anggaran, (2) titik impas, (3) tingkat leverage operasi, dan (4) return on investment atau
ROI.
Perencanaan Keuangan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah
di limpahkan sejak mencari ide, menyusun , hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa ada pengarahan, bimbingan serta kerja sama dari semua pihak
yang telah turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
sesungguhnya kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, untuk perbaikan
dan menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang berkepentingan dan khususnya untuk
para mahasiswa agar dapat menjadi referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan.
Penulis
Abdul Gofar
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses perencanaan merupakan bagian yang terpadu dari pekerjaan manajer keuangan.Oleh karena
liabilitas liabilitas jangka panjang dan dana modal saham ditarik hanya sewaktu waktu saja dan dalam
jumlah besar,maka penting bagi perusahaan mempunyai taksiran kebutuhan seluruh dana untuk tahun
tahun yang akan datang. Jadi berguna sekali untuk menyelidiki ramalan seluruh kebutuhan dana dari
perusahaan.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan bergantung pada perencanaan. Perencanaan keuangan yang dibuat dengan baik dan
selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat mengarahkan perusahaan dalam pencapaian
tujuannya secara efektif dan efisien. Perencanaan keuangan mencakup kegiatan ramalan keuangan dan
pengendalian keuangan. Ramalan keuangan dibuat untuk meramalkan kebutuhan dana tambahan yang
diperlukan perusahaan. Dengan mengetahui berapa jumlah dana yang akan diperlukan perusahaan
untuk operasi periode mendatang, manajemen keuangan dapat memikirkan cara yang terbaik untuk
mendanai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya menjadi dasar pengendalian efektif keuangan.
Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan keuangan adalah peramalan
penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu perusahaan. Penyusunan
perencanaan keuangan apabila disajikan dengan benar, maka informasi tersebut akan berguna bagi
pihak manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan. Apabila perencanaan
keuangan dilakukan secara tepat maka pihak manajemen perusahaan mampu untuk berusaha secara
maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Teori
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran
kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, 1994:4).
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan perusahaan
karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua aspek penting dalam proses perencanaan keuangan : (1)
Perencanaan uang tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan. (2) Perencanaan
laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan proforma. Kedua hal
tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan intern tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi
pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang.(Sundjaja dan Barlian, 2003:162)
Perencanaan laba berpusat pada pembuatan laporan proforma. Laporan proforma, merupakan proyeksi
laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba suatu perusahaan. Dua input yang
diperlukan untuk menyusun laporan proforma dengan menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu :
a) laporan keuangan untuk tahun sebelumnya dan b) ramalan penjualan tahun yang akan datang.
Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Kepala
bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting (peramalan dan pengiraan) terhadap masa yang
akan datang tersebut dengan tepat, yang meliputi perencanaan finansial jangka panjang (long range
financial planning) dan perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial planning). Salah
satu keuntungan yang diperoleh dari adanya perencanaan finansial adalah dihindarkannya pemborosan-
pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas yang sangat kompleks. (Gitosudarmo dan Basri,
1999:265)
a. Langkah pertama dalam merencanakan keuangan adalah merumuskan (formulasi) terhadap tujuan
jangka panjang, dapat berupa tujuan untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan yang bertingkat nasional
atau internasional.
Formulasi ini akan menjadi pedoman bagi segala kegiatan bisnisnya, dan dalam hal perencanaan
keuangan ini sangat diperlukan. Oleh karena dalam hal ini sangat diperlukan adanya forecasting guna
memperkirakan perubahan-perubahan terhadap factor-faktor yang terdapat dalam formulasi rencana
keuangan dari bisnis itu.
Keadaan ekonomi saat ini berada dalam keadaan dinamis dan selalu meningkat. Oleh karena itu
manajemen harus selalu mempersiapkan adanya flesibilitas (keluwesan) di dalam rencana-rencana,
terutama recana jangka pendeknya. Vareabel budged adalah salah satu bentuk yang tepat untuk
diterapkan.
Menurut Brigham dan Huston, (1999:117) proses perencanaan keuangan dimulai dengan:
1. Ramalan Penjualan
Ramalan penjualan (sales forecast) umumnya dimulai demgam tinjauan atas penjualan lima atau
sepuluh tahun yang lalu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik pertumbuhan penjualan untuk 5
tahun terakhir (Brigham dan Houston, 1999:117). Ramalan penjualan dibuat dengan mencoba mengukur
volume penjualan di masa yang akan dating. Pengukuran tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Pengukuran secara kualitatif biasanya menggunakan metode statistic dan matematik,
sedangkan pengukuran secara kualitatif biasanya menggunkan judgement/pendapatan.
Laporan rugi laba untuk tahun mendatang diramalkan untuk mendapatkan suatu estimasi atas laba yang
dilaporkan dan jumlah laba yang ditahan yang akan dihasilkan perusahaan selama tahun trsebut. Hal ini
memerlukan asumsi-asumsi tentang risiko biaya operasi, tarip pajak, beban bunga dan rasio
pembayaran dividen. Dalam kasus yang paling sederhana, dibuat asumsi bahwa biaya akan naik dengan
laju yang sma sejalan dengan kenaikan penjualan dalam situasi yang lebih rumut, biaya-biaya tertentu
akan diramalkan secara terpisah. Namun, tujuan utana dari peramalan ini adalah untuk menentukan
beberapa banyak laba yang akan diperoleh perusahaan dan tahun untuk diinvestasikan kembali dlam
tahun yang diramalkan.
b) Meramalkan neraca
Jika penjualan dinaikkan, maka aktivitasnya harus tumbuh. Karena perusahan beroperasi pada kapasitas
yang penuh, maka setiap pos aktivitas harus ditambah jika ingin penjualan yang lebih tinggi untuk
dicapai. Lebih banyak kas yang dibutuhkan untuk transaksi, penjualan yang lebih tinggi akan
menyebabkan piutang yang lebih besar, persediaan tambahan harus disimpan, dan pabrik serta
peralatan baru harus bitambah.
Dana tambahan nyang diperlukan (AFN= Additional Fund Needed) adalah dana yang harus diperoleh
perusahaan secara ekternal melalui pinjaman atau dengan menjual saham biasa atau preferen baru.
Bentuk-bentuk rencana keuangan dapat secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan
pada suatu saat tertentu. Menurut Fress dan Warren (1992:25),
neraca adalah: “Suatu daftar aktiva, kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada tanggal tertentu
yang biasanya pada tanggal terakhir suatu bulan atau tahun”.
Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal
atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance sheet.
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan sistematis tentang pendapatan/ hasil usaha, beban, laba
perusahaan atau rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Keiso
dan Waygandt (1995:177), perhitungan laba rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.” Pentingnya perhitungan laba rugi karena beberapa
alasan, alasan utamanya adalah bahwa laporan yang membantu mereka dalam meramalkan jumlah,
waktu dan ketidak pastian dari arus kas masa depan.
3. Peramalan Penjualan
Peramalan penjualan sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan khususnya di
bidang produksi. Selain itu perusahaan dapat mengetahui aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan
dikemudian hari seperti perencanaan dan penjadwalan produksi dengan mempertimbangkan kapasitas
pabrik atau perencanaan tenaga kerja. Peramalan penjualan adalah suatu usaha untuk meramalkan
keadaan di masa yang akan datang melalui pengujian keadaan di masa lalu.
Peramalan (forecasting) penjualan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif
dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa
eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen” (Yamit, 2000:36).
Pada dasarnya peramalan penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: peramalan subyektif, yaitu
peramalan yang didasarkan atas perasaan orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan orang
yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut. Kedua yaitu peramalan
yang obyektif , yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan
menggunakan metode-metode dalam penganalisaan tersebut.
