3.2.1 Mata PencaharianPenduduk Kota Mojokerto merupakan wilayah yang cukup strategis. Kota ini hanya berjarak 50 kilometer arah barat Kota Surabaya, karena jaraknya yang relatif dekat, daerah ini menjadi hinterland kota metropolitan itu, dan termasuk dalam Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).Mata pencaharian penduduk sebagian besar cenderung ke arah lapangan usaha perdagangan, angkutan dan industri pengolahan. Potensi sub sektor peternakan di Kota Mojokerto masih sangat mungkin untuk dikembangkan mengingat kebutuhan daging untuk masyarakat Mojokerto dan sekitarnya sangat tinggi.Untuk meningkatkan jumlah populasi ternak, baik ternak besar maupun ternak kecil perlu dikembangkan pola-pola kemitraan yang terkait dengan pihak swasta. Lahan budidaya perikanan di Kota Mojokerto seluas 16,5 ha sedangkan yang dikelola baru 6,1 dengan demikian baru sebagian kecil yang dapat dieksploitasi ( Amar S,2012). Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Mojokerto mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk usia kerja Kabupaten Mojokerto berjumlah 847.573 orang. Berarti jumlah usia kerja ini meningkat 2,47 persen dibandingkan tahun 2015. Sementara jumlah angkatan kerja seluruhnya tahun 2017 sebesar 620.659 orang dan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 589.641 orang. Jumlah angkatan kerja naik sebesar 7,87 persen, begitu juga jumlah penduduk yang bekerja naik 6,81 persen dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2016, BPS tidak melakukan survei Sakernas Tahunan sehingga tidak bisa didapatkan angka ketenagakerjaan tingkat kabupaten/ kota. Tabel xx Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Mojokerto, 2014-2017 No Indiktor ketenaga kerjaan 2014 2015 20117
1 Jumlah Bekerja 532.294 552.002 589.641
2 Angkatan Kerja 553.405 572.330 620.659
3 Penduduk Usia Kerja 816.260 827.126 847.573
4 TPT ( %) 3,81 4,05 5,00
5 TPAK (%) 67,80 69,56 73,23
Sumber : BPS Kabupaten Mojekerto 2018 ( Hasil Sakernas 2014-2017)
Ket : * TPAK= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja *TPT= Tingkat Pengangguran Terbuka . Pada tahun 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik hingga 5 persen. Kondisi ini kurang baik, sebab banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja. Di Kabupaten Mojokerto, Peningkatan angka TPT ternyata diikuti dengan peningkatan angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Artinya, angka pengangguran meningkat tetapi di sisi lain jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat. Kondisi yang kontradiktif ini menjelaskan bahwa peluang/kesempatan kerja yang tersedia belum sebanding dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Sehingga, masih banyak pencari kerja yang belum terserap dalam lapangan kerja. Jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Mojokerto dikelompokan dalam 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor industri (mencakup penggalian, industri, listrik, dan konstruksi), serta sektor Jasa-jasa (mencakup sektor perdagangan, transportasi /komunikasi, keuangan dan Jasa-jasa). Dalam tiga tahun terakhir, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini menjadi tantangan pemerintahan daerah di masa datang. Dibandingkan tahun 2014, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan industri mengalami penurunan masingmasing 1,02 persen dan 2,25 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan di sektor pertanian kurang diminati masyarakat. Penghasilan dari sektor ini sudah tidak layak untuk penghidupan. Sementara penduduk yang bekerja di sektor industri jumlahnya tidak tetap, atau fluktuatif sesuai kondisi sektor Industri. Sebaliknya yang bekerja di sektor Jasa- jasa selalu mengalami peningkatan.(BPS 2018). Penduduk Bekerja Menurut Sektor di Kabupaten Mojokerto 2014 - 2017
Sumber: BPS Kabupaten Mojekerto 2018
3.2.2 Arah Perkembangan Kota Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kabupeten Mojokerto menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto tahun 2010-2030 dengan Visi ” Terwujudnya Kabupaten Mojokerto yang Mandiri, Demokratis, Adil, Makmur, dan Bermartabat” yang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Mojokerto yang mandiri, demokratis, adil, makmur dan bermartabat. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi yang ditetapkan adalah: 1. Mewujudkan SDM yang berkualitas melalui peningkatan akses dan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan; 2. Mewujudkan ketertiban, supremasi hukum, dan HAM; 3. Mewujudkan pemerintah daerah yang efektif, demokratis, bersih, profesional dan adil dalam melayani masyarakat; 4. Mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya saing, berkeadilan dan berbasis pada ekonomi kerakyatan. 5. Mewujudkan ketahanan sosial budaya dalam kerangka Integrasi Nasional, pada tatanan masyarakat yang bermartabat, berahlak mulia, beretika, dan berbudaya luhur berlandaskan Pancasila; 6. Mewujudkan partisipasi masyarakat melalui pemberian akses dan kesempatan dalam pembangunan; 7. Mewujudkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat ( Dalam Buku Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014) 3.2.3 Kebijakan dan Strategi Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan. 1. Kebijakan pengembangan pusat kegiatan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan Strategi: a. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten mojekerto b. Pembentukan pusat pelayanan dan pertumbuhan perkotaan utama sebagai pusat kegiatan Kabupaten Mojekerto c. Mendorong pengembangan dan pemantapan Kota d. Pengembangan pusat permukiman perdesaan dengan pembentukan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), pembentukan pusat desa, dan pembentukan pusat permukiman perdusunan. e. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan kawasan yang merupakan wujud keterpaduan dan sinergi antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. 2. Kebijakan penetapan fungsi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan Strategi: a. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial - ekonomi bagi area yang lebih luas. b. Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan produksi, perkebunan dan hortikultura; perdesaan di dataran rendah untuk pertanian pangan; dan perdesaan pesisir pengembangan perikanan c. Pengembangan produk unggulan pada kawasan potensial disertai pengolahan dan perluasan jaringan pemasaran d. Peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten 3. Kebijakan pengembangan fasilitas pelayanan Strategi: a. Pemenuhan fasilitas perkotaan sesuai skala pelayanan ibukota kecamatan dan kabupaten b. Penyediaan fasilitas pelayanan lokal untuk mendukung kegiatan pusat perkotaan, meliputi fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan c. Pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di masingmasing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan pembangunan d. Peningkatan kualitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat 3.2.4 Kebijakan dan Strategi Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan pada kawasan perdesaan potensial. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi , transportasi , penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan perencanaan dan pemrograman yang telah disusun sebelumnya. Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan pada kawasan perdesaan potensial. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan perencanaan dan pemrograman yang telah disusun sebelumnya.adapun kebijakannya yaitu: 1. Kebijakan pengembangan prasarana transportasi Strategi: a. Pengembangan transportasi yang dapat menjadi akses penghubung antarwilayah, antar kawasan dan antar kegiatan fungsional, serta mampu mengurangi berbagai masalah yang terjadi akibat perkembangan kegiatan perkotaan dan wilayah b.Pengembangan sistem transportasi yang baru c. Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau daerah- daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang lebih memungkinkan untuk menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien. d.Pengelolaan transportasi jalan raya misalnya dengan meningkatan kualitas fisik jalan yang berada pada kondisi yang menghambat kelancaran lalu lintas e. Penambahan alternatif pilihan moda angkutan umum dan peningkatan frekuensi pelayanan moda angkutan umum f. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perangkutan yang memadai g.Penyiapan kelembagaan operasional pengelola transportasi 2. Kebijakan pengembangan prasarana energi/listrik Strategi: a. Pemeliharaan jaringan-jaringan listrik yang sudah ada, dan penambahan jaringan listrik untuk daerah yang masih belum terlayani terutama di daerah pedesaan b. Pengembangan pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga alternatif yang berpotensi di masing-masing wilayah 3. Kebijakan pengembangan prasarana sumber daya air Strategi: a. Peningkatan pelayanan jaringan air bersih dengan pembuatan jaringan baru, khususnya di kawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan yang telah ada. b. Pengembangan dan pembangunan jaringan pipa transmisi dan distribusi air bersih di seluruh kecamatan c. Peningkatan sistim jaringan sumber daya air dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung. d. Melakukan konservasi air di Kabupaten Mojekerto agar dapat mempertahankan ketersediaan sumber air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukann 4. Kebijakan pengembangan prasarana telekomunikasi Strategi: a. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan b. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibu kota kabupaten c. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan secara bersama menjangkau ke pelosok perdesaan. Pembangunan BTS diprioritaskan pada wilayah yang memiliki jumlah penduduk d. terbanyak dan wilayah yang tidak termasuk pada kawasan pengendalian ketat e. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi berbasis teknologi internet f. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler. g. Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern 5. Kebijakan pengembangan prasarana lingkungan Strategi: a. Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal dengan program 4R, b. yaitu: -. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. -. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang- barang yang bisa dipakai kembali. Dan menghindari pemakaian barangbarang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. -. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. -. Replace (Mengganti); meneliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga meneliti agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja, dan tidak mempergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. c. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan dengan peningkatan prasarana pengolahan sampah, pengadaan TPA regional, dan pengelolaan sampah berkelanjutan d. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan dengan pengelolaan sampah berkelanjutan dan pengolahan sampah mendukung pertanian Peningkatan sanitasi lingkungan untuk kawasan permukiman, kawasan indutri, kawasan perdagangan dan jasa, dan kawasan untuk kegiatan sosial ekonomi lainnya. Daftar Pustaka
Amar Suteja (2012) Makalah Kota Mojekerto
http://amarsuteja.blogspot.com/2012/02/mojokert.html diakses 18 September 2019.