Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA, BERSILATURAHMI DAN


HARAMNYA DURHAKA KEPADA ORANG TUA

DISUSUN OLEH

NAMA : NURUL AULYAH DHIENSNY

NIM : H041181019

FAKULTAS/PRODI : MIPA/BIOLOGI

KELAS : BIOLOGI A

1
UNIT PELAKSANAAN TEKNIS – MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah agama dengan judul “Berbuat Baik kepada Orang Tua,
Bersilaturahmi dan Haramnya Durhaka kepada Orang Tua.”

Makalah ini telah penulis susun dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat mengevaluasi makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah agama ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.

2
Makassar, 30 November 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………..2

Daftar Isi………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…..……………………...…………………………………4

A. Latar Belakang………………………………………………………………..4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….5

C. Tujuaan Penulisan…………………………………………………………….5

D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….6

A. Pengertian Berbuat Baik kepada Orang Tua…………………………………6

3
B. Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua………………………………….….7

C. Bentuk-Bentuk Berbakti kepada Orang Tua………………………………....9

D. Haramnya Durhaka kepada Orang Tua……………………………………...10

E. Pengertian Silaturahmi…………………………………………………….…13

F. Keutamaan Silaturahmi………………………………………………………13

G. Memutuskan Ikatan Kekeluargaan…………………………………………..16

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….19

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..19

B. Saran…………………………………………………………………………19

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..20

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patuh kepada Allah SWT. adalah suatu hal yang wajib hukumnya dilakukan
oleh hamba-Nya. Namun, ketika Allah SWT. mengaitkan perihal kewajiban untuk
patuh kepada-Nya dengan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua maka hal ini
menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua memiliki tingkat kewajiban yang
demikian tinggi di dalam Islam.

Berbakti kepada orang tua adalah hal yang sangat ditekankan oleh Allah
SWT mengingat betapa mulianya kedua orang tua kita. Jasa dan pengorbanannya
dalam mendidik dan memelihara kita dengan limpahan kasih sayang yang selalu ia
curahkan tidak dapat disandingkan dengan suatu apapun di dunia ini.

Oleh karena itu, kita sangat diharamkan untuk membuat orang tua menangis
ataupun melukai hatinya sedikitpun. Durhaka kepada orang tua merupakan salah satu
dosa besar setelah syirik. Anak yang durhaka mencerminkan bagaimana perlakuan
buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan
kesengsaraan selalu mewarnai kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang,
menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk
dilakukan kepada orang tuanya.

Adapun diantara anjuran dan ajakan Nabi Muhammad terhadap umatnya


yaitu ada silaturrahmi. Dengan kita senantiasa menjalin silaturrahmi maka akan dapat
memelihara hubungan yang baik antar sesama anggota keluarga maupun masyarakat
luas sebab menjaga silaturrahmi juga dimasukkan Allah SWT menjadi salah satu sifat
orang-orang yang mempunyai perangai mulia dan amal sholeh.

Sehingga kita sebagai muslim yang taat dan bertaqwa sangatlah wajib
hukumnya bagi kita untuk senantiasa menjaga tali persaudaraan di antara kita umat
Islam karena dengan senantiasa kita menjaga tali silaturrahmi maka juga akan
mempermudah dalam memenuhi kebutuhan kita dalam hidup bermasyarakat.

5
Maka dari itu makalah ini akan menguraikan tentang ayat-ayat Al-Quran dan
hadis-hadis yang berkenaan dengan berbuat baik kepada orang tua, haramnya durhaka
kepada orang tua dan pentingnya bersilaturahmi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian berbuat baik kepada orang tua?

2. Apa keutamaan berbakti kepada orang tua?

3. Bagaimana bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua?

4. Bagaimana haramnya durhaka kepada orang tua?

5. Apa pengertian silaturahmi?

6. Apa keutamaan bersilaturahmi?

7. Apa akibat dari memutuskan ikatan kekeluargaan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui pengertian berbuat baik kepada orang tua.

2. Mengetahui keutamaan berbakti kepada orang tua.

3. Mengetahui bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua.

4. Mengetahui bagaimana haramnya durhaka kepada orang tua.

5. Mengetahui pengertian silaturahmi.

6. Mengetahui keutamaan bersilaturahmi.

7. Mengetahui akibat dari memutuskan ikatan kekeluargaan.

D. Manfaat

6
Penulisan makalah ini memiliki manfaat bagi penulis maupun pembaca yaitu
menambah wawasan dan pengetahuan tentang ajaran Islam terutama mengenai
berbuat baik kepada orang tua, bersilaturahmi dan haramnya durhaka kepada orang
tua.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berbuat Baik Kepada Orang Tua

Birrul Walidain (Arab: ‫ )الوالدين بر‬adalah bagian dalam etika Islam yang
menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang
mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim,
meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib
mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan
dengan perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling
utama.

7
َ ‫سانًا َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ۖ َش ْيئًا ِب ِه ت ُ ْش ِر ُكوا َو َل‬
۞ ‫ّللاَ َوا ْعبُد ُوا‬ َ ْ‫ين َو ْال َيتَا َمى ْالقُ ْر َبى َو ِبذِي ِإح‬ َ ‫ار َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ ‫ذِي َو ْال َج‬
‫ار ْالقُ ْر َبى‬
ِ ‫ب َو ْال َج‬
ِ ُ‫ب ْال ُجن‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫س ِبي ِل َواب ِْن ِب ْال َج ْن‬
َ ‫ب َوال‬ ْ ‫ّللاَ ِإ َن ۗ أ َ ْي َمانُ ُك ْم َملَك‬
َ ‫َت َو َما ال‬ َ ‫ُم ْخت ًَال َكانَ َم ْن ي ُِحب َل‬
ً ‫فَ ُخ‬
‫ورا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (An-Nisa [4]:36).

