Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA


KASUS : SKYVIEW UNCERTAINTY

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Anita Suryani (1707612004)
Cintya Purnama Sari (1707612005)
I Gede Suyadnya (1707612006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
A. Latar Belakang
Dalam mengelola perusahaan manajer sering dihadapkan pada berbagai masalah
pengambilan keputusan. Semua bentuk pengambilan keputusan untuk merencanakan
operasinya dengan baik bahkan tidak meneruskan operasinya. Salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan tersebut adalah faktor biaya yang selama
satu periode kerja tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Unutk dapat
merealisasikan tujuan suatu perusahaan diperlukan perencanaan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan. Salah satu alternatif dari analisis perencanaan untuk
meningkatkan perolehan laba dan menetapkan harga jual adalah dengan menggunakan Cost
Volume Profit (CVP) Analysis.
Penggunaan CVP Analysis sendiri dapat memberikan informasi tentang berapa jumlah
penjualan yang harus dicapai perusahaan dimana perusahaan dalam keadaan tidak mendapat
laba dan tidak menderita kerugian kepada manajer. CVP Analysis juga dapat juga memberikan
informasi mengenai laba yang diperoleh perusahaan pada berbagai tingkat penjualan serta
menunjukkan kemungkinankemungkinan yang berhubungan dengan perusahaan dalam biaya
maupun tingkat penjualan dan pengaruhnya terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

B. Pemisahan Biaya Fixed dan Variable untuk Analisis CVP


Pengertian Analisis CVP
Analisa Biaya – Volume – Laba (Cost – Volume – Profit Analysis – CVP Analysis)
merupakan suatu alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan karena
analisa CVP menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga maka
semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisa CVP dapat menjadi
alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang
dialami suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya, juga dapat digunakan untuk
menentukan jumlah unit yang dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap
terhadap titik impas dan dampak kenaikan harga terhadap laba.
Menurut Bustami (2006:208), analisis CVP dapat digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut:
1) Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.

1
2) Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu.
3) Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
4) Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan.
5) Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.

Biaya Tetap (Fixed Cost)


Carter dan Usry (2006:58) mendefinisikan ”biaya tetap sebagai biaya yang secara total
tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat dan menurun”. Dengan kata lain, biaya tetap per
unit semakin kecil seiring dengan bertambahnya aktivitas dalam rentang relevan. Biaya tetap
akan konstan dan jumlah totalnya akan berubah bila produksi berubah atau produksi bertambah
dan sebaliknya bila produksi turun maka biaya tetap per unitnya akan naik. Contoh biaya tetap
adalah biaya asuransi, biaya sewa, gaji manajer pabrik dan biaya tetap lainnya.

Biaya Variabel (Variable Cost)


Carter dan Usry (2006:59) mendefinisikan ”biaya variabel sebagai biaya yang secara
total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan aktivitas”. Biaya variabel per unit jumlahnya akan tetap pada
saat terjadi perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai
bentuk, seperti unit yang dihasilkan, unit yang dijual, jam mesin yang dioperasikan, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan
dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

Pemisahan Biaya Fixed dan Variable untuk Analisis CVP


Unsur – unsur pemisahan biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP dilakukan
karena kedua biaya tersebut memiliki definisi yang saling bertolak belakang. Biaya tetap
memiliki sifat yang tetap dan tak ada perubahan, baik biaya yang akan meningkat maupun
biaya yang akan menurun. Sedangkan biaya variabel memiliki sifat yang selalu berubah – ubah
ketetapannya yang bisa saja biayanya meningkat ataupun menurun. Dan ketika dikaitkan untuk

