Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Suasana Kerja Terhadap Prestasi Kerja Dosen Dan Pegawai

di Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige

Rosmauli Hutahaean1, Antonius Gultom2.

Dosen Tetap Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige (https://www.stdhkbp.ac.id)


Jl. Gereja No. 17 Kapernaum Balige-Tobasa 22314 Sumut Indonesia. Telp/Fax : 0632-322903
E-mail : pdhkbp@fastermail.com

Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Medan, Telp. (061) 4522922, 4565635 Fax. (061) 4571426
Email : antoniusgultom99@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kualitas suasana kerja dosen dan pegawai di Sekolah
Tinggi Diakones HKBP Balige; (2) Kualitas prestasi kerja dosen dan pegawai di Sekolah Tinggi
Diakones HKBP Balige; (3) Pengaruh antara suasana kerja terhadap prestasi kerja dosen dan pegawai di
Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige. Disain penelitian dengan menggunakan metode analisis
kuantitatif. Peneliti menggunakan dua jenis variabel, yaitu: variabel bebas (variabel X = Suasana Kerja)
dan variabel terikat (variabel Y = Prestasi Kerja). Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
penyebaran kuesioner dan observasi. Uji Validitas instrumen digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner dan untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan koefisien reliability Alpha
Cronbach.Teknik analisis atau pengolahan data menggunakan perhitungan: uji korelasi, uji regresi, uji
hipotesis (uji t). Hasil penelitian menunjukkan : (1) Besar hubungan antar variabel Suasana Kerja (X)
dengan Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai (Y) adalah 0.797 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000.
Ternyata variabel X dengan Y memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05. Hal ini menunjukkan korelasi
(hubungan) yang kuat antara Suasana Kerja dengan Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai di Sekolah Tinggi
Diakones HKBP Balige. Nilai R Square (R Kuadrat/KP) sebesar 0.635. Hal itu berarti persentase
hubungan antara X sama dengan Y adalah sebesar 63.5%. Persamaan regresi menunjukkan Y = 10.088 +
0.789 X artinya H0 ditolak atau terdapat pengaruh yang positif antara variabel Suasana Kerja terhadap
Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai di Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige.

