I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. S
Med.Rec/Reg : 1120756/RJ19080515
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Pematang Ribu Ranau Tengah OKUS
Pekerjaan Suami : Petani
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali lama 1 tahun
3. Riwayat reproduksi
Menars 15 tahun, siklus haid tidak teratur, siklus 30 hari, lama haid 7 hari.
HPHT : 26-10-2018
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tipe badan : Asthenikus
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan : 157 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,6oC
b. Keadaan khusus
3
Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala dan Rambut : normal
Pemeriksaan Mata
- Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis (pucat).
- Sklera : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat ikterik
Pemeriksaa Leher
- JVP : tidak meningkat
- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Pemeriksaan Thorak
Paru-paru
- Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi
- Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri.
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak
ada.
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : peristaltik normal
- Perkusi : timpani di semua lapang abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba.
4
Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior : deformitas (-), edema (-), anemis (+), akral hangat.
- Inferior : lympadenopathy inguinal (-), deformitas (-), edema (-),
anemis (-), akral hangat.
c. Status Lokalis
Regio Perianal :
- Inspeksi : Tampak massa padat permukaan berpapil-papil, warna
merah muda, bau (+), pus (-)
- Palpasi : Teraba massa padat ukuran 4x3x2 cm pada arah jam 7
konsistensi kenyal, mobile, berdungkul-dungkul, nyeri (+).
2. Pemeriksaan Obstetri
- Pemeriksaan luar :
Fundus uteri 4 jari dibawah procesus xyphoideus (30 cm), memanjang,
kepala 5/5, DJJ 134x/mnt, His (-), TBJ 2635 gram
- Inspekulo :
Tampak lesi papul verukosa ukuran 4 x 3 x 2 cm pada daerah introitus
vagina labia mayora dextra dan 3x2 cm pada labia mayora sinistra
Tampak Portio livide, OUE tertutup, flour (+) putih tidak berbau fluksus
(-) erosi (-) laserasi (-) polip (-).
6
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium (3/07/2019)
Hematologi :
Hemoglobin : 10,5 g/dl
Eritrosit : 3.72 106/mm3
Leukosit : 16.000/mm3
Hematokrit : 34 %
Trombosit : 359 103/µL
Hitung jenis leukosit:
Basofil :0%
Eosinofil :2%
Netrofil : 72 %
Limfosit : 19 %
Monosit :7%
Kimia Klinik
Fe : 64 µg/dL
TIBC : 426 µg/dL
7
Ferritin : 22,50ng/mL
HBsAg : non reaktif
Anti HBs : 2.00IU/L
Anti HIV : Non reaktif
C. Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil 35 minggu dengan suspek condyloma acuminate dan anemia
ringan, janin tunggal hidup presentasi kepala
D. Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia
E. Terapi
-Cek laboratorium darah rutin, kimia darah.
-USG konfirmasi
-Konsul poliklinik Kulit kelamin
-Asam folat 400µ
Hasil konsul Poliklinik Ilmu Kulit Kelamin (3-07-2019) :
S: Benjolan berdungkul di sekitar kemaluan yang semakin membesar
O:Status venereologikus:
Regio genitalia eksterna : papul verukosa ukuran 3 x 2 x 1 cm pada daerah
klitoris. Papul, multipel, ukuran 0,5 x 0,,5 x 0,5 cm pada daerah labia mayora
dan fourcet
Regio perianal : Tidak ada kelainan
A: kondiloma akuminata belum dapat disingkirkan
P : Cek TPHA, VDRL
8
F. PEMERIKSAAN SUAMI
II. PERMASALAHAN
Pada kasus ini permasalahan yang diangkat adalah:
1. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada pasien ini?
2. Bagaimana terapi condyloma acuminata pada kehamilan?
3. Apa pengaruh kondiloma akuminata terhadap janin dan bagaimana cara
persalinan yang dianjurkan?
4. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap kondiloma akuminata?
2. Kondiloma lata
11
Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi berupa papul-papul
dengan permukaan yang lebih halus, datar, plakat yang erosif, ditemukan
banyak spirochaeta pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang lembab.
