Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN PADA TRIMESTER PERTAMA

LAPORAN INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA AJAR


KEPERAWATAN MATERNITAS I

NAMA KELOMPOK 1 :
1. A.A. ISTRI CITRA ADNYANITA (17C10135)
2. PUTU DIAH SRI KRISNAYANTI (17C10136)
3. DESAK PUTU DIAH AMBARAWATI P.D. (17C10137)
4. LUH NITA NOVIANTARI (17C10138)

TINGKAT 3C / SEMESTER 5
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I

A. Konsep Teori Kebutuhan


1. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015:
81). Manuaba, 2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata
rantai yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80).
Manuaba (2010) mengemukakan lama kehamilan berlangsung sampai
persalinan aterm (cukup bulan) yaitu sekitar 280 sampai 300 hari
(Kumalasari. 2015: 1).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu,
karena itu ibu hSamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
terutama suami agar dapat menjalani proses kehamilan sampai
melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana, 2015:1).
Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan
international, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau sekitar 40
minggu

Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu :

a. Trimester I : Usia kehamilan 0 – 12 minggu


b. Trimester II : Usia kehamilan 12 – 28 minggu
c. Trimester III : Usia kehamilan 28 – 40 minggu (Prawirohardjo,
2002).
Kehamilan Trimester pertama adalah pembentukan yang
dimulai dari konsepsi (pembuahan) sel telur dengan sel sperma. Usia
kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu). Dalam masa
kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan perkembangan
pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase
ovum, fase embrio dan fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan
sampai proses implamasi pada dinding uterus, fase ini di tandai
dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut dengan zigot.
Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan.
Fase embrio ditandai dengan pembentukan organ organ utama, Fase ini
berlangsung 2 sampai 8 minggu. Fase janin berlangsung dari 8 minggu
sampai tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi
pembentukan melainkan proses pertumbuhan dan perkembangan.

2. Perubahan Psikologis Dan Fisiologi Kehamilan Pada Trimester I


a. Sistem Reproduksi
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina
dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva
dan vagina mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat
wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell
yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia & hipertropi
otot, dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat
dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc
Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur
bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada
istmus uteri membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang
disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak nyeri.
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan,
masih terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu, kemudian mengecil setelah plasenta
terbentuk.
b. Payudara / mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan lebih terlihat.
Areola mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman. Kelenjar
sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar
dinamakan tuberkel Montgomery.
c. Kulit
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah
pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah
kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit
genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang
setelah melahirkan. Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik
penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas,
dan lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus angioma atau
teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga dapat ditemukan.
Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh hiperestrogenemia
kehamilan.
d. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian
besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan
volume darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan
berat badan terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang
menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta
protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan,
terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
e. Perubahan Hematologis
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak
trimester awal kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat
besi selama kehamilan juga cenderung meningkat untuk mencukupi
kebutuhan janin.
f. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu
pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung
mengalami peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan
resistensi vaskuler sistemik serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya volume
plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
g. Sistem Pernafasan
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal
kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu
sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal
sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama
kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan
sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut
mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
h. Sistem Urinaria
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh
uterus sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang
seiring usia kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari
rongga pelvis dan naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah
besar selama kehamilan. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran
plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone,
terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga
meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan
tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian.
Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal
apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
j. Sistem Persarafan
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan
perhatian, konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas
awal. Namun, penelitian yang sistematis tentang memori pada
kehamilan tidak terbatas dan seringkali bersifat anekdot.
k. Sistem Pencernaan
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian
bawah. Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan
muntah karena pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG),
tonus otot-otot traktus digestivus juga berkurang. Saliva atau
pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita
ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi
rasa mual.

b. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode


Penyesuaian) perubahan psikologis pada trimester I adalah:
1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci
dengan kehamilannya
2. Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan
kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar- benar
hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
5. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seseorang yang mungkin akan
diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya.

3. Faktor Predisposisi (Pendukung) Dan Presipitasi (Pencetus)


a Faktor Predisposisi
Beberapa factor penyerta pada kehamilan trimester I yaitu factor
psikologi dan sosial. Factor psikologi berupa ketidakmatangan di
dalam perkembangan emosional dalam kesanggupan seseoraang
untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk
kehamilan. Faktor psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang
mempengaruhi kehamilan, antara lain stressor, dukungan. Factor
sosial yang dapat mempengaruhi individu pada kehamilan
trimester I ialah:
1. Fasilitas kesehatan
Berfungsi sebagai menentukan kualtas pelayanan pada ibu
hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit
akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat
diambil serta adanya fasilitas kesehatan ini dapat menurunkan
angka kematian ibu hamil (AKI).
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas
perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan
perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan
meningkatkan pengetahuannya. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin
baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil
dengan pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan
cukup informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu
bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan dengan baik.
3. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Penelitian
juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang
tidak bekerja, karena ibu yang bekerja akan memiliki
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga
lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan
informasi seputar kesehatannya.
b Faktor Presipitasi
1) Faktor lingkungan
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu
hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini secara
bijaksana dan jangan sampai menyinggung kearifan lokal pada
daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui beberapa teknik, misalnya media massa, pendekatan
tokoh masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan media
efektif.
2) Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada
masyarakat baik masyarakat yang bersifat positif meupun
kebiasaan bersifat negatif yang dapat mempengaruhi
kesehatan. Pengaruh gaya hidup yang mempengaruhi
kehamilan seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas seksual,
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang terlalu berat, senam
hamil, konsumsi alkohol, merokok, dan kehamilan yang tidak
diharapkan.
3) Pola koping
Seseorang yang mengalami nyeri lalu menjalani perawatan di
rumah sakit menandakan nyeri yang terjadi tidak tertahankan.
Ada beberapa cara dalam pola koping seperti berkomunikasi
dengan keluarga ataupun bernyanyi, hal ini dapat dilakukan
untuk mensupport dan mengalihkan rasa nyeri pasien.
4) Faktor ekonomi
Kehidupan berekonomi ada sejak maanusia dilahirkan.
Kehidupan berlangsung di lingkup keluarga maupun
masyarakat. Dalam kehidupan seharihari nampak berbagai
kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi kehamilan antara lain:
a. Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil
b. Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan
gangguan makanan
c. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak
17 Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan
d. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang
disebabkan kurangnya penyuluhan keluarga berencana.
e. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil
dalam melakukan pemeriksaan mendapatkan fasilitas
pelayanan pemeriksaan yang tidak efektif karena
kurangnya biaya yang harus dikeluarkan.
f. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang
pendidikannya rendah tidak mengetahui tentang
pemeriksaan kehamilan yang baik.
g. Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu
hamil bertempat tinggal di daerah yang jauh dari
pelayanan kesehatan.
h. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting
dalam masalah transportasi dan biaya lain yang
mempengaruhi kehamilan.