Kata Kunci : Suasana Kerja dan Prestasi Kerja

Pendahuluan meminimalisirkan berbagai kekurangan yang


Sekolah Tinggi Diakones HKBP sebagai salah dimilikinya. Sehingga pada akhirnya manajemen
satu perguruan tinggi teologi di Indonesia SDM perguruan tinggi mampu menampilkan
berkomitmen untuk mewujudkan mutu pendidikan profil dosen profesional sesuai dengan amanah
tinggi Diakones HKBP diselenggarakan secara yang dipikulnya, mengemban Tri Dharma
terencana dan memiliki indikator mutu yang Perguruan tinggi. Dosen bukan saja sekedar
terukur dan akuntabel. pandai dalam menyampaikan materi perkuliahan,
Untuk mewujudkan hal tersebut sudah tentu namun mereka juga dituntut untuk profesional
membutuhkan sumber daya manusia (human melakukan penelitian-penelitian (research) ilmiah
resource) adalah the people who are ready dan cerdas dalam pengabdian kepada
willing, and able to contribute to masyarakat.
organizational goals. Sudah barang tentu, yang Bila salah satu instrumen tridharma perguruan
dimaksud dengan organizationl goals disini tinggi tersebut diabaikan dosen, misalnya dosen
bukan hanya untuk pengelolaan sumber daya dan perguruan tingginya semata-mata
manusia yang ada di dunia industri, politik, menyelenggarakan fungsi pendidikan dan
pemerintah, melainkan juga untuk perguruan pengajaran secara rutin dan mengabaikan fungsi
tinggi, baik secara scientific maupun cultural lainnya, maka dosen dan perguruan tingginya
yang dikenal dengan konsep manajemen SDM tidak akan memiliki gairah sebagai suatu
perguruan tinggi. lembaga penyelenggara pendidikan profesional
Eksistensi manajemen SDM perguruan dan pada gilirannya akan berdampak pada
tinggi menjadi challenge sekaligus kebutuhan budaya kerja dosen dan perguruan tinggi yang
perguruan tinggi dan stakeholdernya. Dimana rendah.
manajemen SDM perguruan tinggi tentu lebih Dengan bekerja, terjadi integrasi antara pelaku
menfokuskan pekerjaannya dalam hal mengurus dan kegiatannya sehingga dapat diharapkan
(memenej) segenap potensi dosen maupun terjadinya bekerja dengan hati di mana bekerja
33
tidak mengenal batasan waktu dan tempat. Mereka lembaga pendidikan dan lembaga riset adalah suatu
bekerja sepanjang waktu secara konsisten di keharusan.
bidangnya, karena untuk menemu-kenali suatu Sumber daya manusia merupakan salah satu
fenomena ilmiah memerlukan suatu kerja keras faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan
dalam waktu sangat lama. Demikian juga untuk tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman dan
memperoleh suatu inovasi memerlukan upaya yang perputaran waktu, jumlah sumber daya manusia
sangat intensif dalam waktu yang panjang. yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan
Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan pekerjaan semakin dibutuhkan. Oleh karena itu
metode instan dalam bekerja atau melakukan sumber daya manusia perlu dikembangkan.
pekerjaan, tidak akan ada hasilnya. Kalaupun ada, Pemberdayaan sumber daya manusia yang
tidaklah signifikan, atau bahkan justru dimiliki organisasi diarahkan untuk mencapai
menyuburkan plagiarisme, pencurian hak cipta, prestasi kerja yang tinggi. Untuk pencapaian
tindakan yang koruptif, dan tindakan negatif prestasi kerja dosen dan pegawai yang tinggi,
lainnya. Memang untuk bekerja secara instan kita seluruh faktor yang mendukung hal tersebut perlu
tidak perlu menggunakan hati, bahkan mendapat perhatian. Hal itu disebabkan kinerja
