Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


AKIBAT PATOLOGIS SISTEM PERNAPASAN
PADA PASIEN ANEMIA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang dibimbing
oleh Ns. Syaifuddin Kurnianto, S.Kep.,M.Kep.

Oleh:
1. DIDIK WAHYUDI NIM 172303101028
2. FIFI FATIMATUS ZAHRO NIM 172303101038
3. ISMU NAZILATUZ Z. NIM 172303101048
4. APRILLIA FIRNANDA D. NIM 172303101081

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KONSEP PENYAKIT ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengungkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter akut, dan kehamilan.oleh
karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi
harus dapat ditatapkan penyakit dasar anemia tersebut (Nurarif, 2015)

B. Etiologi
(Muttaqin, 2009) Penyebab Anemia yaitu:
a. Berkiurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk
eritropoesis , seperti : asam folat, vitamin B12 dan besi.
b. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tertekan ( oleh tumor atau
obat ) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin seperti yang
terjadi pada penyakit ginjal kronis .
c. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem
retikuloendotelial yang berlebihan ( misal hiperplenisme) atau akibat sumsung tulang
yang menghasilkan sel darah merah abnormal.

(Nurarif, 2015) Penyebab Anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena Anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena Anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan Anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan
zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan Anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan Anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, Anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah..

C. Klasifikasi
Menurut (Muttaqin, 2009) klasifikasi anemia dibagi menjadi :

1. Anemia Aplastik

Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor


sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini dapat
disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-
obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan
cepat mungkin dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.
Jika pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi
sumsum tulang hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan
irreversible.

2. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan eritrosit. Ini
merupakan tipe anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan pada pria dan
wanita pasca menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor
gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi).
Alkoholisme kronis juga dapat menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan
kehilangan besi melalui darah dari saluran gastrointestinal.

3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)

Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik.
Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat
ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran
gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak
absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal setelah beberapa
tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan
defisiensi asam folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat,
Kecemasan

terutama dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah, alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.

4. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia ini ditemukan terutama
pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit
hitam. Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari masing-masing orang
tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan
membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.

5. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik
adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan
diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit,
malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

D. Patofisiologi
(Muttaqin, 2009) Anemia menyebabkan transport oksigen mengalami gangguan.
Hemoglobin yang berkurang atau jumlah SDM yang sangat menurun menyebabkan oksigen
yang tidak adekuat dibawa ke seluruh jaringan dan berkembang menjadi hipoksia. Tubuh
mengompensasi keadaan tersebut dengan meningkatkan produksi SDM, meningkatkan
curah jantung dengan meningkatkan isi sekuncup atau irama jantung, meredistribusi darah
dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke jaringan yang kebutuhan oksigennya
tinggi.
Hemolisis oleh aktivitas system
reticulum yang berlebihan

Kekurangan kofaktor Berkurangnya jumlah


sel darah merah  Sumsum tulang tertekan (oleh
eritropoesis tumor atau obat)
 Defisiensi B12  Kekurangan eritropoenin
 Defisiensi asam folat  Abnormalitas produksi sel
 Definisi besi Sedikit oksigen yang
dikirimkan ke jaringan darah merah
Kehilangan darah akut
dan kronis

Hipoksia jaringan

Mekanisme kompensasi tubuh


 Peningkatan curah jantung dan pernafasan
 Meningkatkan pelepasan oksigen dan hemoglobin
 Mengembangkan volume plasma
 Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital

Peningkatan frekuensi Peningkatan frekuensi jantung Penurunan perfusi ke


Penurunan prefusi jantung
pernafasan ↓ saluran cerna
Beban kerja jantung↑
↓ Aliran darah tidak Aliran tidak adekuat
Resiko tinggi pola Anoreksia, nausea,
Hipertrofi ventrikel adekuat ke sistematik ke jantung dan otak
napas tidak efektif konstipasi atau diare

stomatitis
Pengisian LV↓
BB Menurun
LVEDP Kelemahan fisik Sakit kepala, iskemia
Kondisi dan prognosis miokard

penyakit
Curah jantung↓ Pemenuhan nutrisi
Gangguan kurang dari
pemenuhan aktivitas Ketidakefektifan
Kecemasan perfusi kebutuhan
sehari-hari

Risiko tinggi stroke dan iskemia miokard Nyeri dada


E. Manifestasi Klinis
(Nurarif, 2015) Manifestasi anemia adalah :
1. Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah
yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
a. Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
b. Letargi
c. Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
d. Kepala terasa ringan ( 5L : lemah, letih, lesu, lelah, lunglai)
e. Palpitasi
2. Tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
a. Pucat pada membrane mukosa, yaitu mulut,konjungtiva, kuku.
b. Sirkulas hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur
sistolik
c. Gagal jantung
d. Pendarahan retina
3. Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :
a. Glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi

b. Stomatitisangular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.

c. Jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.

d. Splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.

e. Ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell

f. Deformitas tulang : terjadi pada talasemia

g. Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi
vitamin B12.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif, 2015)Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

Menurut (Proverawati, 2011) Penatalaksanaan anemia, yaitu :


1. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12.Misalnya dari
sayursayuran hijau, ikan laut, dan unggas.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Anemia Defisiensi Besi
Terapi : Besi
Mekanisme : Zat besi membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang
bersama-sama dengan rantai globin membentuk hemoglobin.
1) Besi Oral
Garam Besi Kandungan Besi

Ferro Sulfat 20%

Ferro Glukonat 12%

Ferro Fumarat 33%

Besi Karbonat 100%

Kompleks Besi 100%

Dosis : 200 mg per hari dalam 2 – 3 dosis terbagi


Interaksi obat:
2) Besi Parenteral
Na – Besi
Besi Dekstran Besi Sukrosa
Karbonat

62,5 mg besi / 5
Kandungan Besi 50 mg besi / mL 20 g besi / mL
mL

b. Anemia Defisiensi Asam Folat


Terapi : Asam Folat
Dosis : folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan
c. Anemia Defisiensi Sianokobalamin
Terapi : vitamin B12 (sianokobalamin)
Dosis : Kobalamin oral 2 mg per hari selama 1 – 2 minggu, dilanjutkan 1 mg per
hari.

d. Anemia Gagal Ginjal Kronis


Terapi : Epoetin Alfa
Dosis : Epoetin intravena 50 – 100 unit/kg, seminggu 3 kali. Dosis dapat
dinaikkan

H. Prognosis
Anemia umumnya memilki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat
disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab anemia,
tingkat keparahan, dan kesehatan seluruh pasien. Anemia yang paraah akan menyebabkan
rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti jantung, dan dapat menyebabkan
serangan jantung . (Proverawati, 2011)

I. Komplikasi
Menurut (Proverawati, 2011)komplikasi yang muncul , yaitu:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga
Jenis kelamin : Anemia bisa menyerang siapa saja, tapi ternyata ada lebih banyak
kasus anemia pada wanita daripada laki-laki. Wanita memiliki kadar hemoglobin dan
hematokrit lebih rendah ketimbang pria. Pada pria sehat, kadar hemoglobin normal
adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5 sampai 50 persen. Nah, pada
perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL dan hematokrit
sebesar 34,9 sampai 44,5 persen. Perbedaan inilah yang membuat wanita lebih rentan
mengalami anemia daripada laki-laki. (Nurarif, 2015)
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan,pusing. (Wijayaningsih, 2013)

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Adanya penderita anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
b. Adanya riwayat trauma, pendarahan.
c. Adanya riwayat demam tinggi. (Wijayaningsih, 2013)

4. Keadaan Kesehatan Saat Ini


Pasien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaforesis
tachikandia, dan penurunan kesadaran.

5. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung hepatitis, DM, asthma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan (Nurarif, 2015)

6. Pola fungsi kesehatan menurut (Nurarif, 2015)


a) Aktivitas / istirahat
- Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas,
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
- Tanda : takikardia/ takipnea ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan
otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b) Sirkulasi
- Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
c) Integritas ego
- Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
- Tanda : Depresi.
d) Eliminasi
- Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
- Tanda : distensi abdomen.
e) Makanan/cairan
- Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
- Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f) Neurosensori
- Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
- Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h) Pernapasan
- Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
- Tanda : takipnea, ortopnea, dan dyspnea.
i) Keamanan
- Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
- Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).

7. Pemeriksaan Fisik Menurut (Nurarif, 2015) :


a) Keadaan umum:keadaan tampak lemah sampai sakit berat
b) Kesadaran: compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, samnoles-sopor-coma.
c) Tanda-tanda vital :
- TD: Tekanan darah menurun
- Nadi: frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N=60-100 kali/menit
- Suhu: bisa meningkat atau menurun (N= 36,5-37,2C)
- Pernapasan: meningkat (anak N= 20-30 kali/ menit (Wijaya, 2013, pp. 137-140)
d) Body system
1. Sistem Pernapasan
Keluhan: napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda sesak napas
Inspeksi: pemeriksaan dilakukan dari bentuk dada yang simetris, napas pendek
Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba dengan nyeri tekan
Pekusi: jika hanya ada kelainan jantung maka bunyi normal
Auskultasi: mengkaji rongga pleura

2. Sistem Kardiovaskuler
Keluhan: riwayat penyakit kronis misalnya menstruasi berat, kerja jantung berlebih.
Riwayat endokarditis infeksi kronis. Tanda peningkatan sistol dengan diastol,
tekanan nadi melebar, pucat pada kulit ((Handayani, 2008)
Inspeksi: dilihat dari bentuk dada dan denyut jantung
Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba mengetahui dengan mengenal
denyut jantung karena kurangnya oksigen
Perkusi: untuk menentukan batas jantung kanan kiri. Adanya sonor, timpani, redup
Aukultasi: pemeriksaan menggunkan stetoskop. Mengetahui bunyi jantung, bunyi
bising jantung yang disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang
tidak sempurna. Kenyaringan (keras-lemah) (Bararah T. , 2013)

3. Sistem Persyarafan
Keluhan: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, penurunan penglihatan dan
bayangan mata, kelemahan, keseimbangan buruk (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat dari kondisi pasien

4. Sistem Perkemihan
Keluhan: riwayat piclonefritis gagal ginjal, hematemasis, feses dengan darah segar,
diare atau konstipasi (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas

5. Sistem Pencernaan
Keluhan: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah atau
masukan produk sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan, mual
muntah, penurunan berat badan (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: pemeriksaan bentuk abdomen, warna
Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan meraba daerah abdomen ada keluhan sakit
atau tidak
Perkusi: melakukan ketukan pada daerah abdomen
Auskultasi: pemeriksaan dengan menggunkan stetoskop ada bunyi bising atau tidak

6. Sistem Integrument
Keluhan: teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat pendarahan
dibawah kulit (Wijaya, 2013, hal. 138)
Inspeksi: melihat warna kulit pucat dan bentuk kulit kering atau tidak
Palpasi: meraba kulit kering atau tidak, bersih

7. Sistem Reproduksi
Keluhan: perubahan aliran menstruasi. Tanda serviks dan dinding vagina pucat
(Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat kondisi pasien pucat

8. Sistem Endokrin
Keluhan: haus atau dehidrasi, lapar berlebihan (Bararah, 2013, hal. 205-206)
Inspeksi: melihat mukosa bibir pasien

9. Sistem Pengindraan
Keluhan: kelainan bentuk tidak ada, kkonjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat pendarahan sub konjungtiva keadaan pupil, pelpebra, refleks cahaya
biasanya tidak ada kelainan (Wijaya, 2013, hal. 138)
Inspeksi: pemeriksaan dilihat dari bentuk mata sama atau tidak, warna mata
Palpasi: pemeriksaan dengan meraba ada benjolan atu tidak (Bararah T. , 2013)

10. Sistem Muskuluskeletal


Keluhan: terjadi kelemahan umum, nyeri ekstermitas, tonus otot kurang, akral dingin
(Wijaya, 2013, hal. 139)
Inspeksi: melihat kondisi pasien dalam melakukan aktivitas (Handayani, 2008, hal.
35)

11. Sistem Imunitas


Keluhan: pecahnya pembuluh darah dan penurunan eritrosit pada pasien kecelakaan
Inspeksi: melihat kondisi pasien, pucat melihat luka yang atau menstruasi.
TB dan BB

8. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb menurun, pemeriksaan darah: eritrosit dan berdasarkan penyebab
keluarga (Wiyaja, 2013, hal. 137-140)
9. Riwayat Sosial
Siapa yang mengasuh pasien dirumah kebersihan didaerah tempat tinggal,
orang yang pasien. Kedaan lingkungan pekarangan, pembuangan sampah keluarga
(Wiyaja, 2013, hal. 137-140)
10. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi pasien sehubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani, pasang HGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada. Pola tidur bisa
tergannggu. Mandi dan aktifitas: dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan
fisik. Eliminasi: biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bila diare atau
konstipasi keluarga (Wiyaja, 2013, hal. 137-140)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
a. Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
b. Batasan karakteristik :
- Tidak ada nadi perifer
- Perubahan fungsi motoric
- Perubahan karakteristik kulit
- Indeks ankle-brakhial <0,9
- Waktu pengisian kapiler > 3 detik
- Warna tidak kembali ke tungkau 1 menit setelah tungkai diturunkan (T, 2013)
- Perubahan tekanan darah di ekstremitas
- Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit Penurunan
nadi perifer
- Kelambatan penyembuhan luka perifer
- Edema
- Nyeri ekstremitas
- Bruit femoral
- Klaudikasi intermiten
- Parestesia
- Warna kulit pucat saat elevasi
c. Faktor yang berhubungan:
- Asupan garam tinggi
- Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
- Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah
- Gaya hidup kurang gerak
- Merokok

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Perfusi jaringan Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi : Gangguan
perifer tidak asuhan keperawatan Arteri
a. Lakukan perawatan sirkulasi perifer
efektif selama …x24 jam klien
secara komprehensif ( misal periksa
berhubungan dapat menunjukkan
nadi perifer, edema, pengisian
dengan perfusi jaringan perifer
kapiler, warna dan suhu
perubahan adekuat, dengan
ekstremitas)
ikatan O2 kriteria:
b. Kaji tingkat rasa tidak nyaman atau
dengan Hb, 1. Denyut nadi
nyeri
penurunan proksimal dan c. Evaluasi adanya edema dan nadi
konsentrasi Hb perifer distal kuat perifer
2. Tingkat sensasi d. Pantau status cairan meliputi asupan
dalam darah
normal dan haluaran
3. Fungsi otot utuh e. Pertahankan hidrasi yang adekuat
4. Kulit utuh, warna
terhadap penurunan viskositas darah
normal f. Tempatkan ekstremitas pada posisi
5. Suhu ekstremitas
yang bebas sesuai kebutuhan
hangat g. Ubah posisi klien setiap 2 jam
6. Tidak ada nyeri
sesuai kebutuhan
ekstremitas yang h. Motivasi klien untuk melakukan
terlokalisasi latihan sesuai toleransi
7. Kelemahan otot
berkurang Manajemen Cairan :
8. Wajah tidak lagi
a. Timbang BB tiap hari dan monitor
pucat
status pasien
9. Edema perifer
b. Monitor makanan atau cairan yang
berkurang
di konsumsi dan hitung asupan
kalori
c. Tingkatkan asupan oral
Manajemen Sensasi Perifer :
a. Dorong pasien menggunakan
bagian tubuh yang tidak terganggu
untuk mengetahui suhu makanan,
cairan, air mandi, dan lain-lain
b. Intruksikan pasien dan keluarga
untuk memeriksa adanya kerusakan
kulit setiap harinya
c. Hindari dan selalu monitor
penggunaan terapi kompres panas
atau dingin seperti penggunaan
bantalan panas, botol berisi air
panas atau dengan kantong es
d. Letakkan bantalan pada bagian
tubuh yang terganggu untuk
melindungi area tersebut
e. Lindungi tubuh terhadap perubahan
suhu yang ekstrim
f. Monitor kemampuan untuk BAB
dan BAK
Kolaborasi
a. Awasi Pemeriksaan laboratorium
seperti : Hb/Ht dan jumlah SDM,
GDA.
b. Berikan SDM darah
lengkap/packed, produk darah
sesuai indikasi, awasi ketat untuk
kemungkinan terjadinya komplikasi
transfuse
c. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
d. Kolaborasi pemberian jus timun dan
tomat

D. Implementasi keperawatan
Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi kombinasi jus bayam dan
tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, diketahui
karakteristik responden paling banyak berusia 20-35 tahun (76,7%), berada pada
trimester 3 (56,7%), kelompok multigravida (63,3%) dan tingkat pendidikan SMA
(43,3%). Hasil uji t dependent pada kelompok eksperimen didapatkan p (0,000) < α
(0,05). Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan antara kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah diberi intervensi. Sedangkan hasil uji tindependent pada kelompok kontrol
didapatkan p (0,499) > α (0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan
kadar hemoglobin tanpa pemberian intervensi. Berdasarkan hasil uji statistik t
independent diperoleh p (0,013) < α (0,05). Maka disimpulkan terapi kombinasi jus
bayam dan tomat efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan
anemia. (Novie merida 2012)

E. Evaluasi
Menurut (A. Sacher, Ronald 2012) yang perlu dievaluasi pada ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer adalah :
a. Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
b. Bebas dari nyeri
c. Terpenuhinya aktivitas sehari hari
d. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
e. Mematuhi semua aturan medis
f. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau
sifatnya berubah

Daftar Pustaka
.

Amin huda, k. h. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC NOC jilid 2. jakarta: egc.
Bulechek, G. (2013). nursing intervention classification (nic) (6 ed.). singapore: elsevier.

Dharmage, C. R. (2009). risk factors of acute lower respiratory tract infections in children
under five years of age. Med Public Health, 1, 107 - 110.

gaag, e. &. (2012). upper respiratory tract infections in children. a normal stage or high
parental concern journal pediatrics, 2, 49-244.

Handayani, W. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien gangguan dengan gangguan sistem
hematologi. Jakarta: Salemba Medika .

M wilkinson, J. (2016). Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Murni. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. &. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC . Jogjakarta : Mediaction.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha medika.

T, B. (2013). Asuhan Keperawatan Jilid II . Jakarta: Prestasi Pustakarya.

WHO. (2008). pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ispa). fasilitas
pelayanan kesehatan.

Wijayaningsih, K. (2013). standar asuhan keperawatan cetak pertama. jakarta: trans info
media.

Yaasmara, D. d. (2015). rencana asuhan keperawatan medikal-bedah-diagnosa NANDA NIC


NOC. Jakarta: egc.

Anda mungkin juga menyukai