Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN

BANTUAN ALAT PERAGA MUSSCHENBROEK PADA


PEMBELAJARAN FISIKA MATERI PEMUAIAN
DI SMA N 2 RAMBAH

ARTIKEL ILMIAH

OLEH :
RAHMALINDA SYAFITRI
NIM : I531003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
KABUPATEN ROKAN HULU
2019
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN
BANTUAN ALAT PERAGA MUSSCHENBROEK PADA
PEMBELAJARAN FISIKA MATERI PEMUAIAN
DI SMA N 2 RAMBAH

Karya Ilmiah Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Studi Sarjana (S-1) di
Universitas Pasir Pengaraian

Ditetapkan dan Disahkan di Pasir Pengaraian


Pada Tanggal 27 Juni 2019

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

YEZA FEBRIANI, M.Sc SOHIBUN, M.Pd


NIDN. 1018028701 NIDN. 1016058801

Diketahui,
Ketua Program Studi
PendidikanFisika

Dr. DEDI MARDIANSYAH, M.Si


NIDN. 1016128701
EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN
BANTUAN ALAT PERAGA MUSSCHENBROEK PADA
PEMBELAJARAN FISIKA MATERI PEMUAIAN
DI SMA N 2 RAMBAH

Rahmalinda Syafitri1), Yeza Febriani2), Sohibun3)


123)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian
Email: rahmalinda71@gmail.com1, yezafebriani@gmail.com2, bie.idsohib@gmail.com3

ABSTRACT

The aim of the research was to know effectiveness of the misconseption remediation students
using the help of musschenbroek props on physics learning expantion material in SMA N 2 Rambah. The
research was conducted by pre experiment type and one group pretest- posttest design, was held for three
meetings with the research subjects class X. MIA SMA N 2 Rambah students. The data were obtained by
four tier diagnostic test and observation. The sampling technique in this research is purposive sampling.
The result of the research are that there is an average decrease in student misconception before and after
remediation of 50,35 %. Then obtained at the pretest average of student value is 26 and in the posttest the
average of student value is 76 with a value of n gain factor 0,67 with medium category. Therefore, the
remediation using the help of musschenbroek props effective to overcome students misconceptions in
physics learning of long expansion material in SMA N 2 Rambah.
Keywords : Effectiveness, Remediation, Misconception, Props, Musschenbroek, Expansion.

PENDAHULUAN untuk meningkatkan mutu dan kualitas


pendidikan.
Pendidikan adalah proses Permasalahan pendidikan sering
perubahan sikap dan tingkah laku berkaitan dengan penanaman
seseorang atau kelompok orang dalam pemahaman konsep yang kadang-
usaha mendewasakan manusia melalui kadang keliru. Sebagian orang
upaya pengajaran dan latihan (Monika, berpendapat bahwa kesalahan
2014).Pendidikan seharusnya sangat pemahaman siswa terhadap suatu
diperhatikan karena mempunyai konsep fisika adalah wajar dan dapat
peranan penting yaitu untuk dianggap sebagai kurang berhasilnya
mewujudkan tujuan Negara Indonesia proses belajar mengajar. Kesalahan
itu sendiri seperti yang tercantum pemahaman konsep oleh siswa secara
dalam UUD 1945 pada alenia ke empat konsisten akan mempengaruhi
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. efektivitas proses belajar selanjutnya
Sehingga kemajuan dan perkembangan dari siswa. Setelah pembelajaran
pendidikan diberi perhatian khusus disekolah, ternyata seringkali kerangka
guna untuk meningkatkan mutu dan konsep yang telah dibangun oleh siswa
kualitas pendidikan. Oleh karena itu, tersebut menyimpang dari konsep
selalu dilakukan pembaharuan dalam ilmiah. Selanjutnya kerangka konsep
sistem pendidikan yang bertujuan siswa yang salah tersebut akan disebut
sebagai miskonsepsi (Makmur, 2017). mengatasi miskonsepsi tersebut maka
Miskonsepsi atau salah konsep dapat akan dilakukan suatu tindakan atau
diartikan sebagai kesalahan suatu perlakuan, salah satunya yaitu
pemahaman dalam menghubungkan melalui remediasi (Suparno, 2013).
suatu konsep dengan konsep-konsep Remediasi adalah kegiatan
lain, antara konsep baru dengan perbaikan yang dilakukan untuk
konsep lama yang sudah ada dalam mengatasi miskonsepsi yang dimiliki
pikiran siswa (Mursalin, 2013). siswa tentang konsep dan informasi
Berdasarkan wawancara yang tentang konsep yang belum dapat
dilakukan dengan guru fisika SMA dijelaskan siswa sesuai dengan
Negeri 2 Rambah mengatakan bahwa konsepsi ilmuwan. Ada beberapa cara
motivasi siswa/i SMA N 2 Rambah yang dilakukan untuk meremediasi
dalam belajar fisika sangat rendah. miskonsepsi, diantaranya pemilihan
Mereka masih menganggap fisika model pembelajaran, penggunaan
adalah mata pelajaran yang sulit untuk media simulasi interaktif, penggunaan
dipahami. Selain itu, siswa juga sulit alat peraga dan penggunaan alat belajar
memahami konsep karena mereka lainnya ( Rifa’i, 2018). Pada penelitian
sudah terbiasa untuk menghafal rumus. ini penulis melakukan remediasi
Kebiasaan menghafal rumus inilah miskonsepsi pada materi pemuaian
yang membuat kesalahpahaman siswa dengan menggunakan alat peraga yaitu
dalam menyelesaikan masalah (soal). musschenbroek yang merupakan salah
Kurangnya pemahaman terhadap satu alat peraga pemuaian panjang zat
suatu konsep, mengakibatkan padat.
terjadinya miskonsepsi dan hasil Miskonsepsi atau salah konsep
belajar yang kurang memuaskan pada dapat diartikan sebagai kesalahan
siswa. Usaha untuk mengidentifikasi pemahaman dalam menghubungkan
miskonsepsi telah banyak dilakukan, suatu konsep dengan konsep-konsep
namun hingga saat ini masih terdapat yang lain, antara konsep yang baru
kesulitan dalam membedakan antara dengan konsep yang lama yang sudah
siswa yang mengalami miskonsepsi ada dalam pikiran siswa (Mursalin,
dengan yang tidak tahu konsep. 2013). Miskonsepsi diartikan sebagai
Sebagai salah satu alternatif yang terjadinya perbedaan konsepsi
digunakan untuk mengidentifikasi seseorang dengan konsepsi para ahli,
miskonsepsi adalah teknik four tier perbedaan tersebut muncul akibat
diagnostic test yang dikembangkan adanya prakonsepsi yang belum tentu
oleh Caleon & Subramaniam (2010). benar (Purwati, 2016).
Four tier diagnostic test merupakan Remediasi merupakan salah satu
pengembangan dari teknik CRI, yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk
dengan menambahkan tingkat memperbaiki kekeliruan kompetensi
keyakinan pada masing-masing yang telah ditetapkan. Sejumlah
jawaban dan alasan (Rusilowati, 2015). kegiatan remediasi dirancang dengan
Ada beberapa langkah yang seksama dan telah diuji coba dapat
digunakan untuk membantu mengatasi membantu meningkatkan hasil belajar
miskonsepsi yaitu mencari, dan menurunkan miskonsepsi siswa
mengungkap miskonsepsi yang (Nurussaniah, 2016).Menurut Sutrisno,
dilakukan siswa dan mencari perlakuan Kresnadi, dan Kartono remediasi
yang sesuai untuk mengatasi adalah kegiatan yang dilaksanakan
miskonsepsi, oleh karena itu untuk untuk membetulkan kekeliruan yang

2
dilakukan siswa. Remediasi digunakan Populasi dan Sampel
untuk mengubah konsepsi siswa yang Populasi adalah wilayah
semula keliru menjadi benar (Hasani, generalisasi yang terdiri atas
2016). obyek/subyek yang mempunyai kualitas
Alat peraga merupakan media dan karakteristik tertentu yang
pembelajaran yang mengandung atau ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
membawakan ciri-ciri konsep yang dan kemudian ditarik kesimpulan
dipelajari (Sukayati, 2009 ). Menurut (Sugiono, 2009). Populasi pada
Sudjana (2008) pengertian alat peraga penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas
adalah alat bantu yang digunakan oleh X (sepuluh) SMA N 2 Rambah.
guru dalam proses belajar mengajar Sampel pada penelitian ini yaitu
agar proses belajar mengajar siswa kelas X. MIA SMA N 2 Rambah yang
lebih efektif. jumlahnya 18 siswa.
Musschenbroek merupakan salah
satu alat peraga pemuaian panjang yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat digunakan untuk mengukur Data yang diperoleh dari four tier
pemuaian panjang panjang sebuah diagnostic test diidentifikasi untuk
benda (Rohmah, 2017). mengetahui siswa yang paham konsep,
Musschenbroek merupakan alat yang tidak paham konsep, miskonsepsi dan
biasa digunakan untuk menghitung error. Tes diberikan berupa soal pilihan
nilai koefisien muai panjang logam ganda empat tingkat sebanyak 12 soal
(Jua, 2017). yang telah diujikan validitas dan
reliabilitasnya.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian 1. Pengelompokan Siswa Paham
Penelitian ini dilakukan dengan Konsep, Tidak Paham Konsep,
jenis penelitian pre-eksperimen dan dan Miskonsepsi
desain penelitianOne-Group pretest- Berdasarkan hasil four tier
posttest design. Desain ini dapat diagnostic test yang telah dilakukan,
digambarkan seperti berikut : maka persentase rata-rata siswa yang
Tabel 1. Desain Penelitian mengalami Paham Konsep (P), Tidak
Pretest Treatment Posttest Paham Konsep (TPK), Miskonsepsi
(M) disajikan pada Gambar 1.
O1 X1 O1
(Sumber : Arikunto,2010)
Keterangan :
O1 = Nilai pretest (untuk
mengidentifikasi miskonsepsi
siswa)
O1 = Nilai Posttest (untuk melihat
perubahan miskonsepsi siswa)
X1 = Remediasi menggunakan
bantuan alat peraga musschenbroek.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap TA 2018/2019 di kelas
Gambar 1. Grafik P, TPK, dan M
X SMA N 2 Rambah.

3
Berdasarkan Gambar 1 persentase konsep pemuaian panjang seperti Tabel
siswa antara pretest dan 2.
posttestmengalami perubahan. Rata-rata
persentase kategori paham konsep (P) Tabel 2. Miskonsepsi Siswa Kelas
pada saat pretest dan posttest X.MIA SMA N 2 Rambah Materi
mengalami perubahan yaitu pada saat Pemuaian
pretest rata-rata persentase siswa yang No Indikator Tipe Miskonsepsi
mengalami paham konsep sebesar 1,85 Siswa menganggap
% sedangkan pada saat posttest rata-rata bahwa untuk
persentase siswa yang mengalami Menjelaska mencegah agar kaca
paham konsep sebesar 66,20 %. Rata- n prinsip lampu pijar tidak
rata persentase kategori tidak paham pemuaian pecah saat
dan dinyalakan yaitu
konsep (TPK) pada saat pretest dan 1
manfaatnya dengan membuat
posttest juga mengalami perubahan dalam kaca lampu dari
yaitu pada saat pretest rata-rata kehidupan bahan gelas yang
persentase siswa yang mengalami tidak sehari-hari memiliki koefisien
paham konsep sebesar 45,83 % muai ruang dan
sedangkan pada saat posttest rata-rata massa jenis besar.
persentase siswa yang mengalami tidak Siswa menganggap
paham konsep sebesar 6,02 %. bahwa pertambahan
Menjelaska
Selanjutnya rata-rata persentase panjang tidak
n konsep
kategori miskonsepsi (M) pada saat 2 bergantung pada
pemuaian
pretest dan posttest mengalami jenis logam, panjang
panjang
mula-mula
perubahan yaitu pada saat pretest rata-
dankenaikan suhu
rata persentase siswa yang mengalami Siswa menganggap
miskonsepsi sebesar 52,31 % sedangkan bahwa langkah-
pada saat posttest rata-rata persentase langkah dalam
siswa yang mengalami miskonsepsi Menjelaska menyelesaikan soal
sebesar 27,78 %. n konsep yang menentukan
Hal ini menunjukkan bahwa pada 3 koefisien koefisien muai
saat pretest sebagian siswa mengalami muai panjang sama
miskonsepsi. Siswa diuji dengan tes panjang dengan soal yang
pilihan ganda four tier diagnostic test menentukan
yang disertasi alasan menunjukkan pertambahan
panjang benda.
bahwa siswa yang mengalami
miskonsepsi lebih banyak dari pada Mengetahui Siswa menganggap
siswa yang memahami konsep. alat yang bahwa alat yang
digunakan digunakan untuk
2. Tipe Miskonsepsi Siswa X.MIA 4 untuk menyelidiki
SMA N 2 Rambah menyelidiki pemuaian panjang
Dari hasil identifikasi miskonsepsi pemuaian adalah termometer.
siswa kelas X.MIA SMA N 2 Rambah panjang
pada pretest dapat diketahui bahwa Sebagian siswa
Memecahk
siswa banyak mengalami miskonsepsi masih melakukan
an masalah
pada indikator menjelaskan prinsip kesalahan dalam
pemuaian
5 menyelesaikan soal
pemuaian dan manfaatnya dalam panjang
menggunakan
kehidupan sehari-hari serta menjelaskan dengan
persamaan pemuaian
persamaan
panjang.

4
Berdasarkan Tabel 2 dapat remediasi miskonsepsi siswa pada
diketahui bahwa siswa mengalami materi pemuaian dapat dilihat pada
miskonsepsi pada beberapa indikator Gambar 2.
seperti siswa menganggap bahwa untuk
mencegah agar kaca lampu pijar tidak
pecah saat dinyalakan yaitu dengan
membuat kaca lampu dengan bahan dari
gelas yang memiliki koefisien muai
ruang dan massa jenis besar, sedangkan
berdasarkan konsep ilmiah untuk
mencegah agar kaca tidak pecah maka
dibutuhkan koefisien muai ruang yang
besar dan jenis logam tidak
mempengaruhi saat terjadi pemuaian.
Selanjutnya siswa menganggap
bahwa pertambahan panjang tidak
bergantung pada jenis logam, panjang
mula-mula dan kenaikan suhu,
sedangkan berdasarkan konsep materi
pemuaian, pertambahan panjang logam Gambar 2. Grafik Keterlaksanaan
sangat bergantung pada jenis logam, Remediasi Miskonsepsi
panjang mula-mula, kenaikan suhu dan Berdasarkan Gambar 2 dapat
koefisien muai panjang logam tersebut. dilihat bahwa persentase
Selanjutnya siswa menganggap bahwa keterlaksanaan remediasi sebesar 100 %
langkah-langkah dalam menyelesaikan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2
soal yang menentukan koefisien muai dengan interpretasi bahwa seluruh
panjang sama dengan soal yang kegiatan terlaksana. Keterlaksanaan
menentukan pertambahan panjang remediasi ini bertujuan untuk mengatasi
benda. miskonsepsi yang dialami siswa X.MIA
Selanjutnya siswa menganggap SMA N 2 Rambah pada materi
bahwa alat yang digunakan untuk pemuaian.
menyelidiki pemuaian panjang adalah Keterlaksanaan kegiatan remediasi
termometer, sedangkan faktanya alat menggunakan bantuan alat peraga
yang digunakan untuk menyelidiki musschenbroek inimemudahkan siswa
pemuaian panjang adalah dalam memahami materi pemuaian
musschenbroek. Miskonsepsi siswa juga panjang serta membuat siswa lebih
ditemukan karena sebagian siswa masih semangat dalam mengikuti
melakukan kesalahan dalam pembelajaran, sehingga miskonsepsi
menyelesaikan soal menggunakan siswa yang semula keliru menjadi
persamaan pemuaian panjang. benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sutrisno, Kresnadi dan Kartono dalam
3. Keterlaksanaan Remediasi Hasani (2016) bahwa kegiatan
Untuk mengatasi miskonsepsi remediasi digunakan untuk mengubah
dilakukan suatu tindakan atau perlakuan konsepsi siswa yang semula keliru
berupa remediasi pembelajaran menjadi benar.
menggunakan bantuan alat peraga
musschenbroek. Dari hasil penelitian
dan analisis data keterlaksanaan

5
4. Penurunan Miskonsepsi Pretest Tabel 2. Data Nilai Pretest dan Posttest
dan Posttest siswa
Perubahan miskonsepsi siswa saat KODE PreTest PostTest
pretest dan posttestdilihat pada PD1 17 67
persentase penurunan miskonsepsi PD2 50 76
siswa Gambar 3 berikut. PD3 42 84
PD4 25 76
PD5 42 67
PD6 25 84
PD7 8 67
PD8 17 67
PD9 8 84
PD10 25 67
PD11 17 59
PD12 17 84
PD13 8 67
PD14 25 84
PD15 25 67
PD16 25 84
PD17 42 84
PD18 34 92
Jumlah 454 1360
Gambar 3. Grafik Penurunan
Rata-Rata 25 76
Miskonsepsi Pretest dan Posttest
Berdasarkan Gambar 3 terjadi
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
penurunan miskonsepsi tertinggi
bahwa pada saat pretestnilai seluruh
sebesar 100 % pada soal nomor 7,9,10,
siswa tidak memenuhi KKM yaitu 65.
dan 11. Selain itu juga dapat diketahui
Berdasarkan Tabel 4.2 juga dapat
bahwa terjadi peningkatan miskonsepsi,
diketahui bahwa rata-rata hasil pretest
yaitu pada soal nomor 5,6, dan 12.
dan posttest atau sebelum dan sesudah
Selanjutnya diperoleh rata-rata
remediasi mengalami peningkatan dari
penurunan miskonsepsi secara
25 menjadi 76.
keseluruhan sebesar 49,08 % setelah
dilakukannya remediasi pembelajaran
6. Uji N- Gain
menggunakan bantuan alat peraga
Setelah memperoleh hasil pretest
musschenbroek materi pemuaian di
dan posttest maka dilanjutkan dengan
kelas X.MIA SMA N 2 Rambah. Hal ini
menentukan nilai n-gain untuk
membuktikan bahwa remediasi
mengetahui tingkat keefektifan
menggunakan bantuan alat peraga
remediasi menggunakan bantuan alat
musschenbroek efektif untuk mengatasi
peraga musschenbroek. nilai N-gain
miskonsepsi siswa X.MIA SMA N 2
diperoleh dengan mengolah data pretest
Rambah.
sebelum dilakukannya remediasi
pembelajaran dan posttest setelah
5. Data Nilai Pretest dan Posttest
dilakukannya remediasi pembelajaran
Siswa
siswa. Data nilai tersebut diolah
Data nilai siswa sebelum (pretest)
menggunakan rumus dari Hake seperti
dan sesudah (posttest) disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 2.

6
Tabel 3. N- Gain sesudah dilakukannya remediasi. Pada
Kode Pretes Posttest NGain pretest rata-rata nilai siswa sebesar 25,
PD1 17 67 0,61 sedangkan pada posttest rata-rata nilai
PD2 50 76 0,51 siswa sebesar 76 dengan nilai faktor n-
PD3 42 84 0,72 gain sebesar 0,67 yang artinya
PD4 25 76 0,67 efektivitas remediasi menggunakan
PD5 42 67 0,43 bantuan alat peraga musschenbroek
PD6 25 84 0,79
pada materi pemuaian panjang
PD7 8 67 0,64
PD8 17 67 0,61
dikategorikan sedang.
PD9 8 84 0,83 Kemudian efektivitas remediasi juga
PD10 25 67 0,56 dapat dilihat dari penurunan rata-rata
PD11 17 59 0,50 miskonsepsi sebelum dan sesudah
PD12 17 84 0,81 remediasi menggunakan bantuan alat
PD13 8 67 0,64 peraga musschenbroek pada materi
PD14 25 84 0,79 pemuaian. Rata-rata persentase pretest
PD15 25 67 0,56 miskonsepsi sebesar 52,31 % sebelum
PD16 25 84 0,79 dilakukan remediasi dan hasil rata-rata
PD17 42 84 0,72 persentase posttest miskonsepsi sebesar
PD18 34 92 0,89
27,78% setelah dilakukan remediasi
Jumlah 454 1360
dengan rata-rata penurunan miskonsepi
Rata-Rata 25 76 0,67
sebesar 49,08 % termasuk dalam
kategori sedang.
Berdasarkan Tabel 3 dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang
diketahui bahwa nilai n-gain dengan
telah dilakukan dapat disimpulkan
interpretasi tinggi diperoleh 8 siswa
bahwa remediasi menggunakan bantuan
yaitu PD3, PD6, PD9, PD12, PD14,
alat peraga musschenbroek efektif untuk
PD16, PD17 dan PD18. Sedangkan nilai
mengatasi miskonsepsi siswa pada
n-gain dengan interpretasi sedang
materi pemuaian panjang di kelas
diperoleh 10 siswa yaitu PD1, PD2,
X.MIA SMA N 2 Rambah. Hal ini
PD4, PD5, PD7, PD8, PD10, PD11,
dibuktikan dengan terjadinya
PD13 dan PD15. Selanjutnya rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa dan
nilai n-gain yaitu sebesar 0,67 dengan
penurunan miskonsepsi siswa setelah
interpretasi sedang. Adapun hasil
dilakukannya remediasi pembelajaran.
perhitungan rata-rata n-gain secara
Penurunan miskonsepsi dapat diartikan
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel
bahwa miskonsepsi siswa sebelum dan
4.berikut.
sesudah remediasi mengalami
Tabel 4. Hasil Gain ternormalisasi
perubahan, remediasi tersebut
Secara Keseluruhan
mengubah pemahaman konsepsi siswa
Kelas Gain Kriteria yang semula keliru menjadi benar. Hal
X.MIA 0,67 Sedang ini sesuai dengan pernyataan Sutrisno,
Kresnadi, dan Kartono dalam Hasani
6. Efektifitas Remediasi Miskonsepsi (2016) bahwa kegiatan remediasi
Siswa Menggunakan Bantuan dilaksanakan untuk membetulkan
Alat Peraga Musschenbroek kekeliruan yang dilakukan siswa serta
Berdasarkan data nilai siswa pada mengubah konsepsi siswa yang semula
pretest dan posttest, untuk mengetahui keliru menjadi benar, meskipun hasil
efektivitas remediasi dengan melihat analisis yang didapatkan terdapat
peningkatan nilai siswa sebelum dan beberapa siswa yang masih mengalami

7
miskonsepsi setelah dilakukan 2. Bagi guru agar mengubah cara
remediasi, karena miskonsepsi sulit mengajar yang lebih bervariatif
untuk diperbaiki. Hal ini sesuai dengan untuk memotivasi siswa
apa yang diungkapkan Suparno (2013), 3. Bagi sekolah, dapat memperhatikan
bahwa miskonsepsi ada yang mudah kinerja guru bidang studi dalam
dibenarkan, tetapi ada yang sangat sulit mendidik siswa dan juga
untuk diperbaiki. memperhatikan siswa agar tidak
terjadi miskonsepsi.
SIMPULAN DAN SARAN 4. Bagi peneliti selanjutnya,
Simpulan disarankan agar melakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang perlakuan yang berbeda untuk
telah dilakukan di SMA N 2 Rambah, mengatasi miskonsepsi pada siswa.
dapat disimpulkan bahwa remediasi
menggunakan bantuan alat peraga
musschenbroek efektif untuk mengatasi DAFTAR PUSTAKA
miskonsepsi siswa pada materi Arikunto., 2010.Prosedur Penelitian
pemuaian di kelas X.MIA SMA N 2 Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rambah. Hal ini ditunjukkan dengan Bumi Aksara.
adanya penurunan miskonsepsi yang Hasani, I., 2016. Remediasi
diperoleh dari hasil rata-rata persentase Miskonsepsi Menggunakan Media
pretest miskonsepsi sebesar 52,31 % Lectora Inspire Pada Materi Kinetik
sebelum dilakukan remediasi dan hasil Gas Siswa Kelas Xi Man 1
rata-rata persentase posttest Pontianak. Jurnal Pendidikan
miskonsepsi sebesar 27,78 % dengan Fisika. Universitas Tanjung Pura.
rata-rata penurunan miskonsepi sebesar 5(6) : 1-11
49,08% termasuk dalam kategori Jua, Sarwanto, dan Sukarmin., 2017.
sedang. Selanjutnya diperoleh data rata- Pengembangan Alat Percobaan
rata nilai pretest siswa sebesar 25, Muai Panjang Zat Padat Sebagai
sedangkan rata-rata nilai posttestsiswa Alat Praktikum Fisika Materi
sebesar 76 dengan nilai faktor n-gain Pemuaian. Seminar Pendidikan.
sebesar 0,67 yang artinya efektivitas Universitas PGRI Madiun.
remediasi menggunakan bantuan alat Makmur, SC., 2017. Analisis
peraga musschenbroek pada materi Miskonsepsi Pada Konsep Gerak
pemuaian panjang dikategorikan Lurus Menggunakan Certainty Of
sedang. Sehingga dapat diketahui Response Index (CRI) Kelas X
bahwa hasil belajar mempengaruhi SMA N 2 Ujung Batu. Skripsi
tingkat miskonsepsi siswa. Ketika nilai Pendidikan Fisika. Universitas Pasir
siswa mengalami peningkatan maka Pengaraian.
tingkat miskonsepsi siswa rendah. Monika, Y., 2014. Korelasi Antara
Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran
Saran Fisika Dengan Hasil Belajar Fisika
Berdasarkan hasil penelitian yang Di Kelas X-A SMA Negeri 4
diperoleh, maka ada beberapa hal yang Yogyakarta. Skripsi Pendidikan
dapat disarankan, yaitu : Fisika. Universitas Sanata Dharma
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan Yogyakarta.
pemahaman konsep pada materi Mursalin., 2013. Model Remediasi
fisika dengan baik. materi rangkaian listrik dengan
pendekatan simulasi PhET. Jurnal

8
Pendidikan Fisika Indonesia.
Universitas Negeri Gorontalo. 9(1) :
1-7
Nurussaniah,Wahyudi, dan Novi., 2016.
Efektivitas Penggunaan Booklet
Untuk Meremediasi Kesalahan
Siswa Pada Materi Pemuaian Zat Di
Kelas VII SMP Negeri 1 Tangaran
Kabupaten Sambas. Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains. IKIP PGRI
Pontianak. 4(2) : 96-101
Purwati, E., 2016. Analisis Miskonsepsi
Siswa Pada Materi Pokok Lingkaran
Ditinjau Dari Kesiapan Belajar Dan
Gaya Berpikir Siswa Kelas XI SMA
N 3 Surakarta Tahun Ajaran
2013/2014. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika.
Universitas Surakarta. 4(3) : 328-
340
Rifa’i, M., 2018. Remediasi
Miskonsepsi Menggunakan Model
TSTS Berbantuan Alat Peraga
Tentang Tekanan DI SMP Islam
Bawari. Jurnal Pendidikan Fisika.
Universitas Tanjung Pura Pontianak.
7(3) : 1-12
Rohmah, K., 2017. Penggunaan Alat
Peraga Musschenbroek Bimetal
Terhadap Keterampilan Proses
Sains. Jurnal Pendidikan.
Universitas PGRI Semarang. 8(2) :
89-93
Rusilowati, A., 2015. Pengembangan
Tes Diagnostik Sebagai Alat
Evaluasi Kesulitan Belajar Fisika.
Prosiding Seminar Nasional Fisika
Dan Pendidikan Fisika. Universitas
Negeri Semarang. 6(1) : 1-10
Sudjana., 2008. Berbagai Media
Gambar Sebagai Alat Peraga.
Jakarta:Pustaka.
Sukayati., 2009. Pemanfaatan Alat
Peraga Di SD. Modul.Yogyakarta.
Suparno, P., 2013. Miskonsepsi &
Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika. Jakarta:
Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai