Anda di halaman 1dari 7

STUDI PERENCANAAN TEROWONGAN PENGELAK BENDUNGAN

LUBUK AMBACANG KECAMATAN HULU KUANTAN


KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Chandra Yoga Wicaksana1, Heri Suprijanto2, Evy Nur Cahya2

1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1
Email: wicaksanacha95@gmail.com

ABSTRAK: Bangunan pengelak dibangun pada awal konstruksi bendungan. Bangunan ini
berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai selama periode pelaksanaan konstruksi. Pada saat
akhir konstruksi terowongan pengelak ini akan dijadikan sebagai pelimpah darurat. Dalam
studi perencanaan bangunan pengelak ini menggunakan dua terowongan pengelak dengan
bentuk lingkaran. Dari studi perencanaan terowongan pengelak ini didapatkan diameter
terowongan 9m menggunakan perhitungan penelusuran banjir dengan debit lima tahun.
Didapatkan juga momen maksimum menggunakan software STAADPRO yang dibagi dalam
tiga area yaitu Momen Maksimum bagian atas sebesar 2.16 KNm, Momen Maksimum bagian
bawah sebesar 3.56 KNm, dan Momen Maksimum bagian samping sebesar 3.56 KNm. Dari
momen maksimum tersebut pada studi perencanaan terowongan pengelak ini menggunakan
tulangan utama D25-100 dan tulangan bagi sebesar D19-100. Pada proses pengerjaan
terowongan juga perlu dilaksanakannya backfill grouting agar dapat menutup overbreak dan
grouting konsolidasi untuk menutup retakan memanjang di area luar dari terowongan akibat
ledakan.
Kata Kunci: Terowongan Pengelak,Penelusuran Banjir, Momen Maksimum, Penulangan,
Sementasi.

ABSTRACT: Diversion Tunnel built in the early construction of the dam. The building serves
to divert the river flow during the period of construction. At the end of construction,this tunnels
will serve as an emergency spillway. In this study it plans using two diversion tunnels with
circle shape. The results of this study diversion tunnel that is obtained using a 9m diameter
with five years flood routing discharge. The maximum bending moment is obtained also using
software STAADPRO divided into three areas: Maximum moment at 2.16 KNm on top,
Maximum moment of 3.56 KNm in bottom and Maximum moment at 3.56 KNm in side. Of the
maximum bending momemt at study of Diversion tunnel uses main reinforcement for the
reinforcement of D25-100 and D19-100. Backfill grouting is important to cover overbreak and
consolidation grouting to seal cracks extending beyond the area of the tunnel from the
explosion.