2
analisis CVP ini memiliki keterkaitan yang karena sifat dasar dari CVP itu sendiri merupakan
alat analisis yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan permasalahan dengan
mengidentifikasi dampak baik dari pengurangan biaya tetap terhadap titik impas maupun
dampak kenaikan harga terhadap laba.
Di dalam penyusunan anggaran variabel, pemisahan biaya semi variabel menjadi biaya
tetap dan biaya variabel tersebut perlu dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena anggaran
variabel tersebut akan disusun untuk berbagai macam tingkat kapasitas yang dapat
diselenggarakan di dalam perusahaan. Untuk kepentingan ini tentunya harus diketahui
seberapa besarnya porsi biaya tetap dan seberapa besar pula porsi biaya variabel sehingga
pernghitungan jumlah biaya untuk masing-masing tingkat kapasitas akan dapat dibuat dengan
mudah.
Berikut ini beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan
unsur tetap dan variabel:
1. Metode Perkiraan Langsung
Metode perkiraan langsung hanya dapat dipakai pada keadaan tertentu dimana perhitungan
unsur-unsur biaya secara kuantitatif tidak dapat dilakukan karena suatu sebab. Dalam dunia
praktis memang hal ini sering dijumpai dan bahkan lebih sering dipakai oleh para
perencana biaya yang telah berpengalaman dan yang ingin menghindari perhitungan-
perhitungan yang sistematis.
2. Metode Tinggi-Rendah
Dari geometri dasar, kita mengetahui bahwa dua titik diperlukan untuk menentukan suatu
garis. Sekali kita mengetahui dua titik pada suatu garis maka persamaannya dapat
ditentukan. F merupakan komponen biaya tetap yaitu perpotongan garis jumlah biaya dan
V merupakan biaya variabel per unit yaitu kemiringan garis. Dengan dua titik tersebut
kemiringan dan perpotongan dapat ditentukan.
3. Metode Diagram Pencar
Yang pertama kali harus dilakukan dalam metode diagram pencar adalah mengumpulkan
data dari sejumlah biaya-biaya masa lalu pada berbagai tingkat kegiatan. Kemudian data
tersebut digambarkan dalam grafik dua sumbu. Sumbu vertikal atau sumbu Y untuk
menggambarkan biaya. Sedangkan sumbu horizontal atau sumbu X untuk menggambarkan
tingkat kegiatan. Langkah selanjutnya membuat garis lurus sedekat mungkin dengan titik-

3
titik tersebut. Untuk menentukan besarnya komponen biaya tetap dilakukan dengan cara
memperpanjang garis lurus sampai memotong sumbu vertikal. Titik potong di sumbu
vertikal menunjukkan besarnya biaya tetap total (total fixed cost). Untuk biaya variabel
total dihitung dengan cara mengurangi biaya total atau total cost dengan biaya tetap total.
4. Metode Korelasi
Metode pemisahan biaya dengan menggunakan konsep dtatistik korelasi. Fungsi matematis
dibuat berdasarkan analisis hubungan antara dua variabel yakni variabel Y yang mewakili
biaya dan variabel X yang mewakili satuan kegiatan.
5. Metode Matematis
Metode pemisahan biaya dengan menggunakan konsep matematik dimana Y = a + bX. Y
mewakili jumlah biaya dan X mewakili volume kegiatan, b mewakili biaya tetap dan b
mewakili biaya variabel per unit. Penyusunan fungsi matematis dilakukan dengan
memperhatikan sifat dan karakteristik biaya.

C. Cost Volume Profit Analysis (Analisa CVP)


Analisa Biaya – Volume – Laba (Cost Volume Profit Analysis – CVP Analysis)
merupakan suatu alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan karena
analisa CVP menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga maka
semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisa CVP dapat menjadi
alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang
dialami suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya, juga dapat digunakan untuk
menentukan jumlah unit yang dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap
terhadap titik impas dan dampak kenaikan harga terhadap laba dari suatu perusahaan dengan
fokus kepada lima hal berikut :
1. Harga Produk (Prices of products).
2. Volume Produksi.
3. Variable Expense per Unit.
4. Total Fix Expense (Biaya yang sifatnya tetap tidak terpengaruh oleh fluktuasi kuantitas
produksi).
5. Mix of Product sold (Produk bauran dalam penjualan).

4
Dengan bantuan CVP ini, Manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran
produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya
yang dimiliki.
Dalam melakukan analsis CVP didasarkan pada suatu asumsi bahwa:
1. Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2. Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
3. Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau kegiatan
dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.

Rumus dalam Analisa CVP


CVP ini berguna dalam mengkalkulasikan BEP (Break Even Point). Langkah awal
dalam menghitung BEP adalah dengan menentukan Contribution Margin atau marjin
kontribusi. Logikanya adalah apabila perusahaan hanya dapat menjual sejumlah unit tertentu
yang menyebabkan total kontribusi marjinnya sama dengan total biaya tetap, maka perusahaan
dikatakan dapat mencapai titik impas atau BEP.

BEP = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)

Dalam perencanaan laba, perusahaan perlu menghitung berapa besarnya unit yang
harus dijual perusahaan untuk mendapatkan suatu keuntungan tertentu dengan rumus sebagai
berikut:

(Total Biaya Tetap + Target Keuntungan)


Unit Terjual untuk Mencapai Keuntungan Tertentu =
(Harga Jual per Unit−Biaya Variabel per Unit)

Apabila terdapat tingkat pajak tertentu yang akan dikenakan perusahaan, maka rumus
di atas akan menjadi:
(Total Biaya Tetap + Target Keuntungan sebelum Pajak)
Unit Terjual untuk Mencapai Keuntungan Tertentu =
(Harga Jual per Unit−Biaya Variabel per Unit)

Tingkat keuntungan sebelum pajak diperoleh dengan rumus:


(Tingkat Keuntungan Setelah Pajak)
Tingkat keuntungan Sebelum Pajak =
(1−Tingkat Pajak)

5
Jika perusahaan menginginkan perhitungan target penjualan bukan dalam unit namun
dalam rupiah, maka yang rumus yang akan dipakai adalah:
(Total Biaya Tetap+Target Keuntungan)
Target Rupiah Terjual =
(Rasio Marjin Kontribusi)

(Harga Jual per Unit−Biaya Variabel per Unit)


Rasio Marjin Kontribusi =
(Harga Jual per Unit)

Analisis CVP untuk Lebih dari Satu Jenis Produk


Bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk, bahkan bisa jadi
puluhan atau ratusan jenis produk, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Apakah produk tersebut diproduksi atau dijual dengan mempergunakan kapasitas yang
sama? Jika antara satu produk dengan produk yang lain dihasilkan dari fasilitas yang
berbeda, maka analisis CVP dapat dilakukan secara terpisah untuk masing-masing produk.
2. Apabila produk-produk yang dihasilkan berasal dari fasilitas yang sama, maka harus dilihat
lagi apakah produk-produk tersebut memiliki marjin kontribusi per unit yang sama. Jika
demikian, maka analisis CVP dapat dilakukan seolah-olah produk-produk tersebut
merupakan satu produk.
3. Jika produk-produk yang dihasilkan berasal dari fasilitas yang sama, namun memiliki
marjin kontribusi per unit yang berbeda-beda, maka yang dapat dilakukan adalah
melakukan alokasi biaya untuk masing-masing produk tersebut, lalu melakukan analisis
CVP untuk masing-masing produk secara terpisah. Namun karena cara ini kurang akurat
dalam alokasi biaya pada masing-masing produk, maka cara yang disarankan adalah
menggabungkan marjin kontribusi per unit dari masing-masing produk berdasarkan target
bauran penjualan dari masing-masing produk. Hasilnya adalah rata-rata tertimbang dari
marjin kontribusi untuk kesemua produk tersebut (Weighted Average Contribution
Margin).
Selanjutnya perusahaan harus mengelompokkan produk-produk yang dimilikinya
berdasarkan kesamaan marjin kontribusi per unitnya. Produk-produk dengan marjin kontribusi

6
per unit yang sama atau hamper sama, dapat digabungkan dan dianggap sebagai satu jenis
produk tersendiri, sehingga jumlah kelompok yang dipakai untuk analisa CVP dapat dikurangi.

