase sendiri yang kemudian di
salurkan ke pipa dan dibuang ke drainase desa. Drainase dengan lebar satu meter yang berada di sisi sepanjang jalan desa
tersebut, drainase tersebut cukup dapat mengatasi genangan hasil air hujan pada jalan tersebut, buktinya tidak pernah terjadi
luapan air ke jalan desa di lingkungan industri pemindangan ikan tersebut. Untuk sumber air bersih yang digunakan dilingkungan
ini menggunakan air dari PDAM, perusahaan air negara tersebut telah menyediakan saluran pipa nya hingga ke lingkungan ini,
mengingat banyaknya industri yang terdapat di lingkungan ini yang membutuhkan sumber air bersih.
GAMBARAN UMUM
STUDI KASUS
Pada kawasan ini memang terdapat beberapa Transportasi bagi pekerja yang rumahnya jauh Setiap pemilik industri pemindangan ikan
pabrik industri sehingga membutuhkan supply dari lokasi industri ini disediakan mobil pickup oleh menyediakan fasilitas toilet untuk para
energi listrik yang besar, sehingga perusahaan masing masing pemilik yang difungsikan sebagai pekerjanya, akan tetapi fasilitas toilet tersebut
listrik negara menempatkan beberapa tiang listrik transportasi feeder dengan tujuan halte angkot sangatlah tidak layak untuk digunakan terlihat
di sisi sepanjang jalan di lingkungan tersebut, yang berada di pasar juwana, untuk transportasi dari bentuk fisiknya yang terlihat kotor, tidak
begitu pula dengan industri pemindangan ikan ini umum sendiri memang belom menjangkau terawat, sempit, terlalu terbuka, hal tersebut
juga menggunakan sumber dari PLN secara resmi hingga lingkungan industri ini, bagi pekerja yang dapat mengganggu kondisi kesehatan pekerja
untuk supply energi listriknya. rumahnya dekat memilih menggunakan sepeda karena bakteri yang terdapat di toilet tersebut
URGENSI
Kegiatan usaha perikanan mulai dari pendaratan ikan segar, penanganan dan
pengolahan ikan umumnya selalu menghasilkan limbah, baik limbah cair, limbah
padat maupun udara (berupa bau tak sedap). Limbah dari industri pengolahan hasil
penelitian Sudarmaji dalam Hikamah dan Mubarok (2012), yang menyatakan bahwa
jika air limbah industri pemindangan ikan dibuang ke sungai akan menyebabkan
pencemaran air sungai dikarenakan polutan yang terdapat pada air limbah tersebut
Dalam menyikapi hal tersebut diperlukan suatu kajian mengenai penanganan limbah
pada industri pemindangan ikan desa Bajomulyo sehingga pihak terkait dapat
berdinding setengah bata setengah anyaman bambu dan beratap asbes. Terdapat 6
bangsal atau 75% dari total populasi memiliki dinding dalam kondisi kotor, kusam
dan tidak mudah dibersihkan, untuk kondisi langit-langit pada semua bangsal pun
dalam keadaan kotor dan terlihat hitam akibat asap dari hasil proses pemindangan
ikan karena langit langit pada bangsal tidak dirancang untuk mencegah akumulasi
kotoran dan semua bangsal dalam kasus ini berarti ke 8 bangsal di industri
pemindangan ikan desa Bajomulyo ini dengan kondisi lantai yang masih berupa
rabat beton.