Allah Ta’ala berfirman pula:

‫ص ْينَا‬ َ ‫اْل ْن‬


َ ‫سانَ َو َو‬ َ ‫ي ۚ ت ُ ِط ْع ُه َما فَ َل ِع ْلم ِب ِه لَكَ لَي‬
ِ ْ ‫ْس َما ِبي ِلت ُ ْش ِركَ َجا َهدَاكَ َو ِإ ْن ۖ ُح ْسنًا ِب َوا ِلدَ ْي ِه‬ َ َ‫َم ْر ِجعُ ُك ْم ِإل‬
‫تَ ْع َملُونَ ُك ْنت ُ ْم بِ َما فَأُنَبِئ ُ ُك ْم‬

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (Al-Ankabut:8)

َ ‫َااْل ْن‬
َ‫سان‬ َ ‫صالُهُ َو ْهن َعلَي َو ْهنًا أُمه ُ َح َملَتْهُ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َو َو‬
ِ ‫ص ْين‬ َ ‫ي َو ِل َوا ِلدَيْكَ ا ْش ُك ْر ِلي أ َ ِن‬
َ ِ‫عا َمي ِْن فِي َوف‬ َ َ‫صي ُْر إِل‬
ِ ‫ال َم‬

“Dan Kami -Allah- berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada
kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelemahan
diatas kelemahan -yakni terus menerus- dan menyapihnya dalam dua tahun.
Hendaknya engkau bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu.” (Luqman:
14)

8
B. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

1. Merupakan amalan yang tercinta di sisi Allah SWT.

ُ‫سأ َ ْلت‬ ُ ‫صلَى للاِ َر‬


َ ‫سو َل‬ َ ‫ضلُ؟ ْالعَ َم ِل أَي َو‬
َ ُ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه للا‬ َ ‫قَا َل أ َ ْف‬: ُ ‫صلَة‬ َ ‫قَا َل أَي؟ ث ُ َم قُ ْلتُ قَا َل‬: ‫بِر ْال َوا ِلدَي ِْن‬،
َ ‫و ْقتِ َها َعلَى اَل‬،
‫قَا َل‬: ُ‫قَا َل أَي؟ ث ُ َم قُ ْلت‬: ُ ‫س ِب ْي ِل فِي ْال ِج َهاد‬
َ ِ‫للا‬

Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya
kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?" Beliau
menjawab: "Yaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian
apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula:
"Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)

2. Berpahala hijrah

‫ّللا عبد وعن‬ َ ‫ّللا رضي العاص بن عمرو بن‬ َ ‫قال عنهما‬: ‫ّللا نَبِي ِ إِلى ر ُجل أ َ ْقب َل‬ َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫ص لى‬ َ ‫و‬، ‫فقال‬:
َ‫الج َها ِد ال ِهجرةِ على أُبا ِيعُك‬
ِ ‫جر أَبتَ ِغي َو‬
َ َ ‫ّللا ِمنَ األ‬
َ ‫ تعالى‬. ‫قال‬: « ‫ قال » ؟ َحي أَحد وال ِديْكَ ِم ْن ف َه ْل‬: ‫بل نع ْم‬
‫ قال ِكلهُما‬: « ‫ّللا ِمنَ األَجْ َر فَتَ ْبتَ ِغي‬ ْ َ‫ وال ِديْكَ ِإلى ف‬، ‫صحْبت َ ُهما فَأَحْ س ِْن‬
َ ‫ قال »تعالى؟‬: ‫ نع ْم‬. ‫ قال‬: « ‫ارج ْع‬ ُ . ‫متفق‬
‫ عليه‬. ‫ظ وهذا‬ ُ ‫مسلم لَ ْف‬

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang
lelaki menghadap Nabi s.a.w. lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut
berhijrah serta berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala."
Beliau bertanya: "Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada yang
hidup?" Orang itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih hidup." Beliau bersabda:
"Apakah maksudmu hendak mencari pahala dari Allah Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya."
Beliau bersabda: "Kalau begitu kembali sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu
berbuat baiklah dalam mengawani keduanya itu."(Muttafaq 'alaih)

9
3. Berbakti setara dengan berjihad

‫ ل ُهما رواية وفي‬: ‫الج َها ِد في فا ْست َأْذَنُه رجل جا َء‬


ِ ‫فقال‬:« ‫قال ؟ والِداكَ أَحي‬: ‫ نَعَ ْم‬، ‫قال‬:« ‫فَجا ِهدْ ف ِفي ِهما‬

Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim lainnya disebutkan pula


demikian: “Ada seorang lelaki datang kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu
memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad, lalu beliau bersabda: “Adakah kedua
orangtuamu masih hidup?” Ia menjawab: “Ya.” Lalu beliau shalallahu alaihi wasalam
bersabda: “Kalau begitu, berjihadlah untuk kedua orangtuamu itu -dengan berbuat
baik dan memuliakan keduanya itu.”