Menurut Yamit (2000:37): “Metode peramalan permintaan atau penjualan dapat dibagi menjadi dua
kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif”. Metode kuantitatif dibagi ke dalam
deret berkala atau runtun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan metode kualitatif dibagi
menjadi metode eksploratoris dan normatif.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang
harus dipertimbangkan dalam memilih metode tersebut. Metode kuantitatif formal didasarkan atas
prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat meminimumkan
kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan
metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu meliputi:
Metode rasio konstan (constant ratio method) merupakan suatu metode untuk meramalkan laporan
keuangan dan kebutuhan keuangan di masa mendatang, dengan asumsi asumsi rasio-rasio keuangan
tertentu akan tetap konstan (Brigham dan Houston, 1999:120).
Metode ini mencari hubungan regresi dari variabel dependen (semua pos aktiva dan pasiva yang terkait
dengan penjualan) dengan variabel independen (tingkat penjualan) dan menyatakan hubungan tersebut
dalam persamaan regresi (Husnan, 1992).
Regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara
dua variabel atau lebih. Tujuan utama analisis regresi adalah untuk membuat ramalan nilai suatu
variabel (variabel dependen) jika nilai variabel lainna (variabel independen) sudah ditentukan (Algifari,
1997 :112).
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen diketahui digunakan
persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a, b, dan X diketahui.
Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X =
0). Nilai b adalah kemiringan (slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai
akibat perubahan setiap unit nilai X. Besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva linear.
Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk masa yang akan datang. Dari
sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang akan datang. Dengan mengurangkan total
kewajiban dari total aktiva pada neraca proforma ini, kebutuhan tambahan dana untuk tahun yang akan
datang dapat ditentukan.
Metode prosentase penjualan adalah metode untuk mengembangkan laporan laba rugi proforma yang
menyatakan harga pokok penjualan, biaya operasi dan biaya bungan sebagai prosentase dari penjualan
yang sudah diproyeksikan (Sundjaja dan Barlian, 2003:173).
Metode ini meramal aktiva dan pasiva untuk periode mendatang sebagai prosentase dari ramalan
penjualan. Prosentase yang dipergunakan bisa diambil dari laporan keuangan yang terbaru dari
penjualan berjalan (current sales), atau dari perhitungan rata-rata beberapa tahun, atau dari penilaian
analis, atau dari kombinasi sumber-sumber tersebut. Setelah ramalan untuk pos-pos yang terkait
dengan penjualan didapat, hasil tersebut diterapkan pada formula ,matematis yang telah ditetapkan
untuk menentukan kebutuhan dana. Rumus untuk meramal kebutuhan dana menggunakan metode
prosentase penjualan sebagai berikut: (Weston dan Copeland, 1992:320).
7
Keterangan :
= Harta yang bertambah secara spontan sesuai dengan pendapatan atau penjualan total yang
dinyatakan dalam prosentase dari pendapatan (penjualan) total.
= Kewajiban yang bertambah secara spontan sesuai dengan pendapatan total yang dinyatakan dalam
presen dari pendapatan atau penjualan total.
Metode-metode lain yang dapat digunakan dalam peramalan, antara lain : (Husnan, 1982:113).
Metode ini menganggap bahwa rekening-rekening neraca tertentu bervariasi secara langsung dengan
penjualan, yaitu bahwa perbandingan rekening-rekening tertentu dengan penjualan adalah konstan.
b. Metode regresi
Metode ini adalah lebih baik karena rasio aktiva dan kewajiban dengan penjualan tidak dianggap
konstan seperti pada metode prosentase penjualan.
Makin pesat pertumbuhan penjualan, makin besar pula kebutuhannya akan pembiayaan tambahan.
Adapun hubungan tersebut yaitu meliputi:
8
a. Kelayakan keuangan
Pada tingkat pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan eksternal,
bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh lebih pesat maka modal dari sumber
eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin cepat tingkat pertumbuhan, makin besar kebutuhan
modal.
Kebijakan pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran deviden juga mempengaruhi
kebutuhan modal eksternal.Makin tinggi rasio pembayaran deviden makin kecil penambahan laba yang
ditahan, sehingga makin besar pula modal eksternal yang diperlukan.
c. Kepadatan modal
Jumlah aktiva yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering disebut rasio kepadatan modal
(capital intensity ratio). Rasio ini berpengaruh besar terhadap kebutuhan modal. Jika rasio kepadatan
modal rendah, penjualan bisa tumbuh pesat tanpa terlalu banyak modal dari luar. Akan tetapi jika
perusahaan bersangkutan padat modal, pertumbuhan yang kecil sekalipun akan memerlukan sejumlah
besar modal dari luar.
d. Marjin laba
Margin laba merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan modal, makin tinggi margin
makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk grafik suatu kenaikan dalam margin menyebabkan
garis persamaan kebutuhan modal akan menurun.
Sebelum peramalan atas rekening-rekening laporan laba rugi dan neraca, maka terlebih dahulu harus
dilakukan peramalan terhadap penjualan. Dalam penyusunan atas peramalan penjualan maka
digunakan metode regresi linier, adapun data yang digunakan dalam penyusunan peramalan penjualan
tersebut yaitu penjualan tahun 2002 sampai 2006. Berdasarkan hasil laporan keuangan pada
perusahaan meubel Lindah Pasuruan, maka dapat diketahui besarnya penjualan yang secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan penjualan bersih tersebut maka dapat diramalkan besarnya jumlah penjualan bersih pada
tahun 2007. Untuk mengetahui hasil penjualan bersih tahun 2007 maka sebelumnya disajikan data
penjualan bersih tahun 2002 sampai 2006 yang dapat diketahui pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Penjualan Bersih perusahaan meubel Lindah Pasuruan Tahun 2002 Sampai 2006
No.
Tahun
Penjualan Bersih
2002
6.954.005.600
2003
7.119.978.499
2004
7.657.970.661
2005
8.101.852.275
2006
8.691.867.133
Berdasarkan data penjualan tahun 2002 sampai 2006 tersebut maka dapat diketahui besarnya atau
jumlah penjualan bersih tahun 2007, dalam penelitian ini metode peramalan penjualan yang digunakan
yaitu menggunakan bahwa metode trend linier. Pada analisis trend linier ini, persamaan yang digunakan
untuk menganalisa data adalah :
Y = a + bX
Keterangan:
Adapun hasil perhitungan peramalan penjualan dengan menggunakan metode trend linier dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut: 10
Tabel 4.3 Perhitungan Peramalan Penjualan Pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan Tahun 2007
Tahun
X2
X.Y
2002
-2
6.954.005.600
-13.908.011.200
2003
-1
7.119.978.499
-7.119.978.499
2004
7.657.970.661
0
0
2005
8.101.852.275
8.101.852.275
2006
8.691.867.133
17.383.734.266
38.525.674.168
10
4.457.596.842
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui hasil ramalan penjualan untuk tahun 2007
adalah sebagai berikut :
dan
dan
a = 7.705.134.834 b = 445.759.684
Dari hasil koefisien a dan b maka kalau dimasukkan ke dalam persamaan yaitu sebagai berikut:
= Rp 9.042.413.886
Berdasarkan persamaaan di atas maka dapat diperoleh peramalan tingkat penjualan dengan
menggunakan metode trend linier pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp 9.042.413.886,00
Berdasarkan hasil estimasi nilai penjualan pada tahun 2007 tersebut, maka besarnya tingkat
pertumbuhan penjualan (g) pada tahun tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: (nilai
penjualan estimasi tahun 2007-nilai penjualan realisasi tahun 2006/ (nilai realisasi tahun 2006). Adapun
secara sistematis persamaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penjualan yaitu:
11
Gst = x 100%
Berdasarkan rumus tingkat penjualan di atas maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan penjualan
tahun 2002 sampai 2007. Hasil analisis pertumbuhan tingkat penjualan pada Perusahaan Meubel Lindah
Pasuruan maka secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Pertumbuhan Penjualan Pada PerusahaaMeubel Lindah Pasuruan Tahun 2002 Sampai 2007
(Persen)
No
Tahun
Pertumbuhan Penjualan
2002
1,73%
2003
2,39%
2004
7,56%
2005
5,80%
2006
7,28%
2007
4,03%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat adanya peningkatan pertumbuhan penjualan yaitu untuk tahun 2002
sebesar 1,73%, tahun 2003 naik sebesar 0,653% menjadi 2,39% pada tahun 2003, tahun 2004 sebesar
7,56% dan mengalami peningkatan sebesar 5,169% menjadi sebesar 7,56% pada tahun 2004.
