JAWA TIMUR 1
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
2
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
daerah cakupan. Dengan kata lain, proses identifikasi terhadap pola curah
hujan dapat dilakukan secara cepat, mudah dan menyeluruh.
Pernyataan di atas memberikan gambaran secara garis besar bahwa
penelitian terkait dengan perolehan data curah hujan melalui data penginderaan
jauh dimungkinkan untuk dapat dilakukan, khususnya pada kondisi el-nino
yang terkait dengan kondisi perubahan iklim global. Wilayah kajian yang tepat
untuk identifikasi pola curah hujan pada kondisi el-nino adalah Propinsi Jawa
Timur. Hal tersebut dikarenakan Jawa bagian timur mengalami dampak
terbesar dari kejadian el-nino, meskipun pengaruhnya lebih singkat (Mulyanti,
2012). Data pola curah hujan harian melalui citra MODIS selanjutnya
diharapkan dapat memenuhi informasi kondisi el-nino pada penelitian ini.
3
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tahun kejadian el-nino menengah atau disebut juga dengan moderate el-nino
(Null, 2007). Kejadian tersebut merupakan kondisi ekstrim yang berbeda
dengan kondisi normal (pada umumnya). Seluruh kejadian tersebut memiliki
karakteristik curah hujan, khususnya di Jawa, dan di daerah tropis umumnya,
dengan ragam spasio-temporal yang tinggi.
Citra MODIS memiliki wilayah cakupan yang luas (250 km hingga
1000 km) serta memiliki nilai spektral yang tinggi, yaitu 36 kanal pada
panjang gelombang tampak hingga inframerah (0,405–14,385µm). Hal
tersebut menunjukkan bahwa citra MODIS sebagai penyedia data untuk
proses-proses pengkajian global tentang atmosfer memiliki kelebihan
dibandingkan satelit cuaca lainnya (Mustofa, 2009). Meskipun, data curah
hujan yang dihasilkan dari pengolahan citra MODIS selanjutnya perlu
dibandingkan atau diuji dengan data curah hujan aktual pada stasiun penakar
hujan.
Mendasarkan uraian rumusan masalah yang disebutkan di atas, muncul
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Algoritma apa yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi informasi
SPA dan ALB yang mendukung nilai curah hujan estimasi pada kondisi el-
nino melalui pengolahan citra MODIS?
2. Bagaimana perbandingan pola curah hujan estimasi yang ditunjukkan pada
kondisi el-nino dengan kondisi normal melalui pengolahan citra MODIS di
Provinsi Jawa Timur?
3. Bagaimana tingkat validasi pola curah hujan estimasi pada kondisi el-nino
menggunakan citra Penginderaan Jauh dibandingkan dengan pengukuran
data lapangan?
4
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dari kristal es, suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau
kering.
2. Cirrocumulus (Cc), mengandung butiran air super-dingin, bercampur
dengan kristal es. Butiran air cepat membeku. Awan ini berumur
sangat singkat, cepat berubah menjadi cirrostratus.
3. Cirrostratus (Cs), gugusan kristal es, menyebar dan menutupi sebagian
atau seluruh langit. Menyerupai selaput tipis tembus cahaya. Sering
terbentuk cincin atau halo di sekeliling matahari atau bulan. Kadang-
kadang terjadi hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga),
seolah-olah cerah di permukaan.
4. Altocumulus (Ac), puncak awan putih bergulung, dengan dasar awan
lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus,
ketebalan beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa
berkembang menjadi awan hujan lainnya, bahkan cumulonimbus.
5. Altostratus (As), awan seperti lembaran halus berwarna abu-abu
gelap. Dapat menghasilkan hujan gerimis, hujan ringan hingga
sedang. Umumnya terbentuk sepanjang sore hari, diikuti hujan pada
senja atau malam hari.
6. Stratus (St), awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk lembaran
atau lapisan. Tidak tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi dimana
aliran angin mengakibatkan udara terkondensasi pada lapisan atmosfer
bawah.
7. Stratocumulus (Sc), awan rendah yang umumnya bergerak lebih cepat
dari cumulus. Dasar awan umumnya lebih gelap daripada puncak
awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam.
8. Cumulus (Cu), adalah awan yang mengandung kristal es. Terlihat
seperti serabut atau buntut kuda berwarna putih. Terlihat pada posisi
yang sangat tinggi, umumnya lebih dari 5.000 meter dengan suhu
sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.
9. Nimbostratus (Ns), berwarna gelap, langit tertutup awan, dan sinar
matahari terhalang. Umumnya disertai cuaca buruk. Hujan turun
dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama.
6
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.5.2 Suhu Permukaan Awan (SPA), Albedo Awan dan Estimasi Curah
Hujan
Suhu Permukaan Awan atau disingkat SPA, memiliki definisi lain
yaitu temperatur puncak dari awan. Permukaan paling atas dari awan
(cloud-top) merupakan bagian yang terpengaruh langsung oleh sinar
matahari (seperti pada Gambar 1.3). Kondisi temperatur permukaan awan
secara visual dapat diketahui melalui kecerahan awan dan ketebalan awan,
yang cenderung pada jenis awan (Lo, 1996).
Gambar 1. 3 Proses Terjadinya Presipitasi pada 2 Jenis Kondisi Awan (IPCC, 2007)
Albedo memiliki kaitan dengan nilai pantulan kembali sinar
matahari. Sedangkan albedo awan berarti nilai pantulan dari awan setelah
menerima energi dari matahari, yang dipengaruhi oleh sudut zenith
matahari, ketebalan awan, kandungan air atau es pada awan. Nilai albedo
awan berkisar antara 10% hingga kurang dari 90% (Gourdeau, 2004).
8
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.5.3 El-Nino
El Nino merupakan suatu gejala alam di Samudra Pasifik bagian
tengah dan timur ditandai dengan kondisi memanasnya suhu permukaan
laut di wilayah tersebut, yang berefek pada pendinginan suhu permukaan
laut di lautan Indonesia. Saat yang bersamaan terjadi perubahan pola
tekanan udara yang mempunyai dampak sangat luas. Tekanan udara pada
masing-masing wilayah kejadian el-nino memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan suhu permukaan laut (Gambar 1.4). Kondisi El
Nino ditunjukkan melalui rendahnya tekanan udara pada wilayah Samudra
Pasifik bagian timur dan tingginya tekanan udara pada wilayah Samudra
Pasifik bagian barat (Stone, 2010).
Walaupun el-nino dianggap sebagai faktor pengganggu dari sirkulasi
monsun yang berlangsung di Indonesia, namun pengaruhnya sangat terasa
yaitu timbulnya bencana kekeringan yang meluas. Ketika berlangsung el-
9
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nino, terjadi penguatan angin barat di Pasifik barat daerah ekuator mulai
dari sebelah utara Irian hingga Pasifik Tengah (Trenberth, 1997).
Fase Panas (el-nino) sebagai bagian dari ENSO dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu curah hujan, temperatur dan evaporasi (Mulyanti, 2012).
Terjadinya el-nino menyebabkan musim penghujan datang lebih akhir
serta menurunkan total curah hujan. Dampak el-nino siginifikan pada
bulan September – November (SON) dan memberikan dampak signifikan
dalam menurunkan curah hujan di Pulau Jawa pada bulan Desember –
Februari (DJF) (Qian, et al., 2010).
Gambar 1. 4 Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Tekanan Udara (Stone, 2010)
Indikator menentukan terjadinya el-nino adalah SST (Sea Surface
Temperature), SOI (Southern Oscillation Index) dan MEI (Multivariate
ENSO Index). MEI merupakan gabungan SOI dan SST.
10
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ME 2002 2003 0.8 0.8 0.9 1.2 1.3 1.3 1.1 0.8 0.4 0.0 -0.2 -0.1
- 2003 2004 0.2 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.2 0.1 0.1 0.1 0.3
WE 2004 2005 0.5 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3
WL 2005 2006 0.2 0.1 0.0 -0.2 -0.5 -0.8 -0.9 -0.7 -0.5 -0.3 0.0 0.1
WE 2006 2007 0.2 0.3 0.5 0.8 1.0 1.0 0.7 0.3 -0.1 -0.2 -0.3 -0.3
ML 2007 2008 -0.3 -0.6 -0.9 -1.1 -1.2 -1.4 -1.5 -1.5 -1.2 -0.9 -0.7 -0.5
- 2008 2009 -0.3 -0.2 -0.1 -0.2 -0.4 -0.7 -0.9 -0.8 -0.6 -0.2 0.1 0.4
ME 2009 2010 0.5 0.6 0.7 1.0 1.4 1.6 1.6 1.4 1.1 0.7 0.2 0.3
Keterangan : ME (Moderate El Nino); WE (Weak El Nino); ML (Moderate -1.3La Nina); WL (Weak La
Nina). Sumber : (Null, 2007)
11
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Gambar 1. 6 Satelit Terra MODIS dan Satelit Aqua MODIS (Gumley, 2002)
14
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Nilai curah
Pemanfaatan data citra satelit MODIS
hujan dan
lokasi stasiun
Pengolahan citra satelit melalui beberapa algoritma hujan dari
untuk memperoleh data curah hujan (harian, bulanan) data lapangan
pada kondisi El-Nino dan kondisi normal (sekunder)
21
IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI
JAWA TIMUR
RIFAT DARAJAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22