Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang dibimbing
oleh Ns. Syaifuddin Kurnianto, S.Kep.,M.Kep.
Oleh:
1. DIDIK WAHYUDI NIM 172303101028
2. FIFI FATIMATUS ZAHRO NIM 172303101038
3. ISMU NAZILATUZ Z. NIM 172303101048
4. APRILLIA FIRNANDA D. NIM 172303101081
A. Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengungkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter akut, dan kehamilan.oleh
karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi
harus dapat ditatapkan penyakit dasar anemia tersebut (Nurarif, 2015)
B. Etiologi
(Muttaqin, 2009) Penyebab Anemia yaitu:
a. Berkiurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk
eritropoesis , seperti : asam folat, vitamin B12 dan besi.
b. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tertekan ( oleh tumor atau
obat ) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin seperti yang
terjadi pada penyakit ginjal kronis .
c. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem
retikuloendotelial yang berlebihan ( misal hiperplenisme) atau akibat sumsung tulang
yang menghasilkan sel darah merah abnormal.
C. Klasifikasi
Menurut (Muttaqin, 2009) klasifikasi anemia dibagi menjadi :
1. Anemia Aplastik
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan eritrosit. Ini
merupakan tipe anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan pada pria dan
wanita pasca menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor
gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi).
Alkoholisme kronis juga dapat menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan
kehilangan besi melalui darah dari saluran gastrointestinal.
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik.
Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat
ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran
gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak
absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal setelah beberapa
tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan
defisiensi asam folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat,
Kecemasan
terutama dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah, alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia ini ditemukan terutama
pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit
hitam. Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari masing-masing orang
tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan
membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik
adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan
diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit,
malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.
D. Patofisiologi
(Muttaqin, 2009) Anemia menyebabkan transport oksigen mengalami gangguan.
Hemoglobin yang berkurang atau jumlah SDM yang sangat menurun menyebabkan oksigen
yang tidak adekuat dibawa ke seluruh jaringan dan berkembang menjadi hipoksia. Tubuh
mengompensasi keadaan tersebut dengan meningkatkan produksi SDM, meningkatkan
curah jantung dengan meningkatkan isi sekuncup atau irama jantung, meredistribusi darah
dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke jaringan yang kebutuhan oksigennya
tinggi.
Hemolisis oleh aktivitas system
reticulum yang berlebihan
Hipoksia jaringan
g. Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi
vitamin B12.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif, 2015)Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
62,5 mg besi / 5
Kandungan Besi 50 mg besi / mL 20 g besi / mL
mL
H. Prognosis
Anemia umumnya memilki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat
disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab anemia,
tingkat keparahan, dan kesehatan seluruh pasien. Anemia yang paraah akan menyebabkan
rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti jantung, dan dapat menyebabkan
serangan jantung . (Proverawati, 2011)
I. Komplikasi
Menurut (Proverawati, 2011)komplikasi yang muncul , yaitu:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga
Jenis kelamin : Anemia bisa menyerang siapa saja, tapi ternyata ada lebih banyak
kasus anemia pada wanita daripada laki-laki. Wanita memiliki kadar hemoglobin dan
hematokrit lebih rendah ketimbang pria. Pada pria sehat, kadar hemoglobin normal
adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5 sampai 50 persen. Nah, pada
perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL dan hematokrit
sebesar 34,9 sampai 44,5 persen. Perbedaan inilah yang membuat wanita lebih rentan
mengalami anemia daripada laki-laki. (Nurarif, 2015)
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan,pusing. (Wijayaningsih, 2013)
5. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung hepatitis, DM, asthma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan (Nurarif, 2015)
2. Sistem Kardiovaskuler
Keluhan: riwayat penyakit kronis misalnya menstruasi berat, kerja jantung berlebih.
Riwayat endokarditis infeksi kronis. Tanda peningkatan sistol dengan diastol,
tekanan nadi melebar, pucat pada kulit ((Handayani, 2008)
Inspeksi: dilihat dari bentuk dada dan denyut jantung
Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba mengetahui dengan mengenal
denyut jantung karena kurangnya oksigen
Perkusi: untuk menentukan batas jantung kanan kiri. Adanya sonor, timpani, redup
Aukultasi: pemeriksaan menggunkan stetoskop. Mengetahui bunyi jantung, bunyi
bising jantung yang disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang
tidak sempurna. Kenyaringan (keras-lemah) (Bararah T. , 2013)
3. Sistem Persyarafan
Keluhan: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, penurunan penglihatan dan
bayangan mata, kelemahan, keseimbangan buruk (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat dari kondisi pasien
4. Sistem Perkemihan
Keluhan: riwayat piclonefritis gagal ginjal, hematemasis, feses dengan darah segar,
diare atau konstipasi (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas
5. Sistem Pencernaan
Keluhan: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah atau
masukan produk sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan, mual
muntah, penurunan berat badan (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: pemeriksaan bentuk abdomen, warna
Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan meraba daerah abdomen ada keluhan sakit
atau tidak
Perkusi: melakukan ketukan pada daerah abdomen
Auskultasi: pemeriksaan dengan menggunkan stetoskop ada bunyi bising atau tidak
6. Sistem Integrument
Keluhan: teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat pendarahan
dibawah kulit (Wijaya, 2013, hal. 138)
Inspeksi: melihat warna kulit pucat dan bentuk kulit kering atau tidak
Palpasi: meraba kulit kering atau tidak, bersih
7. Sistem Reproduksi
Keluhan: perubahan aliran menstruasi. Tanda serviks dan dinding vagina pucat
(Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat kondisi pasien pucat
8. Sistem Endokrin
Keluhan: haus atau dehidrasi, lapar berlebihan (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat mukosa bibir pasien
9. Sistem Pengindraan
Keluhan: kelainan bentuk tidak ada, kkonjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat pendarahan sub konjungtiva keadaan pupil, pelpebra, refleks cahaya
biasanya tidak ada kelainan (Wijaya, 2013, hal. 138)
Inspeksi: pemeriksaan dilihat dari bentuk mata sama atau tidak, warna mata
Palpasi: pemeriksaan dengan meraba ada benjolan atu tidak (Bararah T. , 2013)
8. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb menurun, pemeriksaan darah: eritrosit dan berdasarkan penyebab
keluarga (Wiyaja, 2013, hal. 137-140)
9. Riwayat Sosial
Siapa yang mengasuh pasien dirumah kebersihan didaerah tempat tinggal,
orang yang pasien. Kedaan lingkungan pekarangan, pembuangan sampah keluarga
(Wiyaja, 2013, hal. 137-140)
10. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi pasien sehubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani, pasang HGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada. Pola tidur bisa
tergannggu. Mandi dan aktifitas: dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan
fisik. Eliminasi: biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bila diare atau
konstipasi keluarga (Wiyaja, 2013, hal. 137-140)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
a. Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
b. Batasan karakteristik :
- Tidak ada nadi perifer
- Perubahan fungsi motoric
- Perubahan karakteristik kulit
- Indeks ankle-brakhial <0,9
- Waktu pengisian kapiler > 3 detik
- Warna tidak kembali ke tungkau 1 menit setelah tungkai diturunkan (T, 2013)
- Perubahan tekanan darah di ekstremitas
- Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit Penurunan
nadi perifer
- Kelambatan penyembuhan luka perifer
- Edema
- Nyeri ekstremitas
- Bruit femoral
- Klaudikasi intermiten
- Parestesia
- Warna kulit pucat saat elevasi
c. Faktor yang berhubungan:
- Asupan garam tinggi
- Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
- Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah
- Gaya hidup kurang gerak
- Merokok
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi keperawatan
Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi kombinasi jus bayam dan
tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, diketahui
karakteristik responden paling banyak berusia 20-35 tahun (76,7%), berada pada
trimester 3 (56,7%), kelompok multigravida (63,3%) dan tingkat pendidikan SMA
(43,3%). Hasil uji t dependent pada kelompok eksperimen didapatkan p (0,000) < α
(0,05). Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan antara kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah diberi intervensi. Sedangkan hasil uji tindependent pada kelompok kontrol
didapatkan p (0,499) > α (0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan
kadar hemoglobin tanpa pemberian intervensi. Berdasarkan hasil uji statistik t
independent diperoleh p (0,013) < α (0,05). Maka disimpulkan terapi kombinasi jus
bayam dan tomat efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan
anemia. (Novie merida 2012)
E. Evaluasi
Menurut (A. Sacher, Ronald 2012) yang perlu dievaluasi pada ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer adalah :
a. Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
b. Bebas dari nyeri
c. Terpenuhinya aktivitas sehari hari
d. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
e. Mematuhi semua aturan medis
f. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau
sifatnya berubah
Daftar Pustaka
.
Amin huda, k. h. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC NOC jilid 2. jakarta: egc.
Bulechek, G. (2013). nursing intervention classification (nic) (6 ed.). singapore: elsevier.
Dharmage, C. R. (2009). risk factors of acute lower respiratory tract infections in children
under five years of age. Med Public Health, 1, 107 - 110.
gaag, e. &. (2012). upper respiratory tract infections in children. a normal stage or high
parental concern journal pediatrics, 2, 49-244.
Handayani, W. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien gangguan dengan gangguan sistem
hematologi. Jakarta: Salemba Medika .
Murni. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. &. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC . Jogjakarta : Mediaction.
WHO. (2008). pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ispa). fasilitas
pelayanan kesehatan.
Wijayaningsih, K. (2013). standar asuhan keperawatan cetak pertama. jakarta: trans info
media.