3. Veruka vulgaris
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh HPV, gambaran klinisnya
berupa vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit.
Inspeksi klinik adalah cukup untuk mendiagnosa kutil genital, dan terdapat
hubungan yang jelas antara penemuan fisik dan histologik. Namun terdapat
beberapa pemeriksaan tambahan yang lain yang digunakan bila pemeriksaan
klinik tak cukup memadai untuk menegakkan diagnosis, diantaranya:
a. Kolposkopi dengan asam asetat
Koloposkopi menggunakan sumber cahaya dan lensa binokuler. Setelah
aplikasi asam asetat selama 5 menit, daerah acetowhite menunjukkan
daerah yang terinfeksi HPV yang kontras dengan jaringan sehat
disekelilingnya. Penggunaan asam asetat (acetowhite test) belum tepat
digunakan untuk mendeteksi kutil genital, beberapa klinisi menggunakan
tes ini pada lesi yang diperkirakan menjadi kutil, terutama pada papul
yang datar. Meskipun demikian penggunaan asam asetat tidak
direkomendasikan karena perubahan warna yang terjadi dapat berlaku
pula pada beberapa kondisi lain.12,13
b. Tes sitologi
Wanita dengan kondiloma sebaiknya dilakukan pemeriksaan Pap smear.
The centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomen
dasikan untuk melakukan pemeriksaan pap smear saat pemeriksaan
panggul pada kasus-kasus infeksi menular seksual. Hal ini dikarenakan
riwayat infeksi menular seksual adalah faktor risiko kanker serviks
invasif.12,14
c. Pemeriksaan histologik
Pemeriksaan histologi menunjukkan abnormalitas pada epidermis
termasuk akantosis, parakeratosis, hiperkeratosis, termasuk tipikal
papilomatosis. Karakteristik lain yang ditemukan adalah koilositosis.
Biopsi tidak diperlukan untuk penampakan klinis dari kondiloma sudah
cukup jelas. Namun biopsi disarankan bila ditemukan gambaran atipikal
13
krioterapi, TCA (Tri Choroacetik Acid) atau pembedahan dan ablasi laser.16
TCA merupakan zat yang bersifat kaustik dan dapat mengikis kulit dan
membrana mukosa. Mekanisme kerja TCA adalah dengan cara koagulasi
protein yang menyebabkan terjadi kekeringan sel dan jaringan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya destruksi yang berat pada kondiloma. Asam
trikloroasetat dinyatakan aman digunakan pada kehamilan karena tidak
diabsorbsi secara sistemik. Zat ini dapat diaplikasikan langsung ke
permukaan lesi dengan lidi/kapas lidi aplikator setiap minggu. Tingkat
keberhasilan TCA untuk terapi kondiloma adalah 56-81% dengan tingkat
rekurensi 36%. 16,19,20
Kondiloma dapat menyebabkan tenesmus dan transmisi ke anak saat
persalinan. Infeksi sekunder jarang terdapat pada kehamilan tetapi infeksi
laten dari HPV dapat timbul saat kehamilan. Pada penelitian di Gajewska
yang mengevaluasi hubungan antara infeksi HPV pada ibu dan adanya HPV
pada tali pusat dan rongga mulut pada neonatus, HPV ditemukan pada 26%
wanita hamil. Ditemukan persentase yang tinggi adanya transmisi dari ibu ke
bayi. Diduga infeksi HPV ke fetus terjadi dalam uterus. Untuk menghindari
paparan virus, persalinan dengan seksio sesaria dilakukan oleh beberapa
klinisi. Walaupun demikian tingkat efektivitasnya belum diketahui jelas.21,22
Meskipun dilaporkan terdapat hubungan antara kutil pada ibu saat lahir
pervaginam dan kejadian laryngeal papillomatosis, cara transmisi
(transplasental, perinatal, postnatal) tidak sepenuhnya jelas.23,24 HPV yang
didapat dari papil saluran pernapasan sering sama dengan yang ditemukan
pada genitalia terutama pada HPV 6 dan 11. Laryngeal papillomatosis pada
bayi dan anak- anak diperkirakan disebabkan oleh proses persalinan.24,25,26
Meskipun secara epidemilogi terdapat hubungan antara kondiloma pada ibu
dengan kejadian laryngeal papillomatosis pada bayi, tetapi kejadiannya
sangat jarang.25,26
16
Seksio sesaria adalah cara persalinan yang berisiko dan tidak selamanya
terjamin untuk memproteksi transmisi HPV, karenanya bukan merupakan
prosedur rutin untuk pasien dengan kondiloma akuminanta. Menurut
penelitian seksio sesaria tidak secara signifikan menurunkan transmisi
neonatal atau laryngeal papillomatosis.25,27
Keuntungan seksio sesaria untuk menurunkan transmisi virus masih belum
jelas.25,26 Seksio sesaria tidak dikerjakan semata-mata untuk mencegah
infeksi HPV pada bayi. Seksio sesaria adalah juga proses yang berisiko dan
tidak sepenuhnya aman dan bukan prosedur rutin, karenanya pengobatan
sebaiknya dilakukan sebelum proses persalinan. Seksio sesaria mungkin
diindikasikan pada kondiloma yang menyebabkan obstruksi pelvis dan pada
yang diperkirakan terjadi perdarahan banyak, atau pada lesi yang tumbuh
memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga mengganggu proses
kelahiran pervaginam atau episiotomi.13,21,22 Perdarahan hebat pernah
dilaporkan terjadi pada proses persalinan pada lesi yang luas dari kondiloma
akuminata.12 Berdasarkan United Kingdom National Guideline on the
management of Anogenital Warts 2007 mengatakan bahwa sangat jarang
operasi sesar diindikasikan karena adanya obstruksi dari vagina akibat
adanya kutil. Operasi sesar tidak diindikasikan untuk mencegah kutil
papillomatosis atau kutil anogenital pada neonatus karena kedua kondisi
tersebut jarang dilakukan, Canadian consensus guidelines on Human
Papillomavirus 2007 juga berpendapat bahwa operasi sesar tidak dianjurkan
untuk mencegah transmisi vertical, namun dapat dipertimbangkan pada
keadaan kutil kelamin ayang besar yang mungkin menghalangi persalinan
atau menyebabkan pendarahan berat. Namun kedua konsensus ini memiliki
evidence level IV yang artinya berdasarkan pendapat dari para ahli. Berbeda
dengan kedua konsensus ini, Medeiros24 melakukan penelitian meta-analisis
secara kohort prospektif ayang dilakukan dari tahun 1994 – 2004
mengatakan bahwa Relative risk transmisi HPV adalah 18% pada persalinan
17
Selanjutnya tipe HPV yang sesuai dari ibu dan bayi terdapat pada 57%
sampai dengan 69% kasus. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
bayi dapat terinfeksi HPV setelah lahir dari berbagai sumber infeksi,
termasuk saat menyusu, ciuman dan alat yang terkontaminasi.22
HPV DNA ditemukan pada cairan amnion, meningkatkan kemungkinan
infeksi asending, HPV DNA pada sel darah perifer ibu dan pada darah tali
pusat juga menunjang transmisi secara hematogen, namun transmisi dengan
cara vertikal dari ibu ke bayi jarang terjadi. HPV dapat ditransmisi dari ibu
ke anak, kemungkinan dari jalan lahir yang terinfeksi. Sulit untuk mengukur
risiko pada bayi tapi kejadiannya sangat rendah.Tidak ada hubungan adanya
HPV DNA pada bayi dan ada tidaknya secara klinik dan virologi pada ibu.
Infeksi tidak berhubungan pula dengan keberadaan kutil dan cara persalinan.
Pada satu penelitian kohort meneliti bayi sampai 18 bulan menemukan
bahwa semuanya HPV negatif dalam 5 minggu. Meskipun demikian terdapat
yang persisten HPV DNA sampai usia 2 tahun.22,27
Transmisi vertikal dapat pula menyebabkan respiratory papillomatosis
yang ditandai suara serak, rekuren pneumonia, atau kesulitan bernafas bila
infeksi pada bagaian bawah traktus respiratorius, hal ini terutama pada HPV
tipe 6 dan 11.22 Pada penelitian di Denmark menunjukkan risiko transmisi
neonatal 7 dari 1000 wanita yang terinfeksi. Keadaan ketuban pecah
sebelum waktu meningkatkan risiko dua kali lipat, tetapi risiko tidak
berhubungan dengan cara persalinan.9,28
Periode inkubasi dari lahir sampai timbulnya infeksi klinis belum pernah
dilaporkan. Pertama karena tidak adanya penelitian jangka panjang yang
mengikuti secara kohort bayi yang terinfeksi. Kedua, gejala infeksi tanpa
gejala sering terjadi pada kehamilan. Ketiga, infeksi maternal tidak
membuktikan transmisi vertikal. 9,28
Dengan tidak adanya bukti ilmiah, cukup beralasan bahwa makin
bertambahnya umur anak makin berkurangnya penyebab transmisi vertikal.
21
IV. KESIMPULAN
1. Untuk menegakkan diagnosa pasti pada pasien ini diperlukan anamnesa yang
baik yang disertai dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Pengaruh kecurigaan adanya kondiloma akuminata pada pasien ini dapat
menyebabkan adanya dugaan infeksi pada anak-anak yang dapat
menimbulkan laryngeal papilloma, conjunctival papilloma and recurrent
respiratory papillomatosis. infantile anal , genital condyloma acuminata.
3. Cara persalinan pada kasus ini direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea
secara elektif walaupun distribusi lesinya tidak memenuhi vagina dan
23
RUJUKAN
1. Kautsky LA, Kiavit NB. Genital human papillomavirus infection. In: Holmes KK,
Sparling F, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, et al, editors. Sexually
transmitted diseases. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2008 :489-508.
2. Kilkenny M, Marks R. The descriptive epidemiology of warts in the community. Aust
J Dermatol, 1996; 37: 80–6.
3. Pfister H, Fuchs PG, Majewski S, Jablonska S, Pniewska I, Maleiczyk M. High
prevalence of epidermodysplasia verruciformis associated HPV–DNA in actinic
keratosis of immunocompetent population. Arch Dermatol Res, 2003; 295: 273–9.
4. Eassa BI, Bakr AA . Intradermal injection of PPD as a novel approach of
immunotherapy in anogenital warts in pregnant women. Dermatologic Therapy, 2011;
24: 137–43.
24
24. Lacour DE. Human pailloma virus in infant : Transmission, prevalence, and
persistence. J Pediatr Adolesc Gynecol. 2012;25(2):93-7
25. Park H, Lee WS, lee HI, Ryu MH, Cho RA, Kang SY, et al. Rate of vertical
transmission of humanpapiloma virus from mother to infants: relationship between
infection rate and mode of delivery. Vitol J. 2012; 9: 80-88.
26. Hahn SH, Kee MH, Kim HJ, kang YS, Park SJ, et al. Distribution of maternal and
infant humanpapiloma virus: risk factors associated with vertical transmission. Eur J
of Obstet and SGynecol and Reprod Biol. 2013; 169: 202-206.
27. Lee MS, Park SJ, Norwitz RE, Koo NJ, Oh HI, Park WJ, et al. Risk of vertical
transmission of humanpapiloma virus throughtout pregnancy-preliminary report. J of
Mater Fet and Neonat Med. 2014; 27: 239-242.
28. Guidelines for the medical management of genital HPV and/or genital warts in
Australia and New Zealand. 7thed. Jone RW; New zealand. 2013
29. Suzuki S, Sekizawa A, Tanaka M, Matsuda H, Okai T, et al. Status of condyloma
acuminate in pregnant Japanese women. Jpn. J. Infect. Dis. 2016;69:347-9