4. Berbakti kepada orang tua merupakan jalan menuju surga

َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬


‫صلى النبي عن وعنه‬ َ ‫ قال و‬: « ‫ف ر ِغم‬ ُ ‫ أ َ ْن‬، ‫ف ر ِغم ثُم‬ ُ ‫ أ َ ْن‬، ‫دركَ َم ْن أَنف َر ِغم ث ُ َم‬
ْ َ‫ِع ْندَ أَبَو ْي ِه أ‬
ِ ‫ ْال ِك‬، ‫ ِكلهُما أ َ ْو أَحدُ ُه َما‬، ‫مسلم رواه » ال َجنَةَ يدْخ ِل فَل ْم‬
‫بر‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula dari Nabi shalallahu alaihi wasalam
sabdanya: “Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya,
sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya -maksudnya memperoleh kehinaan
besarlah- orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua, baik salah
satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga -sebab tidak berbakti
kepada orangtuanya.” (Riwayat Muslim)

‫ادء أبي وعن‬


ِ ‫ّللا رضي الد َْر‬ َ ‫ فقال أَت َاهُ َر ُجلً أَن عنه‬: ‫طلَقِها تَأ ْ ُم ُرني أ ُ ِمي و ِإن ا ْم َرأَة ً لي إِ َن‬َ ‫س ِم ْعتُ فقال ؟ ِب‬
َ
َ ‫ص لى‬
‫ّللاِ رسول‬ َ ‫ط ْالوا ِلد ُ « يقو ُل و‬
َ ُ‫س َلم َع َل ْي ِه للا‬ ُ ‫ب أ َ ْوس‬
ِ ‫ ال َجنَ ِة أَبْوا‬، ‫ض ْع ِشئْتَ فَإ ِ ْن‬ َ ‫ ْال‬، ‫احفظهُ أ َ ِو‬
ِ َ ‫باب ذ ِلك فَأ‬ ْ »
‫ وقال الترمذي رواه‬: ‫ صحيح حسن حديث‬.

10
Dari Abuddarda’ radhiyallahu anhu bahwasanya ada seorang lelaki datang
kepadanya: “Sesungguhnya saya mempunyai seorang istri dan sesungguhnya ibuku
menyuruh kepadaku supaya aku menceraikannya.” Kemudian Abuddarda’ berkata:
“Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Orangtua adalah
pintu yang paling tengah diantara pintu-pintu syurga.” Maka jikalau engkau suka,
buanglah pintu itu -tidak perlu mengikuti perintahnya atau tidak berbakti padanya-,
tetapi ini adalah dosa besar, atau jagalah pintu tadi -dengan mengikuti perintah dan
berbakti dan ini besar pahalanya-.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.

C. Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua

1. Lemah lembut dalam bertutur kata

Jagalah setiap tutur kata kita sebagai anak agar senantiasa lemah lembut tatkala
berbicara kepada orang tua. Jauhi ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi kata-kata
kasar. Seorang anak tidak boleh membantah orang tua dengan mengucapkan “ah”
apalagi mencemooh dan memaki keduanya.

2. Tawadhu (rendah hati)

Setiap anak hendaknya menaati kedua orang tuanya selama tidak


memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk
memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang
anak kepada orang tuanya.

Kedua poin di atas dijelaskan dalam firman Allah SWT.:

‫تعالى وقال‬: { ‫إياه إل تعبدوا أل ربك وقضى‬، ‫إحسانا ً وبالوالدين‬، ‫كلهما أو أحدهما الكبر عندك يبلغن إما‬
‫أف لهما تقل فل‬، ‫تنهرهما ول‬، ‫كريما ً قولً لهما وقل‬، ‫الرحمة من الذل جناح لهما واخفض‬، ‫ارحمهما رب وقل‬
‫} صغيرا ً ربياني كما‬

11
Allah Ta’ala berfirman pula: “Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau
semua jangan menyembah melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik
kepada kedua orangtua. Dan kalau salah seorang diantara keduanya atau keduanya
ada di sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya
dengan ucapan “cis”, dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi
ucapkanlah kepada keduanya itu ucapan yang mulia -penuh kehormatan-. Dan
turunkanlah sayap kerendahan -maksudnya rendahkanlah dirimu- terhadap kedua
orangtuamu itu dengan kasih sayang dan katakanlah: “Ya Tuhanku, kasihanilah
kedua orang tuaku itu sebagaimana keduanya mengasihi aku dikala aku masih kecil.”
(al-Isra’: 23-24).

3. Senantiasa menyenangkan hati kedua orang tua

Bagi kedua orang tua anak adalah teman terbaik dan obat rindu bagi mereka,
oleh karenanya bergaulah dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan
kepada seorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi jika memberikan
kegembiraan kepada kedua orang tua kita.

D. Haramnya Durhaka kepada Orang Tua

Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada mereka dan menyia-
nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-
‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun
menurut syara’ Durhaka adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti
kedua orang tuanya.

Perbuatan durhaka kepada orang tua jelas dilarang oleh agama. Bahkan
termasuk dalam dosa besar yang setara dengan menyekutukan Allah SWT.. Banyak
sekali ayat Al-Quran dan hadis yang menjelaskan dosa berbuat durhaka, seperti
berikut ini.

12
‫بن نُفيْع بكرة َ أبي وعن‬
ِ ‫ث‬ َ ‫ قال عنه‬: ‫ّللا رسو ُل قال‬
ِ ‫ّللا رضي الحار‬ َ ‫ص لى‬ َ ‫ و‬: «‫أُن َِبئُك ْم أَل‬
َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
‫ قُلنا ثلثا ً » ؟ ْالكَبائِ ِر بِأ ْكبَ ِر‬: ‫ّللا رسو َل يا بلَى‬
َ : ‫ قال‬: « ُ‫اْل ْشراك‬ ُ ُ‫عق‬
َ ‫ ِب‬، ‫وق‬
ِ ِ‫اّلل‬ ُ ‫س ُمتَ ِكئا ً وكان » ْالوا ِلديْن و‬
َ َ‫ فَجل‬،
‫فقال‬:«‫وقو ُل أَل‬
ْ ‫ور‬ ِ ‫ قُلنَا حتَى يك َِر ُرهَا زَ ال فَما» الز‬: ُ‫سكت ليْته‬
ِ ‫ور وشهاد ُة الز‬ ْ .‫عليه متفق‬.