4. Kehamilan Pada Trimester I


a. Proses terjadinya kehamilan
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita
yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali
suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma,
ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu
perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi /
pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur
penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur
diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi
ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur
yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun
waktu 12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang
melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus
bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama
(coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam
rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan
di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang
bisa membuahi sel telur.
1. Sel Telur (ovum)
Sel telur berada di dalam indung telur atau ovarium. Sel telur atau
ovum merupakan bagian terpenting di dalam indung telur atau
ovarium wanita. Setiap bulannya, 1-2 ovum dilepaskan oleh
indung telur melalui peristiwa yang disebut ovulasi. Ovum
dapat dibuahi apabila sudah melewati proses oogenesis yaitu proses
pembentukan dan perkembangan sel telur didalam ovarium dengan
waktu hidup 24-48 jam setelah ovulasi, sedangkan pada pria
melalui proses spermatogenesis yaitu keseluruhan proses dalam
memproduksi sperma matang. Sel telur mempunyai lapisan
pelindung berupa sel-sel granulose dan zona pellusida yang harus
di tembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan.
Ovarium terbagi menjadi dua, yaitu sebelah kiri dan kanan,
didalamnya terdapat follicel primary (folikel ovarium yang belum
matang) sekitar 100.000. Ovarium berfungsi mengeluarkan sel
telur/ ovum setiap bulan, dan meghasilkan hormon estrogen
dan progesteron Ovarium terletak di dalam daerah rongga perut
(cavitas peritonealis) pada cekungan kecil di dinding posterior
ligamentum latum/ ligamen yang melekat pada kedua sisi uterus,
dengan ukuran 3cm x 2cm x 1cm dan beratnya 5-8 gram . Didalam
ovarium terjadi siklus perkembangan folikel, mulai dari folikel
yang belum matang /folikel primordial menjadi folikel yang sudah
masak/ matang (follicel de graff). Pada siklus haid, folikel yang
sudah matang akan pecah menjadi suatu korpus yang disebut
corpus rubrum yang mengeluarkan hormon esterogen, saat
hormon LH (luteinizing hormone) meningkat sebagai sebagai
reaksi tubuh akibat naiknya kadar esterogen yang disebut dengan
corpus luteum / massa jaringan kuning di ovarium yang akan
menghambat kerja hormon FSH (follicel stimulating hormone)
dengan menghasilkan hormon progesteron dan berdegenerasi, jika
tidak terjadi pembuahan korpus ini akan berubah menjadi corpus
albican/ badan putih dan siklus baru pun dimulai.
b. Sel Sperma (spermatozoa)
Sperma mempunyai bentuk/ susunan yang sempurna yaitu kepala
berbenruk lonjong agak gopeng berisi inti (nucleus), diliputi oleh
akrosom dan membran plasma. Leher sperma menghubungkan
kepala dan bagian tengah sperma. Ekor sperma mempunyai
panjang kurang lebih 10 kali bagian kepala dan dapat bergetar
sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Sama halnya
ovum yang melalui proses pematangan, sperma juga melalui
proses pematangan (spermatogenesis) yang berlangsung di
tubulus seminiferus testis. Meskipun begitu terdapat perbedaanya
yang jelas yaitu setelah melalui proses penggandaan/ replikasi
DNA dan pembelahan sel dengan jumlah kromosom yang sama
(mitosis) serta proses pembelahan sel dengan pengurangan materi
ginetik pada sel anak yang dihasilkan (meiosis) yaitu untuk satu
oogonium diploid menghasilkan satu ovum haploid matur/ matang,
sedangkan untuk satu spermatogonium diploid menghasilkan empat
spermatozoa haploid matur. Pada sperma jumlahnya akan
berkurang tetapi tidak habis seperti ovum dan tetap diproduksi
meskipun pada lanjut asia. Sperma juga memiliki enzim
hyaluronidase yang akan melunakkan sel – sel graulosa (sel
pelindung ovum) saat berada dituba. Dalam 100 juta sperma
pada setiap mililiter air mani yang dihasilkan, rata-rata 3 cc tiap
ejakulasi, dengan kemampuan fertilisasi selama 2 – 4 hari, rata-rata
3 hari.
c. Pembuahan Ovum (Konsepsi)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsepsi yaitu
percampuran inti sel jantan dan inti sel betina, definisi lain
konsepsi/ fertilisasi yaitu pertemuan sel ovum dan sel sperma
(spermatozoon) dan membentuk zigot. Konsepsi terjadi sebagai
dampak beberapa peristiwa kompleks yang mencakup proses
pematangan akhir spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam
saluran genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan
wanita, pembentukkan jumlah kromosom diploid. Sebelum
terjadinya konsepsi dua proses penting juga terjadi, yang pertama
ovulasi (runtuhnya/ lepasnya ovum dari ovarium/ indung telur
sebagai hasil pengeluaran dari folikel dalam ovarium yang telah
matang (matur). Ovum yang sudah dilepaskan selanjutnya masuk
kedalam uterus (tuba fallopi) dibantu oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) yang menyapunya hingga ke tuba. Ovum
siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam, apabila
dalam kurun waktu tersebut gagal bertemu sperma, maka ovum
akan mati dan hancur. Kedua inseminasi yaitu pemasukan sperma
(ekspulsi semen) dari uretra pria kedalam genetalia/ vagina wanita.
Berjuta-juta sperma masuk kedalam saluran reproduksi wanita
setiap melakukan ejakulasi semen / pemancaran cairan mani.
Dengan menggerakkan ekor dan bantuan kontraksi muskular yang
ada, sperma terus bergerak menuju tuba melalui uterus. Dari
berjuta-juta sperma yang masuk hanya beberapa ratus ribu yang
dapat meneruskan ke uterus menuju tuba fallopi, dan hanya
beberapa ratus yang hanya sampai pada ampula tuba. Bila ovulasi
terjadi pada hari tersebut, ovum dapat segera di buahi oleh
sperma yang memiliki cukup banyak enzim hialuronidase (enzim
yang menembus selaput yang melindungi ovum). Hanya ada satu
dari ratusan sperma yang dapat membuahi ovum dan membentuk
zigot.
d. Fertilisasi
Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorlan definisi fertilisasi
(fertilization) yaitu penyatuan gamet jantan dan betina untuk
membentuk zigot yang diploid dan menimbulkan terbentuknya
individu baru. Fertilisasi adalah proses ketika gamet pria dan
wanita bersatu, yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam,
idealnya proses ini terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang
memanjang dari uterus ke ovarium pada sisi yang sama sebagai
jalan untuk oosit menuju rongga uterus juga sebagai tempat
biasanya terjadi fertilisas Sebelum keduanya bertemu, terdapat
tiga fase yang terjadi diantaranya:
1. Fase Penembusan Korona Radiata
Dari 200-300 juta hanya sekitar 300-500 yang sampai di tuba
fallopi yang bisa menembus korona radiata karena sudah
mengalami proses kapasitasi.
2. Fase Penembusan Zona Pellusida
Yaitu sebuah perisai glikoprotein di sekeliling ovum yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Spermatozoa yang bisa
menempel di zona pellusida, tetapi hanya satu yang
memiliki kualitas terbaik mampu menembus oosit,
3. Fase Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang
mempunyai kromosom diploid dan terbentuk jenis kelamin
baru.
e. Zigot yang terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada
manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam
bentuk autosom (kromosom yang bukan kromosom seks)
sedangkan lainya sebagai kromosom pembawa tanda seks, pada
seorang pria satu kromosom X dan satu kromosom
Y. Sedangkan pada wanita dengan tanda seks kromosom X.
Jika spermatozoon kromosom X bertemu, terjadi jenis
kelamin wanita dan sedangkan bila kromosom seks Y bertemu,
terjadi jenis kelamin pria, sehingga yang menentukan jenis
kelamin adalah kromosom dari pria/ pihak suami (Sunarti,
2013: 32). Sekitar 24 jam setelah konsepsi, zigot mengalami
pembelahan menjadi 4 sel, 8 sel hingga 16 sel yang disebut
blastomer (sel yang dihasilkan dari pembelahan ovum yang
sudah dibuahi). Setelah tiga hari sl-sel tersebut akan
membelah membentuk buah arbei dari 16 sel tersebut atau
disebut dengan morula dalam waktu empat hari. Saat morula
masuk kedalam rongga rahim, cairan mulai menembus zona
pellusida lalu masuk kedalam ruang sel yang ada dimassa sel
dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga (blastocoele) biasa
disebut blastokista dalam waktu lima hari. Pada sel bagian
dalam disebut embrioblas dan bagian luar disebut trofoblas.
Seiring bergulirnya blastula menuju rongga uterus, zona
pellusida/ membran luar blastula akan menipis dan akhirnya
menghilang sehingga trofblas dapat memasuki dinding rahim/
endometrium dan siap berimplantasi di dalam dinding uterus.
f. Implantasi (nidasi)
Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis bersentuhan
dengan endometrium uterus, biasanya terjadi di dinding
posterior atas dan mulai berimplantasi. Pada lapisan luar
sel (trofoblas), dapat mengeluarkan enzim proteolitik (enzim
yang kaya protein) yang melarutkan sebagian endometrium.
Jaringan endometrium banyak mengandung sel-sel desidua
yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen dan
mudah dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-sel trofoblas
(sinsitiotrofoblas) menyekresi enzim yang mengikis
endometrium untuk membantu penyediaan nutrisi bagi embrio
yang tengah berkembang serta membantu perlekatan embrio
pada endometrium. Blastula berisi massa sel dalam (inner cell
mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka
yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi
sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda hartman).

b. Tanda – Tanda Kehamilan


Kehamilan dapat dilihat dari beberapa tanda kehamilan yaitu.
a. Berhenti Menstruasi merupakan berhentinya menstruasi dapat
dilihat sebagai salah satu tanda kehamilan. Apabila saat
tidak hamil, sebelumnya menstruasi datang secara teratur.
Dimana, setiap bulan ovarium mengeluarkan sel telur yang matang.
Jika tidak dibuahi, sel telur akan mengalami proses peluruhan yang
dibarengi oleh pendarahan. Yang diakibatkan oleh pembuluh darah
di dinding rahim yang terkikis. Jika terjadi pembuahan anatar sel
telur yang matang dengan sperma.
b. Mual, muntah atau Morning Sickness merupakan tanda awal
kehamilan yang biasa ditemukan pada ibu hamil. Tanda awal
ditemukan pada awal kehamilan pada minggu kedua atau
kedelapan setelah pembuahan. Rasa mual dan muntah yang
dikarenakan aliran darah menerima peningkatan hormon yang tiba-
tiba. Yang dapat dirasakan pagi hari hari atau malam hari, atau
malah sepanjang hari.
c. Flek Pink akan dapat hilang setelah berhenti menstruasi, ibu
mungkin akan mengalami sedikit perdarahan atau flek pink di awal
kehamila. Biasanya terjadi saat implantasi, yaitu sel telur yang
sudah dibuahi menempel di dinding rahim yang terjadi sekitar
seminggu hingga sepuluh hari setelah pembuahan terjadi.
d. Perubahan pada Payudara yang di alami oleh ibu hamil
terdapat di daerah berwarna hitam di sekitar puting (areola) akan
berubah menjadi lebih gelap. Payudarah akan membesar karena
adanya peningkatan hormon progesteron dan estrogen yang dapat
berpengaruh pada siklus menstruasi dan kehamilan.
e. Sembelit sering mengalami sembelit yang diakibatkan oleh
hormon progesteron yang menyebabkan kendurnya otot-otot
rahim dan dapat juga mengendurkan otot-otot usus, sehingga daya
dorongnya terhadap sisa makanan menjadi berkurang.
f. Sering berkemih disebabkan oleh tertekannya kandung kemih.
Letak rahim dan kandung kemih yang bersebelahan membuat
kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar pada trimester
pertama.
g. Sakit Punggung saat hamil bisa terjadi karena adanya perubahan
otot punggung. Rahim menjadi semakin besar akibat pertambahan
berat janin dan cairan ketuban.
h. Mudah letih disebabkan oleh keadaan tubuh yang menyesuaikan
diri dengan adanya janin, biasa ditandai oleh adanya rasa pening.
i. Rasa lelah akan muncul pada awal kehamilan, terjadi karena tubuh
ibu sedang berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan
hormonal yang terjadi daam tubuh ibu.
j. Hasil Tes Pack Positif untuk mendapatkan kepastian hamil atau
tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes kehamilan.
Tes dilakukan dengan menggunakan urin yang dilakukan jika
kehamilan sudah memasuki usia 10-14 hari.

c. Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah merupakan kejadian patologis
penyertaan yang terjadi saat kehamilan.)Komplikasi dan penyulit
kehamilan pada Trimester I adalah kejadian yang sering timbul pada
kehamilan trimester I, yaitu:
1) Anemia kehamilan; yaitu keadaan penurunan hemoglobin dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal, atau biasa disebut kurang
darah. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk
pembentukan darah atau kurang zat besi. Factor yang
menyebabkan anemia defisiensi besi adalah kurangnya asupan
zat besi dan protein dari makanan, gangguan absorbs di usus,
perdarahan akut atau kronis. Anemi defisiensi pada wanita hamil
berkaitan dengan defisiensi besi dan perdarahan akut.
2) Hyperemisis gravidarum; Wiknosastro (2005) dalam Rukiyah
(2010) bahwa Hyperemisis gravidarum adalah mual dan muntah
yang berlebihan pada ibu hamil hingga dapat mempengaruhi
berat badan ibu, turgor kulit dan timbul aseton dalam urine.
Hal ini juga dapat dikatakan berat bial ibu hamil selalu muntah
setiap kali minum atau makan, akibatnya tubuh sangat lemas,
muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastic,
aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum
menurun.
3) Abortus atau keguguran; yaitu keluarnya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungandengan berat badan kurang dari
1000 g, atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu.
4) Kehamilan dengan degenerasi penyakit trofoblas; yaitu
penyimpangan kehamilan dengan terjadi degenerasi hidrofik
dari jonjot koreon, sehingga berupa buah anggur yang
mengandung banyak cairan dan hormone
5) Kehamilan Ektopik terganggu; adalah kehamilan yang terjadi
bila sel telur dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri.
5. Pemeriksaan Dignostik
a. Laboratorium
1) Riwayat kesehatan, ada beberapa pertanyaan untuk mengetahui
adanya kelainan genetic, kondisi kesehatan (adakah penyakit
kronis), riwayat kehamilan sebelumnya dan keadaan
psikososial.
2) Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin darah,
urinalisis (pemeriksaan urin), golongan darah dan rhesus,
TORCH dan tes hepatitis.
b. Radiologi
1) Penentuan usia kehamilan sebenarnya. Hal ini bisa dilakukan
dengan USG transvaginal atau transabdominal sekalian
memastikan adanya janin dalam kandungan atau dengan
menanyakan HPHT (hari pertama haid terakhir).
6. Penatalaksanaan kehamilan
a. Farmakologi
1. SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs) Dua jenis utama SAID
murni:
1) Dupaston
2) Utrogestan
3) Premaston
2. NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)
1) Non Farmakologis
2) Penanganan fisik meliputi:
a. Senam hamil
b. Yoga
WOC Kehamilan Trimester 1

Fertilisasi Konsepsi Morulla Nidasi Pola Seksual


Tidak Efektif
Perubahan Ansietas
Perubahan
Peran Sosial Blastula, trofoblas, desidua
Keluarga Konflik
Khawatir Akan Koping Tidak Orientasi
Embriogenesi
s Kehamilan Efektif Seksual

Gangguan Organogenesi Keinginan


Proses s Berhubungan
Perubahan
Keluarga Seksual
fisiologis Perubahan pada ibu Perubahan Psikologis
hamil

GIT Sistem
Integumen Sistem Peningkatan
(Gastrointestinal) reproduksi
Urinaria hormon
progesteron
Esterogen Peningkatan
Esterogen Progesteron Uterus sirkulasi
HCg membesar Penebalan darah
dinding uterus
Penurunan Peningkatan
tonus otot GIT volume darah
Peristaltik Peningkatan Terbentuk Menekan Adanya Hemodelusi
menurun asam lambung striae vesika perkembangan
gravidarum urinaria janin
Anemia
Mual, muntah relatif
Disfungsi
motilitas GI Gangguan Peningkatan
citra tubuh Perubahan
frekuensi BAK postur tubuh
Nausea Hb dan O2
Defisit (lordosis) menurun
Resiko
Nutrisi Hipovolemia
Gangguan
Konstipasi
eliminasi
Urin
Resiko cedera

Keletihan
B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Trimester I
A. Pengkajian umum

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien.
1. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang

c. Riwayat kesehatan:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu.

d. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami:Kaji adanya penyakit yang pernah


dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

g. Riwayat kesehatan reproduksi:


Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:


Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat:


Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari:

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik/cukup/lemah.
2) Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen.
3) Tinggi badan : Normal >145 cm, ibu hamil dengan
tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan panggul
sempit
4) Berat badan sebelum hamil :Mengetahui
perubahan berat badan sebelum hamil dan saat hamil
adakah penambahan berat badan atau penurunan berat
badan.
5) Berat badan sekarang :Selama kehamilan TM II dan III
pertambahan berat badan ± 0,5kg perminggu. Hingga
akhir kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar
9-13,5 kg
6) Lingkar lengan atas : Normal > 23,5 cm, bila
kurang merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu
yangkurang baik / buruk, sehingga beresiko untuk
melahirkan BBLR
7) Tekanan darah, Pernapasan, Nadi, Temperatur.
b. Kepala Dan Leher
1) Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
ataulesi
2) Rambut : warna hitam, tidak ada ketombe, tidak
rontok dan distribusi merata
3) Wajah : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
oedema, dan tidak pucat
4) Mata : konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak
ikterus
5) Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, tidak
ada stomatitis, gigi tidak berlubang,
gusi tidak berdarah.
6) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kalenjar limfe dan tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Payudara
1) Inspeksi : bentuk melingkar, simetris, hiperpig-
mentasi pada areola, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi atau
dimpling.
2) Palpasi : tidak ada masa/ benjolan,tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, colostrum (-).
d. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi ,terdapat
linea nigradan pembesaran uterus sesuai
dengan umur kehamilan.
2) Palpasi
Leopold I :
(1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
(2) Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat
ke arah muka klien
(3) Rahim dibawah ke tengah
(4) Tinggi fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam
fundus uteri.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting,
sifat bokong adalah lunak, kurang bundar dan
kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri
kosong.
Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala
atau bokong dengan satu tangan di fundus dan
tangan lain di atas simfisis