Asumsi – Asumsi Analisa CVP


Asumsi-asumsi yang digunakan pada analisa CVP adalah:
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk lurus.
2. Analisis mengasumsikan bawa harga, total biaya tetap dan biaya variable per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan.
3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.
5. Asumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

Penyajian Secara Grafis Hubungan Analsis CVP


Hubungan CVP dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu
horisontal menunjukkan unit yang terjual dan sumbu vertikal menunjukkan
pendapatan penjualan. Garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat
dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit. Garis total biaya memotong
sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan meningkat
dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit. Jika total pendapatan
berada di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Sebaliknya, daerah
laba akan muncul jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya. Titik
impas berada titik perpotongan antara garis penjualan total dan garis biaya total.
Analisis CVP mudah digunakan dan murah biayanya, namun mengandung
kelemahan karena menggunakan beberapa asumsi berikut :
1. Analisis mengasumsikan bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per
unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap kostan sepanjang rentang yang
relevan.
3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.
5. Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

7
Metode dan Penerapan Analisis Hubungan CVP
Beberapa penerapan dari Konsep Biaya-Volume-Laba (CVP) adalah:
1. Perubahan dalam Biaya Tetap dan Volume Penjualan
2. Perubahan dalam biaya variabel dan volume penjualan
3. Perubahan dalam biaya tetap, harga jual, dan volume penjualan
4. Perubahan dalam biaya variabel, biaya tetap, dan volume penjualan
5. Perubahan dalam harga jual reguler

D. CVP Under Uncertainty


Analisis CVP dilakukan dalam tahap perencanaan, dimana asumsi yang dibuat
perusahaan belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya saat rencana tersebut dilaksanakan.
Karena unsur itu, unsur ketidakpastian harus dipertimbangkan, ada tiga cara yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, yaitu:

1. Safety margin merupakan selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual perusahaan pada
periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas. Semakin besar
safety margin yang dimiliki perusahaan, maka posisi perusahaan akan semakin aman,
karena jika terdapat asumsi yang sedikit meleset, perkiraan posisi perusahaan masih jauh
dari titik impas.

2. Operating leverage mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage berarti semakin
tinggi proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Rumus untuk menghitung operating leverage
adalah total marjin kontribusi dibagi dengan total laba operasi.

3. Analisis sensitivitas (what-if analysis) merupakan analisis yang dilakukan untuk mencari
unsur yang paling sensitif dalam analisis CVP. Yang dimaksud dengan faktor yang paling
sensitif adalah faktor yang jika meleset paling mempengaruhi perolehan laba perusahaan.
Faktor yang paling sensitif inilah yang harus dijaga perusahaan agar dalam masa
pelaksanaannya tidak meleset dari rencana.

8
CVP Dengan Model Activity Based Costing

Dalam hal ini definisi biaya tetap dan biaya variabel akan dikaitkan bukan hanya
terhadap produk, namun juga terhadap aktivitas. Dengan Activity Based Costing ini biaya
variabel hanyalah merupakan biaya variabel dari aktivitas tingkat unit, sedangkan biaya tetap
untuk aktivitas tingkat unit, dan juga biaya – biaya dari tingkatan aktivitas lainnya
dikelompokkan sebagai biaya tetap.

E. Kasus : Skyview Uncertainty


Gambaran Umum Perusahaan
Studi kasus dilakukan pada tahun 1962 di Vermont. Skyview Manor adalah resort lama,
tapi terpelihara dengan baik dan telah mengalami perubahan kepemilikan beberapa kali selama
bertahun-tahun. Skyview Manor tidak memiliki restoran atau bar. Resort ini memasang tarif
menengah dan merupakan resort hotel dengan kualitas yang baik. Skyview Manor beroperasi
hanya selama musim ski (sebuah olah raga), yaitu tanggal 2 desember sampai akhir Maret.
Kamar dalam hunian Skyview Manor dibagi dalaam sayap timur dan barat. Sebanyak 50 kamar
di sayap timur disewakan dengan harga $15 untuk hunian tunggal atau $20 untuk hunian
double. Sayap barat hotel memiliki 30 kamar, yang semuanya memiliki pemandangan lereng
ski, pegunungan, dan desa. Kamar di sayap barat memiliki tarif $20 dan $25 untuk hunian
tunggal atau ganda. Tingkat hunian rata-rata selama musim ski adalah sekitar 80% dan
biasanya hotel ini penuh pada akhir pekan dan rata-rata 50 sampai 60 kamar disewa pada
malam minggu dimana rasio rata-rata hunian tunggal vs ganda adalah 2:8.
Bapak Kachack manajer hotel, mulai prihatin dengan bulan-bulan diluar musim sky,
yang menunjukkan kerugian setiap bulan dan mengurangi keuntungan tinggi yang dilaporkan
selama musim non-sky. Dia telah menyarankan kepada pemilik, bahwa untuk mengurangi
kerugian diluar musim, mereka harus setuju untuk menjaga operasional hotel sayap barat
sepanjang tahun. dia memperkirakan tingkat hunian rata-rata di luar musim ski menjadi antara
20% dan 40% untuk beberapa tahun kedepan. Kachack memperkirakan bahwa pada off-season
klien tingkat hunian 40% jika pemilik mengeluarkan dana sebesar $ 4000 untuk iklan setiap
tahun ($ 500 setiap bulan) maka tingkat hunian akan naik menjadi 30 kamar setiap bulan. Jika
memang bangunan di sayap barat akan digunakan, maka akan mucul biaya sekitar $2000 untuk
perbaikan dan pemeliharaan.