bertentangan dengan hati nurani. universitas secara keseluruhan terletak pada tinggi
Terbentuknya budaya kerja dengan hati dapat atau rendahnya prestasi kerja dari masing-masing
melalui pembentukan suasana lingkungan kerja individu dosen dan pegawai. Dengam demikian,
yang mendukung. Perguruan tinggi dan lembaga SDM merupakan kunci utama. Hal itu semakin
riset serta pusat teknologi merupakan tempat yang dirasakan penting jika universitas memiliki
tepat untuk melahirkan para ilmuwan terkemuka kegiatan dalam bidang tersebut, di mana kunci
dan inventor maupun inovator terkemuka. Tempat- utamanya adalah pelayanan. Pelayanan yang baik
tempat tersebut, jika dikelola secara tepat, mampu membutuhkan kesigapan dari SDM yang ada
memberikan suasana akademik, ilmiah, dana dalam lembaga tersebut.
inovatif yang kondusif bagi para individu maupun Salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kelompok kerja yang ada di dalamnya. prestasi kerja adalah suasana kerja yang kondusif,
Keunggulan perguruan tinggi maupun lembaga khususnya hubungan kerja antara dosen dan
riset serta pusat teknologi tingkat dunia adalah pegawai yang satu dengan dosen dan pegawai yang
kemampuannya memberikan suasana akademik- lain dan hubungan dosen dan pegawai dengan
ilmiah-inovatif yang kondusif sehingga muncullah pimpinan, diarahkan agar terwujudnya kerjasama
berbagai inovasi dan temuan ilmiah yang dan prestasi kerja yang tinggi. Suasana kerja yang
mendunia. kondusif perlu dipelihara dengan baik, karena
Tata kelola dan otonomi salah satu prasyarat apabila suasana kerja tidak mendukung maka
untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif dosen dan pegawai akan merasa tidak betah atau
tersebut adalah bahwa perguruan tinggi/lembaga merasa terhambat dalam bekerja yang akan
riset/pusat teknologi harus otonom dengan mengakibatkan selain melambatkan pelaksanaan
akuntabilitas kepada publik. Tanpa ada otonomi, tugas juga akan menimbulkan akibat-akibat yang
lembaga-lembaga tersebut akan mandul dan pasif, buruk terhadap universitas, yang dalam ruang
yang justru menghambat berkembangnya ilmu lingkup yang lebih besar akan menurunkan prestasi
pengetahuan dan teknologi serta inovasi baru. kerja dosen dan pegawai.
Lembaga tersebut akan menjadi satuan Suasana kerja juga ditunjukkan oleh adanya
administratif yang tidak mungkin mampu kerjasama di antara para dosen dan pegawai.
menumbuhkan suasana akademik-ilmiah-inovatif Kerjasama yang baik perlu dibina baik secara
yang kondusif. individu maupun dalam kelompok. Sebab tanpa
Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya kerjasama yang baik di antara para pegawai maka
alam akan berdaya saing global yang tinggi prestasi kerja akan menurun. Selain itu, dalam
seandainya seluruh sumber daya manusianya pencapaian tujuan organisasi mutlak diperlukan
bekerja dengan hati dan mencintai pekerjaannya kerjasama di antara para pegawai dikarenakan
secara konsisten. Penyiapan sumber daya manusia setiap pekerjaan dibutuhkan lebih dari satu orang
tersebut seyogianya dilakukan oleh lembaga- dalam penyelesaiannya.
lembaga yang ditata kelola secara otonom dan Upaya untuk meningkatkan prestasi kerja
bertanggung jawab kepada publik. Perguruan dosen dan pegawai adalah dengan memelihara
tinggi termasuk dosen dan pegawai berperan suasana kerja yang kondusif sehingga dosen dan
sebagai fasilitator dan pemberdaya. Otonomi bagi pegawai dapat bekerjasama dalam dalam aktivitas
utamanya sesuai bidangnya masing-masing.

34
Kredibilitas dan keahlian pimpinan jika tidak sekaligus menekan sikap ego yang berlebihan
didukung dengan prestasi kerja masing-masing dengan melakukan pendekatan-pendekatan khusus
individu dosen dan pegawai dan kerjasama di bagi dosen dan pegawai bersangkutan.
antara para dosen dan pegawai, maka organisasi
akan lambat berkembang, begitu juga sebaliknya, Masalah
kepemimpinan yang baik jika didukung oleh Bagaimana pengaruh suasana kerja terhadap
prestasi kerja yang tinggi dari para dosen dan prestasi kerja dosen dan pegawai di Sekolah Tinggi
pegawai yang ditunjukkan oleh kerjasama yang Diakones HKBP Balige?
solid maka lembaga akan cepat berkembang,
karena seluruh target dan rencana universitas dapat Teori
tercapai secara optimal. Hasil penelitian Litwin dan stringer
Berdasarkan pengamatan penulis, ada (Donoghue, 2000:56-59) menyimpulkan suasana
beberapa fenomena yang menyebabkan prestasi kerja dalam lingkungan instansi yang otoriter,
kerja dosen dan pegawai Sekolah Tinggi Diakones dimana pengambilan keputusan dilakukan secara
HKBP Balige, khususnya pada suasana kerja yang terpusat (sentralisasi) dan perilaku pekerja diatur
kurang optimal baik secara individu maupun secara melalui prosedur yang baku, bukan hanya
kolektif. Misalnya, adanya kebiasaan-kebiasaan mengakibatkan rendahnya prestasi kerja dan
buruk seperti menunda-nunda pekerjaan meskipun kreatifitas maupun tidak tercapainya sikap positif
dosen dan pegawai yang bersangkutan memiliki terhadap kelompok kerja. Sedangkan di lingkungan
pengetahuan dan ketrampilan kerja yang baik, instansi yang terjadi kerjasama yang solid, dimana
cakap, berbakat dan berkompeten dalam bidang terdapat hubungan interpersonal yang baik diantara
pekerjaannya. Hal ini umumnya terjadi karena para pekerja, menghasilkan tingkat prestasi kerja
kurangnya pemahaman dosen dan pegawai tentang dan kepuasan kerja yang tinggi dan tumbuhnya
pentingnya suasana kerja, persepsi yang salah sikap positif terhadap kelompok kerja.
tentang pengukuran prestasi kerja individu dan Hasil penelitian Frederickson (dalam Siagian,
sikap ego yang berlebihan. Meskipun tidak semua 2006:98) memperlihatkan bahwa kerjasama
dosen dan pegawai memiliki kebiasaan buruk sebagai hasil dari suasana kerja yang kondusif
tersebut, namun efeknya sangat menghambat mampu menumbuhkan komunikasi terbuka, sikap
peningkatan prestasi kerja secara kolektif. Kondisi saling mendukung di antara pekerja, pengambilan
ini mengindikasikan pentingnya peningkatan keputusan yang tidak terpusat (desentralisasi), pada
kompetensi khususnya pengetahuan / pemahaman umumnya akan meningkatkan prestasi kerja dan
tentang pengaruh suasana kerja. produktivitas kerja, menurunkan biaya produksi,
Fenomena lainnya adalah kebiasaan buruk dan mempersingkat waktu pekerjaan.
yang sering dilakukan dosen dan pegawai seperti Suasana kerja dosen dan pegawai di
datang terlambat, jadwal makan siang yang relatif perguruan tinggi dipengaruhi berbagai hal dan
lama, tidak adanya kepastian apakah dosen dan sangat beragam, bekerja melayani mahasiswa
pegawai yang bersangkutan masih kembali atau dan stakeholders perguruan tinggi lainnya. Araro
tidak sebelum jam pulang resmi. Akibatnya, bisa (1987:21) merekomendasikan dosen dan pegawai
saja mahasiswa yang hadir merasa di kecewakan. bekerja mendahulukan kepentingan mahasiswanya.
Perilaku dosen dan pegawai tersebut pada Itikad dan tanggungjawab ini merupakan wawasan,
prinsipnya terjadi karena lemahnya kebijakan sikap dan nilai kepribadian yang disyaratkan bagi
universitas tentang larangan melakukan aktifitas seorang dosen dan pegawai yang professional.
lain saat jam kerja. Juga kurang jelasnya Hal ini dapat dilihat dari penampilan
pembagian tugas yang jelas jika dosen dan suasana kerjanya:
pegawai berhalangan atau tidak ada di tempat. 1. Berminat menjadi dosen dan pegawai
Menyadari hal tersebut di atas, Sekolah karena menghargai pekerjaan mendidik, dan
Tinggi Diakones HKBP Balige, khususnya pada mengajar.
dosen dan pegawai, terhitung mulai semester ganjil 2. Menjadi dosen dan pegawai atas kemauan
tahun ajaran 2018/2019 telah mengadakan sendiri.
berbagai upaya untuk meningkatkan prestasi kerja 3. Kepuasaan kerja menjadi dosen dan
dosen dan pegawai. Dalam bidang kompetensi pegawai bukan semata-mata karena
diantaranya yang dianggap paling urgen adalah financial, melainkan memperoleh hasil kerja
melakukan kursus dan pelatihan reguler untuk yang baik, pergaulan dengan mahasiswa
meningkatkan pemahaman dosen dan pegawai dan stakeholders perguruan tinggi lainnya
tentang pentingnya suasana kerja yang kondusif, berjalan dengan baik.

