Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Pengawasan Pimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru

di SMA Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018/2019

Lasma Rohana Siregar1, Antonius Gultom2

Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pematangsiantar


Jl. Patuan Anggi No. 08 Pematangsiantar 21146 (www:sman2siantar.sch.id)

Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Medan, Telp. (061) 4522922, 4565635 Fax. (061) 4571426
website : http://www.uhn.ac.id, E-mail : uhn@uhn.ac.id , https://hkbp.or.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengawasan Pimpinan dan
Motivasi Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018 / 2019. Dengan sampel
62 responden. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang dikumpulkan melalui
penyebaran kuisioner dan observasi, dengan uji validitas dan reliabilitas, uji analisis dengan uji
linieritas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas. Uji Hipotesis dengan Analisis Bivariat dan
Analisis Multivariat. Temuan dalam penelitan ini variabel pengawasan kepemimpinan menunjukkan
bahwa rhitung > rtabel, demikian juga variabel motivasi menunjukkan bahwa r hitung > rtabel. Hasil uji
reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang cukup
besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel
dari kuesioner adalah reliabel. Koefisien korelasi (rx1y) menunjukkan hasil positif sebesar 0,675
yang berarti hubungan antara variabel Pengawasan Pimpinan dengan Kinerja Guru adalah positif.
Koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,456 menunjukkan bahwa Pengawasan Pimpinan memiliki
kontribusi pengaruh terhadap Kinerja Guru sebesar 45,60 %. Hasil penelitian menunjukkan : (1)
pengawasan pimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Melalui analisis regresi
sederhana diperoleh rhitung 0,675 berupa nilai positif; (2) motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja guru. Melalui analisis regresi sederhana diperoleh rhitung 0,892 berupa nilai positif; (3)
melalui analisis regresi berganda diperoleh Ry (1,2) 0,938 berupa nilai positif. Selain itu diperoleh
harga Fhitung 216,172 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 3,15 sehingga dapat diketahui bahwa
Pengawasan Pimpinan dan Motivasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Guru dengan besarnya pengaruh yaitu sebesar 88,0% (R2 = 0,880).

Kata Kunci : Pengawasan Pimpinan, Motivasi Dan Kinerja Guru

Pendahuluan yang membuat anak kurang nyaman dalam


Indonesia semakin hari kualitasnya makin menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik
rendah. Berdasarkan Survey United Nations adalah dengan memberikan kesempatan pada anak
Educational, Scientific and Cultural Organization untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada
(UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Selain kurang kreatifnya para pimpinan
Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. sebagai pengawas, motivasi untuk
Sedangkan untuk kualitas para guru, baik dari segi mengembangkan juga lemah, belum lagi
kepemimpinan, disiplin dan kinerjanya berada kurikulum yang sentralistik membuat potret
pada level 14 dari 14 negara berkembang. pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya
Salah satu faktor rendahnya kualitas didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih
pengawasan yang dilakukan pimpinan, terutama parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan
pimpinan yang tidak memiliki kompetensi lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum
pendidik. Demikian halnya juga guru sebagai dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi
pendidik. Guru seringkali memaksakan di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya
kehendaknya tanpa pernah memperhatikan pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan
kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan
siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka yang tersedia terbatas.
tidak pernah menggali masalah dan potensi para Dalam era desentralisasi seperti saat ini, di
siswa. mana sektor pendidikan juga dikelola secara
Pendidikan seharusnya memperhatikan otonom oleh pemerintah daerah, dan praksis
kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih

26
baik dalam arti relevansinya bagi kepentingan Beberapa fenomena pendidikan persekolahan
daerah maupun kepentingan nasional. Manajemen sebagai hasil dari model pimpinan yang instruktif
sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah dan top down dapat kita sebutkan antara lain:
school based management. Dalam konteks school sistem target pencapaian kurikulum, target jumlah
based management, sekolah harus meningkatkan kelulusan, formula kelulusan siswa, dan adanya
keikutsertaan masyarakat lokal dalam desain suatu proyek peningkatan kualitas sekolah
pengelolaannya untuk meningkatkan kualitas dan yang harus dikaitkan dengan peningkatan nilai UN
efisiensinya. Meskipun demikian otonomi secara instruktif. Keadaan ini berakibat pada
pendidikan dalam konteks school based terbelenggunya seorang pimpinan dengan juklak
management harus dilakukan dengan selalu dan juknis. Dampak negatifnya ialah tertutupnya
mengacu pada accountability (pertanggung sekolah pada proses pembaruan dan inovasi.
jawaban kualitas) terhadap masyarakat, orangtua, Keadaan ini pernah dialami ketika harus
siswa, maupun pemerintah pusat dan daerah. melakukan diseminasi classroom action research
Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan di sekolah-sekolah. Pimpinan yang mengadopsi
berhasil dengan baik, pengawasan pimpinan perlu ilmu instruktif-otoritarian tidak selalu bisa
lebih diberdayakan. Pemberdayaan berarti memberi peluang kepada banyak orang untuk
peningkatan kemampuan secara fungsional mengajak para guru melakukan classroom action
sehingga pimpinan mampu berperan sesuai dengan research di kelasnya, dengan alasan kegiatan
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Dengan penelitian kelas itu akan mengganggu pencapaian
proses dan program pemberdayaan, mereka target kurikulum yang telah dicanangkan oleh
akhirnya harus memiliki kinerja yang profesional pusat.
dan fungsional. Di sisi guru sebenarnya mereka sangat
Pimpinan harus bertindak sebagai pengawas mendambakan untuk selalu meningkatkan
dan pemimpin yang efektif. Sebagai pengawas profesionalisme secara berkelanjutan melalui
yang baik, pimpinan harus mampu mengatur agar classroom action research. Sebab mereka
semua potensi sekolah dapat berfungsi secara sebenarnya mengerti, dengan melakukan penelitian
optimal dalam mendukung tercapainya tujuan itu para guru akan mampu melakukan refleksi
sekolah. Hal ini dapat dilakukan jika pimpinan terhadap praktik pembelajaran yang selama ini
mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dilakukannya. Para guru telah dilatih, berhari-hari
dengan baik yang meliputi: (1) perencanaan; (2) mengenai cara-cara melakukan classroom action
pengorganisa-sian; (3) pengarahan; dan (4) research. Tetapi gara-gara ada pimpinan tidak
pengawasan. reseptif terhadap inovasi, akhirnya guru harus puas
Dari segi pengawasan pimpinan, guru juga dengan praktik yang bertahun-tahun dilakukan dan
dimungkinkan perlu mengadopsi gaya dianggap telah baik tanpa ada sistem feedback
kepemimpinan transformasional agar semua yang diperolehnya dari penelitian tindakan kelas.
potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara Pengawasan pimpinan yang lemah akan
optimal. Pimpinan yang transformasional dapat berdampak terhadap kemajuan sekolah yang
didefinisikan sebagai pimpinan yang dipimpinnya, pimpinan harus menghargai ide-ide
mengutamakan pemberian kesempatan dan atau baru, cara baru, praktik-praktik baru dalam proses
mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah belajar mengajar di sekolahnya, dan dengan
untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values demikian sangat senang jika guru melaksanakan
system) yang luhur sehingga semua unsur yang ada tugasnya dengan baik. Sebab dengan pengawasan
di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, pimpinan dilakukan dengan cara bersahabat guru
masyarakat, dsb.) bersedia, tanpa paksaan, akan mampu menutup gap antara wacana
berpartisipasi secara optimal dalam mencapai konseptual dan realitas dunia praktik profesi-onal.
tujuan ideal sekolah. Akibat positifnya ialah dapat ditemukannya solusi
Dalam era desentralisasi, pimpinan sebagai bagi persoalan keseharian yang dihadapi guru
pengawas tidak layak lagi untuk takut mengambil dalam proses belajar mengajar di kelas. Jika hal ini
inisiatif dalam memimpin sekolahnya. Pengalaman terjadi, berarti guru akan mampu memecahkan
pimpinan yang bersifat top down seharusnya sendiri persoalan yang muncul dari praktik
segera ditinggalkan. Pengalaman pimpinana yang profesionalnya, dan oleh karena itu mereka dapat
bersifat instruktif dan top down memang telah selalu meningkatkan profesionalismenya secara
lama dipraktikkan di sebagaian besar sekolah kita berkelanjutan.
ketika era sentralistik masih berlangsung. Agar proses inovasi di sekolah dapat berjalan
dengan baik, pimpinan perlu dan harus bertindak

27
sebagai pemimpin (leader), dan bukannya Teori
bertindak sebagai boss. Makna kata “pimpinan” erat kaitannya dengan
Dengan memahami metapora tersebut, kata “memimpin”. Kata memimpin mengandung
seyogyanya pimpinan sebagai pengawas harus makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan
menghindari terciptanya pola hubungan dengan segala sumber yang ada pada suatu organisasi
guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, sehingga dapat didayagunakan secara maksimal
sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, (Hartley,
fungsional; menghindarkan diri dari one man 2000).
show, sebaliknya harus menekankan pada Secara langsung pimpinan adalah pengawas,
kerjasama kesejawatan; menghindari terciptanya yang memberikan pengawasan terhadap proses
suasana kerja yang serba menakutkan, sebaliknya keberlangsungan kegiatan yang sedang
perlu menciptakan keadaan yang membuat semua dilaksanakan. Pimpinan tidak terlepas dari
guru percaya diri; menghindarkan diri dari wacana keberlangsungan program baiik yang sedang
retorika, sebaliknya perlu membuktikan memiliki berjalan maupun yang akan di laksanakan,
kemampuan unjuk kerja profesional; (Rosidah, 2009).
menghindarkan diri dari sifat dengki dan Wahjosumidjo (2002:349), mengemukakan
kebencian, sebaliknya harus menumbuh fungsi-fungsi Pimpinan yaitu : membangkitkan
kembangkan antusiasme kerja para guru; kepercayaan dan loyalitas bawahan,
menghindarkan diri dari suka menyalahkan guru, mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain,
tetapi harus mampu membetulkan (mengoreksi) menciptakan kepada perubahan secara efektif di
kesalahan guru; dan menghindarkan diri agar tidak dalam penampilan kelompok, dan menggerakkan
menyebabkan pekerjaan guru menjadi orang lain, sehingga secara sadar orang lain
membosankan, tetapi sebaliknya justru harus tersebut mau melakukan apa yang dikehendakai.
mampu membuat suasana kerja yang membuat Sementara itu Sondang P. Siagian, (2002),
guru tertarik dan betah melakukan pekerjaannya. mengemukakan lima fungsi-fungsi kepemimpinan
Disamping dituntut untuk terus melakukan yaitu (1). Pimpinan selaku penentu arah yang akan
motivasi seorang pimpinan harus memperhatikan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, (2)
hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan
Keterkaitannya antara motivasi dan kinerja dengan pihak-pihak di luar organisasi, (3)
pegawai, sebagai berikut : Motivasi merupakan Pimpinan selaku komunikator yang efektif, (4)
kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu Mediator yang handal. Khususnya dalam hubungan
perilaku guna mencapai tujuan peningkatan ke dalam, terutama menangani situasi konflik, (5)
prestasi kerja dirinya. Pimpinan selaku integrator efektif, resional,
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut objektif, dan netral.
diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Di lihat dari segi efektif dan tidak efektif
keberhasilan pimpinan diperlukan pengetahuan dan kepala sekolah sebagai pimpinan menurut Drs. E.
kemampuan menciptakan situasi dan iklim kerja Mulyasa, dalam bukunya yang berjudul
yang kondusif, sehingga menimbulkan motivasi Manajemen Berbasis Sekolah, di kemukakan
pada guru. Selain memotivasi juga harus mampu bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan memiliki
memberikan suri tauladan atau contoh yang baik beberapa gaya, diantaranya : 1) Gaya Efektif
kepada bawahan, guna menumbuh kembangkan (Executif, Developer, Benevolent Authocrat,
prestasi kerja bawahannya. Birokrat) dan 2) Gaya yang tidak efektif
Pengawasan pimpinan yang dilakukan di (Compromiser, Missionary, Autocrat, Deserter).
SMA Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018/2019, Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai
masih banyak ditemukan hambatan yang yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal
menimbulkan masalah dengan berbagai yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap
pengaruhnya dalam rangka menerapkan prinsip- dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible
prinsip motivasi, guna meningkatkan prestasi kerja yang memberikan kekuatan untuk mendorong
guru seperti disiplin pegawai, dedikasi, loyalitas, individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan,
dan lain-lainnya. (Hadari, 2005).
Beberapa ahli mengemukakan teori motivasi
Masalah diantaranya : 1) Teori Kebutuhan dari Maslow
Apakah terdapat Pengaruh Pengawasan (Hierarchy of Need Theory); 2) Teori Motivasi
Pimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru di Dua Faktor dari Herzberg (the two Factors
SMA Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018/2019?. Theory); 3) Theory X and Theory Y” dari Douglas

28
Mc Gregor; 4) Teory ERG (Existence, Relatedness, aktualisasi kompetensi guru dalam merealisasikan
Growth) dari Aldefer; 5) Teori Insting; 6) Teori tugas profesinya.
Drive; dan 7) Teori Lapangan. Kemampuan (ability), keterampilan (skill),
Armstrong dan Baron dalam Wibowo dan motivasi (motivation) akan memberikan
(2007:2) menyampaikan bahwa : “Kinerja kontribusi positif terhadap kualitas kinerja personil
(performance) adalah tentang melakukan pekerjaan apabila disertai dengan upaya (effort) yang
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. dilakukan untuk mewujudkannya. Upaya yang
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang dilakukan suatu organisasi akan berdampak positif
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis terhadap peningkatan kualitas kinerja organisasi
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan sehingga mendukung pencapaian tujuan yang telah
kontribusi ekonomi”. ditetapkan, (Mulyasa, 2009).
Menurut Siswanto Bejo (2005:195) prestasi Menurut Sri Esti, (2006), bahwa tinggi
kerja adalah : Hasil kerja yang dicapai oleh rendahnya kinerja pada dasarnya dapat diukur
seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan : Kualitas; Kemampuan;
dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada Inisiatif; Komunikasi dan Ketepatan waktu.
umumnya prestasi kerja seorang tenaga kerja Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun
antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, 2005 tentang Guru dan Dosen, pada bab 1 pasal 1
keterampilan, pengalaman, kesanggupan tenaga disebutkan bahwa : “Guru adalah pendidik
kerja yang bersangkutan. professional dengan tugas utama mendidik,
Sedangkan menurut Mangkunegara (2005 : mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
67), kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan Berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland,
kepadanya. Edward Murray, Miller dan Gordon W. yang
Tabrani (2000), secara khusus mendefinisikan dikutif Mangkunegara (2005 : 104), menyimpulkan
kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata ada hubungan yang positif antara motivasi
yang ditunjukkan guru pada waktu dia memberikan berprestasi dengan pencapaian kinerja/prestasi
pembelajaran kepada siswa. kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan pegawai
Kinerja guru bila mengacu pada pengertian mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan
Mangkunegara bahwa tugas yang dihadapi oleh mencapai prestasi yang tinggi, dan sebaliknya
seorang guru meliputi : membuat program mereka yang kinerjanya rendah dikarenakan
pengajaran, memilih metode dan media yang motivasi kerjanya rendah.
sesuai untuk penyampaian, melakukan evaluasi,
dan melakukan tindak lanjut dengan pengayaan Metode Penelitian
dan remedial. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun kuantitatif. Populasi sekaligus sampel dalam
2005 tentang Guru dan Dosen, pada bab 1 pasal 1 penelitian ini adalah seluruh guru SMA Ngeri 2
disebutkan bahwa :“Guru adalah pendidik Pematangsiantar TA. 2018/2019, yang berjumlah
professional dengan tugas utama mendidik, 62 (Enampuluh Dua) orang termasuk Kepala
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, Sekolah dan guru Honor, yang disebut dengan
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada teknik sampling.
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, Data yang diperoleh dikumpulkan melalui :
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Penyebaran Kuesioner dan Observasi. Uji
Selanjutnya pada Undang-Undang tersebut yangakan dilakukan sebelum mengolah data adalah
dijelaskan bahwa : Professional adalah pekerjaan uji Validitas dan uji Reliabilitas (keandalan). Uji
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan linieritas digunakan untuk mengetahui apakah
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang variabel (X) dan variabel terikat (Y) mempunyai
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta hubungan linier atau tidak. Uji multikolinearitas
memerlukan pendidikan profesi. merupakan uji asumsi klasik yang mengukur
Guru merupakan ujung tombak pelaksana tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh
pendidikan. Keberhasilan guru dalam antar variabel bebas. Variabel bebas mengalami
melaksanakan tugasnya merupakan cerminan dari multikolinearitas jika 𝛼 hitung < 𝛼 dan
kinerja guru, dan hal tersebut terlihat dari VIFhitung > VIF. Dalam persamaan regresi
berganda perlu juga diuji mengenai sama atau

29
tidak varians dari residual observasi yang satu berikut : Y = 24,643 + 0,731X1 Nilai koefisien
dengan yang lain dengan menggunkan uji asumsi variabel X1 sebesar 0,731 berarti apabila
heteroskedastisitas. Dan uji hipotesis dengan Pengawasan Pimpinan (X1) ditingkatkan satu
melakukan Analisis Bivariat dan Analisis satuan maka nilai Kinerja Guru (Y) akan
Multivariat. meningkat 0,731. Kesimpulannya adalah terdapat
pengaruh positif dan signifikan Pengawasan
Pembahasan Pimpinan terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 2
Variabel pengawasan kepemimpinan Pematangsiantar.
menunjukkan hasil yang signifikan, dan Uji Hipotesis 2 menunjukkan Koefisien
menunjukkan bahwa r hitung > r tabel. Sehingga korelasi (rx2y) menunjukkan hasil positif
dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan sebesar 0,892 yang berarti hubungan antara
pengawasan kepemimpinan dinyatakan valid. variabel Motivasi dengan Kinerja Guru adalah
Variabel kinerja guru menunjukkan hasil yang positif. Koefisien determinasi (r2x2y) sebesar
signifikan, dan menunjukkan bahwa r hitung > r 0,795 menunjukkan bahwa Pengawasan
tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua Pimpinan memiliki kontribusi pengaruh
item pertanyaan kinerja guru dinyatakan valid. terhadap Kinerja Guru sebesar 79,50 %.
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan Pengujian Signifikansi Regresi Sederhana dengan
bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha uji t Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai
yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat signifikansi t untuk variabel Motivasi thitung
dikatakan semua konsep pengukur masing- sebesar 15,268 lebih besar dari ttabel sebesar
masing variabel dari kuesioner adalah reliabel 1,671 yang berarti pengaruh Motivasi (X 2)
sehingga untuk selanjutnya item-item pada terhadap Kinerja Guru (Y) adalah signifikan.
masing-masing konsep variabel tersebut layak Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana
digunakan sebagai alat ukur. Besarnya harga koefisien Pengawasan Pimpinan
Uji Prasyarat Analisis yang dilakukan melalui sebesar 1,491 dan bilangan konstanta sebesar
uji linieritas baik X1 ke Y maupun X2 ke Y 14,812, berdasarkan angka tersebut maka
menunjukkan hasil yang linier. Uji disusun persamaan satu prediktor sebagai berikut :
Multikolinearitas menunjukkan Nilai Y = 14,812 + 1,491X1 Nilai koefisien variabel X1
Tolerancehitung masing-masing variabel lebih besar sebesar 1,491 berarti apabila Motivasi (X2)
dari 0,10 dan nilai VIFhitung lebih kecil dari 10. ditingkatkan satu satuan maka nilai Kinerja Guru
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (Y) akan meningkat 1,491. Kesimpulannya adalah
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi
bebas dalam pelitian. Uji Heteroskedastisitas terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1
menunjukkan titik-titik menyebar di atas dan Pematangsiantar.
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat Uji Hipotesis 3 menunjukkan koefisien
disimpulkan data penelitian ini tidak terjadi korelasi (Ry(1,2)) menunjukkan hasil positif
heteroskedastisitas. sebesar 0,938 yang berarti hubungan variabel
Uji hipotesis pertama ini menggunakan Pengawasan Pimpinan dan Motivasi secara
regresi sederhana menunjukkan Koefisien bersama-sama dengan variabel Kinerja Guru
korelasi (rx1y) menunjukkan hasil positif sebesar adalah positif. Koefisien determinasi menunjukkan
0,675 yang berarti hubungan antara variabel tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi
Pengawasan Pimpinan dengan Kinerja Guru digunakan untuk menjelaskan proporsi dari ragam
adalah positif. Koefisien determinasi (r2x1y) Kinerja Guru (Y) yang diterangkan oleh
sebesar 0,456 menunjukkan bahwa Pengawasan variabel independennya. Berdasarkan hasil
Pimpinan memiliki kontribusi pengaruh analisis data dengan menggunakan program
terhadap Kinerja Guru sebesar 45,60 %. SPSS versi 17.0 For Windows, menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (R2y(1,2)) sebesar 0,880. Nilai tersebut berarti
signifikansi t untuk variabel Pengawasan 88,00% perubahan pada variabel Kinerja Guru
Pimpinan thitung sebesar 7,085 lebih besar dari ttabel (Y) dipengaruhi oleh Pengawasan Pimpinan (X1)
sebesar 1,671 yang berarti pengaruh Pengawasan dan Motivasi (X2), sedangkan 12,00%
Pimpinan (X1) terhadap Kinerja Guru (Y) adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
signifikan. Besarnya harga koefisien Pengawasan dalam penelitian ini. Pengujian signifikan regresi
Pimpinan sebesar 0,731 dan bilangan konstanta ganda dengan uji F Pengujian signifikansi
sebesar 24,643, berdasarkan angka tersebut bertujuan untuk mengetahui signifikansi
maka disusun persamaan satu prediktor sebagai pengaruh Pengawasan Pimpinan (X1) dan Motivasi

30
(X2) secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Motivasi maka Kinerja Guru akan
(Y). Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai Fhitung semakin baik pula.
sebesar 216,172. Jika dibandingkan dengan nilai 3. Pengawasan Pimpinan dan Motivasi secara
Ftabel sebesar 3,15 pada taraf signifikansi 5%, maka bersama-sama berpengaruh positif dan
nilai Fhitung > Ftabel sehingga terdapat pengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMA
positif dan signifikan antara Pengawasan Pimpinan Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018 / 2019.
(X1) dan Motivasi (X2) secara bersama-sama Hal ini ditunjukkan dengan harga Rhitung
terhap Kinerja Guru (Y) SMA Negeri 2 0,938, Fhitung 216,172, dan R2 sebesar 0,880
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2018/2019. yang berarti bahwa variasi naik atau
Persamaan garis regresi dua prediktor Besarnya turunnya nilai Kinerja Guru dipengaruhi oleh
harga koefisien Lingkungan Sekolah sebesar variabel Pengawasan Pimpinan dan Motivasi
0,433; Kebiasaan Belajar sebesar 0,265 dan sebesar 88,0% dan selebihnya sebesar 12,0%
bilangan konstanta sebesar 38,397, berdasarkan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
angka tersebut maka disusun persamaan satu diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
prediktor sebagai berikut : Y = 4,283 + 0,815 X 1 + baik Pengawasan Pimpinan dan semakin
0,538 X2 Persamaan tersebut menunjukkan tinggi Motivasi maka Kinerja Guru akan
bahwa nilai koefisien X1 sebesar 0,815 yang semakin baik pula.
berarti apabila nilai Pengawasan Pimpinan (X1)
meningkat satu satuan maka nilai Kinerja Guru (Y) Daftar Pustaka
akan meningkat sebesar 0,815 satuan dengan Allison, M & Hartley, J, (2000), “The Role Of
asumsi X2 tetap. Koefisien X2 sebesar 0,538 yang Leadership of in the Moderenisasi and
berarti apabila nilai Motivasi (X2) meningkat Improfment of Public Service”, Public Money
satu satuan maka pertambahan nilai pada Kinerja And Management, April-June
Guru (Y) sebesar 0,538 satuan dengan asumsi X 1 Ambar Teguh Sulistiani Rosidah, (2009),
tetap. Kesimpulannya bahwa Pengawasan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Pimpinan dan Motivasi secara bersama-sama Yogyakarta: Graha Ilmu.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap A Tabrani R, (2000), Upaya Meningkatkan Budaya
Kinerja Guru SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Kinerja Guru, Cianjur: CV Dinamika Karya.
Danim, Sudarwan, (2004), Motivasi
Kesimpulan Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok,
1. Pengawasan Pimpinan berpengaruh positif Jakarta: Rineka Cipta.
dan signifikan terhadap Kinerja Guru SMA E. Mulyasa, (2009), Menjadi Kepala Sekolah
Negeri 2 Pematangsiantar TA. 2018 / 2019. Profesional, Bandung: PT Remaja
Hal ini ditunjukkan dengan harga rx1y Rosdakarya.
0,675 thitung 7,085, dan r2x1y sebesar 0,456 Fathoni Abdurrahmat, (2006), Organisasi dan
yang berarti bahwa variasi naik atau Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :
turunnya nilai Kinerja Guru dipengaruhi PT Rineka Cipta.
oleh variabel Pengawasan Pimpinan sebesar Gunz, H.P & Gunz, S.P, (2004),
45,6% dan selebihnya sebesar 54,4% “Professional/Organizacional Commitment
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak and Job Satisfaction for Employed Lawyer”,
diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa Human Relations, Vol. 47, p. 801-807
semakin baik Pengawasan Pimpinan maka Gomez Meija, D.B. Balkin dan R.L. Cardy, (2001)
Kinerja Guru akan semakin baik pula. Manajing Human Resources, USA: Prentice
2. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan Hall.
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 2 Husen, Umar, (2004), Riset Sumber Daya
Pematangsiantar TA. 2018 / 2019. Hal ini Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ditunjukkan dengan harga rx2y 0,892 thitung Istijanto, (2005), Riset Sumber Daya Manusia,
15,268, dan r2x2y sebesar 0,795 yang berarti Yogyakarta : STIE YPKN
bahwa variasi naik atau turunnya nilai Jurkeiwicz, Massey, (2001), “Motivation in Public
Kinerja Guru dipengaruhi oleh variabel and Private Organization: A Comparative
Motivasi sebesar 79,5% dan selebihnya Study”, Public Productivity and Management
sebesar 20,5% dipengaruhi oleh variabel Review, Vol. 21, No. 3, March
lain yang tidak diteliti. Hal ini Kaspinor, (2004), Implikasi Penerapan Good
menunjukkan bahwa semakin tinggi Governance Dalam Pelayanan Administarsi
Publik , Bandung, PT Remaja Rosdakarya

31
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2005), Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Miftah Toha, (2003), Kepemimpinan dalam
Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari, (2005), Manajemen Sumber
Daya Manusia, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Peraturan Pemerintah RI, (2005), Standar
Nasional Pendidikan, Jakarta : CV Eko Jaya.
Rahman at all, (2006), Peran Strategis Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Jatinangor: Alqaprint.
Sedarmayanti, (2009), Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, Bandung: CV Mandar
Maju.
Siagian, Sondang P. (2002), Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Jaya
Siswanto, Bedjo, (2005), Manajemen Tenaga
Kerja, Bandung: Sinar Baru.
Sujana, (2005), Metode Statistika, bandung : CV
Tarsito.
…..,(2004), Manajemen Program Pendidikan,
Bandung: Falah Production.
Sukardi, (2007), Metodologi Penelitian
Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Timple, Dale A, (2000), Seri Kepemimpinan
Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Usman, Husaini, (2006), Manajemen Teori,
Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Wahjosumijo, (2002), Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Winardi, J. (2001), Pemotivasian dalam
Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada.
Wuryani Djiwandono, Sri Esti, 2006. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Grasindo, Wibowo,
(2007), Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja
Grapindo Persada.
Yulk Garry, (2005), Kepemimpinan dalam
Organisasi, Jakarta: PT Yudeks.

32

Anda mungkin juga menyukai