Hal diatas tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, dimana
Unit Pengolahan Ikan harus mempunyai ruang kerja yang cukup untuk melakukan
KONDISI FISIK terhadap hasil perikanan, terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang
BANGUNAN
SISTEM PENANGANAN LIMBAH
limbah cair. Limbah padat dihasilkan saat penanganan bahan baku (thawing) jika bahan baku yang digunakan
berasal dari cold storage. Pada proses tersebut dihasilkan limbah padat berupa kardus dan plastik pembungkus
ikan. Dari proses pencucian dan penyortiran ikan menghasilkan limbah padat berupa ikan yang tidak utuh atau
bagian tubuh ikan yang tidak bisa digunakan pada proses produksi selanjutnya, serta limbah cair berupa air hasil
pencucian ikan. Proses selanjutnya adalah perebusan ikan dalam larutan garam. Pada proses ini dihasilkan limbah
cair berupa air sisa perebusan yang pekat, berbuih dan berwarna cokelat. Air limbah hasil perebusan ikan ini
mengandung protein terlarut tinggi. Limbah padat seperti kardus dan plastik bekas pembungkus ikan serta ikan yang
tidak tersortir dan masih banyak ditemukan ceceran bagian-bagian tubuh ikan yang pada akhirnya menjadi limbah.
Di akhir produksi, ceceran bagian tubuh ikan ini akan disapu menggunakan air yang pada akhirnya bercampur
dengan air cucian ikan. Untuk limbah padat sendiri di lakukan penanganan dengan dibuang ke tempat pembuangan
sementara yang berada di sebelah tengah deretan bangunan pemindangan ikan. Kemudian setiap seminggu dua
kali di ambil oleh truk tukang sampah (sama dengan truk sampah hasil rumah tangga di sekitarnya), hal tersebut
memunculkan permasalahan dimana seharusnya limbah hasil produksi pemindangan ikan yang dapat menyebabkan
bau tidak sedap dan cepat mengalami pembusukan tersebut di angkut truk sampah setiap hari yang di organisir
oleh para pemilik industri ini, bukan ikut truk sampah warga setempat yang hanya mengangkut sampah seminggu
dua kali.
Bak perebusan ikan
Industri pemindangan ikan di Bajomulyo Juwana menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat limbah yang
dihasilkannya. Penyebab penurunan kualitas lingkungan salah satunya disebabkan limbah cair yang tidak terkelola dengan
baik (Astuti, 2015). Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemindangan ikan sampai sekarang masih belum teratasi dan
dikhawatirkan akan semakin memperparah kondisi lingkungan di sekitarnya. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian
dan air sisa perebusan ikan yang awalya berada di suatu bak tempat perebusan ikan kemudian di pompa untuk ditampung di
tandon air (penguin) yang sudah disiapkan di atas pick up untuk kemudian selajutnya dibawa ke pinggir sungai serta oleh
pihak industri pemindangan ikan dengan bantuan alat pompa dan pipa nya dialirkan langsung ke Sungai Silugonggo Juwana
untuk tempat pemindangan ikan yang berada tepat di tepi sungai maka limbah cair tersebut langsung dipompa dari bak
langsung ke sungai yang lokasinya berada tepat di depannya keduanya melakukan pembuangan limbah cair hasil
pemindangan ikan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pembuangan limbah dilakukan sehari sekali pada
sore/malam hari setelah proses produksi selesai. Jika dalam sehari limbah tersebut tidak dibuang, maka dapat dipastikan
akan mengeluarkan bau tidak sedap akibat pembusukan limbah. Limbah cair pemindangan ikan banyak mengandung bahan
yang berpotensi sebagai pencemar lingkungan akibat tingginya kandungan protein, lemak, garam dan kandungan-kandungan
2016 menyatakan bahwa usaha industri pemindangan ikan pindang layak untuk dijalankan dan akan terus menerus
dikembangkan setiap tahunnya, mengingat keuntungan usaha yang diperoleh, sehingga investasi dikatakan menguntungkan
bahkan hasil wawancara dengan pemilik industri pemindangan ikan menyatakan bahwa usaha pemindangan ikan akan terus
dilakukan karena keyakinan bahwa produknya akan laku terjual dan tidak akan mengalami kerugian.
Berdasarkan data diatas apabila dari pihak pemilik industri pemindangan ikan maupun pihak pemerintah desa tidak ada
inisiatif untuk melakukan pengolahan limbah cair serta tidak melakukan pengadaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL),
maka dapat dipastikan dengan adanya kawasan industri pemindangan ikan tersebut yang akan terus berjalan dan
dikembangkan setiap tahunnya, hal tersebut memberikan dampak bagi penurunan kualitas lingkungan pada permukiman
warga sekitar kawasan tersebut seperti pada kasus pipa PDAM bocor pada tahun 2020, akibat pipa PDAM yang bocor dan
tercemar oleh air limbah hasil industri pemindangan ikan, akhirnya air bersih yang didapatkan warga di RW 4 berbau sangat
tidak sedap seperti ikan busuk dan airnya keruh, kejadian tersebut berlangsung cukup lama hingga kurang lebih 10 hari
karena pihak PDAM sulit untuk menemukan dimana letak kebocoran pipanya, sehingga menyebabkan beberapa warga harus
membeli air bersih untuk keperluan sehari-hari selama air masih berbau dan keruh.
Dalam kawasan industri pemindangan ikan ini terdapat 4 bangsal yang tempat
pembuangan sementara limbah padatnya tidak terbuat dari bahan yang kuat melainkan
dari anyaman bambu/keranjang. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
pembuangan limbah didesain untuk mencegah agar tidak menjadi tempat berkumpulnya
hama pengerat, serangga atau binatang lainnya sehingga tidak mencemari bahan
pangan olahan maupun sumber air. Keberadaan tempat pembuangan sementara yang
Dari hasil survei di lapangan dari jumlah bangsal industri pemindangan ikan yang
terdapat di desa Bajomulyo ditemukan pada semua bangunan bangsal termasuk kedalam
melakukan pengolahan limbah cair serta tidak tersedianya Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL), hal tersebut terkait dengan masalah teknis dalam pembuatan instalasi
pengelolaan air limbah yang membutuhkan lahan yang cukup luas serta mahalnya biaya
langsung ke sungai, tanpa dilakukan proses pengolahan limbah terlebih dahulu akan
mengandung senyawa kimia berupa protein dan lemak. Pada saluran pembuangan
limbah cair pun dalam keadaan terbuka sehingga dapat menyebabkan bau yang tidak
sedap dan aliran air limbah berjalan lambat. Timbulnya bau busuk disebabkan oleh
kandungan minyak lemak di permukaan air akan menghambat proses biologis dalam air
RW 4 desa Bajomulyo Juwana yang bekerja di industri pemindangan ikan ini, hal tersebutlah yang menyebabkan warga
tidak bisa menjadi satu suara dalam melakukan protes kepada pihak pemilik untuk melakukan penanganan limbah hasil
pemindangan ikan, dikarenakan mereka yang bekerja disana merasa takut dan tidak enak untuk melakukan protes
kepada pemilik industri yang memperkerjakan mereka. Warga juga kurang mendapat dukungan dari pihak pemerintah
desa karena pemerintah desa menerima biaya sewa yang cukup lumayan tinggi dari lahan kawasan industri
pemindangan ikan tersebut, sehingga pemerintah desa tidak ada upaya untuk menegur atau menjadi penengah antara
Kondisi fisik bangunan pemindangan ikan desa Bajomulyo Kecamatan Juwana ini tidak memenuhi kriteria yang
terdapat pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Dengan
indicator sebagai berikut : pada semua bangsal yang terdapat di kawasan ini menggunakan bangunan
semipermanen berdinding setengah bata setengah anyaman bambu dan beratap asbes, 6 bangsal atau 75% dari
total populasi memiliki dinding dalam kondisi kotor, kusam dan tidak mudah dibersihkan langit-langit keadaan kotor
dan terlihat hitam akibat asap dari hasil proses pemindangan ikan
Tempat pembuangan limbah padat yang tidak susai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia
Nomor 75/M- IND/PER/7/2010 dimana terdapat 4 bangsal yang tempat pembuangan sementara limbah padatnya
tidak terbuat dari bahan yang kuat melainkan dari anyaman bambu/keranjang yang dapat memberikan dampak
Limbah padat hasil produksi pemindangan ikan dibuang ke tempat pembuangan sementara yang berada di tengah
deretan bangunan pemindangan ikan yang kemudian baru di angkut truk sampah seminggu dua kali bersama denan
sampah rumah tangga warga sekitar, seharusnya pembuangan limbah padat dilakukan setiap hari yang di organisir
oleh para pemilik industri ini karena limbah padat dapat menyebabkan bau tidak sedap dan cepat mengalami
pembusukan menjadi tempat berkumpulnya hama pengerat, serangga atau binatang lainnya sehingga tidak
mencemari bahan pangan olahan maupun sumber air dan memungkinkan terjadinya kontaminasi
KESIMPULAN
Usaha industri pemindangan ikan pindang layak untuk dijalankan dan akan terus menerus dikembangkan setiap
tahunnya, namun pihak pemilik industri pemindangan ikan maupun pihak pemerintah desa tidak ada inisiatif untuk
melakukan pengolahan limbah cair serta tidak melakukan pengadaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
komunal, yang dapat memberikan dampak bagi penurunan kualitas lingkungan apabila limbah cair langsung
dibuang ke sungai sebab Limbah cair pemindangan ikan banyak mengandung bahan yang berpotensi sebagai
pencemar lingkungan akibat tingginya kandungan protein, lemak, dan garam. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
100 % blok/bangsal pemindangan tidak melakukan pengolahan limbah cair serta tidak tersedianya Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL), berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik industri pemindangan ikan hal tersebut
dikarenakan masalah teknis dalam pembuatan instalasi pengelolaan air limbah yang membutuhkan lahan yang
Warga tidak bisa menjadi satu suara dalam melakukan protes kepada pihak pemilik untuk melakukan penanganan
limbah hasil pemindangan ikan, dikarenakan banyak warga yang bekerja disana merasa takut dan tidak enak untuk
melakukan protes kepada pemilik industri yang memperkerjakan mereka, serta pemerintah desa tidak ada upaya
untuk menegur atau menjadi penengah antara warga dengan pemilik industri pemindangan ikan tersebut karena
mendirikan atau membangun IPAL komunal yang berada di dekat sungai, sehingga seluruh limbah cair hasil
produksi pemindangan ikan dapat di olah terlebih dahulu di IPAL komunal yang didistribusikan dari masing masing
lokasi pemindangan ikan menggunakan tendon air yang diangkut oleh mobil pick up setelah itu limbah cair
Seluruh industri pemindangan ikan yang berada di desa Bajomulyo diberi edukasi dan merubah kebiasaan pekerja
dan pemilik dengan menerapkan produksi bersih dalam melakukan produksi di industri pemindangan ikan desa
Limbah padat sebelum di buang di pembuangan akhir dapat di lakukan pemilihan terlebih dahulu mana yang bisa
digunakan lagi dan mana yang harus mendapatkan pengelolaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Arieyanti Dwi. 2015. Proposal Produksi Bersih di Industri
Litbang. Pati
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. 2013. Daftar Pengolah Ikan
1-12
Dipublikasikan
DAFTAR PUSTAKA
Media Penyuluh Perikanan Pati. 2013. Pengolahan Hasil Perikanan Dengan
Pemindangan.
http://mediapenyuluhperikananpati.blogspot.com/2013/06/pengolahan-
Millah, F., Sukesi. 2009. Produksi Abon Ikan Pari (Rayfish): Penenuan
Scott SJ, Hui YH, 2004. Food Processing: Principles and Applications. Iowa
290
Mengurangi Bau Amis Petis Ikan Ikan Layang (Decaptterus sp). Skripsi.