Leopold II :
(1) Kedua tangan pindah ke samping
(2) Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
(3) Tentukan letak punggung anak
(4) Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala
janin
Leopold II untuk menentukan dimana letaknya
punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian
kecil.
Variasi menurut poudin : menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di fundus

Leopold III :

(1) Dipergunakan satu tangan saja


(2) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari
lainnya
(3) Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan
Leopold III menentukan apa yang terdapat di
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah
atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak
punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan
tegak di tengah perut.

Leopold IV :

(1) Pemeriksa merubah sikapnya yaitu melihat ke arah


kaki si penderita.
(2) Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi
bagian bawah.
(3) Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan
(a) Kedua tangan pada pinggir kepala divergent
(ukuran tebesar kepala sudah melewati pintu atas
panggul)
(b) Kedua tangan pada pinggir kepala convergent
(ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas
panggul).
Leopold IV untuk menentukan bagian yang
terendah dan berapa masuknya bagian yang bawah
ke dalam rongga panggul.
e. Genetalia
Untuk mengetahui varises atau tidak, apakah ada
pembengkakkan kelenjar bartholini, mengetahui pengeluaran
yaitu perdarahan dan flour albus (Wiknjosastro,2007)
f. Anus
Adanya hemoroid atau tidak, dan adanya varises atau tidak (
Wiknjosastro, 2007)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG : (laboratorium), (buku KIA)


a. Tes golongan darah, Rh, antibody ireguler
Faktor Rh sebenarnya tidak langsung berimbas kepada kesehatan.
Akan tetapi, Rh sangat berpengaruh pada ibu hamil. Bila seorang ibu
yang memiliki Rh- mengandung bayi yang memiliki Rh+, maka akan
terjadi resiko pada kehamilan. Tubuh ibu akan mengenali Rh+ ini
sebagai antigen (benda asing) dalam tubuh, sehingga system imunitas
tubuh ibu akan sel darah Rh+. Kondisi ini disebut inkompatibilitas Rh.
Hal ini akan menjadi penyakit Rh yang berbahayanpada janin.

b. Tes haemoglobin, hematokrit, sel darah putih, hitung jenis


elektroforesis haemoglobin
Fungsi dari tes haemoglobin pada ibu hamil adalah untuk
mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil. Jika anemia pada ibu hamil
tidak ditangani, maka akan berdampak buruk pada perkembangan
janin. Kadar Hb yang harus dipenuhi oleh ibu hamil ada di atas 10
mg/dL.
c. Tes fungsi ginjal: BUN, kreatinin, elektrolit, bersihan kreatinin, total
ekskresi protein
Tes fungsi ginjal penting untuk ibu hamil untuk mendeteksi adanya
protein urin positif pada ibu hamil. Adanya sejumlah kecil protein
dalam kehamilan dianggap normal, namun pelepasan protein ke dalam
urin yang banyak dapat menjadi indikasi terganggunya fungsi ginjal.
Penyebab protein urin positif pada ibu hamil antara lain preeklamsia,
eklamsia, HELLP syndrome, infeksi pada ginjal dan saluran kemih,
dehidrasi, stress berlebih, olahraga yang berat, dan diabetes.
d. RPR, VDRL, atau FTA-ABS
Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory)
merupakan suatu pemeriksaan untuk penyakit sifilis yang disebabkan
oleh infeksi Traponema Pallidum. Hal ini penting karena jika ibu
terkena sifilis dan tak ditangani dengan baik, maka akan berdampak
buruk pada janin yang dikandungnya. Janin pun dapat ikut terinfeksi
penyakit sifilis ini.
e. Antibodi HIV, antigen permukaan hepatitis B, toksoplasmosis
Tes antibody HIV penyebab AIDS pada ibu hamil bias menular ke
janin saat kehamilan, melahirkan, maupun menyusui. Bila ternyata ibu
hamil menderita HIV, maka akan dilakukan penanganan medis untuk
mengurangi resiko penularan HIV pada bayi dan mencegah
berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.
Begitu pula hepatitis B yang dapat menular pada janin. Jika hasil
tes positif, maka akan dilakukan penanganan medis. Setelah lahir, bayi
dari ibu dengan hepatitis B akan mendapatkan imunisasi hepatitis B
secepatnya (paling lambat 12 jam setelah lahir).

4. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Inspeculo : Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum
atau dari kelaianan cervik dan vagina. Apabila
perdarahan dari osteum uteri eksternum, adanya
plasenta harus dicurigai.
b. USG : Untuk menentukan letak placenta.

5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Hb : Jika terjadi perdarahan yang banyak dan keadaan
umum pasien lemahserta pucat, kemungkinan
pasien mengalami anemia.
b. Urin : dicurigai ada protein urin yang memperberat
kehamilan
c. KB : kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nausea berhubungan dengan biokimiawi (peningkatan progesterone dan HCG)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung


kemih

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (kehamilan)

6. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (kehamilan)

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (kehamilan)

8. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan konflik orientasi seksual

9. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga

10. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping

11. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

12. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan postur tubuh


C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional

1. Nausea berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan O: O:


biokimiawi (peningkatan keperawatan diharapkan 1. Untuk mengetahui respon
1. Identifikasi pengalaman mual
progesterone dan HCG) nausea dapat teratasi dengan pasien dalam mengatasi
kriteria hasil : mual sebelumnya
2. Identifikasi dampak mual 2. Untuk mengetahui tingkat
1. Keluhan mual menurun
terhadap kualitas hidup pengaruh mual terhadap
2. Nafsu makan meningkat
kualitas hidup
3. Frekuensi menelan
3. Identifikasi factor penyebab 3. Untuk memberikan terapi
meingkat
mual yang tepat
4. Jumlah saliva menurun

