Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Ny.

’N’ DENGAN
DIAGNOSA CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)

DI POLI DALAM RSUD NYI AGENG SERANG KULON PROGO

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Keperawatan Individu


PKK KMB II Semester IV

Disusun oleh :
Prastiwi Indraswari
2820173074
2B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa CHF (Congestive Heart


Failure) di Poli Dalam RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Medikal
Bedah Semester VI, pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 14 Juni 2019

Tempat : Kulon Progo

Praktikan

( Prastiwi Indraswari )

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(Rini Damayanti,S.Kep,Ns) (Maria Putri Sari Utami, M.Kep)


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
pada pasien Ny.N dengan CHF(Congestive Heart Failure) di Poli Dalam RSUD
Nyi Ageng Serang Kulon Progo ini dengan baik tanpa halangan apapun. Laporan
ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak.

Mohon maaf apabila dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan. Semoga
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kulon Progo, 14 Juni 2019

Prastiwi indraswari
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah
yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013).
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013).
Menurut Prince (1994) dalam Andra Saferi (2013), Gagal jantung
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Kesimpulan yang diambil dari pengertian tersebut adalah bahwa gagal
jantung congestive adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak
mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan,
oksigen dan nutrien.

B. Tujuan
Tujuan dari Laporana pendahuluan ini untuk mengetahui tentang penyakit
Gangguan Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure (CHF)”
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gagal jantung adalah syndrome klinis (kumpulan gejala), ditandai
dengan sesak nafas dan kelelahan (saat istirahat maupun beraktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik), dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung
berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang
masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel
secara progresif bertambah (Black, 2005). Gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan nutrient dan oksigen jaringan. Mekanisme gagal
jantung meliputi kerusakan sifat kontraktil dari jantung yang mengarah pada
curah jantung kurang dari normal, aterosklerosis, hipertensi atrial, dan
penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Beberapa faktor sistemik
yang dapat memperparah gagal jantung meliputi peningkatan laju metabolik
(misalnya demam, koma, tirotoksikosis).
Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan darah sehingga
tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke
dalam jantung masih cukup tinggi, sehingga mengakibatkan jantung tidak
dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagian organ.

B. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
a. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel
b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik
c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung
e. Gangguan sirkulasi:
Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon
mekanisme
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolism
yang meningkat
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan.
Gejala :
a. Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi
saat istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau
sedang.
b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi
akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau
duduk di kursi, bahkan saat tidur.
c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan
batuk.
e. Ronkhi
f. Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan
dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala :
a. Oedem perifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual
3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstrimitas dingin
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi
aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler.
D. Klasifikasi / Stadium
Menurut derajat sakitnya, gagal jantung dapat dibedakan menjadi
(Rilantono, dkk, 2004):
a. Derajat 1: Tanpa keluhan. Pasien masih bisa melakukan aktivitas
fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
b. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan
pun hilang
c. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
d. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari,
bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat
jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.

E. Patofisiologi
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan
atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak
dapat memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah
yang beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium.
kanan dan sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan
edema pada ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil
untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan
tekanan di atrium kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak
dengan darah, menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru.
Meskipun, setiap jenis menghasilkan perubahan arteri yang berbeda
sistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk mengamati kegagalan
semata-mata gagal jantung kanan ataugagal jantung kiri. Sejak kedua sisi
jantung tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan satu
ruang menyebabkan perubahan timbal balik di ruang berlawanan.
Misalnya, dalam peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vaskular paru
akan menyebabkan tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga
benar hipertrofi ventrikel, penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya
mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik (Syaifuddin, 2011).

F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medis gagal jantung kongestif atau Congestive heart
Failure (CHF) dibagi atas :
1. Terapi Non Farmakologi (Penatalaksanaan Medis) Penatalaksanaan
medis gagal jantung kongestif secara umum antara lain adalah
meningkatkan oksigenasi denganterapi O2 dan menurunkan
konsumsi oksigen dengan aktivitas, meningkatkan kontraksi
(kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi, serta menurunkan
beban jantung dengan diit rendah garam, diuretic, dan vasodilator.
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
1) CHF Akut :
a) Pasien dipersilahkan duduk tegak bila tidak mengalami
hipotensi.
b) Tangani iskemia miokard bila ada indikasi.
c) Kateterirasi coroner dan angioplasty baton atau CABG
darurat digunakan pada pasien iskemia tertentu.
2) CHF Kronis :
a) Modifikasi gaya hidup dengan pembatasan asupan garam
dan olahraga
b) Edukasi mengenai pemantauan gejala Congestive Heart
Failure (CHF).
2. Terapi Farmakologi
1) CHF Akut :
a) Berikan morfin, nitrogliserin, dan diuretic per IV
(fusosemide) bila tidak ada hipotensi bermakna.
b) Pertimbangkan Intropik (dobutamin, dopamine)
2) CHF Kronis :
a) Diuretika : furossemide.
b) Intropik : digoksin, inthibitor fosfodiesterase, agonis
adreneregic, intropic baru.
c) Inhibitor ACE dan penyakit reseptor angiotensin II.
d) Penyekat beta (carvedilol,metoprolol, bucindolol,
labelatol).
3) Prinsip Perawatan

Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan Congestive Heart Failure


(CHF) adalah :

1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan


konsumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan aktifitas.
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.
3. Mengatasikeadaan yang reversible, termasuk tirotoksitosis, miksedema,
dan aritmia.

G. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik
vena kejantung menuju tomponade jantung.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
1. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang
disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal.
Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura
2. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah
lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung.
Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit
menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine
meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar. Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi
dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan penurunan
perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun sebagai
akibat penurunan masukan protein atau penurunan sintesis proteindalam
hepar mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi menunjukan adanya
inflamasi akut.
3. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga
abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar
dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat disertai asites.
4. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemik ( jika meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi daran dari adanya
kelebihan retensi air,K, Na, CI,ureum,gula darah ).

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Penurunan Curah Jantung
3. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologis
4. Intoleransi aktinitas berhubungan dengan kelemahan umum
J. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
a. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
b. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suktion nasotrakeal
c. Gubakan alat setril setiap melakukan tindakan
d. Anjurkan pasien untuk istirahat
e. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan
brakikardi, peningkatan saturasi O2, dll
f. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
g. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau section
h. Auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan
2. Penurunan Curah Jantung
a. Monitor gejala gagal jantung CO menurun termasuk nadi perifer
yang kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas,RR,
dispneu, HR yang tinggi, distensi vena jungularis,penurunan
kesadaran dan adanya edema.
b. Auskultasi bunyi jantung ,cacat frekuensi dan ritme
c. Observasi bingung,pusing dan kurang tidur
d. Observasi adanya nyeri dada
e. Jika ada nyeri dada,baringkan klien
f. Monitor intake dan output per 24 jam
g. Catat hasil EKG dan X-RAY
h. Posisikan klien dalam posisi semi fowler
3. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologis
1) Pain management:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi.
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri sseperti
suhu ruangan dan kebisingan.
d. Kurangi faktor presipitasinyeri
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat
g. Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan inter personal)
h. Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian terapi yang
sesuai
2) Analgetik administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat. Monitor vital sign sebelum dan esudah pemberian
asnalgesic
a. Berikan analgesik tepat waktu
4. Intoleransi aktinitas berhubungan dengan kelemahan umum
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Bantu pasien untuk mengembangakn motivasi diri dan penguatan
c. Monitor respon fisik, emosi. Dan spiritual
d. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi untuk merencakan
program yang tepat
e. Mengubah posisi pasien setiap 2 jam
f. Bantu pasien untuk membuat jadwal aktivitas di waktu luang
g. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas
h. Batasi aktivitas yang berlebih
i. Pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya wktu
tidurpasien
j. Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat klien
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II edisi V. Jakarta :
Interna Publishing.

Black, J.M., dan Hawks,J.H.2005. Medical Surgical Nursing. New York. Elsevier

Riliantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi . Jakarta : Gaya Baru

Wijaya & Putri (2013). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai