Anda di halaman 1dari 2

Ini Fatwa MUI Tentang Pembakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya


mengeluarkan fatwa tentang pembakaran hutan. Fatwa ini merupakan
permintaan mendesak dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Terdapat enam ketentuan hukum terkait fatwa MUI ini. Pertama, melakukan
pembakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan, pencemaran
lingkungan, kerugian orang lain, gangguan kesehatan dan dampak buruk lain,
hukumnya haram.

Kedua, memfasilitasi, membiarkan, dan atau mengambil keuntungan dari


pembakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud dalam poin pertama,
hukumnya haram.

Ketiga, melakukan pembakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud dalam


poin pertama merupakan kejahatan dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai
dengan tingkat kerusakan hutan dan lahan yang ditimbulkannya.

Keempat, pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud dalam


ketentuan umum hukumnya wajib.

Kelima, pemanfaatan hutan dan lahan pada prinsipnya boleh dilakukan dengan
syarat-syarat yakni memperoleh hak yang sah untuk pemanfaatan, mendapatkan
izin pemanfaatan dari pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, ditujukan untuk kemaslahatan, dan tidak menimbulkan kerusakan serta
dampak buruk termasuk pencemaran lingkungan.

Keenam, pemanfaatan hutan dan lahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
sebagaimana yang dimaksud dalam poin kelima hukumnya haram.

Ketua Bidang Fatwa MUI, Prof Huzaimah Tohido Yanggo, mengatakan, hukum
yang mengatur pembakaran hutan di Indonesia sebenarnya sudah ada dan
tertuang dalam undang-undang (UU). Karena itu, fatwa MUI ini akan menjadi
ketentuan hukum tambahan yang diambil dari sisi moral, yang penentuannya
didasarkan kepada Alquran dan hadis.

"Fatwa MUI ini akan mengikat dari sisi moral," kata Huzaimah, di Jakarta, Selasa
(13/9).

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI, Hayu
Susilo Prabowo, berharap, fatwa ini dapat memompa kesadaran umat tentang
kejahatan lingkungan. Pihaknya, kata Hayu, juga akan menjadikan fatwa ini
sebagai gerakan moral umat. Diharapkan, fatwa ini dapat mendorong munculnya
kesadaran umat, sehingga mereka memahami betul bahwa pembakaran hutan
dan lahan merupakan kejahatan.

"Mereka mungkin bisa bebas dari hukum dunia, tapi tidak bisa bebas dari hukum
Allah SWT," ujar dia.

Menyusul diterbitkannya fatwa ini, MUI akan menindaklanjutinya dengan


melakukan sosialisasi ke berbagai daerah di Indonesia melalui dakwah yang
disampaikan dai, mubaligh, dan ulama.

Ia menambahkan, fatwa tentang pembakaran hutan dan lahan merupakan hasil


pengajuan Kementerian LHK sejak Januari lalu. Ini merupakan fatwa ketiga MUI
tentang lingkungan. Sebelumnya, MUI telah menerbitkan fatwa tentang
pengelolaan sampah dan perlindungan satwa langka.

Menteri LHK Siti Nurbaya mengapresiasi terbitnya fatwa ini. Menurut dia, fatwa
MUI memiliki posisi penting untuk mencegah terjadinya pembakaran hutan dan
lahan. Fatwa itu akan menjadi penguat hukum materil yang sudah ada.

"Dari pengalaman empiris kita pahami, hukum materil saja tidak cukup, apalagi
formal, sebab ada yang lebih penting yaitu hukum moral," kata Nurbaya.

Anda mungkin juga menyukai