Dari Abu Bakrah yaitu Nufai’ bin al-Harits radhiyallahu anhu, katanya:
“Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Tidakkah engkau semua suka saya
beritahukan perihal sebesar-besarnya dosa besar?” Beliau menyabdakan ini sampai
tiga kali. Kita -para sahabat- menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau shalallahu
alaihi wasalam bersabda: “Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua
orangtua.” Semula beliau shalallahu alaihi wasalam bersandar lalu duduk kemudian
bersabda lagi: “Ingatlah, juga mengucapkan kedustaan serta bersaksi secara palsu -
maksudnya sebagai saksi palsu dan berkata dusta saat menjadi saksi-.” Beliau
shalallahu alaihi wasalam senantiasa mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini,
sehingga kita mengucapkan: “Alangkah baiknya, jikalau beliau diam berhenti
mengucapkannya.” (Muttafaq ‘alaih)

َ ‫بن‬
‫ّللاِ عبد وعن‬ ِ ‫ّللا رضي العاص بن عمرو‬ َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫صلى النبي عن عنهما‬ ُ ‫ ْال‬: ُ‫اْل ْشراك‬
َ ‫ قال و‬: «‫كبائر‬ ِ
َ ‫ ِب‬، ‫ ْالوا ِلدي ِْن وعقُوق‬، ‫ ال َن ْف ِس و َقتْ ُل‬، ُ‫يمين‬
‫اّلل‬ ْ ‫»الغَموس‬
ِ ‫وال‬ ْ ‫ البخاري رواه‬. « ‫اليمين‬ ِ ‫وس‬ُ ‫َيحْ ِلفُ َها التي » ْالغَ ُم‬
ً ‫عامدا ً كَاذِبا‬ ُ ً ‫ َغ ُموسا‬، ‫س أل َ َن َها‬
ِ ، ‫س ِميت‬ ُ ‫ف ت َ ْغ ِم‬
َ ‫اْلثم في الحا ِل‬
ِ

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shalallahu
alaihi wasalam bersabda, bersabda: “Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada
Allah, berani kepada kedua orangtua, membunuh seseorang -tidak sesuai dengan
haknya- serta bersumpah secara palsu.” (Riwayat Bukhari) Alyaminul ghamus ialah
sesuatu yang disumpahkan oleh seorang dengan dusta dan disengaja, dinamakan
ghamus, sebab sumpah sedemikian itu menerjunkan orang yang bersumpah itu ke
dalam dosa

13
‫ّللا رسول أَن وعنه‬َ ‫ص لى‬ َ ‫ قال و‬: « َ‫الرج ِل شتْ ُم ْالكبائِ ِر ِمن‬
َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬ َ ‫ وا ِلدَ ْي ِه‬،» ‫ قالوا‬: ‫ّللا رسو َل يا‬ َ ‫ي ْشت ُ ُم وه َْل‬
‫الر ُج ُل‬
َ ‫؟ وا ِلد ْي ِه‬، ‫ قاـل‬: « ‫ نَع ْم‬، ‫سب‬ ُ ‫الر ُج ِل أَبا َي‬،
َ ‫سب‬ ُ ‫ أَباه في‬، ‫سب‬ ُ ‫ أ ُ َمهُ وي‬، ‫سب‬
ُ ‫ عليه متفق » أ ُ َمهُ فَي‬.

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu pula bahwasanya
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Termasuk dalam golongan dosa-dosa
besar ialah jikalau seorang itu memaki-maki kedua orang tuanya sendiri.” Para
sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, adakah seseorang itu -yang- memaki-maki kedua
orang tuanya sendiri.” Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Ya, yaitu apabila
seseorang itu memaki-maki ayah seseorang, lalu orang yang dimaki-maki ayahnya itu
lalu -membalas- memaki-maki ayahnya sendiri -yang memaki tersebut-. Atau
seseorang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang yang dimaki-maki ibunya ini -
membalas- memaki-maki ibunya sendiri -yang memaki tersebut-.” (Muttafaq ‘alaih)

Sebagaimana kita ketahui dari hadis:

‫ّللا رضي وعنه‬ َ ‫ قال عنه‬: ‫ّللا رسول إلى َر ُجل َجا َء‬ َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫ص لى‬ َ ‫اس أ َ َحق َم ْن‬
َ ‫ فقال و‬: ‫ّللا رسول يا‬ ِ َ‫الن‬
‫سن‬ َ ‫ قال ؟‬: « ‫ قال » أُمك‬: ‫من ث ُ َم‬
ِ ‫ص َحابَتي ب ُح‬ ْ ‫قال ؟‬: « َ‫ قال » أُمك‬: ‫ قال ؟ َم ْن ث ُ َم‬: « َ‫ قال » أُمك‬: ‫؟ َم ْن ثُ َم‬
‫ قال‬: « َ‫ عليه متفق » أَبُوك‬.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu lagi, katanya: “Ada seorang lelaki datang
kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu berkata: “Ya Rasulullah, siapakah
orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya -yakni
siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?” Beliau
menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Lalu siapakah?” Beliau menjawab: “Ibumu.”
Orang itu sekali lagi bertanya: “Kemudian siapakah?” Beliau menjawab lagi:
“Ibumu.” Orang tadi bertanya pula: “Kemudian siapa lagi.” Beliau menjawab:
“Ayahmu.” (Muttafaq ‘alaih)

bahwa berbuat baik kepada ibu lebih diutamakan daripada kepada ayah, maka
demikian juga durhaka kepada ibu lebih besar dosanya. Selain itu, ibu adalah seorang

14
wanita, yang ia secara tabi’at adalah manusia yang lemah. Sedangkan memberikan
gangguan kepada orang yang lemah itu hukuman dan dosanya lebih besar dari orang
biasa atau orang yang kuat. Oleh karena itu, durhaka kepada ibu lebih lebih besar
dosanya.

‫بن ال ُم ِغيرةِ ِعيسى أبي وعن‬ ِ َ‫ش ْعبة‬


ُ ‫ّللا رضي‬
َ ‫صلى النبي ِ عن عنه‬ َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫ قال و‬: « ‫ّللاُ ِإ َن‬
َ ‫َح َر َم تعالى‬
‫عقُوقَ َعلَ ْي ُك ْم‬ ِ ‫ األُم َها‬، ً ‫ وهات وم ْنعا‬، َ‫ت ووأْد‬
ُ ‫ت‬ ِ ‫ البنَا‬، َ‫ وقا َل قِيل ل ُك ْم وك ََره‬، ‫سؤا ِل وكثرة‬ َ ‫ ال‬، ‫ضاعة‬ َ ‫» الما ِل و ِإ‬
‫ عليه متفق‬.

Dari Abu Isa, yaitu al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu anhu dari Nabi
shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu
semua akan berani kepada para ibu, juga mencegah -tidak melaksanakan- apa-apa
yang wajib atas dirinya, meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak
perempuan hidup-hidup. Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal -yakni-:
katanya dari si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga
memperbanyak pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu
yang bukan semestinya.” (Muttafaq ‘alaih)

E. Pengertian Silaturahmi

Silaturahmi (shilah ar-rahim dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah
berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun
ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-
rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena
orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu. Di
dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim
atau kerabat. Dengan demikian, secara bahasa shilah ar-rahim (silaturahmi) artinya
adalah hubungan kekerabatan.

15
‫اس أَي َها َيا‬
ُ َ‫احدَة نَ ْفس ِم ْن َخلَقَ ُك ْم الَذِي َر َب ُك ُم اتَقُوا الن‬
ِ ‫ث زَ ْو َج َها ِم ْن َها َو َخ َلقَ َو‬ َ ‫يرا ِر َج ًال ِم ْن ُه َما َو َب‬
ً ِ‫ۚ َونِ َسا ًء َكث‬
َ ‫سا َءلُونَ ا َلذِي‬
‫ّللاَ َواتَقُوا‬ َ ‫ّللاَ ِإ َن ۚ َو ْاأل َ ْر َح‬
َ َ‫ام ِب ِه ت‬ َ َ‫َر ِقيبًا َعلَ ْي ُك ْم َكان‬

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (an-Nisa’: 1)

َ‫صلُونَ َوالَذِين‬
ِ َ‫ّللاُ أ َ َم َر َما ي‬
َ ‫ص َل أ َ ْن بِ ِه‬
َ ‫سو َء َويَخَافُونَ َربَ ُه ْم َويَ ْخش َْونَ يُو‬
ُ ‫ب‬ َ ‫ْال ِح‬
ِ ‫سا‬

“Orang-orang yang berakal ialah mereka yang memperhubungkan apa yang


diperintahkan untuk diperhubungkan oleh Tuhan -yakni silaturahmi.” (ar-Ra’ad: 21)

F. Keutamaan Bersilaturahmi

1. Merupakan konsekuensi iman kepada Allah SWT

‫ّللا رضي أيضا ً وعنه‬ َ ‫ّللا رسول أَن عنه‬ َ ‫ص لى‬َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫ قال و‬: « ‫اّللِ يُؤْ ِمنُ َكانَ َم ْن‬ ْ ‫اآلخ ِر‬
َ ِ‫وال ْيو ِم ب‬ ِ ،
‫ض ْيفَهُ فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
َ ، ‫اّللِ يُؤْ ِمنُ كانَ َو َم ْن‬ ْ ‫اآلخر‬
َ ِ‫واليوم ب‬ ِ ، ‫يصل‬ ْ ‫ َر ِح َمهُ فَ ْل‬، ‫اّلل يُؤْ ِمنُ َكانَ َو َم ْن‬
َ ِ‫اآلخ ِر َو ْال ْيو ِم ب‬
ِ ،
‫ت أ َ ْو خيرا ً ْفليقُ ْل‬
ْ ‫عليه متفق » ِليَص ُم‬.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula bahwasanya Rasulullah shalallahu


alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka hendaklah menghubungi -mempereratkan- kekeluargaannya dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik
atau -jikalau tidak dapat- berdiam sajalah.” (Muttafaq ‘alaih)

16
2. Dipanjangkan umurnya dan diperluas rezekinya

‫ » أَث َ ِره في لَهُ ينسأ َ « وم ْعنى‬: ‫ي‬


ْ َ ‫ أ‬: ‫ع ُم ِر ِه أَجل ِه في له يؤخر‬
ُ ‫و‬.

Dari Anas radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam


bersabda: “Barangsiapa yang ingin supaya diluaskan rezekinya dan diakhirkan
ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan kekeluargaannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Makna Yunsa alahu fi atsarihi yaitu diakhirkan ajalnya yakni diperpanjangkan
usianya.

3. Bersedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti bersedekah terhadap orang lain

ْ ‫ّللا رضي عامر بن‬


‫سلمان وعن‬ َ ‫سلَم‬
َ ُ‫علَ ْي ِه للا‬
َ ‫ عنه‬، ‫صلى النبي ِ عن‬ َ ‫ت َمر َعلَى فَ ْليُ ْف ِط ْر أ َ َحد ُ ُك ْم أ َ ْف‬
َ ‫ قال و‬: « ‫ط َر إِذا‬
ُ » ‫وقال‬: « ُ‫صدقَة‬
ِ ً ‫ تَ ْمرا‬، ‫ فَالما ُء‬، ُ‫ط ُهور فَإِنَه‬
، ُ‫ بركَة فَإِنَه‬، ‫يجد لَ ْم فَإ ِ ْن‬ َ ‫ين َعلَى ال‬ ِ ‫ صدقَة‬، ‫ذي و َعلَى‬
ِ ‫المس ِك‬
‫الر ِح ِم‬
َ ‫َان‬ َ ‫وصلَة‬
ِ ‫ ثِ ْنت‬: ‫صدَقَة‬ ِ » . ‫ الترمذي رواه‬. ‫ وقال‬: ‫ حسن حديث‬.

Dari Salman bin ‘Amir radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam,
sabdanya: “Jikalau seorang dari engkau semua itu berbuka, maka berbukalah atas
kurma, sebab sesungguhnya kurma itu ada berkahnya, tetapi jikalau tidak menemukan
kurma, maka hendaklah berbuka atas air, sebab sesungguhnya air itu suci.”
Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Bersedekah kepada orang
miskin adalah memperoleh satu pahala sedekah saja, tetapi kepada -orang miskin-
yang masih ada hubungan kekeluargaan, maka memperoleh dua kali, yaitu pahala
sedekah dan pahala mempereratkan kekeluargaan.” Hadits hasan yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan

4. Pahalanya seperti memerdekakan budak

17
‫ت مي ُمونَةَ ال ُمؤْ ِمنِينَ أ ُ ِم وعن‬
ِ ‫ث ب ْن‬ ِ ‫الحار‬
ِ ‫ّللا رضي‬ ْ َ‫ي ت َست َأْذ ِِن َولَم وليدة ً أَعتَق‬
َ ‫ت أَنَ َها عنها‬ َ ‫صلى النَ ِب‬َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫و‬،
‫يدور الَذي يو َمها كانَ فلَ َما‬ ُ َ ‫ قال ؟ و ِليدتي أ َ ْعت َ ْقتُ إِنِي‬: « ‫ت أ َ َو‬
‫ فِيه َعلَ ْي َها‬، ‫قالت‬: ‫ّللا رسول يا‬ ْ ‫ قالت » ؟ َف‬: ‫نَع ْم‬
ِ ‫عل‬
‫ قال‬: « ‫طيتِ َها لو إِنَ ِك أَما‬
َ ‫ظ َم كان أَخوالَ ِك أ َ ْع‬
َ ‫ألجر ِك أَع‬
ِ » ‫ عليه متفق‬.

Dari Ummul mu’minin yaitu Maimunah binti al-Harits radhiallahu ‘anha,


bahwasanya dia memerdekakan seorang hamba sahayanya -perempuan- dan tidak
meminta izin lebih dulu kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam Ketika datang hari
gilirannya yang waktu itu beliau berputar untuknya, maka Maimunah berkata:
“Adakah Tuan mengetahui, ya Rasulullah, bahwa saya telah memerdekakan hamba
sahayaku?” Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Adakah itu sudah engkau
kerjakan?” Ia menjawab: “Ya, sudah.” Beliau bersabda: “Alangkah baiknya kalau
hamba sahaya itu engkau berikan saja kepada pamanmu dari jurusan ibu, karena yang
sedemikian itu adalah lebih besar pahalanya untukmu.” (Muttafaq ‘alaih).

5. Merupakan amalan untuk masuk surga

‫ّللا رضي األنصاري زيد بن خال ِد أَيوب أبي وعن‬


َ ‫قال رجلً أَن عنه‬: ‫ّللا رسو َل يا‬
َ ‫الجنَةَ يُد ِْخلُني ِبعمل أ َ ْخ ِب ْرني‬
َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
ِ َ‫ الن‬. ‫صلى النبي فقال‬
، ‫ار ِمنَ َويُ َبا ِعدني‬ َ ، ‫شيْئا ً ِب ِه ت ُ ْش ِركُ ول‬
َ ‫و‬: «ُ ‫ّللا تعبُد‬ َ ، ‫صلَة َ َوتُ ِقي ُم‬
َ ‫ ال‬، ‫وتُؤتي‬
َ ‫الزكاة‬ َ ، ‫َص ُل‬ ِ ‫الر ِحم وت‬ َ » ‫عليه متفق‬.

Dari Abu Ayyub, yaitu Khalid bin Zaid al-Anshari radhiyallahu anhu bahwa
ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya suatu amalan
yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Kemudian Nabi shalallahu alaihi
wasalam bersabda: “Engkau supaya menyembah kepada Allah dan janganlah engkau
menyekutukan sesuatu denganNya, juga supaya engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mempererat ikatan kekeluargaan.” (Muttafaq ‘alaih)

6. Terhubung dengan Allah SWT

18
َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫ص لى‬
‫ قال وعنه‬: ‫ّللا رسول قال‬ َ ‫غ ِإذَا َحتَى الخ َْلقَ َخلَقَ تَ َعالى‬
َ ‫ و‬: « ‫ّللا ِإ َن‬ َ ‫ت ِم ْن ُه ْم فَ َر‬
ِ ‫الر ِح ُم قَا َم‬
َ ،
ْ َ‫ فَقَال‬: ‫ ْالقَ ِطيع ِة ِمنَ بِكَ ْالعَائِ ِذ ُمقَا ُم هذا‬، ‫ قال‬: ‫ص َل أ َ ْن ت َْرضينَ أ َ َما نَعَ ْم‬
‫ت‬ ِ َ ‫صلَ ِك َم ْن أ‬ َ ‫طعَ ِك َم ْن َوأ َ ْق‬
َ ‫ َو‬، ‫ط َع‬ َ َ‫ قالت ؟ ق‬:
‫ بَلَى‬، ‫ فذلِكَ قال‬، ‫ّللا رسول قال ثم‬ َ ‫ص لى‬ َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬ َ ‫ و‬: ‫ ِشئت ُ ْم إِ ْن اقرءوا‬: { ‫سيْت ْم ف َه ِل‬َ ‫تُف ِسد ُوا أ َ ْن تَولَيتُم إِن َع‬
ِ ‫قطعُوا األ َ ْر‬
‫ض في‬ ِ ُ ‫صلى أَ ْرحام ُك ْم وت‬ َ ‫ّللاُ لَعنَ ُهم الذين أُولَئِكَ و‬
َ ُ‫سلَم َعلَ ْي ِه للا‬ َ َ ‫ار ُه ْم َوأ َ ْع َمى فأ‬
َ ‫ص َم ُه ْم‬ َ ‫ص‬َ ‫} أ َ ْب‬
[ ‫ محمد‬: 22 ، 23 ] ‫عليه متفق‬.

َ ‫ تعالى‬: « ‫من‬
‫ للبخاري رواية وفي‬: ‫ّللا فقال‬ ْ ‫ َو‬، ‫ومن‬
ْ ‫ َوصلَ ِك‬، ُ‫صلتُه‬ ْ ‫عك‬ َ َ‫» قطعتُهُ ق‬
ِ ‫ط‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: “Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan seluruh makhluk, kemudian setelah selesai
dari semuanya itu lalu rahim -kekeluargaan- itu berdiri lalu berkata: “Ini adalah
tempat orang yang bermohon kepadaMu -Tuhan- daripada perpisahan.” Allah
berfirman: “Ya, apakah engkau rela jikalau Aku perhubungkan orang yang
menghubungimu -kekeluargaan- dan Aku memutuskan orang yang memutuskanmu?”
Rahim menjawab: “Ya.” Allah berfirman lagi: “Jadi keadaan yang sedemikian itu
tetap untukmu -yang menghubungi atau yang memutuskan.” Selanjutnya Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Bacalah jikalau engkau semua menghendaki -
firman Allah yang artinya-: “Apakah seandainya engkau semua berkuasa, engkau
semua akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaan?
Orang-orang yang sedemikian itulah yang dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan
pendengarannya oleh Allah serta dibutakan penglihatannya.” Surah Muhammad: 22-
23. (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan demikian: “Kemudian Allah Ta’ala


berfirman: “Barangsiapa yang menghubungimu -kekeluargaan- maka Aku
menghubungkannya dan barangsiapa memutuskan kamu, maka Aku juga
memutuskannya.”

G. Memutuskan Ikatan Kekeluargaan

19
Berikut adalah akibat dari memutuskan ikatan kekeluargaan:

1. Tak akan masuk Surga

َ‫اطع ْال َجنَةَ يَدْ ُخ ُل ل‬


ِ َ‫ق‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR Bukhari
dan Muslim)

Maksud ‘Tidak akan masuk surga’ dalam hadits di atas, ada dua kemungkinan:

1. Tertuju kepada orang yang menganggap halal memutuskan persaudaraan tanpa


sebab, padahal dia mengetahui keharamannya, maka orang ini kafir, dia kekal di
dalam neraka, dan tidak akan masuk surga selamanya.

2. Maksudnya: tidak masuk surga semenjak awal bersama orang-orang yang


dahulu, tetapi dia dihukum dengan diundurkan dari masuk surga dengan ukuran yang
dikehendaki oleh Allâh Azza wa Jalla .

2. Tidak diterima amal ibadahnya,

Dari Abu Hurairah; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

” ‫ض آدَ َم بَنِي أَ ْع َما َل إِ َن‬ ْ ‫اطع َع َم ُل يُ ْقبَ ُل فَ َل‬


ُ ‫ال ُج ُمعَ ِة لَ ْيلَةَ خ َِميس ُك َل ت ُ ْع َر‬، ِ ِ َ‫أحمد مسند[ ” َر ِحم ق‬: ‫]حسن‬

“Sesungguhnya amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari Kamis di


malam Jum’at, maka tidak diterima amalan orang yang memutuskan silaturahmi”.
[Musnad Ahmad: Hasan]

20
4. Tidak mendapatkan Rahmat Allah,

َ‫الرحْ َمةُ ت َ ْن ِز ُل ل‬
َ ‫اط ُع فِ ْي ِه ْم قَ ْوم َعلَى‬
ِ َ‫َر ِحم ق‬

“Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang
memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim)

5. Siksaannya dipercepat di dunia dan tersimpan untuk akhirat

Karena bahayanya dosa memutuskan kekerabatan ini, maka hukumannya


disegerakan di dunia sebelum di akhirat.

‫اح ِب ِه للاُ يُ َع ِج َل أ َ ْن أَحْ َرى ذَ ْنب ِم ْن َما‬


ِ ‫ص‬َ ‫آلخ َر ِة فِي لَهُ يُدَخ َُر َما َم َع الد ْن َيا فِي ْالعُقُ ْو َبةَ ِل‬
ِ ْ‫َوقَ ِط ْي َع ِة ْال َب ْغي ِ ِمنَ ا‬

Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di
dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan
memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi)

Karena ada ancaman ‘tidak masuk surga, maka dosa memutus kekerabatan
termasuk kabâ’ir (dosa-dosa besar). Selain itu banyak menimbulkan kerusakan dalam
kehidupan. Karena memutus kekerabatan akan melepaskan ikatan di antara kerabat,
menimbulkan permusuhan dan kebencian, dan merusakkan hubungan kekeluargaan.
Bahkan memutus kekerabatan termasuk sebab yang akan mendatangkan laknat,
menjadikan ketulian dan kebutaan hati. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫س ْيت ُ ْم فَ َه ْل‬ ِ ‫﴿ أ َ ْر َحا َم ُك ْم َوتُقَ ِطعُوا ْاأل َ ْر‬٢٢﴾ َ‫ّللاُ لَعَنَ ُه ُم الَذِينَ أُولَئِك‬
َ ‫ض فِي ت ُ ْف ِسد ُوا أ َ ْن ت ََولَ ْيت ُ ْم إِ ْن َع‬ َ َ ‫َوأ َ ْع َمى فَأ‬
َ ‫ص َم ُه ْم‬
‫ار ُه ْم‬
َ ‫ص‬َ ‫أ َ ْب‬

21
“Apakah barangkali andaikata engkau semua berkuasa, maka engkau semua
akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaanmu
semua. Orang-orang yang sedemikian itu adalah orang-orang yang dilaknat oleh
Allah, lalu Allah memekakkan pendengaran mereka dan membutakan penglihatan
mereka.” (Muhammad: 22-23)

َ‫ّللاِ َع ْهدَ َي ْنقُضُونَ َوالَذِين‬ َ ‫ّللاُ أ َ َم َر َما َو َي ْق‬


َ ‫طعُونَ ِميثَا ِق ِه َب ْع ِد ِم ْن‬ َ ‫ص َل أ َ ْن ِب ِه‬
َ ‫ض ِفي َويُ ْف ِسدُونَ يُو‬ ِ ‫َل ُه ُم أُو َلئِكَ ۙ ْاأل َ ْر‬
ُ‫سو ُء َولَ ُه ْم اللَ ْعنَة‬
ُ ‫الد َِار‬

“Dan orang-orang yang merusak janji Allah sesudah teguhnya dan pula
memutuskan apa-apa yang diperintah oleh Allah untuk dihubungkannya serta
membuat kerusakan di bumi, maka mereka itulah yang mendapatkan kelaknatan dan
akan memperoleh tempat kediaman yang buruk.” (ar-Ra’ad: 25)

BAB III

PENUTUP

22
A. Kesimpulan

1. Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban terbesar seorang anak.

2. Berikut adalah beberapa keutamaan berbakti kepada orang tua:

1) Merupakan amalan yang tercinta di sisi Allah SWT.

2) Berpahala hijrah.

3) Berbakti setara dengan berjihad.

4) Berbakti merupakan jalan menuju surga.

3. Bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua, yaitu:

1) Lemah lembut dalam bertutur kata.

2) Tawadhu.

3) Senantiasa menyenangkan hati kedua orang tua.

4. Durhaka kepada orang tua merupakan salah satu dosa besar setelah syirik.

5. Silaturahmi artinya hubungan kekerabatan.

6. Keutamaan bersilaturahmi, yaitu:

1) Merupakan konsekuensi iman kepada Allah SWT.

2) Dipanjangkan umurnya dan diperluas rezekinya.

3) Bersedekah kepada keluarga berbeda dengan bersedekah kepada orang lain.

4) Pahalanya seperti memerdekakan budak.

5) Terhubung dengan Allah SWT.

6) Merupakan amalan untuk masuk surga.

7. Akibat dari memutuskan ikatan kekeluargaan, yaitu:

1) Tidak akan masuk surga.

2) Tidak diterima amalan ibadanya.

3) Tidak mendapatkan rahmat Allah SWT.

23
4) Siksaannya dipercepat di dunia dan disimpan di akhirat.

B. Saran

Sebagai seorang umat Islam, kita harus berbakti kepada orang tua seperti yang
ditegaskan oleh Allah SWT. Janganlah menjadi anak yang durhaka karena
sesungguhnya durhaka merupakan dosa besar setelah syirik. Begitu pula dengan
menjalin silaturahmi dengan keluarga dan masyarakat luas agar kita terhindar dari
akibat memutuskan ikatan kekeluargaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://pusatalquran.org/2017/05/13/riyadhus-shalihinbab-40-berbakti-kepada-kedua-
orangtua-dan-mempererat-keluarga/

http://pusatalquran.org/2017/05/13/riyadhus-shalihin-bab-41-keharamannya-berani-
durhaka-kepada-orangtua-dan-memutuskan-ikatan-kekeluargaan/

https://almanhaj.or.id/404-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-dan-
pahalanya.html

https://almanhaj.or.id/4141-dosa-memutuskan-hubungan-kekerabatan.html

24

Anda mungkin juga menyukai