Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSIS

Gejala Klinis
Manifestasi klinis ensefalitis sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Manifestasi ensefalitis biasanya bersifat akut tetapi dapat juga perlahan-lahan.[5] Mulainya
sakit biasanya akut, walaupun tanda-tanda dan gejala sistem saraf sentral (SSS) sering
didahului oleh demam akut non spesifik dalam beberapa hari. Pada anak, manifestasi
klinik dapat berupa sakit kepala dan hiperestesia, sedangkan pada bayi dapat berupa
iritabilitas dan letargi. Nyeri kepala paling sering pada frontal atau menyeluruh, remaja sering
menderita nyeri retrobulbar. Biasanya terdapat gejala nausea dan muntah, nyeri di leher,
punggung dan kaki, dan fotofobia. Masa prodromal ini berlangsung antara 1-4 hari kemudian
diikuti oleh tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari keterlibatan meningen dan
parenkim serta distribusi dan luasnya lesi pada neuron. Gejala-gejala tersebut dapat berupa
gelisah, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang. Kadang-kadang
disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia, dan
paralisis saraf otak. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan sampai
meningen. Selain itu, dapat juga timbul gejala dari infeksi traktus respiratorius atas (mumps,
enterovirus) atau infeksi gastrointestinal (enterovirus) dan tanda seperti exantem (enterovirus,
measles, rubella, herpes viruses), parotitis, atau orchitis (mumps atau lymphocytic
chotiomeningitis). [5,7,8]

Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan/ radiologi
Pencitraan diperlukan untuk menyingkirkan patologi lain sebelum melakukan LP
(lumbal punksi) atau ditemukan tanda neurologis fokal. Pencitraan mungkin berguna
untuk memeriksa adanya abses, efusi subdural, atau hidrosefalus.[9] Pada CT-scan dapat
ditemukan edema otak dan hemoragik setelah satu minggu. Pada virus Herpes didapatkan
lesi berdensitas rendah pada lobus temporal, namun gambaran tidak tampak tiga
hingga empat hari setelah onset. CT-scan tidak membantu dalam membedakan berbagai
ensefalitis virus. [5]
MRI (magnetic resonance imaging) kepala dengan peningkatan gadolinium merupakan
pencitraan yang baik pada kecurigaan ensefalitis. Temuan khas yaitu peningkatan sinyal T2-
weighted pada substansia grisea dan alba. Pada daerah yang terinfeksi dan meninges
biasanya meningkat dengan gadolinium. Pada infeksi herpes virus memperlihatkan
lesi lobus temporal dimana terjadi hemoragik pada unilateral dan bilateral. [8] Gambaran
EEG memperlihatkan proses inflamasi yang difus (aktivitas lambat bilateral). Pada
Japanese B encephalitis dihubungkan dengan tiga tanda EEG: 1)gelombang delta aktif yang
terus-menerus ;2)gelombang delta yang disertai spike (gelombang paku) ;3)pola koma alpha.
Pada St Louis ensefalitis karakteristik EEG ditandai adanya gelombang delta yang difus dan
gelombang paku tidak menyolok pada fase akut. Dengan asumsi bahwa biopsi otak tidak
meningkatkan morbiditas dan mortalitas, apabila didapat lesi fokal pada
pemeriksaan EEG atau CT-scan, pada daerah tersebut dapat dilakukan biopsi tetapi apabila
pada CT-scan dan EEG tidak didapatkan lesi fokal, biopsi tetap dilakukan dengan melihat
tanda klinis fokal. Apabila tanda klinis fokal tidak didapatkan maka biopsi dapat dilakukan
pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes simpleks.[5]

2. Laboratorium
Biakan dari darah ,viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar mendapatkan
hasil yang positif dari cairan likour srebrospinalis atau jaringan otak ; dari feces untuk
jenis enterovirus,sering didapatkan hasil positif. Analisis CSS (cairan serebrospinal)
menunjukkan pleositosis (yang didominasi oleh sel mononuklear) sekitar 5-1000 sel/mm3
pada 95% pasien. Pada 48 jam pertama infeksi, pleositosis cenderung didominasi
oleh sel polimorfonuklear, kemudian berubah menjadi limfosit pada hari berikutnya. Kadar
glukosa CSS biasanya dalam batas normal dan jumlah ptotein meningkat. PCR
(polymerase chain reaction) dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
ensefalitis.[8,9] Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) pada cairan
serebrospinal biasanya positif lebih awal dibandingkan titer antibody. Pemeriksaan
PCR mempunyai sensitivitas 75% dan spesifisitas 100% dan ada yang melaporkan hasil
postif pada 98% kasus yang telah terbukti dengan biposi otak.Tes PCR untuk mendeteksi
West Nile virus telah dikembangkan di California.PCR digunakan untuk mendeteksi virus-
virus DNA. Herpes virus dan Japenese B encephalitis dapat terdeteksi dengan PCR.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari ensefalitis adalah:
1. Sepsis dan bakteremia
2. Kejang demam
3. Measles
4. Mumps
5. Reye Syndrome[10]

PENATALAKSANAAN
Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah sakit. Penanganan
ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penanganan tersebut adalah mempertahankan
fungsi organ, yang caranya hampir sama dengan perawatan pasien koma yaitu mengusahakan
jalan napas tetap terbuka, pemberian makanan secara enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi terhadap gangguan asam basa darah. Bila
kejang dapat diberi Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB IV dilanjutkan fenobarbital.
Paracetamol 10 mg/kgBB dan kompres dingin dapat diberikan apabila pasien panas. Apabila
didapatkan tanda kenaikan tekanan intrakranial dapat diberi Dexamethasone 1
mg/kgBB/hari dilanjutkan pemberian 0,25-0,5 mg/kgBB/hari. Pemberian
Dexamethasone tidak diindikasikan pada pasien tanpa tekanan intrakranial yang meningkat
atau keadaan umum telah stabil. Mannitol juga dapat diberikan dengan dosis 1,5-2 mg/kgBB
IV dalam periode 8-12 jam. Perawatan yang baik berupa drainase postural dan aspirasi
mekanis yang periodik pada pasien ensefalitis yang mengalami gangguan menelan,
akumulasi lendir pada tenggorokan serta adanya paralisis pita suara atau otot-otot
pernapasan. Pada pasien herpes ensefalitis (EHS) dapat diberikan Adenosine Arabinose 15
mg/kgBB/hari IV diberikan selama 10 hari. Pada beberapa penelitian dikatakan pemberian
Adenosine Arabinose untuk herpes ensefalitis dapat menurunkan angka kematian dari
70% menjadi 28%. Saat ini Acyclovir IV telah terbukti lebih baik dibandingkan
vidarabin, dan merupakan obat pilihan pertama. Dosis Acyclovir 30 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis selama 10 hari. [5]

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


Dalam beberapa kasus, pembengkakan otak dapat menyebabkan kerusakanotak permanen
dan komplikasi tetap seperti kesulitan belajar, masalah berbicara, kehilangan memori, atau
berkurangnya kontrol otot. [11] Prognosis tergantung dari keparahan penyakit klinis, etiologi
spesifik, dan umur anak. Jika penyakit klinis berat dengan bukti adanya keterlibatan parenkim
maka prognosisnya jelek dengan kemungkinan defisit yang bersifat intelektual,
motorik, psikiatri, epileptik, penglihatan atau pendengaran. Sekuele berat juga harus
dipikirkan pada infeksi yang disebabkan oleh virus Herpes simpleks.[7]

PENCEGAHAN
• Early treatment
(pengobatan awal) pada demam tinggi atau infeksi
• Hindari menghabiskan waktu di luar rumah pada waktu senja ketika serangga aktif
menggigit.
• Pengendalian nyamuk atau surveilans melalui penyemprotan
• Indikasi seksio sesar jika ibu memiliki lesi aktif herpes untuk melindungi bayi baru lahir
• Imunisasi/vaksin anak terhadap virus yang dapat menyebabkan ensefalitis
(mumps, measles/campak)
• Japanese Encephalitis dapat dicegah dengan 3 dosis vaksin ketika akan berpergian
ke daerah dimana virus penyebab penyakit ini berada. Menurut CDC (Centers for Disease
Control and Prevention), vaksin ini dianjurkan pada orang yang akan menghabiskan waktu
satu bulan atau lebih di daerah penyebab penyakit ini dan selama musim transmisi.
Virus Japanese Encephalitis dapat menginfeksi janin dan menyebabkan kematian.[12]

DAFTAR PUSTAKA

5. Arvin A.M Penyakit Infeksi dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Edtor:Wahab SA.EGC
Jakarta.2000;hal 1141-53

6. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Differential Diagnoses. Richard
G, Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-differential. Diakses 4 September 2019

7. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Workup. Richard G, Bachur,MD.
Updated on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-workup. Diakses 4 September 2019

8. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis. Richard G, Bathur, MD.Updated
on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview. Diakses 4 September 2019

9. Kate M, Cronan. MD. Encephalitis. Updated: January 2010. Available from


http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/encephalitis.html. Diakses 4 September
2019

10. NINDS. Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. Last updated on February 16,
2011. Available from
http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningit
is. Diakses 4 September 2019
11. Soldatos, Ariane MD. Encephalitis. Available from
http://www.childrenshospital.org/az/Site832/mainpageS832P0.html. Diakses 4 September
2019

Anda mungkin juga menyukai