Pertumbuhan penjualan mengalami penurunan sebesar 1,79% pada tahun 2005 apabila dibandingkan
dengan tahun 2006 sebesar 7,28% sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 3,25%
menjadi sebesar 4,03% pada tahun 2007. Berdasarkan hasil tersebut membuktikan bahwa dalam kurun
waktu tahun 2002 sampai 2007 jumlah permintaan konsumen terhadap produk mengalami berfluktuasi
dan pada akhirnya menurunkan volume penjualan pada tahun 2007, sedangkan pada sisi yang lain
terjadinya persaingan dari perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis.
12
Langkah pertama penerapan metode peramalan laporan keuangan adalah meramalkan laporan laba
rugi. Dengan tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 4,03% maka menurut metode rasio konstan,
rekening beban pokok penjualan dan beban usaha akan meningkat sebesar tingkat pertumbuhan
penjualan tersebut.
Pajak tahun berjalan besarnya rupiahnya akan mengalami perubahan, tetapi besarnya perubahan tidak
sama dengan dengan besarnya tingkat pertumbuhan penjualan. Beban pajak dihitung dengan
mengalikan antara laba sebelum manfaat (beban) pajak dengan tingkat atau tarif pajak. Tarif pajak yang
diberlakukan dengan ketentuan perpajakan yaitu:
Tabel 4.5. Laporan Laba Rugi Aktual Tahun 2006 dan Proyeksi Tahun 2007 Pada Perusahaan Meubel
Lindah Pasuruan.
Rekening
(1)
Aktual 2006
(2)
Dasar Ramalan1
(3)
Ramalan 20072
(4)
Penjualan Tunai
Penjualan Kredit
Total Penjualan
3.952.500.760
4.739.366.373
8.691.867.133
x 1,040
9.039.541.818
HPP
7.065.023.670
x 1,040
7.347.624.617
Laba/Rugi Kotor
1.626.843.463
1.691.917.202
Biaya Operasional
Gaji
314451413
x 1,040
327.029.470
50.715.000
x 1,040
52.743.600
10.210.400
x 1,040
10.618.816
Biaya Promosi
21.560.600
x 1,040
22.423.024
25.712.500
x 1,040
26.741.000
182.554.650
182.554.650
73.331.575
73.331.575
12.671.930
12.671.930
198.713.390
198.713.390
889.921.458
906.827.455
Biaya Bunga
31.835.420
31.835.420
Total
921.756.879
938.662.875
Laba Operasi
705.086.584
753.254.327
Pajak
194.025.975
208.476.298
Laba Bersih
511.060.609
544.778.029
4. Tabulasi Neraca
Langkah kedua penerapan metode peramalan laporan keuangan adalah meramal neraca. Dalam
peramalan neraca ini, rekening-rekening yang diasumsikan mengalami peningkatan sebesar tingkat
pertumbuhan penjualan meliputi:
Rekening-rekening yang diasumsikan mengalami peningkatan yang tidak sama dengan besarnya tingkat
pertumbuhan penjualan yaitu meliputi:
1. Hutang bank
2. Modal sendiri
Besarnya tambahan dana dari pinjaman jangka panjang didasarkan pada besarnya kekurangan pasiva
total dari aktiva totalnya. Dana yang diperlukan ini disebut dengan dana tambahan yang diperlukan
(AFN). Untuk besarnya laba ditahan, perhitungannya dilakukan dengan cara mengurangkan besarnya
deviden total dari laba bersih perusahaan. Hasil ini dapat langsung diperoleh dari hasil perhitungan pada
analisis peramalan laporan laba rugi tahun 2007.
Langkah terakhir penerapan metode peramalan laporan keuangan adalah mendapatkan dana tambahan
yang diperlukan. Setelah ramalan neraca dibuat dan alokasi besarnya dana yang dibutuhkan ditentukan,
maka perusahaan tinggal mencari sumber pembelanjaan dan waktu yang tepat. Dengan ketepatan ini
diharapkan akan menghasilkan biaya modal yang relatif rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui besarnya dana tambahan yang diperlukan (AFN)
yang diperlukan oleh Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp
360.222.468,00. Untuk melakukan proporsi atas tambahan dana yang diperlukan diasumsikan
proporsinya seperti pada periode-periodenya, maka secara lengkap dapat dihitung sebagai berikut:
3. Jumlah Rp 5.499.199.080
Berdasarkan jumlah aktual pada masing-masing rekening tersebut maka dapat dilakukan proporsi atas
besarnya dana tambahan yang diperlukan (AFN) yang diperlukan untuk masing-masing rekening, yaitu
dengan membagi jumlah masing-masing rekening dengan total rekening yang ada dan dikalikan dengan
dana tambahan yang diperlukan (AFN). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya dana
tambahan yang diperlukan (AFN) pada masing-masing rekening yaitu dapat diuraikan sebagai berikut:
3. Jumlah Rp 39.747.289
Adapun secara lengkap prosedur peramalan neraca pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan Tahun
2007 dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6. Neraca Aktual Tahun 2006 dan Proyeksi Tahun 2007 Pada Perusahaan Meubel Lindah
Pasuruan.
Rekening
(1)
Aktual 2006
(2)
(1+g)
(3)
Angka Pertama
(4)
AFN
(5)
Angka Kedua
(6)
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas
1.760.550.600
x 1,040
1.830.972.624
1.830.972.624
Piutang
1.225.600.500
x 1,040
1.274.624.520
1.274.624.520
712.430.500
x 1,040
740.927.720
740.927.720
612.340.560
x 1,040
636.834.182
636.834.182
487.430.500
x 1,040
506.927.720
506.927.720
169.500.700
x 1,040
176.280.728
176.280.728
4.967.853.360
5.166.567.494
5.166.567.494
Aktiva tetap
Tanah
1572482000
x 1,040
1.635.381.280
1.635.381.280
Bangunan
1.825.546.500
x 1,040
1.898.568.360
1.898.568.360
(1.095.327.900)
(1.277.882.550)
(1.277.882.550)
Mesin
733.315.745
x 1,040
762.648.375
762.648.375
(439.989.450)
(513.321.025)
(513.321.025)
Peralatan kantor
126.719.301
x 1,040
131.788.073
131.788.073
(76.031.580)
(88.703.510)
(88.703.510)
Kendaraan
2.980.700.850
x 1,040
3.099.928.884
3.099.928.884
(1.589.707.120)
(1.788.420.510)
(1.788.420.510)
4.037.708.346
x 1,040
4.037.394.397
4.037.394.397
Total Aktiva
9.005.561.706
9.203.961.891
9.203.961.891
Pasiva
Pasiva Lancar
Hutang dagang
1.956.961.793
x 1,040
2.035.240.265
2.035.240.265
Hutang Bank
1.591.771.049
1.591.771.049
+ 11.502.865
1.603.273.914
3.548.732.842
3.627.011.314
3.638.514.179
1.498.300.000
x 1,040
1.558.232.000
1.558.232.000
Total
5047032842
5.185.243.314
5.196.746.179
Modal
Modal sendiri
3447468255
3447468.255
+ 28.244.424
3.475.712.679
Laba ditahan
511060609
x 1,040
531503.033
531.503.033
Jumlah
3958528864
3978971.288
4.007.215.712
Total Pasiva
9.005.561.706
9164214.602
+39.747.289
9.203.961.891
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian dan contoh kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan keuangan sangat
penting bagi setiap perusahaan,untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana yang harus
dikeluarkan,terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan dengan baik dan benar
tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan terlaksana dengan baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham & Houston, 1999, Manajemen Keuangan, Buku Kedua, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Gitosudarmo dan Basri, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul, 2000, Analisa Laporan Keuangan. UPP AMD YKPN, Yogjakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisinis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Kieso & Weygandt, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketutuh, Jilid Pertama, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada Jogjakarta.