9
Ibu Kecheck dibayar $20 per hari untuk mengawasi pelayan dan membantu pelayanan
check-in Selama musim ini, dia bekerja tujuh hari seminggu. Petugas fron-office dan setiap
pembantu dibayar setiap hari dengan tarif $24 dan $15 masing-masing. pajak gaji dan
tunjangan lainnya sekitar 20% dari gaji. Meskipun depresiasi dan pajak properti tidak akan
mempengaruhi keputusan untuk menjaga sayap barat beroperasi, asuransi akan meningkat
sebesar $500 untuk tahun ini. Selama musim, diperkirakan Mr dan Mrs Kecheck bisa
menangani meja depan tanpa orang tambahan. Ibu kecheck, harus dibayar selama lima hari
seminggu.
Sisi lain dari biaya lain-lain tetap dan tidak akan berubah dengan operasi 12-bulan.
Linen telah disewa dari supply house dan biaya juga tergantung pada jumlah atau kamar yang
ditempati, tetapi dua kali lebih banyak, rata-rata, untuk hunian ganda daripada untuk hunian
tunggal. Utilitas meliputi dua item : telepon dan listrik. Dengan operasi hotel, beban listrik
adalah fungsi dari jumlah kamar yang tersedia kamar harus menggunakan pemanas ruangan
atau AC tagihan telepon untuk masing-masing empat bulan musiman adalah sebagai berikut :
80 telepon @ $3.00 /bulan $240
Layanan dasar biaya $ 50
$290
Selama off-season, hanya biaya pelayanan dasar yang dibayar. Biaya bulanan sebesar
$3 adalah hanya berlaku untuk telepon yang aktif. Aspek tambahan yang di usulkan Mr.
Kachack adalah menambahkan kolam renang air panas indoor di hotel. Pak kachack percaya
bahwa ini akan meningkatkan kemungkinan tingkat hunian musim hingga berada di atas 30%
namun perkiraan tidak mungkin dipastikan tepat. Diketahui bahwa meskipun tingkat hunian
musim dingin tidak akan sangat terpengaruh dengan menambahkan kolam renang dalam
ruangan, kolam renang harus dibangun untuk bertahan dalam persaingan. Biaya kolam tersebut
diperkirakan sebesar $40.000 jumlah ini dapat disusutkan selama lima tahun tanpa nilai sisa
($15,000 dari $40,000 untuk plastic bubble dan pemanas, yang akan digunakan sembilan bulan
dalam setahun) Satu-satunya biaya lain yang terkait dengan kolam renang adalah $400 per
bulan untuk lifeguard yang diwajibkan oleh hukum, asuransi dan pajak tambahan, diperkirakan
$1,200, untuk biaya pemanas $1,000 dan biaya pemeliharaan tahunan $1.800 pula penjaga
diperlukan selama 12 bulan. Jika tidak ditutup, penjaga yang diperlukan hanya untuk tiga bulan
musim panas (dari 15 Juni-15 September), dan tidak akan ada biaya pemanasan.

10
Pertanyaan:
1. Rata-rata, berapa banyak kamar harus disewa setiap malam di setiap musim untuk hotel
pada titik impas?
2. Hotel ini penuh pada akhir pekan di musim ski. Jika semua tarif kamar dibesarkan $ 5
pada malam akhir pekan, tapi hunian turun ke 72 kamar bukannya 80, apa keuntungan
direvisi sebelum pajak untuk tahun ini, per Exhibit 1?
3. Apa margin kontribusi yang diusulkan pada tambahan operasi selama musim-off?

11
Jawaban:
1. Titik Impas
- Identifikasi Biaya Variabel
cleaning supplies $ 1.920,00
linen service $ 13.920,00
misc expenses $ 7.314,00
TOTAL VARIABEL COST $ 23.154,00
- Variabel Cost/room/night
total kamar 80
hari operasi 120
total kamar /malam (capacity available) 9.600
occupancy rate/tingkat hunian 80%
kamar yang dihuni 7.680
VC/kamar yang dihuni = Total VC : Total Kamar yang dihuni
= $ 23.154 : 7680
= $ 3,01
- Margin Kontribusi
Rata-rata pendapatan/kamar = total pendapatan : total kamar yang dihuni
= $ 160.800 : 7680
= $ 20,94
Margin Kontribusi = Pendapatan – total VC
= $ 160.800 - $ 23.154
= $ 137.646

MG/unit = Margin Kontribusi / toal kamar yang dihuni


= $ 137.646 / 7680
= $ 17,92
Rasio Margin Kontribusi = Pendapatan : margin kontribusi
= $ 160.800 : $ 137.646
= 86%

12
- Fixed Cost
= total cost – VC
= $ 138.410 - $ 23.154
=$ 115.256
- Jadi, total kamar yang harus disewa/mala setiap musim Sky untuk mencapai BEP
adalah:
= BEP/unit : 120 hari
= 6.431 : 120
= 54 kamar

2. Ketika kita kehilangan kamar, jika menaikkan harga kamar


- Lost CM due to lost room nights
kamar yang hilang saat weekend 8
total weekend (4 X 4 X 2 ) 32
CM per room night $ 17,92
lost CM due to room nights lost $ 4.588,20
- Added CM due to raised prices
rooms occupied 72
weekend days 32
kenaikan harga $ 5,00
tambahan CM increase $ 11.520,00
- Perbedaan = 11.520 – 4.588,20 = $ 6.931,80
- BEP

Breakeven Lost Rooms X


CM Per room nights $ 17,92

X * 17,92 = (80 - X) * 5
17,92 X = 400 - 5X
17,92 X + 5X = 400
22,92 X = 400
X = 17
BEP room = 17 kamar

13
Occupancy for Breakevent = 80 – 17 = 63 kamar

3. Margin Kontribusi
Revenue
single occupancy $ 20,00
double occupancy $ 25,00
weighted average $ 22,50

variable cost/room $ 3,01


CM $ 19,49

BE OCCUPANCY RATE
additional expense
iklan $ 4.000,00
perbaikan $ 2.000,00
gaji $ 4.800,00
gaji front office $ 9.360,00
telpon $ 290,00
asuransi $ 500,00
$ 20.950,00

Breakeven room nights occupancy 1075

rooms available 30
operating days 240
total room nights availabe 7.200

BEP Occoupancy rate 15%

Extra Profit
Prediksi tambahan laba 20-40 %
Prediksi paling rendah 20% 1.440
kalkulasi BEP Occupancy 1.075
room difference 365

Jadi, 365 ekstra kamar memebrikan profit sebanyak = 19,49 X 365 = $ 7.115.

14
DAFTAR REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Modul Chartered Accountant: Akuntansi Manajemen
Lanjutan. Jakarta: Penulis.
https://www.scribd.com/document/366678595/Rmk-6-Penggunaan-Informasi-Untuk-
Perencanaan-Laba (Diakses tanggal 11 September 2018).
https://www.coursehero.com/file/13777927/Pemisahan-Biaya-Fixed/#/quiz (Diakses tanggal
11 September 2018).
https://www.scribd.com/document/270373632/Makalah-Skyview-Manor (Diakses tanggal 11
September 2018).
https://eviramdani.wordpress.com/2010/06/01/cost-volume-profit-anlysis/ (Diakses tanggal
11 September 2018).
https://www.e-akuntansi.com/2015/09/analisis-cost-volume-profit-cvp.html (Diakses tanggal
11 September 2018).

15

Anda mungkin juga menyukai