Keyword: Diversion Tunnel, Flood Routing, Maximum Moment,Reinforcement,Grouting

PENDAHULUAN untuk meninggikan muka air dan membuat


Pembangunan bendungan adalah tampungan air yang lazim di sebut waduk.
salah satu wujud dari usaha memenuhi Dalam pembangunan bendungan salah
kebutuhan air dengan membendung air. satunya harus mengelakkan air sungai agar
Konstruksi bendungan dibuat jika diperlukan mempermudah pada saat membangun tubuh
pembuatan waduk. Bendungan merupakan bendungan. Maka dari itu dalam studi ini saya
bengunan yang dibangun melintang sungai akan membahas mengenai perencanaan
bangunan pengelak Bendungan Lubuk memiliki ketebalan antara 20 cm – 2 m
Ambacang. Perencanaan terowongan dengan kondisi batuan permukaan lapuk
pengelak ini dimaksudkan untuk sebagian.
memanfaatkan potensi yang ada didaerah itu.
Bangunan pengelak dibangun pada awal Analisa Hidrolika Pada Saluran Pengelak
konstruksi bendungan. Bangunan berfungsi Analisis hidrolika pada saluran
untuk mengalihkan aliran sungai selama pengelak, Kapasitas pengaliran saluran ini
periode pelaksanaan konstruksi.Untuk peta dibedakan menjadi tiga kondisi yaitu kondisi
lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1. aliran bebas, aliran transisi, dan aliran
tertutup. Kondisi-kondisi tersebut pada studi
ini berfungsi untuk penentuan diameter
terowongan pengelak dan pada perencanaan
Bendungan berfungsi untuk menentukan
tinggi dari cofferdam.(Sosrodarsono,1993)
Pembebanan Batuan
Pada studi ini kondisi geologi dari
lokasi pembangunan terowongan pengelak
adalah batuan keras yang mana menurut
Terzaghi (1946) untuk menghitung faktor
pembebanan batuan Head Pressure
Gambar. 1. Peta Lokasi Studi denganbistilah lebar terowongan B dan tinggi
terowonganbHt dari kelenturan batuan diatas
Desain terowongan pengelak terowongan.
diperlukan perhitungan mekanika Teknik
yang mana menghasilkan momen,normal,dan Software STAADPRO Untuk Analisis
lintang. Maka dari itu dalam perencanaan ini Struktur
digunakan software STAADPro untuk
menganalisa berapa gaya-gaya dalam STAADPRO adalah program yang
terowongan pengelak. digunakan untuk menganalisis dan mendesain
struktur STAADPRO menggunakan teknologi
yang paling modern dengan rekayasa elemen
BAHAN DAN METODE hingga, dengan input data berbasis object
Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel) oriented.(Alkaff,2005)
Terowongan Pengelak (Diversion
Tunnel) pada perencanaan bendungan Metode Pelaksanaan Grouting
berfungsi sebagai konstruksi untuk Grouting merupakan suatu metode
mengelakkan aliran sungai dari hulu atau teknik yang digunakan untuk
bendungan ke hilir bendungan selama masa memperbaiki keadaan bawah tanah dengan
konstruksi. cara memasukkan bahan yang masih dalam
Pelaksanaan studi perencanaan keadaan cair, dengan tekanan, sehingga bahan
terowongan pengelak ini perlu menganalisis tersebut mengisi semua retakan-retakan dan
semua data untuk perencanaan desain lubang-lubang yang ada dibawah permukaan
konstruksi, yaitu data inflow,data geologi tanah, kemudian setelah beberapa bahan
batuan,dan data topografi. tersebut akan mengeras dan menjadi satu
Kondisi Topografi dan Geologi kesatuan dengan tanah yang ada sehingga
Pada lokasi kedudukan bendungan, kestabilan suatu permukaan tanah akan tetap
Area genangan Bendungan Lubuk Ambacang terjaga.(Anonim,2005)
pada elevasi +80 dari dasar sungai di As Dam
hamper mencapai 12.000 Ha dengan area HASIL DAN PEMBAHASAN
genangan memanjang sungai utama sepanjang Analisa Hidrolika
lebih dari 30 Km. Perhitungan Penelusuran Banjir
Daerah yang akan dibendung Perhitungan penelusuran banjir
berlokasi di satuan Kuarsit. Pada lokasi ini berfungsi untuk menentukan tinggi coverdam
terdapat beberapa sisipan serpih yang dan pada studi ini digunakan untuk
menentukan berapa diameter terowongan Dengan:
pengelak. θ = sudut dalam lingkaran
Digunakan tiga jenis kondisi aliran A = luas persamaan
pada perhitungan penelusuran banjir ini. Yaitu R = jari – jari hidrolis
kondisi bebas, kondisi transisi dan kondisi V = kecepatan aliran
tertekan.(Loebis,1984)
Q = debit air
1. Perhitungan Aliran Bebas h < 1.2 d
• Menghitung sudut (θ)
𝑅−ℎ 3. Aliran Tertekan h > 1.5 d
θ = arc cos ( ) . (180/π) (1) • Menghitung sudut (θ)
𝑅

• Menghitung luas penampang (A) θ = arc tan h . (360/π) (14)


A = (θ. π r2)/180 – r2 . sin θ .cos θ (2) • Menghitung luas penampang (A)
• Menghitung keliling basah (P) A = π . (1/2 . R)2 (15)
P = (2θ/360) . 2πr (3)
• Menghitung jari-jari hidrolis (R) • Menghitung kecepatan (V)
R = A/P (4)
• Menghitung lebar terowongan (B)
(16)
B = 2 . r . sin θ (5)
• Menghitung kecepatan (V) • Menghitung debit (Q)
V = 1/n . R2/3 . S1/2 (6)
Q= V.A (17)
• Menghitung debit (Q)
Q =A.V (7) Jumlah koefisien kehilangan energi
• Menghitung debit kritis (Qc) ∑ C = Ci + Co + Cf + Cb (18)
Qc = √(𝜋 . 𝐴^3)/𝐵 (8)
• Menghitung Froude (F) Dengan:
F =Q/Qc (9) θ = sudut dalam lingkaran
Dengan: A = luas persamaan
θ = sudut dalam lingkaran R = jari – jari hidrolis
A = luas persamaan V = kecepatan aliran
R = jari – jari hidrolis Q = debit air
r = jari -jari lingkaran Ci = koefisien kehilangan energi pada inlet
P = keliling basah Co = koefisien kehilangan energi pada outlet
B = lebar terowongan Cf = koefisien kehilangan energi akibat
V = kecepatan aliran adanya gesekan
S = kemiringan saluran = (8.g/(√R^1/6/n . )) .L/R (19)
Q = debit air Cb = koefisien kehilangan energi akibat
belokan
Qc = debit kritis
F = nilai Froude Hasil dari Perhitungan Penelusuran Banjir
dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
2. Perhitungan Aliran Transisi 1.2 d < h < berikut:
1.5 d
• Menghitung sudut (θ)
θ = arc tan h . (360/π) (10)
• Menghitung luas penampang (A)
A = π . (1/2 . R)2 (11)
• Menghitung kecepatan (V)

(12) Gambar. 2. Hubungan H dan Q Diameter


• Menghitung debit (Q) Terowongan Pengelak

Q= V.A (13)
2. Berat Sendiri
q = ɣc . t (22)
Dengan :
ɣc = Berat isi beton(Unit Weight of
Concrete) = 2.4 t/m3
t = tebal terowongan (m)

3. Beban Air Vertikal


Pwv = ɣw . Hw (23)
Dengan:
ɣw = berat jenis air
Gambar. 3. Grafik Penelusuran Banjir Hw = Tinggi muka air tanah
Terowongan Pengelak dengan Diameter 9 m
4. Tekanan Grouting
Perhitungan Konstruksi Low Pressure = 20 t/m

5. Tekanan Air Horizontal


12
Pwh = ɣw . Hw (24)
11 1.5 Dengan:
10 ɣw = berat jenis air
9
8 4.5 Hw = Tinggi muka air tanah
7
6
5
6. Tekanan Air dalam Terowongan
4 4.5
P = ρw.g.h (25)
3 Dengan:
2
1
ρw = massa jenis air
1.5
0 g = gravitasi
h = tinggi muka air
Tebal terowongan 1.5 1.5
Diameter terowongan 9
Jari-jari terowongan 4.5
7. Tekanan Batuan Horizontal (Normal)
4.5
Diameter Luar Terowongan 12 qbh = 0.5 . (ɣkuarsit . hp . 1m) (26)
Hp = 0.3 . (B+Ht) (27)
Gambar. 4. Potongan Melintang Alternatif Dengan:
Desain Lingkaran Terowongan ɣkuarsit = Unit Weight of Rock (t/m3)
Hp = Head Pressure (Very Blocky
Potongan melintang pada perhitungan and Seamy)
konstruksi dapat dilihat pada Gambar 4.
Untuk pembebanan pada terowongan 8. Tekanan Batuan Horizontal (Gempa)
pengelak ini menggunakan asumsi qbhe = 0.5 . (ɣkuarsit . hp . 1m) . Kh(28)
perhitungan mekanika batuan yang dikutip Hp = 0.3 . (B+Ht) (29)
oleh Singh dan Goel (2006) dikarenakan Dengan:
kondisi geologi pada lokasi terowongan ɣkuarsit = Unit Weight of Rock (t/m3)
pengelak adalah batuan keras. Hp = Head Pressure (Very Blocky
Ada 9 beban yang dihitung untuk and Seamy)
menentukan kondisi-kondisi pembebanan Kh = koefisien gempa
yang ada dalam perencanaan ini yaitu
1. Tekanan Batuan Vertikal 9. Tekanan Uplift
qbv = ɣkuarsit . hp . 1m (20) Pwv = ɣw . (Hw+Ht) (30)
Hp = 0.3 . (B+Ht) (21) q = Pwv . 1 m (31)
Dengan: Dengan:
ɣkuarsit = Unit Weight of Rock (t/m3) ɣw = berat jenis air
Hp = Head Pressure (Very Blocky Hw = Tinggi muka air tanah
and Seamy)
Ada 8 jenis kondisi pembebanan akibat dari • Tekanan Uplift
beban-beban yang bekerja yaitu:
7. Kondisi Pengoperasian Normal
1. Kondisi Normal Beban yang Bekerja
Beban yang bekerja:
• Beban Batuan Vertikal
• Beban Batuan Vertikal
• Berat Sendiri
• Berat Sendiri
• Beban Air Vertikal
• Beban Air Vertikal
• Tekanan Air Horizontal
• Tekanan Batuan Horizontal (Normal)
• Tekanan Air dalam Terowongan
• Tekanan Uplift
• Tekanan Batuan Horizontal (Normal)
• Tekanan Uplift
2. Kondisi Gempa
Beban yang Bekerja:
8. Kondisi Pengoperasian Gempa
• Beban Batuan Vertikal
Beban yang Bekerja
• Berat Sendiri
• Beban Batuan Vertikal
• Beban Air Vertikal
• Berat Sendiri
• Tekanan Batuan Horizontal (Gempa)
• Beban Air Vertikal
• Tekanan Uplift
• Tekanan Air Horizontal
• Tekanan Air dalam Terowongan
3. Kondisi Grouting Normal
Beban yang Bekerja: • Tekanan Batuan Horizontal (Gempa)
• Beban Batuan Vertikal • Tekanan Uplift
• Berat Sendiri
Pada Semua kondisi – kondisi tersebut
• Beban Air Vertikal
yang memiliki momen terbesar pada
• Tekanan Grouting perhitungan menggunakan software
• Tekanan Batuan Horizontal (Normal) STAADPRO yaitu pada Kondisi Grouting
• Tekanan Uplift Normal.
4. Kondisi Grouting Gempa Stabilitas Terowongan
Beban yang Bekerja: Stabilitas Terowongan pengelak pada
• Beban Batuan Vertikal batuan keras dapat dikatakan stabil apabila
• Berat Sendiri qvertikaltotal < qu (Compressive strength).
• Beban Air Vertikal Dengan:
• Tekanan Grouting Beban vertikal total (q) = (qbatuan vertikal + qberat
• Tekanan Batuan Horizontal (Gempa) sendiri + qair vertikal + qair dalam terowongan)
• Tekanan Uplift
Perhitungan Momen,Normal,dan Lintang
5. Kondisi Pengisian Normal Untuk menentukan berapa besarnya
Beban yang Bekerja: gaya momen,normal,lintang yang bekerja
• Beban Batuan Vertikal pada studi ini digunakan 2 alternatif
• Berat Sendiri perhitungan, yaitu menggunakan software
• Beban Air Vertikal STAADPRO dan menggunakan tabel Beegs
• Tekanan Air Horizontal Deformation Analysis of Single Barrel
• Tekanan Batuan Horizontal (Normal) Conduit hal ini diperkuat oleh Philiph Dan
Allen (1986) dan didapatkan hasil rekapitulasi
• Tekanan Uplift
momen maksimum dalam Tabel 1 dan Tabel
2 berikut:
6. Kondisi Pengisian Gempa
Tabel. 1. Rekapitulasi Momen Maksimum
Beban yang Bekerja
Menggunakan software STAADPRO
• Beban Batuan Vertikal
• Berat Sendiri
• Beban Air Vertikal
• Tekanan Air Horizontal
• Tekanan Batuan Horizontal (Gempa)
Gambar. 5. Skematik Pelaksanaan Backfill
Grouting pada Terowongan

Tabel. 2. Rekapitulasi Momen Maksimum


Menggunakan Tabel Beegs Deformation
Analysis of Single Barrel Conduit
Gambar. 6. Skematik Pelaksanaan Grouting
Konsolidasi pada Terowongan

KESIMPULAN
1. Terowongan pengelak Bendungan Lubuk
Ambacang direncana berbentuk lingkaran.
Dari data penulusuran banjir diperoleh
debit banjir sebesar 4742.8 m3/detik.
Sehingga dari hasil perhitungan didapatkan
Pada kedua rekapitulasi tersebut digunakan diameter terowongan sebesar 9 m dengan 2
perhitungan menggunakan software buah terowongan pengelak. Berdasarkan
STAADPRO dikarenakan pada studi dimensi terowongan yang sudah direncana,
perencanaan terowongan pengelak ini lebih kemudian ditinjau terhadap kondisi
membahas bagaimana perhitungan momen hidrolis yang terjadi yaitu pada kondisi
menggunakan software STAADPRO. aliran bebas, aliran transisi dan aliran
tertekan.Pada kondisi-kondisi tersebut
Perhitungan Penulangan Terowongan terowongan pengelak masih mampu untuk
Perhitungan penulangan terowongan menampungnya.
menggunakan asumsi kolom dengan kekuatan 2. Berdasarkan kondisi pembebanan yang ada
f’c = 30 MPa dan fy = 400 MPa. Dan didapatkan kondisi yang paling
perhitungan penulangan pada terowongan ini membahayakan terhadap struktur
menggunakan rumus yang dikutip oleh (Vis terowongan yaitu pada saat pengoperasian
dan Kusuma,1993). Yangmana didapatkan pada saat kondisi gempa. Dari perhitungan
hasil sebagai berikut: maka didapatkan gaya-gaya dalam yang
Tulangan Utama : D25-100 bekerja.
Tulangan Bagi : D19-100 o Momen Maksimum Atas : 2.16 KNm
Untuk gambar penulangan dan detail tulangan o Momen Maksimum Bawah : 3.56
dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 KNm
berikut. o Momen Maksimum Samping : 3.56
Treatment Terowongan KNm
Pada proses pengerjaan terowongan 3. Dari perhitungan penulangan pada
juga perlu dilaksanakannya backfill grouting terowongan dengan menggunakan Tata
agar dapat menutup overbreak dan grouting Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
konsolidasi untuk menutup retakan Bangunan Gedung (SK SNI 2841 2013)
memanjang di area luar dari terowongan diperoleh tulangan sebagai berikut:
akibat ledakan.(Anonim,2005) o Diameter Tulangan Utama Atas
: D25-100
o Diameter Tulangan Utama Bawah
: D25-100
o Diameter Tulangan Utama Samping
: D25-100
o Diameter Tulangan Bagi
: D19-100
DAFTAR PUSTAKA Barrel Conduits. Colorado: United
Alkaff, M Firdaus, 2005. STAAD 2004 Untuk States Bureau of Reclamation
Orang Awam, Penerbit Maxicom, Sosrodarsono, Suryono dan Takeda, Kensaku,
Palembang 1993. Bendungan Type Urugan,
Anonim, 2005. Pedoman Grouting Untuk Penerbit PT Pradnya Paramitha,
Bendugan, Jakarta Jakarta.
Chow, Ven Te, Phd., 1992. Hidrolika Saluran Singh, Bhawani., & Rajnish. K. Goel . 2006.
Terbuka. Penerbit Erlangga, Jakarta. Tunneling in weak rock.
Loebis, Joerson, Ir, M.Eng,1984. Banjir Bangalore:Elsevier
Rencana Untuk Bangunan Air, Badan Vis, W.C., & Gideon Kusuma,1993.. Dasar-
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Dasar Perencanaan Beton Bertulang
Philips, H.B., & I.E. Allen. 1986. Beegs Penerbit Erlangga, Jakarta.
DeformeterStress Analysis of Single

Anda mungkin juga menyukai