35
Penampilan perilaku suasana kerja dosen atau kegiatan baru, dan 4) rancang bangun institusi
dan pegawai di perguruan tinggi terhadap dan tugas pekerjaan.
pekerjaan sebagai pendidik dan pengajar akan Pendekatan Budaya Kerja Dosen Profesional
nampak dalam budaya kerja yang 1. Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah, etika,
ditampilkannya saat bekerja. Misalnya dari estetika, prinsip kebenaran dan kejujuran
“belief” bahwa kerja adalah ibadah, lahir ilmiah, sehingga tidak terjadi illegal teaching;
penampilan perilaku suasana kerja plagiat intelektual.
“enthusiastic”, bersemangat terhadap pekerjaan 2. Menjaga standar professional dan standar
yang sedang dilaksanakannya. Dosen dan ilmiah yang tinggi secara berkelanjutan
pegawai bekerja antusias ditampilkan dengan setingkat dengan universitas kelas dunia.
bekerja penuh semangat, rajin dan 3. Tidak melakukan diskriminasi dalam
bertanggungjawab. pelaksanaan kegiatan akademik.
Nitisemito (2002:131) adalah: “Suasana kerja 4. Menciptakan lingkungan belajar mengajar
adalah suatu keadaaan yang terdapat dalam yang berkualitas dan bertaraf internasional.
struktur dan proses kegiatan instansi yang 5. Mengembangkan dan menerapkan iptek
mencerminkan rasa kepuasan pada para pelaksana yang bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa
atau pegawai yang bersifat menunjang ke arah dan seluruh umat manusia.
pencapaian cita-cita yang diinginkan oleh instansi 6. Menghormati hukum dan hak azasi
secara keseluruhan maupun oleh pelaksana atau manusia maupun tidak merusak lingkungan
pegawai instansi.” hidup dengan sewenang-wenang.
Sarwoto (2001:144): “Suasana kerja yang 7. Mampu menciptakan inovasi yang
baik dihasilkan terutama dalam instansi yang bermanfaat bagi masyarakat dan bertaraf
tersusun baik. Instansi yang tidak tersusun secara internasional (Kusumatasto, 2008;1-3).
baik banyak menimbulkan suasana kerja yang Antonius (2016) dosen sebagai miniatur
kurang baik pula.” bentuk masyarakat new pluralism. Suatu resep
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap yang mantap dan realistis untuk diterapkan
pembentukan suasana kerja, yaitu: karakteristik dalam pembentukan budaya kerja dalam kontek
kerja, karakteristik instansi secara keseluruhan, dan manajemen pendidikan tinggi adalah
karakteristik individu (Handoko, 2006:78). melaksanakan “trial and error” dan analisis
Masih menurut Handoko (2006:80) bahwa mendalam terhadap dosen yang dikelola.
ada 6 (enam) variabel/dimensi yang relevan Semuanya ditentukan oleh situasi total-objektif
dengan performance-related needs anggota yang terdiri dari unsur personal pimpinan
instansi yang dapat digunakan untuk mengukur puncak, dosen dan pegawai, dinamika kerja,
suasana kerja yang ada di instansi, yaitu: (a) kelompok kerja, teknologi yang dipergunakan,
persesuaian, (b) tanggung jawab, (c) standar, (d) daerah asal dosen dan pegawai, latar belakang
imbalan, (e) kejelasan instansi, dan (f) semangat pendidikan, jenis kelamin, bahasa, kehidupan
kerja sama tim”. sosial lainnya. Hal ini berarti bahwa tidak akan ada
Tantangan-tantangan dalam Manajemen SDM dua perguruan tinggi yang dapat dikelola menurut
Perguruan Tinggi, Siagian (2008:25-26) resep yang sama, hal mana disebabkan oleh
menyatakan bahwa salah satu tantangan yang situasi total-obyektif yang berbeda-beda yang
akan dihadapi oleh organisasi atau institusi merupakan resultante dari berbagai vector-
manusia beraktivitas di masa depan termasuk vektor/arah gaya pengaruh masing-masing dosen
diperguruan tinggi adalah untuk menciptakan dan pegawainya.
organisasi atau institusi yang semakin beragam, Mangkunegara (2000:97) mengatakan, bahwa
tetapi sekaligus menuntut manajemen yang istilah prestasi kerja dalam bahasa inggris adalah
semakin efisien, efektif dan produktif. “job performance” atau “actual performance”
Mengelaborasi berbagai tantangan internal yaitu unjuk kerja atau prestasi sesungguhnya yang
perguruan tinggi dalam aktivitas manajemen dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
SDM perguruan tinggi tidaklah terlalu rumit. sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
Siagian (2008:55) Manajemen Sumber Daya kepadanya.
Manusia Perguruan Tinggi. Pendekatan Budaya Sedermayanti (2000:144) mengemukakan
Kerja Dosen Profesional menyatakan ada beberapa bahwa prestasi kerja individu itu adalah bagaimana
tantangan internal perguruan tinggi dalam seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk
manajemen SDM dosen, antara lain; 1) rencana kerja. Dari pengertian ini terlihat prestasi kerja
strategi, 2) anggaran, 3) estimasi lulusan, 4) usaha

36
merupakan perbuatan atau proses yang dapat ini menunjukkan korelasi (hubungan) yang
dinilai oleh orang lain. kuat antara Suasana Kerja dengan Prestasi
Kerja Dosen dan Pegawai.
Metode Penelitian 2. Nilai R Square (R Kuadrat/KP) sebesar 0.635.
Metode penelitian yang digunakan adalah Hal itu berarti persentase hubungan antara X
metode analisis kuantitatif. Metode analisis sama dengan Y adalah sebesar 63.5%.
kuantitatif dilaksanakan dengan menggunakan alat Persamaan regresi Unstandardized
statistik sesuai dengan data yang didapat dari Coeffecient : Y = 10.088 + 0.789 X. Konstanta (a)
responden berdasarkan daftar pertanyaan yang sebesar 10.088 menyatakan bahwa jika tidak ada
diajukan. variabel bebas (Suasana Kerja yang kondusif)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua maka Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai akan tetap
jenis variabel, yaitu: variabel bebas (variabel X = (konstan) sebesar 10.088 (satuan prestasi kerja
Suasana Kerja) dan variabel terikat (variabel Y = dosen dan pegawai, bisa dalam bentuk pengajaran
Prestasi Kerja). dan bekerja). Koefesien regresi X sebesar 0.789,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa jika faktor Suasana Kerja
adalah daftar pertanyaan dan interview guide. diperhatikan maka akan memberikan pengaruh
Yang menjadi dasar dari metode ini adalah self pada Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai sebesar
report dari subjeknya, dengan harapan dapat 78.9%.
mengenai sasaran, karena subjek dianggap paling Dari perhitungan uji t diketahui: thitung X =
tahu dirinya. Sedangkan interview guide 8.943. Nilai Sig. = 0.000. Ternyata variabel X
diharapkan sebagai pelengkap dalam analisis. memiliki nilai Sig (probabilitas) di bawah 0.05.
Pengumpulan data dilakukan dengan Maka, Ho ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat
melakukan penyebaran kuesioner dan observasi. pengaruh yang positif antara variabel Suasana
Uji Validitas instrumen digunakan untuk Kerja terhadap Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner di Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige.
dan untuk menguji reliabilitas instrumen
digunakan koefisien reliability Alpha Cronbach. Kesimpulan
Teknik analisis atau pengolahan data Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
menggunakan perhitungan: uji korelasi, uji regresi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
uji hipotesis (uji t). 1. Variabel bebas (Suasana Kerja), memperoleh
nilai rata-rata yang menunjukkan Suasana
Pembahasan Kerja tergolong baik.
Dari uji validitas pertanyaan kuesioner untuk 2. Variabel terikat (Prestasi Kerja), memperoleh
variabel X (Suasana Kerja) di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata yang menunjukkan kualitas
semua pertanyaan kuesioner adalah valid, karena Prestasi Kerja tergolong tinggi.
memiliki nilai Sig (probabilitas) di bawah angka 3. Perhitungan korelasi dan regresi terbukti
0.05. bahwa ada pengaruh yang positif dan
Dari uji validitas pertanyaan kuesioner untuk signifikan antara variabel Suasana Kerja
variabel Y (Prestasi Kerja) di atas, terlihat bahwa terhadap Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai di
semua pertanyaan kuesioner menunjukkan hal Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige. Hal
yang sama yaitu semuanya valid, karena memiliki ini didukung dengan nilai hasil uji hipotesis
nilai Sig (probabilitas) di bawah angka 0.05. dengan menggunakan Uji t, H0 ditolak,
Dari perhitungan uji reliabilitas pertanyaan dengan demikian variabel bebas dan variabel
diperoleh nilai alpha sebesar 0.797. Dengan terikat benar-benar memiliki pengaruh yang
demikian 0.797 > 0.60. Maka, pertanyaan pada signifikan.
penelitian ini adalah reliabel (jawaban responden
adalah konsisten sehingga dapat dijadikan sebagai Daftar Pustaka
alat ukur dalam mengukur variabel penelitian).
Dari hasil korelasi diperoleh, interpretasinya Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
sebagai berikut. Bandung: Rineka Cipta.
1. Besar hubungan antar variabel Suasana Kerja Dessler, Gary. 2004. Manajemen Sumber Daya
(X) dengan Prestasi Kerja Dosen dan Pegawai Manusia, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Indeks.
(Y) adalah 0.797 dengan nilai signifikansi Flippo, Edwin B. 2002. Manajemen Personalia.
sebesar 0.000. Ternyata variabel X dengan Y Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05. Hal

37
Gibson, James, L.John M, et.al. 2002. Organisasi:
Perilaku, Struktur, Proses, Jilid I,
Diterjemahkan oleh Nunuk Adiarni, Edisi
Kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia
dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
BPFE.
Hasibuan, Malayu. S.P. 2003. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Koontz, Harold, O’Donnell, dan Wihrich Heinz.
2002. Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
Lawlor, Alan. 2003 Manual Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: SIUP.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Manullang, M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006.
Nitisemito, Alex S. 2002. Manajemen Suatu Dasar
dan Pengantar. Jakarta: Arena Ilmu.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta
Siagian, Siondang P. 2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Simanjuntak, Payaman J. & Rivianto J. 2000.
Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia.
Seri Produktivitas Kerja II, Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta.
Swastha, Basu. 2002. Pengantar Bisnis Modern.
Yogyakarta: Liberty
Wursanto, I.G. 2002. Manajemen Kepegawaian 2.
Jakarta: Kanisius.

38

Anda mungkin juga menyukai