Anda di halaman 1dari 10

Gambar 3.

1 Kabupaten Mojekerto

Sumber : BPS 2019

3.1 SosialEkonomi dan Budayaamar


3.2.1 Mata PencaharianPenduduk
Kota Mojokerto merupakan wilayah yang cukup strategis. Kota ini hanya
berjarak 50 kilometer arah barat Kota Surabaya, karena jaraknya yang relatif
dekat, daerah ini menjadi hinterland kota metropolitan itu, dan termasuk dalam
Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan
Lamongan).Mata pencaharian penduduk sebagian besar cenderung ke arah
lapangan usaha perdagangan, angkutan dan industri pengolahan. Potensi sub
sektor peternakan di Kota Mojokerto masih sangat mungkin untuk dikembangkan
mengingat kebutuhan daging untuk masyarakat Mojokerto dan sekitarnya sangat
tinggi.Untuk meningkatkan jumlah populasi ternak, baik ternak besar maupun
ternak kecil perlu dikembangkan pola-pola kemitraan yang terkait dengan pihak
swasta. Lahan budidaya perikanan di Kota Mojokerto seluas 16,5 ha sedangkan
yang dikelola baru 6,1 dengan demikian baru sebagian kecil yang dapat
dieksploitasi ( Amar S,2012).
Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Mojokerto
mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk usia kerja
Kabupaten Mojokerto berjumlah 847.573 orang. Berarti jumlah usia kerja ini
meningkat 2,47 persen dibandingkan tahun 2015. Sementara jumlah angkatan
kerja seluruhnya tahun 2017 sebesar 620.659 orang dan jumlah penduduk yang
bekerja sebanyak 589.641 orang. Jumlah angkatan kerja naik sebesar 7,87 persen,
begitu juga jumlah penduduk yang bekerja naik 6,81 persen dibandingkan tahun
2015. Pada tahun 2016, BPS tidak melakukan survei Sakernas Tahunan sehingga
tidak bisa didapatkan angka ketenagakerjaan tingkat kabupaten/ kota.
Tabel xx
Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Mojokerto, 2014-2017
No Indiktor ketenaga kerjaan 2014 2015 20117

1 Jumlah Bekerja 532.294 552.002 589.641

2 Angkatan Kerja 553.405 572.330 620.659

3 Penduduk Usia Kerja 816.260 827.126 847.573

4 TPT ( %) 3,81 4,05 5,00

5 TPAK (%) 67,80 69,56 73,23

Sumber : BPS Kabupaten Mojekerto 2018 ( Hasil Sakernas 2014-2017)


Ket : * TPAK= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
*TPT= Tingkat Pengangguran Terbuka
. Pada tahun 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik hingga 5 persen.
Kondisi ini kurang baik, sebab banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam
lapangan kerja. Di Kabupaten Mojokerto, Peningkatan angka TPT ternyata diikuti
dengan peningkatan angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Artinya,
angka pengangguran meningkat tetapi di sisi lain jumlah penduduk yang bekerja
juga meningkat. Kondisi yang kontradiktif ini menjelaskan bahwa
peluang/kesempatan kerja yang tersedia belum sebanding dengan peningkatan
jumlah angkatan kerja. Sehingga, masih banyak pencari kerja yang belum
terserap dalam lapangan kerja.
Jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Mojokerto dikelompokan dalam 3 sektor
yaitu sektor pertanian, sektor industri (mencakup penggalian, industri, listrik, dan
konstruksi), serta sektor Jasa-jasa (mencakup sektor perdagangan, transportasi
/komunikasi, keuangan dan Jasa-jasa). Dalam tiga tahun terakhir, jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini menjadi tantangan pemerintahan daerah di masa datang.
Dibandingkan tahun 2014, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan
industri mengalami penurunan masingmasing 1,02 persen dan 2,25 persen. Hal
ini mengindikasikan bahwa pekerjaan di sektor pertanian kurang diminati
masyarakat. Penghasilan dari sektor ini sudah tidak layak untuk penghidupan.
Sementara penduduk yang bekerja di sektor industri jumlahnya tidak tetap, atau
fluktuatif sesuai kondisi sektor Industri. Sebaliknya yang bekerja di sektor Jasa-
jasa selalu mengalami peningkatan.(BPS 2018).
Penduduk Bekerja Menurut Sektor di
Kabupaten Mojokerto 2014 - 2017

Sumber: BPS Kabupaten Mojekerto 2018


3.2.2 Arah Perkembangan Kota
Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana
tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP)
untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap
5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci
yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang
kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta
rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota. Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas,
Pemerintah Kabupeten Mojokerto menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Mojokerto tahun 2010-2030 dengan Visi ” Terwujudnya Kabupaten
Mojokerto yang Mandiri, Demokratis, Adil, Makmur, dan Bermartabat”
yang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Mojokerto yang mandiri,
demokratis, adil, makmur dan bermartabat. Untuk mencapai visi tersebut,
beberapa misi yang ditetapkan adalah:
1. Mewujudkan SDM yang berkualitas melalui peningkatan akses dan
kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan;
2. Mewujudkan ketertiban, supremasi hukum, dan HAM;
3. Mewujudkan pemerintah daerah yang efektif, demokratis, bersih,
profesional dan adil dalam melayani masyarakat;
4. Mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya saing, berkeadilan
dan berbasis pada ekonomi kerakyatan.
5. Mewujudkan ketahanan sosial budaya dalam kerangka Integrasi Nasional,
pada tatanan masyarakat yang bermartabat, berahlak mulia, beretika, dan
berbudaya luhur berlandaskan Pancasila;
6. Mewujudkan partisipasi masyarakat melalui pemberian akses dan
kesempatan dalam pembangunan;
7. Mewujudkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang lebih
mengutamakan kesejahteraan masyarakat ( Dalam Buku Memorandum
Program Sanitasi (MPS) 2014)
3.2.3 Kebijakan dan Strategi Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan dan
Perdesaan.
1. Kebijakan pengembangan pusat kegiatan kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan Strategi:
a. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di
Kabupaten mojekerto
b. Pembentukan pusat pelayanan dan pertumbuhan perkotaan
utama sebagai pusat kegiatan Kabupaten Mojekerto
c. Mendorong pengembangan dan pemantapan Kota
d. Pengembangan pusat permukiman perdesaan dengan
pembentukan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), pembentukan
pusat desa, dan pembentukan pusat permukiman perdusunan.
e. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan kawasan yang
merupakan wujud keterpaduan dan sinergi antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.
2. Kebijakan penetapan fungsi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
Strategi:
a. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
pelayanan sosial - ekonomi bagi area yang lebih luas.
b. Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi
wilayah, yakni perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk
hutan lindung, hutan produksi, perkebunan dan hortikultura;
perdesaan di dataran rendah untuk pertanian pangan; dan
perdesaan pesisir pengembangan perikanan
c. Pengembangan produk unggulan pada kawasan potensial disertai
pengolahan dan perluasan jaringan pemasaran
d. Peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan
perkotaan ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten
3. Kebijakan pengembangan fasilitas pelayanan Strategi:
a. Pemenuhan fasilitas perkotaan sesuai skala pelayanan ibukota
kecamatan dan kabupaten
b. Penyediaan fasilitas pelayanan lokal untuk mendukung kegiatan
pusat perkotaan, meliputi fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan
c. Pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di
masingmasing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan
pembangunan
d. Peningkatan kualitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat
3.2.4 Kebijakan dan Strategi Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah
strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan
prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan pada kawasan perdesaan
potensial. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi , transportasi ,
penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase
lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan
akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan
ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan
berdasarkan perencanaan dan pemrograman yang telah disusun sebelumnya.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana
permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan pada kawasan perdesaan
potensial. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air
minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan
pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang
layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan
perencanaan dan pemrograman yang telah disusun sebelumnya.adapun
kebijakannya yaitu:
1. Kebijakan pengembangan prasarana transportasi Strategi:
a. Pengembangan transportasi yang dapat menjadi akses penghubung
antarwilayah, antar kawasan dan antar kegiatan fungsional, serta
mampu mengurangi berbagai masalah yang terjadi akibat
perkembangan kegiatan perkotaan dan wilayah
b.Pengembangan sistem transportasi yang baru
c. Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau daerah-
daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan
yang lebih memungkinkan untuk menciptakan pergerakan yang lebih
efektif dan efisien.
d.Pengelolaan transportasi jalan raya misalnya dengan meningkatan
kualitas fisik jalan yang berada pada kondisi yang menghambat
kelancaran lalu lintas
e. Penambahan alternatif pilihan moda angkutan umum dan peningkatan
frekuensi pelayanan moda angkutan umum
f. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perangkutan yang memadai
g.Penyiapan kelembagaan operasional pengelola transportasi
2. Kebijakan pengembangan prasarana energi/listrik Strategi:
a. Pemeliharaan jaringan-jaringan listrik yang sudah ada, dan
penambahan jaringan listrik untuk daerah yang masih belum terlayani
terutama di daerah pedesaan
b. Pengembangan pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga
alternatif yang berpotensi di masing-masing wilayah
3. Kebijakan pengembangan prasarana sumber daya air Strategi:
a. Peningkatan pelayanan jaringan air bersih dengan pembuatan jaringan
baru, khususnya di kawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan
yang telah ada.
b. Pengembangan dan pembangunan jaringan pipa transmisi dan
distribusi air bersih di seluruh kecamatan
c. Peningkatan sistim jaringan sumber daya air dengan peningkatan
sarana dan prasarana pendukung.
d. Melakukan konservasi air di Kabupaten Mojekerto agar dapat
mempertahankan ketersediaan sumber air dengan cara meningkatkan
pemanfaatan air permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan
menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukann
4. Kebijakan pengembangan prasarana telekomunikasi Strategi:
a. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan
b. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibu kota
kabupaten
c. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan
secara bersama menjangkau ke pelosok perdesaan. Pembangunan BTS
diprioritaskan pada wilayah yang memiliki jumlah penduduk
d. terbanyak dan wilayah yang tidak termasuk pada kawasan
pengendalian ketat
e. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah
berupa informasi berbasis teknologi internet
f. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah
tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler.
g. Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern
5. Kebijakan pengembangan prasarana lingkungan Strategi:
a. Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal dengan program 4R,
b. yaitu:
 -. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi
barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak
menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
 -. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-
barang yang bisa dipakai kembali. Dan menghindari
pemakaian barangbarang yang disposable (sekali pakai,
buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum ia menjadi sampah.
 -. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang
yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri
non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan
sampah menjadi barang lain.
 -. Replace (Mengganti); meneliti barang yang kita pakai
sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai
sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga meneliti
agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, Misalnya, mengganti kantong plastik dengan
keranjang bila berbelanja, dan tidak mempergunakan
styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara
alami.
c. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan dengan
peningkatan prasarana pengolahan sampah, pengadaan TPA regional,
dan pengelolaan sampah berkelanjutan
d. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan dengan
pengelolaan sampah berkelanjutan dan pengolahan sampah
mendukung pertanian Peningkatan sanitasi lingkungan untuk kawasan
permukiman, kawasan indutri, kawasan perdagangan dan jasa, dan
kawasan untuk kegiatan sosial ekonomi lainnya.
Daftar Pustaka

Amar Suteja (2012) Makalah Kota Mojekerto


http://amarsuteja.blogspot.com/2012/02/mojokert.html diakses 18 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai