TINJAUAN PUSTAKA
keanggota masyarakat untuk dikonsumsi saat ini atau dimasa mendatang. Ilmu ini
mengakaji semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya
yang ada. Kegiatan yang dilaksanakan juga harus memenuhi kriteria efisiensi
(Cost Effective).
ekonomi yang diterapkan dalam topik – topik kesehatan. Mills dan Gillson (1999)
(1) alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan; (2) jumlah sumber
aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan
berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada empat bidang yang tercakup dalam
(3) pemeliharaan kesehatan (the health maintenance) dan (4) analisis biaya (cost)
dalam upaya kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
diproduksi; (2) berapa besar biaya produksinya; (3) bagaimana mobilisasi dana
kesehatan (siapa yang mendanai); (4) bagaimana utillisasi dana kesehatan (siapa
penggunanya dan berapa banyak) serta (5) berapa besar manfaat (benefit)
a. Kejadian penyakit tidak terduga, tidak ada orang yang dapat memprediksi
penyakit apa yang akan menimpanya dimasa yang akan datang, oleh karena
itu tidak mungkin dapat dipastikan pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan.
akan sakit dan oleh karena itu ada juga resiko untuk mengeluarkan biaya
tersebut tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis
jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumen.
c. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak. Makan, pakaian, tempat tinggal
dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus
sering kali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar
dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat perbuatan
diperoleh lebih besar dari private margial benefit. Pelayanan kesehatan yang
karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan
swasta.
pemilik modal dan dunia bisnis melihat sektor kesehatan sebagai peluang
tersebut bervariasi antar individu dan sangat tergantung kepada jenis penyakit.
h. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi. Pembangunan sektor
sempurna seperti mekanisme pasar untuk komoditi lain. Pada sektor kesehatan
tidak pernah terdengar adanya promosi discount atau bonus dalam pelayanan
kesehatan.
rangka memutuskan status kesehatannya yang optimal. Dalam hal ini, konsumen
dibentuk dari flow jasa pelayanan kesehatan dan dari konsumsi barang lainnya
untuk setiap tahun kehidupannya. Maksimasi ini akan menyebabkan individu tadi
yaitu : upah harian, produk marginal kesehatan yang dihitung dalam jumlah hari
sehat yang dihasilkan oleh satu unit stok kesehatan dan biaya marginal dari „gross
peningkatan kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh Grossman pada return kesehatan
yang diukur dengan hari sehat (healthy days) dan mempunyai batas 365 hari
and West PA, 1979, hal.29-32) yang akan mempengaruhi tingkat upah.
Dengan stok kapital kesehatan yang optimal dapat dilakukan uji pengaruh
usia dan income terhadap stok kesehatan. Pertama dengan memperhatikan aspek
usia dan mengasumsikan bahwa tingkat upah, marginal product dari stok
kesehatan dan biaya marginal dari gross investmen adalah independen terhadap
usia. Pengaruh yang diasumsikan dari kenaikan usia adalah meningkatnya tingkat
depresiasi kesehatan. Ini tidak berarti bahwa orang yang lebih tua akan kurang
sehat dibandingkan yang muda usia, tetapi untuk orang tertentu tingkat depresiasi
kesehatannya pertahun akan menjadi lebih besar ketika usianya lebih tua.
konsumen memilih stok kesehatan yang lebih rendah dalam rangka meningkatkan
produk marginal kesehatan, juga menyamakan hasil marginal dengan biaya yang
lebih tinggi (telah diasumsikan bahwa besarnya produk marginal kesehatan akan
lebih kecil pada tingkat stok kesehatan yang lebih tinggi). Dengan demikian
naik, model Grossman mengatakan bahwa seseorang akan memilih suatu status
kesehatan yang lebih rendah pada setiap tahun berurutan (successive year). Hal ini
akan mendorong orang tersebut terpaksa harus memilih usia hidupnya sendiri,
mengingat stok kesehatannya yang optimal pada akhirnya akan turun hingga
dibawah life-supporting minimal yang dia perlukan, dan kalau hal itu sudah
kesehatan akan terdiri dari dua unsur. Produk marginal kesehatan, dihitung dari
healthy days, jelas akan lebih berharga pada tingkat upah yang lebih tinggi. Tetapi
waktu yang dimiliki konsumen juga merupakan input bagi pelayanan kesehatan,
dari mengkombinasikan input kesehatan yang diinginkan dari pada jika hanya
kurangnya informasi dan satuan dari dampak pelayanan kesehatan. Masalah lain
yang timbul adalah adanya perbedaan pendapat mengenai teknik yang digunakan
dan perbedaan tentang strategi Primary Health Care (PHC). Secara selektif, PHC
dianggap pelayanan yang paling efektif dari segi biaya dengan menggunakan
teknik CBA.
konsekuensi tersebut. Hal ini berkaitan dengan dampak terhadap status kesehatan
dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Pendekatan yang biasa dipakai adalah
berkualitas (quality adjusted life years) dan hari kehilangan hidup dalam keadaan
sehat ( healthy days of life lost) dan pemilihan unit of effect yang sesuai dengan
luaran antara; (3) penilaian dan pengukuran biaya tersebut serta konsekuensinya
dengan konsep opportunity cost dan teknik shadow pricing dan (4) penyesuaian
biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, misalnya program pencegahan
yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat dilihat langsung seperti
asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat yang cepat diperoleh dari pada yang
lama.
berdasarkan langkah tersebut adalah: (1) jumlah sumber daya yang tersedia untuk
diteliti; (2) adanya suatu pilihan yang jelas dalam penggunaan sumber daya yang
akan dievaluasi; (3) penggunaan teknologi yang cukup dikenal sebagai dasar
dalam menentukan pilihan; (4) tersedianya waktu yang cukup untuk penelitian
dan (5) pengambil keputusan diharapkan dapat menerima hasil penelitian dan
baik (better off) dan tidak ada yang merasa dirugikan (worse off). Kondisi tersebut
dikenal sebagai Pareto Improvement. Prinsip kompensasi Hicks-Kaldor
bila usaha untuk melihat penggunaan sumber daya dan hasil yang didapatnya
tidak dinyatakan dalam nilai uang. Analisis biaya manfaat (CBA) merupakan
suatu alat yang paling penting untuk membantu pengambilan keputusan dalam
dilaksanakan, sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Analisis ini dapat
menaruh perhatian pada analisis ini. Pertama praktisi teknis dan ekonom yang
keputusan publik.
manfaat dari suatu program yang dibiayai dari dana masyarakat. Biaya yang
lain dari biaya yang bisa dicegah bila program tersebut berhasil, beberapa penulis
biaya ekonomi dari suatu penyakit. Oleh karena efek atau dampak dari suatu
program itu baru dapat terlihat setelah beberapa lama, maka nilai-nilai biaya dan
adalah cara penyesuaian nilai atau uang dengan menghitung berapa nilai uang saat
ini dikemudian hari dengan memperhitungkan bunga pada akhir setiap tahun.
Untuk ini dipergunakan discount rate. Biaya discount rate disesuaikan dengan
interest rate atau suku bunga yang berlaku dalam peminjaman uang.
(Tjiptoherijanto,dkk.1994).
Langkah ini bertujuan untuk menetapkan siapa yang akan dilibatkan dalam
c. Identifikasi biaya
satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi. Biaya suatu program
mencakup biaya itu sendiri dan dampak yang tidak diharapkan (dis-benefit,
maupun “benefit yang hilang” oleh karena sumber daya tidak dialokasikan kepada
alternative lain (opportunity cost). Terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung adalah biaya yang melekat pada kegiatan dan
Poskesdes dan penyediaan alat kesehatan dan pelatihan bidan desa. Sedangkan
biaya tidak langsung meliputi biaya rapat berkala yang diselenggarakan oleh
pengurus desa siaga. Jadi biaya total kegiatan tersebut bertindak sebagai pengukur
pelayanan kesehatan dan antisipasi penurunan dari biaya – biaya yang ada.
d. Identifikasi manfaat
Manfaat juga terdiri atas manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat
langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan masyarakat secara langsung setelah
program desa siaga aktif berjalan, misalnya menurunnya angka kesakitan dan
pengurangan biaya operasional. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah
manfaat yang dirasakan masyarakat dalam jangka panjang (5-10 tahun) setelah
karena hari sehatnya lebih banyak. Untuk menghitung biaya langsung atau
uang. Dalam hal ini diperlukan data – data pendukung, seperti harga satuan
f. Discounting
maka nilai-nilai biaya dan manfaat tadi harus disesuaikan. Oleh karena nilainya
memang berubah menurut perjalanan waktu. Hal ini dilakukan dengan tindakan
discounting, yakni dengan menggunakan discount rate yang sesuai. Dalam hal ini
melakukan perhitungan lebih lanjut. Ada dua cara yang lazim dipakai, yakni
menghitung rasio manfaat biaya (benefit cost ratio) dan menghitung manfaat
bersih (net benefit) program bersangkutan dengan menghitung Net Persent Value
relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang
menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu proyek selama umur proyek
Adanya faktor ketidak pastian tentang hal yang terjadi dimasa datang dan
diskonto, maka perlu ditentukan konsep uang yang akan datang ( future value) dan
nilai uang sekarang (present value) karena hampir semua proyek mempunyai
umur yang lebih panjang dari satu tahun dan manfaat proyek tersebut tidak
diterima seluruhnya pada suatu saat. Biaya proyek juga dikeluarkan dalam waktu
disamakan dengan tingkat bunga, meskipun dalam analisis manfaat dan biaya
Konsep nilai uang yang akan datang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
Pt =Po ( 1+ i )t
Dimana ;
i : tingkat diskonto
t : tahun
Sedangkan konsep nilai uang sekarang, dapat dihitung dengan rumus :
Po = Pt / (1+ i )
yang harus diambil adalah : (1) Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek
yang akan dilaksanakan; (2) Menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang dan
(3) Menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.
Ada tiga metode untuk menganialisis manfaat dan biaya suatu proyek
yaitu nilai bersih sekarang (NPV =Net Present Value), Internal Rate of Return
Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada
biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek (NPV) merupakan seluruh nilai
dari manfaat proyek dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang
Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPV tertinggi adalah proyek
sekarang suatu proyek sama dengan nol. Sedangkan metode BCR memilih proyek
dengan kriteria perbandingan lebih besar dari satu. Metode BCR akan memberikan
hasil yang konsisten dengan metode NPV, apabila BCR >1 berarti pula NPV>0.
sumber daya manusia yang ditandai dengan meningkatnya IPKM. Unsur – unsur
penting bagi peningkatan IPKM adalah derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan
adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang
selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat
kemiskinan.
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan
dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan setiap orang juga tidak luput dari kewajiban –
Masyarakat Desa (PKMD) pada dasawarsa 1970 – 1980-an. Pada saat itu, seluruh
itu berangsur melemah. Semangat yang tersisa adalah Posyandu yang digerakkan
melalui gerakan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga yang sudah dimulai
tahun 2006. Sampai tahun 2009, tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari
Desa/kelurahan Siaga ini. Namun, banyak diantaranya yang belum aktif. Dapat
Desa Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah
dimulai sejak Tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau
kelurahan atau yang disebut dengan nama lain yang penduduknya dapat
pelayanan kesehatan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan
melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan ini
dan rumah sakit. Pelayanan tersebut meliputi : (1) pelayanan kesehatan untuk ibu
hamil; (2) pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui; (3) pelayanan kesehatan
penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku yang
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan
tempat yang aman untuk mengungsi; (2) promosi kesehatan dan bimbingan
(4) penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah dan (5) pelayanan
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
dan Kelurahan Siaga Aktif adalah penerapan PHBS di rumah tangga, institusi
tangga adalah: (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; (2) memberikan ASI
Eksklusif pada bayi; (3) menimbang berat badan balita; (4) menggunakan air
bersih; (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; (6) menggunakan jamban
sehat; (7) memberantas jentik nyamuk; (8) mengonsumsi sayur dan buah setiap
hari; (9) melakukan aktifitas fisik setiap hari dan (10) tidak merokok di dalam
sumber daya lain, yang berasal dari Pemerintah Desa/Kelurahan, masyarakat dan
menjadi peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi masalah
dengan mempraktikkan PHBS dan tokoh masyarakat serta kader dapat berperan
kesehatan dan produktifitas masyarakat juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah hari – hari sehat yang banyak dan waktu kerja yang termanfaatkan secara
optimal.
Manfaat yang lebih luas juga dirasakan oleh Pemerintah Kecamatan, yakni
Kriteria Desa Siaga Aktif, yaitu : (1) kepedulian Pemerintah Desa atau
Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
yang tercermin dari kesadaran dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan;
kesehatan dasar yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari; (4) keberadaan
(6) peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan Desa Siaga Aktif; (7) peraturan di Desa/Kelurahan yang melandasi atau
mengatur tentang pengembangan Desa Siaga Aktif dan (8) pembinaan PHBS di
Posyandu
Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & 2 Posyandu & 3
& 4 UKBM
UKBM lainnya UKBM lainnya UKBM lainnya UKBM lainnya
lainnya
aktif tidak aktif aktif aktif
aktif
Dukungan dana
Sudah ada Sudah ada
untuk kegiatan
dana dari Sudah ada dana Sudah ada dana dana dari
kesehatan di Desa
Pemerintah dari pemerintah dari pemerintah pemerintah
dan Kelurahan :
Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
(dari Pemerintah
Kelurahan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan
Desa dan
serta belum satu sumber dua sumber serta dua
Kelurahan,
ada sumber dana lainnya dana lainnya sumber
Masyarakat dan
dana lainnya lainnya
Dunia Usaha)
Ada peran
aktif
Peran serta Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
masyarakat
masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
dan peran
Organisasi tidak ada peran peran aktif satu peran aktif satu
aktif lebih
Kemasyarakatan aktif ormas ormas ormas
dari dua
ormas
Peraturan Kepala
Ada, sudah
Desa atau Ada, belum Ada, sudah
Belum ada direalisasik
peraturan direalisasikan direalisasikan
an
Bupati/Walikota
Pembinaan
Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS
PHBS kurang PHBS minimal PHBS minimal
Pembinaan PHBS minimal
dari 20% 20% rumah 40% rumah
di Rumah Tangga 70% rumah
rumah tangga tangga yang tangga yang
tangga
yang ada ada ada
yang ada
Sumber : Kemenkes RI (2011)
2.3.6. Langkah-Langkah Pengembangan Desa Siaga Aktif
1. PENGENALAN
KONDISI
DESA/KELURAHA
N
6. PEMBINAAN 2. IDENTIFIKASI
KELESTARIAN MASALAH
FASILITATOR/KP KESEHATAN &
M/KADER PHBS
KESEHATAN
5. PELAKSANAAN 3.
KEGIATAN MUSYAWARAH
DESA/KELURAH
AN
4. PERENCANAAN
PARTISIPATIF
Aktif, yang sudah dapat atau belum dapat dipenuhi oleh Desa//Kelurahan yang
bersangkutan.
Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap : (1) masalah kesehatan yang
kesehatan dan prilaku masyarakat; (3) potensi yang dimiliki oleh Desa/Kelurahan;
(4) UKBM yang ada dan harus diaktifkan kembali/dibentuk baru dan (5) bantuan
analisis data hasil kajian Profil Desa/Kelurahan dan atau hasil survey mawas diri
(3) mencapai kesepakatan tentang UKBM yang dibentuk baru atau diaktifkan
yang diperlukan serta (5) Menggalang semangat dan partisipasi warga untuk
(1) UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali; (2) sarana yang akan
dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya Poskesdes, Polindes, sarana air bersih,
jamban keluarga, dll); (3) kegiatan yang akan dilaksanakan dan biaya
dan atau bantuan dari donator (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen
dukungan dana dari pemerintah dan sudah melewati proses Musrenbang. Kegiatan
Apabila dibutuhkan barang berupa bahan dan alat yang tidak dapat
dari Kemendagri.
mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kemendagri dan Kemenkes.
kursus penyegaran bagi para kader, termasuk KPM, dapat dikembangkan dengan
pelaporan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang berjalan secara
Jumlah dana pembiayaan harus cukup untuk membiayai upaya kesehatan yang
telah direncanakan. Bila biaya tidak mencukupi, maka jenis dan bentuk pelayanan
prioritas.
Aspek pembiayaan merupakan hal penting dalam pengembangan Desa
Siaga Aktif. Tujuannya adalah untuk menyediakan biaya dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berkompetensi dan mampu mengelola dana dengan baik, karena salah satu cirri
mobilisasi dana sosial keagamaan. Pera aktif swasta atau dunia usaha dapat
dilakukan dengan cara menjadikan Desa Siaga Aktif sebagai anak angkat usaha.
Bantuan yang diberikan dapat berupa sarana, prasarana atau tenaga sukarelawan
poskesdes. Disamping itu pengelola dan kader Desa/Kelurahan Siaga Aktif dapat
dana ini sebaiknya tidak berjalan sendiri, melainkan diintegrasikan dengan dana
lain yang disediakan untuk pengadaan Poskesdes, pelatihan fasilitator dan lain –
lain sehingga saling menunjang dan mengisi. Sumber dana lainnya dapat berasal
dari bantuan luar negeri seperti USAID yang disalurkan melalui APBN (Depkes,
2006).
tahun anggaran 2008 disebutkan bahwa tujuan utama pembiayaan Desa Siaga
Rata – rata dana yang dikeluarkan adalah Rp. 1.500.000,00 per tahun per desa.
Jenis kegiatan yang difasilitasi olah dana ini adalah musyawarah desa,
PHBS dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Tahap kedua dan ketiga diberikan
emergensi serta pengelolaan obat sederhana di desa. Jika dirasa perlu, pelatihan
Pusat menyediakan secara penuh semua sumber dana terhadap 28 desa dari 72
desa yang ada. Pemerintah secara penuh menyediakan dana bagi pembentukan
untuk desa selanjutnya, dana yang tersedia semakin berkurang, hanya tinggal
perkembangan desa siaga tidak sebaik yang ada di Desa Bua – Bua.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Taufik Noor dan kawan – kawan
diberikan untuk 192 desa yang meliputi 9 kelurahan dan 183 desa sebesar
pendapatan ini biasanya digunakan untuk membuka warung obat desa, membuat
nilai ekonomi yang hilang melalui anggaran Dinas Kesehatan Kota Ternate akibat
10 penyakit terbesar yang ada disana. Total nilai ekonomi yang hilang pada tahun
2008 berjumlah Rp. 62.276.685.000,00. Melihat kondisi tersebut, akhirnya
NTB dan NTT berdasarkan dukungan GTZ SISKES selama 2006 – 2009. Beliau
menyebutkan bahwa biaya untuk implementasi desa siaga untuk satu desa selama
siaga dan 20% untuk kegiatan operasional dan mempertahankan fungsi desa siaga.
Tabel 2.3 Perbandingan Analisa Biaya Desa Siaga Di NTB dan NTT
Tahun 2006 – 2009
biaya dan manfaat dari suatu program yang dibiayai dari dana masyarakat. Biaya
anggaran. Sedangkan manfaat diperoleh bila kerugian dimasa datang bisa dicegah
kesehatan tidak lain dari biaya yang bisa dicegah bila program tersebut berhasil
diperoleh dengan menghitung biaya ekonomi dari suatu penyakit. Efek atau
dampak dari suatu program kesehatan itu baru dapat terlihat setelah beberapa
lama, maka nilai-nilai biaya dan manfaat program tersebut harus disesuaikan
(3) identifikasi manfaat baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung;
(4) transformasi dampak kedalam nilai moneter; (5) discounting dan (6)
penafsiran hasil CBA dengan menghitung ratio biaya manfaat (benefit cost ratio)
Discounting
Interpretasi Hasil
(BCR, NPV dan IRR)