4. Monitor mual 4. Untuk mengetahui


frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan mual
5. Monitor asupan nutrisi dan
5. Untuk mengetahui asupan
kalori
nutris dan kalori yang tepat
N: N:
6. Untuk mengurangi rasa
6. Kendalikan factor lingkungan
mual
penyebab mual
7. Untuk meningkatkan
7. Berikan makanan dalam
nafsu makan
jumlah kecil dan menarik
E:
E:
8. Untuk pemenuhan
8. Anjurkan istirahat dan energy
tidur yang cukup 9. Untuk mengurangi rasa
9. Anjurkan sering mual
membersihkan mulut

10. Untuk mengatasi rasa


10. Ajarkan penggunaan mual pada ibu hamil
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
(relaksasi dan terapi
C:-
music)
C:-
2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan asuhan O: O:
dengan ketidakmampuan keperawatan diharapkan 1. Untuk mengetahui status
1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan defisit nutrisi dapat teratasi nutrisi ibu hamil
2.Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil: 2. Untuk menghindari efek
intoleransi makanan
samping alergi yang dapat
1. Porsi makan yang 3.Identifikasi makanan yang
memperberat kondisi ibu.
dihabiskan meningkat. disukai
3. Untuk meningkatkan nafsu
2. Verbalisasi keinginan 4.Identifikasi kebutuhan kalori
makan ibu hamil.
untuk meningkatkan dan jenis nutrient
4. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. 5.Monitor asupan makanan
gizi ibu hamil.
3. Pengetahuan tentang
N: 5. Untuk mengetahui progress
pilihan makanan dan
6. Lakukan oral hygine dari program diet yang telah
minuman yang sehat
sebelum makan, jika perlu. direncanakan.
meningkat.
7.Fasilitasi dalam menentukan N:
4. Pengetahuan tentang
pedoman diet 6. Untuk mengurangi rasa
standar asupan nutrisi
8.Sajikan makanan secara mual.
yang tepat meningkat.
menarik dan suhu yang sesuai 7. Agar ibu hamil dapat
5. Nafsu makan membaik.
menjalani program diet
E:
dengan baik.
9. Anjurkan posisi duduk, jika 8. Untuk meningkatkan nafsu
mampu makan.
10. Ajarkan diet yang E:
diprogramkan 9. Untuk mencegah aspirasi.
10. Agar ibu hamil tahu akan
C:
kebutuhan nutrisi yang
11. Kolaborasi dengan ahli harus didapat bagi ibu dan
giziuntuk menentukan janinnya.
jumlah kalori dan jenis C:
nutrient yang dibutuhkan, 11. Untuk menentukan program
jika perlu. diet yang tepat bagi ibu
hamil.
3. Gangguan eliminasi urin Setelah diberikan asuhan O: O:
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan 1. Untuk mengetahui
penurunan kapasitas kandung gangguan eliminasi urin gejala retensi atau adanya inkontinensia
kemih dapat teratasi dengan kriteria inkontinensia urine urine
hasil: 2. Identifikasi factor yang 2. Untuk menghindari
menyebabkan retensi atau terjadinya inkontinensia
1. Desakan berkemih
inkontinensia urine urine
menurun 3. Monitor eliminasi urine 3. Untuk mengetahui
2. Distensi kandung kemih bagaimana warna, bau
menurun dan volume urine
3. Berkemih tidak tuntas
menurun N: N:
4. Catat waktu dan keluaran 4. Untuk memonitor
berkemih klien keluaran urine klien
5. Ambil sampel urine 5. Agar hasil laboratorium
tengah atau kultur lebih actual
E: E:
6. Ajarkan terapi modalitas 6. agar klien mampu
penguatan otot-otot mengontrol miksi
panggul atau perkemihan
C:- C:-

4. Konstipasi berhubungan Setelah diberikan asuhan O: O:


dengan penurunan motilitas keperawatan diharapkan 1. Untuk mengidentifikasi
1. Periksa tanda dan gejala
gastrointestinal konstipasi dapat teratasi secara dini konstipasi
konstipasi
dengan kriteria hasil:
1. Nafsu makan klien 2. Untuk mengetahui tingkat
meningkat keparahan konstipasi yang
2. Periksa pergerakan usus,
2. Klien tidak merasakan dialami oleh pasien
karakteristik feses,
mual dan muntah
(konsistensi, bentuk, volume,
3. Untuk memberikan terapi
dan warna)
yang tepat sesuai dengan
factor resiko
3. Identifikasi factor resiko
konstipasi (kehamilan)
4. Untuk mencegah ruptur
usus dan/ peritonitis pada
4. Monitor tanda dan gejala
ibu hamil
rupture usus dan atau
peritonitis
N:
5. Untuk meningkatkan
N: motilitas usus
5. Anjurkan pasien diet tinggi 6. Merangsang peristaltic
serat usus dan defekasi untuk
6. Berikan enema atau irigasi mengatasi konstipasi
fekal bila perlu E:
7. Agar pasien mengatahui
penyebab dari konstipasi
E:
8. Agar pasien tidak
7. Jelaskan etiologi masalah dan mengalami konstipasi
alasan tindakan kembali
8. Latih buang air besar secara 9. Agar pasien terlatih dalam
teratur mengatasi konstipasi yang
di alami

9. Ajarkan cara mengatasi 10. Untuk meningkatkan

konstipasi/impaksi peristaltic usus

C:
10. Anjurkan peningkatan 11. Untuk melunakkan
asupan cairan
feses pasien

C:

11. Kolaborasikan obat pencahar,


jika perlu
5. Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan O: O:
krisis situasional (kehamilan) keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat 1. Untuk mengetahui
ansietas pasien dapat teratasi ansietas berubah keparahan ansietas
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki klien
mengambil keputusan 2. Untuk menilai
1. Verbalisasi
3. Monitor tanda-tanda ansietas kemampuan mengambil
kebingungan
(verbal dan nonverbal) keputusan klien
menurun
N: 3. Untuk mengontrol
2. Verbalisasi
4. Ciptakan suasana terapeutik tanda-tanda ansietas
kekhawatiran akibat
untuk menumbuhkan
kondisi yang dihadapi
kepercayaan
menurun N:
5. Temani pasien untuk
3. Perilaku gelisah 4. Untuk meningkatkan
mengurangi kecemasan
menurun rasa percaya pasien
6. Pahami situasi yang
4. Perilaku tegang pada perawat
membuat ansietas dan
menurun
dengarkan dengan penuh
5. Agar pasien merasa
perhatian
tidak kesepian dan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa kecemasan pasien
yang akan datang berkurang
8. Anjurkan keluarga untuk 6. Untuk mencegah
tetap bersama klien ansietas lebih parah lagi
E: 7. Untuk mempersiapkan
9. Anjurkan untuk pasien menghadapi
mengungkapkan perasaan peristiwa yang akan
dan persepsi dating
10. Latih kegiatan pengalihan
11. Latih teknik relaksasi E:
C:- 8. Agar pasien tidak
merasa kesepian dan
ansietas berkurang
9. Agar pasien dapat
terbuka akan masalah
yang dihadapi
10. Untuk mengurangi
ketegangan
11. Untuk membuat klien
merasa tenang
C:-

6. Keletihan berhubungan Setelah diberikan asuhan O: O:


dengan kondisi fisiologis keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi
12. Untuk mengetahui bagian
(kehamilan) keletihan dapat teratasi tubuh yang mengakibatkan
tubuh pasien yang
dengan kriteria hasil: kelelahan.
bermasalah dan berdampak
2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Verbalisasi kepulihan pada kelelahan.
emosional.
energi meningkat. 13. Untuk mengontrol
3. Monitor pola dan jam tidur.
2. Tenaga meningkat. kelelahan fisik dan
4. Monitor lokasi dan
3. Kemampuan melakukan emosional pada ibu hamil.
ketidaknyamanan selama
aktivitas rutin meningkat. 14. Untuk mengatasi masalah
melakukan aktivitas.
4. Verbalisasi lelah gangguan pola tidur.
menurun. N: 15. Untuk menghindari faktor
5. Lesu menurun. pemberat kelelahan.
5. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus. N:
6. Berikan aktivitas distraksi
16. Untuk memberikan rasa
yang menenangkan.
tenang pada ibu hamil.
E: 17. Untuk mengurangi
kelelahan pada ibu hamil.
7. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap. E:
8. Anjurkan menghubungi
18. Untuk membiasakan ibu
perawat jika tanda dan gejala
dalam melakukan aktivitas
kelelahan tidak berkurang.
tanpa kelelahan secara
9. Ajarkan strategi koping untuk
bertahap.
mengurangi kelelahan.
19. Agar perawat mampu
C: melakukan pengkajian
ulang jika terjadi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
keabnormalan.
tentang cara meningkatkan
20. Untuk meminimalisir
asupan makanan.
kelelahan.

C:

21. Untuk memenuhi


kebutuhan energi ibu hamil.
7. Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan O: O:
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi harapan citra 1. Untuk membantu
perubahan fungsi tubuh gangguan citra tubuh dapat tubuh berdasarkan tahap mengidentifikasi harapan
(kehamilan) teratasi dengan kriteria hasil: perkembangan tubuh klien
2. Monitor apakah pasien bisa 2. Untuk meningkatkan
1. Klien mampu menyentuh
melihat bagian tubuh yang percaya diri pasien
bagian tubuh
berubah
2. Verbalisasi kekhawatiran
N: N:
pada penolakan/reaksi
3. Diskusikan perubahan akibat 3. Agar pasien mengetahui
orang lain menurun
kehamilan pola-pola perubahan saat
kehamilan
4. Diskusikan persepsi pasien 4. Untuk mengetahui
dan keluarga tentang bagaimana tanggapan
perubahan citra tubuh keluarga tentang klien
E: E:
5. Jelaskan pada keluarga 5. Untuk mempercepat
tentang perawatan citra penyembuhan klien
tubuh
6. Anjurkan mengungkapkan 6. Untuk meningkatkan
gambaran diri terhadap citra kepercayaan dir klien
tubuh
C:

C: -

-
8. Pola seksual tidak efektif Setelah diberikan asuhan O: O:
berhubungan dengan konflik keperawatan diharapkan pola 1. Identifikasi tingkat
1. Untuk mengetahui
orientasi seksual seksual tidak efektif dapat pengetahuan pasien tentang
seberapa besar
teratasi dengan kriteria hasil: hubungan seksual semasa
hamil. pengetahuan pasien tentang
1. Menunjukkan pendirian
2. Monitor stress, kecemasan
seksual yang jelas hubungan seksual semasa
dan depresi akan hubungan
meningkat. hamil.
seksual.
2. Integrasi orientasi seksual
N: 2. Untuk mengkaji faktor
kedalam kehidupan
3. Fasilitasi komunikasi antara
sehari- hari meningkat. prnyebab gangguan
pasien dan pasangan.
3. Verbalisasi hubungan hubungan seksual.
4. Berikan kesempatan kepada
seksual sehat meningkat.
pasangan untuk menceritakan N:
masalah seksual
5. Berikan pujian terhadap 3. Untuk meningkatkan
prilaku yang benar
keterbukaan pasien.
6. Berikan saran sesuai
4. Untuk melengkapi
kebutuhan pasangan dengan
menggunakan bahasa yang pengkajian.
mudah diterima, dipahami,
5. Memberikan apresiasi
dan tidak mengkahimi
kepada pasangan tentang
E:
7. Jelaskan efek kehamilan prilaku yang sudah dibuat.
terhadap perilaku seksual dan
6. Agar pasangan mampu
sebaliknya.
mengerti dengan baik
8. Informasikan pentingnya
modifikasi pada aktivitas bagaimana hubungan
seksual.
seksual semasa kehamilan.
C :-
E:

7. Agar pasangan mengetahui

dampak buruk dan dampak


baik dari hubungan seksual

semasa kehamilan.

8. Untuk meningkatkan

kualitas hubungan seksual.

C :-

9. Gangguan proses keluarga Setelah diberikan asuhan O : O:


berhubungan dengan keperawatan diharapkan
1. Identifikasi respon 1. Untuk mengetahui
perubahan peran keluarga gangguan proses keluarga
emosional terhadap bagaimana respon pasien
dapat teratasi dengan kriteria
kondisi saat ini. terhadap kehamilannya
hasil:
2. Identifikasi kesesuaian saat ini.
1. Adaptasi keluarga
anatara haparan pasien, 2. Untuk meningkatkan kerja
terhadap tisuasi
keluarga dan tenaga sama antara pasien,
keluarga.
kesehatan. keluarga dan tenaga
2. Kemampuan keluarga
kesehatan.
berkomunikasi secara N :
terbuka diantara N:
3. Dengarkan masalah,
anggota keluarga. perasaan dan pertanyaan 3. Untuk mengidentifikasi
3. Ketepatan peran keluarga. masalah yang dihadapi
keluarga pada tahap 4. Terima nilai-nilai oleh keluarga.
perkembangan keluarga dengan cara 4. Agar keluarga bisa terbuka
meningkat. tidak menghakimi. dan merasa dihargai.
5. Fasilitasi pengungkapan 5. Agar keluarga dan pasien
perasaan antara pasien mampu mengutarakan
dan keluarga. perasaannya dengan lancar.
6. Fasilitasi pemenuhan 6. Agar kebutuhan dasar
kebutahan dasar keluarga. keluarga terpenuhi.
7. Hargai dan dukung 7. Untuk menghindari
mekanisme koping tekanan berlebihan dan
adaptif yang digunakan. mengatasi masalah pada
keluarga dan pasien.
E:
E:
8. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala. 8. Untuk mengetahui
9. Informasikan fasilitas progress dari terapi yang
perawatan kesehatan diberikan.
9. Agar pasien dan keluarga
yang tersedia mudah dalam mengakses
layanan kesehatan.
C :-
C :-

10. Koping tidak efektif Setelah diberikan asuhan O : 1. Untuk mengukur


berhubungan dengan keperawatan diharapkan seberapa jauh
1. Identifikasi pemahaman
ketidakadekuatan strategi koping tidak efektif dapat pengetahuan ibu
proses kehamilan.
koping teratasi dengan kriteria hasil: tentang kehamilan.
2. Identifikasi dampak
1. Prilaku koping 2. Untuk mengetahui
situasi terhadap peran dan
adaptif meningkat dampak situasi
hubungan.
2. Verbalisasi kehamilan terhadap
3. Identifikasi kebutuhan
kemampuan peran ibu dalm
dan keinginan terhadap
mengatasi masalah keluarga.
dukungan sosial.
meningkat. 3. Untuk mencari system
3. Verbalisasi N: pendukung yang tepat
pengakuan masalah 4. Diskusikan perubahan untuk ibu hamil.
meningkat. peran yang dialami. 4. Untuk mempersiapkan
4. Perilaku asertif 5. Gunakan pendekatan ibu terhadap perubahan
yang tenang dan peran yang terjadi.
meningkat. meyakinkan. 5. Agar pasien terbuka
6. Fasilitasi dalam dalam menyampaikan
memperoleh informasi perasaannya.
yang dibutuhkan. 6. Agar informasi
7. Motivasi untuk tersampaikan dengan
menentukan harapan jelas ke pasien.
yang realistis. 7. Agar pasien terdorong
8. Motivasi untuk merawat dan
mengidentifikasi sistem menjaga kondisinya
pendukung yang tersedia. beserta janinnya.
9. Kurangi rangsangan 8. Agar pasien terdorong
lingkungan yang untuk memaksimalkan
mengancam. peran support system
yang dimiki.
E:
9. Agar pasien merasa
10. Anjurkan lebih nyaman.
mengungkapkan perasaan 10. Agar pasien mampu
dan persepsi. terbuka akan masalah
11. Anjurkan keluarga yang dihadapi.
terlibat. 11. Keluarga sebagai
12. Latih penggunaan teknik support system yang
relaksasi mendukung klien.
12. Agar pasien merasa
C :-
lebih tenang.

C :-

11. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan asuhan O: O:


berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda- tanda 1. Untuk mengetahui
kehilangan cairan secara aktif risiko hipovolemia dapat jika terjadinya adanya tanda- tanda
teratasi dengan kriteria hasil: hipovolemia. hipovolemia pada
2. Identifikasi faktor resiko pasien.
1. Kekuatan nadi
ketidakseimbangan 2. Untuk menghindari
meningkat.
cairan. terjadinya
2. Turgor kulit
3. Monitor intake dan ketidakseimbangan
meningkat.
output carian. cairan.
3. Output urine
N: 3. Untuk mengawasi
meningkat.
4. Hitung kebutuhan cairan. asupan dan keluaran
5. Berikan asupan cairan cairan agar tetap
oral. seimbang.
E: N:
6. Anjurkan memperbanyak 4. Untuk mencukupi
asupan cairan oral. kebutuhan cairan
C :- pasien.
5. Untuk meningkatkan
volume cairan pada
tubuh pasien.
E:
6. Agar pasien terhindar
dari hipovolemia.
C :-
12. Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan asuhan O: O:
dengan perubahan postur keperawatan diharapkan 1. Identifikasi area 1. Untuk menghindari
tubuh risiko cedera dapat teratasi lingkungan yang cedera pada pasien.
dengan kriteria hasil: berpotensi menyebabkan
cedera.
1. kejadian cedera
2. Identifikasi kesesuaian 2. Untuk menghindari
menurun
alas kaki pada cedera pada pasien.
2. ketegangan otot ekstermitas bawah.
menurun N: N:
3. Sediakan pencahayaan 3. Memberikan
yang memadai. penerangan yang cukup
bagi pasien.
4. Gunakan alas lantai jika 4. Untuk menghindari
beresiko mengalami cedera serius pada
cedera serius. pasien.
5. Sediakan alas kaki anti 5. Agar pasien tidak
slip. merasa licin saat
berjalan.
6. Pastikan barang pribadi 6. Agar pasien mudah
mudah dijangkau. menjangkau barang-
barang yang
diperlukan.
7. Untuk meminimalisir
7. Tingkatkan frekuensi resiko cedera.
observasi dan
pengawasan pasien. E:
E: 8. Agar pasien dan
8. Jelaskan alasan intervensi keluarga dapat
pencegahan jatuh ke mencegah cedera secara
pasien dan keluarga. mandiri.
9. Untuk menghindari
9. Anjurkan berganti posisi hipotensi ortostatik.
secara perlahan pada saat
tidur dan duduk selama
beberapa menit sebelum
berdiri. C :-
C :-
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan praktik Laboratorium dan Klinik, Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi.
Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Buku Kedokteran


EGC.Jakarta.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Yuliana. 2015. Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Dalam Menghadapi Masa
Persalinan Di Desa Joho Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kebidanan dan
Ilmu Kesehatan Volume 2;2. Jawa Tengah

Yulistiana, Evayanti, 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami


Pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (Anc)
Di Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Vol
1;2.Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai