Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kelompok Hukum Perdata Internasional

Kaidah dan Asas-asas Hukum Perdata Internasional

Kelompok​: Desrina Dea (110110160264)


Aninda Sekar Parindrastiti (110110160283)
Afif Rizaldi Muhammad Tjahjono (110110160290)

Hukum Perdata Internasional menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja adalah


sekumpulan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata melewati
batas negara.1 Tapi tidak berarti bahwa setiap kaidah dan asas Hukum Perdata Internasional
yang dianut setiap negara itu sama, karena dalam praktiknya masing-masing negara memiliki
ruang lingkup, kaidah, asas, dan fungsi dari Hukum Perdata Internasional yang berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan Hukum Perdata Internasional sebetulnya merupakan bagian dari sistem
hukum nasional, yang sumbernya dapat ditemukan baik dalam sumber hukum nasional maupun
sumber hukum internasional seperti konvensi.

Dalam ​paper​ ini kami akan menerangkan asas-asas Hukum Perdata Internasional yang
berlaku di Indonesia dan juga sedikit menerangkan asas-asas yang dianuti oleh negara-negara
lainnya.

Kaidah Hukum Perdata Internasional yang Penting di Indonesia

Kaidah-kaidah berkaitan dengan Hukum Perdata Internasional (HPI) yang digunakan


dan penting di Indonesia dapat dilihat dalam salah satu sumber HPI Indonesia yaitu ​Algemene
Bepalingen van wetgeving voor Indonesie​ (disingkat AB), tepatnya dalam Pasal 16, 17, dan 18.

● Semua warga negara Indonesia di manapun ia berada di luar negeri, ia membawa


hukum status personilnya (​statuta personalia)​ [Pasal 16 AB]

1
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, ​Pengantar Hukum Internasional​, PT. Alumni, Bandung,
2003, h. 1
● Terhadap benda yang tidak bergerak berlakulah hukum dimana benda itu berada
(​statuta reel​) [Pasal 17 AB]
● Bentuk prosedur atau tata cara dilakukannya suatu perbuatan hukum di luar negeri oleh
orang Indonesia berlaku hukum dimana perbuatan itu dilakukan (​statuta mixta​) [Pasal
18 AB]2

Asas-asas Hukum Perdata Internasional yang Berlaku di Indonesia

Berdasarkan kajian dalam Naskah Akademik RUU Tentang Hukum Perdata


Internasional yang disusun oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(KEMENKUMHAM), asas-asas atau prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam pembentukan
norma dalam Hukum Perdata Internasional adalah sebagai berikut:

● Prinsip Nasionalitas, yaitu prinsip yang memberlakukan hukum nasional seseorang yang
berlaku dalam menentukan status personal seseorang.
● Prinsip Domisili, yaitu prinsip yang memberlakukan hukum domisili seseorang yang
memberlakukan hukum domisili seseorang yang berlaku dalam menentukan status
personal seseorang.
● Asas Kebebasan Berkontrak/​The Freedom of Contract​, yaitu asas umum yang diberikan
oleh undang-udnang dalam membuat suatu kontrak. Dalam hukum nasional Indonesia
tercantum dalam Pasal 1338 KUHPerdata.
● Asas ​Lex Fori/​ Tempat Gugatan, yaitu asas yang memberlakukan hukum sang hakim
dalam suatu peristiwa Hukum Perdata Internasional.
● Asas ​Lex Loci Contractus,​ yaitu asas yang menganut hukum tempat dibuatnya suatu
kontrak dalam perjanjian.
● Asas ​Lex Loci Solutionis​, yaitu asas yang menganut hukum tempat dilaksanakannya
perjanjian.
● The Proper Law of The Contract​, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu kontrak adalah
hukum negara yang memiliki titik taut terbanyak.
● The Most Characteristic Connection​, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu kontrak
adalah hukum pihak yang memiliki pribadi yang paling karakteristik.

2
​Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie
Selain asas-asas yang disebutkan tersebut, ada juga sumber-sumber lain yang
menambahkan beberapa asas lainnya, yaitu sebagai berikut:

● Asas ​Lex Loci Celebrationis​, yaitu asas yang memberlakukan hukum dimana suatu
perkawinan diadakan atau diresmikan. Asas ini berkaitan dengan HPI mengenai hukum
orang dan keluarga (​van personen)​ . Pemberlakuan asas ini dalam hukum nasional
Indonesia dapat ditemukan dalam UU Perkawinan Pasal 56 ayat 1.3
● Asas ​Lex Rei Sitae/Lex Situs,​ yaitu asas yang memberlakukan hukum dimana benda itu
berada mengenai perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak. Asas
ini dapat ditemukan dalam Pasal 17 AB.4

Prinsip dan Asas Hukum Perdata Internasional di Negara Lain

Karena HPI adalah termasuk juga bagian dari hukum nasional, maka tentu ruang
lingkup kaidah dan asas HPI di setiap negara berbeda-beda. Corak HPI di beberapa negara
menunjukkan bahwa sejarah dan struktur ketatanegaraan negara tersebut ikut menentukan
ruang lingkup kaidah dan asas yang mereka gunakan dalam HPI-nya.

Misalkan di Inggris, HPI adalah termasuk bagian dari ​Conflict of Laws​ atau Hukum Antar
Tata Hukum (HATH). Namun, ​Conflict of Laws​ tidak hanya mengatur persoalan perdata, tetapi
juga mengatur dalam ranah hukum publik dan juga kaidah-kaidah hukum antar agama.

Di Amerika Serikat juga berlaku ​Conflict of Laws,​ namun selain mengatur hubungan
perdata internasional, ia juga mengatur mengenai perselisihan hukum antar negara bagiannya
yang terkadang memiliki hukum yang saling bertikaian. Namun, tetap berlaku juga asas-asas
yang serupa dengan yang kita gunakan di Indonesia, seperti ​Lex Situs ​namun bisa jadi perkara
yang menyangkut barang tersebut adalah antar negara bagian, tidak hanya antar negara.5

Sedangkan di Aljazair, kaidah dan asas HPI hanyalah berdasarkan dari perbedaan
agama. Jadi agamalah yang menjadi tolak ukur apakah seseorang dianggap asing atau tidak.

3
Bayu Seto, ​Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional,​ PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, h. 171.
4
​Ibid.,​ h. 20.
5
Robert C. Lawrence dan Elisa S. Rizzo, ​Basic Conflict of Law Principles​, American Bar Association,
2013, h. 6.

Anda mungkin juga menyukai