Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Balita

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada
masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan
pendidikan.

Menurut Soetjiningsih (2001), balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir
dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada
masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer
dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak
adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode usia manusia
setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau
bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Pada masa ini semua orang tua menginginkan
anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka
merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan
interpretesi orang tua atau siapapun.

B. Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita

Perttumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan karena
bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika
merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat
orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta
kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan
merasakan rangsangan dari sekitarnya.

Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi kenyamana dan
keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini
akan membahas mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut.
Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan
mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.

a. Perkembangan Fisik Pada Balita

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya
pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya,
memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi
lingkungannya. Perkembanga fisik anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik
yang kasar maupun halus.

Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009 : 10). Pada periode ini, balita
memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

Perkembangan fisik pada balita antara lain:

a. Urutan Cephalocaudal dan proximodistal

Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas
kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan organ
tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang tubuh tengah dan lain
lain).

Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak dari kaki dan
tangan.

b. Tinggi dan berat

Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan
mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons
perminggu selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga
kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiiran.

c. Keterampilan Motorik kasar dan halus

Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan lengan


danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus,
separti ketangkasan jari meraih dan menggegan, gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan
koordinasi jari.

d. Otak

Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi, tersenyum dan
mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya sejak
lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada
saat lahir dan awal khidupannya keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.

e. Kebutuhan gizi dan perilaku makan

Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh, tingkat
pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit
dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kalori per hari
untuk setiap pon berat mereka.

f. Perkembangan Sensoris dan persepsi

Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi menadakan
kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsiialah interpretasi tentag
apa yang diindrakan atau dirasakan.

g. Persepsi Visual

Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir diperkirakan
20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari
penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan

h. Pendengaran

Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang dewasa (Trehub,
dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar oleh bayi.
(Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi yang baru lahir yang bisa
mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar ketika ia mendekap di dalam kandungan
ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa bulan terakhir kehamilan.
i. Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir

Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan ke pipi ternyata
menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai
contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran.
Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi
berusia 3 hari mengalami rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)

Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa mereka
mengalami stres.

Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa
pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan
bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi
yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru
lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.

j. Penciuman (Smell)

Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah mereka.
Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk (Steiner,
1979).

k. Kecapan (Taste)

Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan bertambah (Lipsitt,
dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi senyum
setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi larutan asam
(Steiner, 1979).

l. Persepsi Menyeluruh

Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi atas dua atau
lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.

2. Perkembangan Kognitif Pada Balita

Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan
bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan
lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur berpikir.

Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif sangat
berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret, dan operasional formal.
a. Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik

Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun. Selama masa ini
perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik
– oleh karena itu, namanya sensorik-motorik (Piaget, 1952)

Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah: (1) reflek sederhana, (2)
kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer, (3) reaksi sirkuler sekunder, (4) koordinasi
reaksi sirkuler; (5) reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan; (6) internalisasi skema.Reflek
sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang terjadi pada bulan
pertama setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary sircular
reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada
subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan
keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.

Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction) ialah subtahap sensorik-
motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa
perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesengajaan.

Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary circular reaction,
novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang berkembang antara usia 12
dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada
benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.

Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik keenam dan
terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi
berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai
mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol
primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang
dimiliki bayi sejak kelahiran.

Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual reaktion) ialah
subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada subtahap ini bayi belajar
mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu, kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.
Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada usaha bayi
untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara
kebetulan.

b. Ketetapan Benda

Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting pada seorang
bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap ada dan berlansung
walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara
langsung.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem
aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk
menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat
kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.

Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.

a. Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.

b. Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem; morfem


ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan suku kata yang kita
ucapkan dan dengar.

c. Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk ungkapan


dan kalimat yang dapat diterima.

Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:

a. Prastadium (tahun pertama)

Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar keluar dari mulut
seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan pengulangan suara. Contoh sebagai
penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).
b. Kalimat satu kata (12-18 bulan)

Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan. Seperti kata
“mama” dimaksudkan untuk “mama, saya minta makan.”

c. Masa memberi nama (18-24 bulan)

Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak memusatkan
perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak henti-hentinya dia bertanya,
“ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya mengapa ada yang menyebut masa ini
dengan masa “masa memberi nama” atau “masa apa itu”.

d. Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)

Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat tunggal.
Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan warna.

e. Masa kalimat majemuk (>30 bulan)

Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan pendapatnya
dengan kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak kalimat.
Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.

Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat dipengaruhi perilaku dan lingkungan.
Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas
menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Walaupun begitu, proses pembelajaran
bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.

Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :

1. Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak
kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi
dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.

2. Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang mirip
dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.

3. Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda, khususnya kalau
perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.

4. Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang
secara linguistik “canggih“.
5. Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

4. Perkembangan Psikososial Pada Balita

Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua yaitu
perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap tahap
perkembangan si kecil dapa mempererat hubungan orangtua dan anak,selain tentunya membantu anda
mengetahui bagaimana cara menangani anak muda. Berikut beberapa tahap dalam perkembangan
psikologis dan emosional anak.

a. Usia 12-36 bulan

Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil merupakan sebuahaktifitas
yang tak hanya menyenangkan namun juga dapat mengembangkan kemampuan membaca si kecil sejak
dini. Kemampuan tersebut meliputi :

1) Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan bahwa sebuah buku bisa baru
akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca cerita didalamnya

2) Buku bisa menceritakan sebuah kisah.

3) Setiap cerita memiliki awal dan akhir

Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai mengajarkannya untuk menyukai
aktifitas membaca buku, ditahap ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal seperti :

1) Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras

2) Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia familiar dengan buku

3) Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit membaca merupakan waktu
yang lama

4) Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam buku tersebut, untuk
memancing interaksi antara anak anda dengan buku yang sedang dibaca

5) Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan, biarkan ia melakukan tersebut,
karena itu pertanda si kecil ingin bereksplorasi dengan bukunya.

b. Usia 18-36 bulan


Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka memasuki tahun ke-2 si kecil
mulai menyadari bahwa ia juga makhluk individual. Mereka akan mulai melakukan sesuatu sendiri. Pada
tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1) Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan lebih banyak hal sendiri,
misalnya saat ia ingin mengembalikan mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin makan sendiri,
membuka sepatu sendiri dan sebagainya.

2) Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda membersihkan rumah, anda bisa
menberinya lap bersih dan sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta bersih-bersih bersama anda.

3) Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel misanya membuat makananya
berantakan saat mencoba makan sendiri,jika hal tersebut terjadi bersabarlah,bimbinglah iya untuk
berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat iya menyerah karna omelan anda.

4) Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil melakukan ini itu,jangan kaget jika di
usia ini si kecil akan balik mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta. Alangkah lebih baik jika sejak dini
anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk mengatakan “tidak” pada si kecil.

c. Usia 18-24 bulan

Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan satu dua patah kata sederhana,bahkan
anda akan merasa excidet karna ternyata si kecil sudah milai bisa anda ajak mengobrol. Meski demikian
anda harus bersabar karna meski sudah mengenal beberapa kata,namun si kecil belum sepenuhnya
mengerti maksud dari kata yang di ucapkanya. Bimbinglah iya terus untuk mengembangkan kemampuan
bicaranya dengan cara :

1) Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda, karena hanya akan membuat
anak anda frustasi.

2) Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil masih akan menggunakan
tangisan saat lelah, lapar, atau sakit

3) Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada anak lain yang lebih tua di
rumah anda.

4) Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia ini anak anda sedang
hobinya meniru apa yang di lihat dan di dengarnya.

d. Usia 24 bulan

Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan antara perasaan dan perbuatanya
terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi dasar interaksi si kecil dengan sesama yang nantinya
membangun hubungan persahabatan. Sikap empati tersebut perlu di kembangkan oleh si kecilsejak dini
dengan cara :

1) Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan menghadapi perasaan
tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya atau melarangnya mengungkapkan perasaanya. Dengan
demikian anak anda belajar mengidentifikasi beragam perasaan yang dirasakanya.

2) Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang marah, sedih atau kecewa, namun
pastikan juga anda tidak over acting menghadapi perasaan tersebut sehingga membuat anda takut dan
aneh dengan reaksi anda.

Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan psikososial balita
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya
ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia
mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan
kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca
indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan
anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan
pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan
lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman
untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu
kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak
mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit
dot botol dan sebagainya.

2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan.
Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk
mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya
untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau
memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil
keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya
diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan
diri sendiri.

Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan
negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di
pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol
anak.

5. Perkembangan Emosi

Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah, kekuatan yang hebat atau iri hati
yang tidak masuk akal. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya
(dirinya) berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang
menuntut pengakuan dari lingkungannya.

Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :

a. Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap membahayakan.

b. Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.

c. Marah : perasaan tidak senang atau benci.

d. Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.

e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang positif, nyaman karena terpenuhi
keinginannya.

6. Perkembangan Kepribadian

Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini
terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari
lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita menemukan bahwa ada dua pihak yang
berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”. Aspek-aspek perkembangan kepribadian balita meliputi :

1. Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).

Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan bahasanya belum jelas
dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka memiliki system pandangan dan persepsi
yang kompleks, tetapi belum dpat menyatakannya.

2. Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )


Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan, karena mereka
menjadi kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa bersalah. Kemampuan anak
berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap ini balita siap dan berkeinginan untuk belajar
dan bekerja sama dengan orang lain guna mencapai tujuannya.

7. Perkembangan Moral

Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas terhadap kelompok socialnya ( orang
tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar
memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik / boleh / di terima / disetujui / buruk / tidak
boleh.

Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan disiplin oleh orang tua
hendaknya memberikan penjelasan tentang alasanya. Penanaman disiplin dengan di sertai alasannya ini
di harapkan akan mengembangkan self control atau self discipline pada anak.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki
perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa faktor dari
pertumbuhan manusia itu sendiri merupakan hal penting dalam perkembangan manusia . Faktor-
faktornya adalah :

a. Faktor Genetik (Keturunan)

Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal pertumbuhannya.
Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor
genetic ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir.
Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh factor-
faktor genetic manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.

b. Faktor Asupan

Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian asupan seperti
makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan
terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan
cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.

c. Faktor Lingkungan

Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini, factor
lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan karakter secara alamiah
dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam
pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan
baik tetapi ia bergaul dan hidup dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia
yang tidak baik pula.

Sedangkan faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:

1. Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus,
keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri virus dan lain-lain

2. Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang disebabkanoleh tekanan
dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.

3. Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka,
kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari.

4. Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya. Sebab lain ialah
dibesarkan didalam institusional sehingga kurang mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-
anak tersebut kemungkinan besar mengalami kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan kelambatan
pertumbuhan fungsi jasmani dan rohani terutama perkembangan inteligensi dan emosi.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab perkembangan terjadi sangat
bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor tersebut antara lain :

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)

Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau
segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum
oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.

Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya menjadi 48 pasang.
Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism sehingga jumlah kromoson
pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua organism baru tersebut terjadilah perjuangan
dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya satu organism yang berhasil hidup, maka
akan lahir satu orang anak, tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak
kembar.

b. Faktor lingkungan

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan
“berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:

1) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai
kepada rancangan arsitektur suatu rumah

2) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
perkembangan individu.. Konsep lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai
seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat
yang dapat dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi, juga
mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan
antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama dengan pengertian
diatas, J.P Chaplin (1979;175) mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau
fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena
mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang
meliputi fisik dan sosial budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima
individu melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan perkembangan siswa adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik
atau sosial yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok
sebaya, dan masyarakat.

3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan fase perubahan yang
dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahap.

4) Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau
menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap fenomena atau gejala
perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensialitas
hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Sehingga perkembangan merupakan produk dari
pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-
fungsi psikis dan usaha belajar oleh subyek anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan
jasmaninya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun dan merupakan masa terpenting dalam
kehidupan manusia karena pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang
dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi
secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

Perkembangan dan pertumbuha pada balita sangatlah cepat. Perkembangan tersebut mencangkup
beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya aspek fisik akan mempunyai
pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan
mengalami kesinambungan satu sama lain.

Keadaan ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh yang
tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan akan membuat perkembangan dan
pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam menjaga perkembangan anak peran orang tua
dalam menjaga, mendidik, dan memberi dorongan motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah
diperlukan anak.

B. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini yaitu sebagai orang tua ataupun pendidik harus
memperhatikan anak baik dari pendidikan, lingkungan, pola asuh dan lain sebagainya karena baik
buruknya anak tergantung pada orang tuanya dan pada masa balita anak sangat mudah memperoleh
kemampuan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,
Jakarta.Penerbit Medika Salemba.

Nursalam,Susilaningrum Rekawati,Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat
dan Bidan).Cetakan Kedua, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.Halaman 42-43

http://www.seputaribudananak.co.cc

http://mariaanasiati.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-tentang-balita.html

Anda mungkin juga menyukai