Anda di halaman 1dari 25

1

I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. S
Med.Rec/Reg : 1120756/RJ19080515
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Pematang Ribu Ranau Tengah OKUS
Pekerjaan Suami : Petani

2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali lama 1 tahun

3. Riwayat reproduksi
Menars 15 tahun, siklus haid tidak teratur, siklus 30 hari, lama haid 7 hari.
HPHT : 26-10-2018

4. Riwayat kelahiran / melahirkan


1. Hamil ini

5. Riwayat pemakaian kontrasepsi


Tidak ada

6. Riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga


Disangkal
Riwayat operasi disangkal
7. Riwayat gizi/sosial ekonomi
Sedang
2

8. Anamnesis khusus (autoanamnesis dan alloanamnesis)


Keluhan Utama :
Hamil kurang bulan dengan benjolan pada kemaluan
Riwayat perjalanan penyakit :
Os datang ke poliklinik fetomaternal untuk kontrol kehamilan. Lebih
kurang pada usia 3 bulan kehamilan lalu os mengaku timbul benjolan
sebesar kacang hijau (seperti kutil) di kemaluan, berwarna kehitaman
terasa gatal sehingga sering digaruk.
Sejak 2 bulan yang lalu benjolan dirasakan semakin membesar disertai
pertumbuhan benjolan yang baru pada daerah lubang kemaluannya sebesar
kacang hijau (seperti kutil) terasa gatal, warna putih, os juga mengaku
mengalami keputihan. Pasien kontrol kebagian DV lalu dikonsulkan
kebagian obgyn
Riwayat keputihan sebelumnya disangkal, pasien dan suami pasien
mengaku tidak pernah berganti pasangan seksual.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tipe badan : Asthenikus
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan : 157 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,6oC
b. Keadaan khusus
3

Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala dan Rambut : normal
Pemeriksaan Mata
- Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis (pucat).
- Sklera : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat ikterik
Pemeriksaa Leher
- JVP : tidak meningkat
- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Pemeriksaan Thorak
Paru-paru
- Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi
- Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri.
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak
ada.

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : peristaltik normal
- Perkusi : timpani di semua lapang abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba.
4

Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior : deformitas (-), edema (-), anemis (+), akral hangat.
- Inferior : lympadenopathy inguinal (-), deformitas (-), edema (-),
anemis (-), akral hangat.
c. Status Lokalis
Regio Perianal :
- Inspeksi : Tampak massa padat permukaan berpapil-papil, warna
merah muda, bau (+), pus (-)
- Palpasi : Teraba massa padat ukuran 4x3x2 cm pada arah jam 7
konsistensi kenyal, mobile, berdungkul-dungkul, nyeri (+).

Gambar 1. Kondiloma akuminata pada pasien


5

Gambar 2. Kondiloma akuminata pada pasien

2. Pemeriksaan Obstetri
- Pemeriksaan luar :
Fundus uteri 4 jari dibawah procesus xyphoideus (30 cm), memanjang,
kepala 5/5, DJJ 134x/mnt, His (-), TBJ 2635 gram
- Inspekulo :
Tampak lesi papul verukosa ukuran 4 x 3 x 2 cm pada daerah introitus
vagina labia mayora dextra dan 3x2 cm pada labia mayora sinistra
Tampak Portio livide, OUE tertutup, flour (+) putih tidak berbau fluksus
(-) erosi (-) laserasi (-) polip (-).
6

USG (AB) 02/07/2017 :


- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala
- Biometri janin:
BPD : 9,14 cm FL : 6,79 cm
AC : 31,72 cm EFW 2738 g
HC :32,19 cm
- Plasenta corpus anterior
- Ketuban cukup AFI : 16,51 cm
- PI Uterina 0,5 PI MCA 1,63 PI AU 0,88
K/ Hamil 35 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala

3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium (3/07/2019)
Hematologi :
Hemoglobin : 10,5 g/dl
Eritrosit : 3.72 106/mm3
Leukosit : 16.000/mm3
Hematokrit : 34 %
Trombosit : 359 103/µL
Hitung jenis leukosit:
Basofil :0%
Eosinofil :2%
Netrofil : 72 %
Limfosit : 19 %
Monosit :7%
Kimia Klinik
Fe : 64 µg/dL
TIBC : 426 µg/dL
7

Ferritin : 22,50ng/mL
HBsAg : non reaktif
Anti HBs : 2.00IU/L
Anti HIV : Non reaktif

C. Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil 35 minggu dengan suspek condyloma acuminate dan anemia
ringan, janin tunggal hidup presentasi kepala

D. Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia

E. Terapi
-Cek laboratorium darah rutin, kimia darah.
-USG konfirmasi
-Konsul poliklinik Kulit kelamin
-Asam folat 400µ
Hasil konsul Poliklinik Ilmu Kulit Kelamin (3-07-2019) :
S: Benjolan berdungkul di sekitar kemaluan yang semakin membesar
O:Status venereologikus:
Regio genitalia eksterna : papul verukosa ukuran 3 x 2 x 1 cm pada daerah
klitoris. Papul, multipel, ukuran 0,5 x 0,,5 x 0,5 cm pada daerah labia mayora
dan fourcet
Regio perianal : Tidak ada kelainan
A: kondiloma akuminata belum dapat disingkirkan
P : Cek TPHA, VDRL
8

Hasil laboratorium (3-07-2019):


TPHA : negatif
VDRL : negatif

F. PEMERIKSAAN SUAMI

Poliklinik fetomaternal (4-07-2017)


Hasil pemeriksaan :
Kesan : Saat ini tidak ditemukan kutil kelamin/ kondiloma akuminata

II. PERMASALAHAN
Pada kasus ini permasalahan yang diangkat adalah:
1. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada pasien ini?
2. Bagaimana terapi condyloma acuminata pada kehamilan?
3. Apa pengaruh kondiloma akuminata terhadap janin dan bagaimana cara
persalinan yang dianjurkan?
4. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap kondiloma akuminata?

III. ANALISA KASUS


1. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada pasien ini?
Kutil anogenital yang sering disebut kondiloma akuminata adalah penyakit
1,2
menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV).
Infeksi HPV dapat menyebar melalui kontak langsung atau autoinokulasi.
Masa inkubasi bervariasi dari 1-12 bulan dengan rata-rata 2-3 bulan.3 Infeksi
HPV pada genital diduga subklinis sampai 70%, dan tidak disadari oleh
pasien tetapi terdeteksi dengan pemeriksaan klinis lengkap, histologis, dan
sitologis atau analisis molekular.4
9

Kondiloma akuminata memiliki infektivitas yang tinggi, di mana permukaan


mukosa yang lebih tipis akan lebih rentan terhadap inokulasi virus dibanding
kulit yang memiliki keratin tebal. Infektivitas HPV genital dari ibu
sehubungan dengan papiloma pada anak tampaknya rendah, namun risiko
penularan dari ibu ke anak dengan perkembangan penyakit selanjutnya pada
anak diperkirakan 1 antara 80 dan 1 antara 1500.4 Prevalensi infeksi HPV
dalam bentuk kondiloma akuminata sekitar 1% pada orang dewasa aktif
secara seksual. Sekitar 15% dari kelompok yang terinfeksi mengalami infeksi
subklinis atau laten dan setidaknya 80% sudah terinfeksi dengan satu atau
lebih jenis HPV genital. Tingkat tertinggi frekuensi infeksi terjadi pada
kelompok dewasa usia 18 – 28 tahun. Selama 20 tahun terakhir prevalensi
penyakit ini menunjukkan angka pertumbuhan yang konstan termasuk pada
wanita hamil. 5
Diagnosis kutil genital atau kondiloma akuminata terutama berdasarkan
riwayat paparan, tampilan klinis, dan pemeriksaan histopatologis. 3,4,5
Diagnosis suatu kondiloma akuminata umumnya dapat ditegakkan secara
klinis. Kondiloma akuminata umumnya terjadi pada area yang mudah
mengalami trauma pada hubungan seksual, biasanya berjumlah soliter tetapi
dapat juga menjadi multiple seiring waktu. Pada laki-laki lesi biasanya
ditemukan pada gland penis, preputium, batang penis, sulkus koronal, meatus
uretra, skrotum, anus dan rektum. Pada wanita, lesi paling sering terjadi pada
fourchette/ komisura posterior, labia minora dan mayora.6 Kutil umumnya
bersifat eksofitik, rapuh, berwarna seperti daging berkulit, dengan dasar yang
luas atau terdapat tangkai. Bila vegetasi banyak dapat menyerupai bunga kol.
Bila terdapat keraguan, penggunaan asam asetat yang dioleskan pada lesi
dapat membantu diagnosis. Pada keadaan subklinis, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang diagnosis di antaranya pemeriksaan sitologi, biopsi
jaringan, dan teknik hibridisasi DNA in situ. Kolposkopi dilakukan untuk
memeriksa kondiloma yang bersifat endofitik.7,8,9
10

Risiko terjadinya kondiloma selama kehamilan adalah dua kali lipat


dibandingkan wanita tidak hamil. Sebagian besar infeksi genital HPV terjadi
karena kontak langsung kulit ke kulit. Targetnya adalah membran mukosa dan
kulit genitalia. Transmisi lewat mikroabrasi dari epitel genital saat kontak
seksual, yang masuk ke lapisan basal kulit. Beberapa penelitian menunjukkan
70% pasangan dari penderita HPV juga terinfeksi. Infeksi subklinik bersifat
asimtomatik. Kemudian kutil kadang tidak terdeteksi terutama bila tumbuh
pada daerah yang sulit dilihat.10
Diagnosis banding dari kondiloma akuminata dapat berdasarkan betuk lesi
dan daerah predileksinya, seperti11 :
1. Kondiloma akuminata
Merupakan infeksi yang diakibatkan oleh HPV. Lesi yang ditimbulkan
akan menunjukkan vegetasi bertangkai, berwarna merah muda, massa
papilliferous bertangkai (cauliflower), permukaan tidak teratur.

Gambar 3. Kondiloma akuminata


Dikutip dari Thappa11

2. Kondiloma lata
11

Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi berupa papul-papul
dengan permukaan yang lebih halus, datar, plakat yang erosif, ditemukan
banyak spirochaeta pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang lembab.

Gambar 4 . Kondiloma lata


Dikutip dari Thappa11

3. Veruka vulgaris
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh HPV, gambaran klinisnya
berupa vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit.

Gambar 5. veruka vulgaris


Dikutip dari Thappa 11
12

Inspeksi klinik adalah cukup untuk mendiagnosa kutil genital, dan terdapat
hubungan yang jelas antara penemuan fisik dan histologik. Namun terdapat
beberapa pemeriksaan tambahan yang lain yang digunakan bila pemeriksaan
klinik tak cukup memadai untuk menegakkan diagnosis, diantaranya:
a. Kolposkopi dengan asam asetat
Koloposkopi menggunakan sumber cahaya dan lensa binokuler. Setelah
aplikasi asam asetat selama 5 menit, daerah acetowhite menunjukkan
daerah yang terinfeksi HPV yang kontras dengan jaringan sehat
disekelilingnya. Penggunaan asam asetat (acetowhite test) belum tepat
digunakan untuk mendeteksi kutil genital, beberapa klinisi menggunakan
tes ini pada lesi yang diperkirakan menjadi kutil, terutama pada papul
yang datar. Meskipun demikian penggunaan asam asetat tidak
direkomendasikan karena perubahan warna yang terjadi dapat berlaku
pula pada beberapa kondisi lain.12,13

b. Tes sitologi
Wanita dengan kondiloma sebaiknya dilakukan pemeriksaan Pap smear.
The centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomen
dasikan untuk melakukan pemeriksaan pap smear saat pemeriksaan
panggul pada kasus-kasus infeksi menular seksual. Hal ini dikarenakan
riwayat infeksi menular seksual adalah faktor risiko kanker serviks
invasif.12,14
c. Pemeriksaan histologik
Pemeriksaan histologi menunjukkan abnormalitas pada epidermis
termasuk akantosis, parakeratosis, hiperkeratosis, termasuk tipikal
papilomatosis. Karakteristik lain yang ditemukan adalah koilositosis.
Biopsi tidak diperlukan untuk penampakan klinis dari kondiloma sudah
cukup jelas. Namun biopsi disarankan bila ditemukan gambaran atipikal
13

seperti pigmentasi, ulserasi, masa noduler, untuk menyingkirkan high


grade dysplasia atau penyakit keganassan.12,14
d. Metode molekuler
Teknik PCR dan hybrid capture adalah spesifik dan sensitif untuk
mendiagnosis infeksi HPV. PCR mengggunakan DNA polimerase.
Hybrid capture menggunakan probe RNA untuk mengindentifikasi
kelompok risiko tinggi dan risiko rendah. PCR dan hybrid capture
digunakan untuk mendiagnosis infeksi HPV menggunakan sel eksfoliasi
dan spesimen jaringan didapat dari biopsi. PCR dan hybrid capture tidak
digunakan secara rutin untuk diagnosis kutil kelamin.12,14
e. Pemeriksaan serologi
Tes ELISA digunakan untuk menentukan serologi IgM dan IgG dari
infeksi HPV. Pasien dengan kutil kelamin diketahui memiliki respon
serologi spesifik dari HPV 6 dan HPV 11. Pemeriksaan hanya digunakan
untuk penelitian.12,14
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan
benjolan seperti kutil di sekitar kemaluan sejak usia kehamilan 4 bulan
sebesar kacang hijau makin lama cepat membesar dalam 2 bulan terakhir ini.
Pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal. Pasien mengaku hamil 8 bulan
dan gerakan anak masih dirasakan. Pasien kontrol kehamilan di praktek SpOG
dan berinisiatif untuk memeriksakan kembali kehamilan dan benjolan ke
RSMH Palembang.. Pasien mengaku tidak pernah berganti pasangan seksual,
suami pasien menyangkal ada aktivitas homoseksual. Suami pasien tidak
mengaku ada keluhan pada alat kelaminnya. Dari pemeriksaan lokal di
dapatkan Tampak lesi papul verukosa ukuran 4 x 2 x 1 cm pada daerah
klitoris warna kehitaman, tampak lesi papul, multipel ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5
cm pada labia mayora dekstra dan fourcet.
14

2. Bagaimana terapi Condyloma Acuminata dalam kehamilan dan bagaimana


cara persalinan yang dianjurkan ?
Pengobatan kondiloma akuminata dalam kehamilan dibenarkan untuk
indikasi baik maternal maupun janin, akan tetapi sebagian besar jenis
pengobatan tidak dapat dengan aman digunakan. Podofilin
dikontraindikasikan untuk digunakan karena absorbsi sistemik dapat terjadi,
yang dapat menimbulkan malformasi, kelahiran prematur dan kematian janin
intrauterin.15 Imunoterapi seperti imiquimod krim 5% tidak menimbulkan
efek teratogenik pada hewan coba, tetapi masih membutuhkan data yang
lebih banyak tentang keamanannya untuk digunakan pada wanita hamil.16
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan kutil yang menyebabkan gejala
psikis dan psikologik. Secara fisik kutil bersifat asimptomatik tapi bisa
menyebabkan nyeri, dan gatal. Secara emosi menyebabkan penurunan
kepercayaan diri karena estetis Tujuan terapi kondiloma akuminata pada
wanita hamil adalah untuk meminimalkan paparan terhadap virus dengan
mengurangai jumlah lesi saat persalinan.17,18 Meskipun terapi dapat mencapai
keadaan bersih secara klinis, infeksi virusnya dapat tetap ada. Eliminasi pada
kutil yang terlihat tidak menurunkan infeksi. Pemilihan terapi juga
mempertimbangkan pilihan pasien, sumber daya yang ada dan pengalaman
petugas kesehatan.17
Terapi pada kehamilan membutuhkan beberapa pertimbangan.
Kemungkinan terjadi respon yang kurang optimal bila terapi dilakukan saat
hamil, tetapi lesi umumnya membaik setelah persalinan sehingga eradikasi
kutil saat kehamilan tidak selalu dianjurkan. Terapi diarahkan pada yang
toksisitasnya minimal untuk ibu dan anak dan mengurangi ukuran kutil yang
mengganggu. Podophyllin dan podophyllotoxin tidak digunakan saat
kehamilan. Kematian ibu dan janin dilaporkan setelah pemakaian
podophyllin pada kutil yang luas. Imiquimod tidak dianjurkan karena data
yang kurang lengkap. Terapi yang dapat digunakan pada kehamilan adalah
15

krioterapi, TCA (Tri Choroacetik Acid) atau pembedahan dan ablasi laser.16
TCA merupakan zat yang bersifat kaustik dan dapat mengikis kulit dan
membrana mukosa. Mekanisme kerja TCA adalah dengan cara koagulasi
protein yang menyebabkan terjadi kekeringan sel dan jaringan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya destruksi yang berat pada kondiloma. Asam
trikloroasetat dinyatakan aman digunakan pada kehamilan karena tidak
diabsorbsi secara sistemik. Zat ini dapat diaplikasikan langsung ke
permukaan lesi dengan lidi/kapas lidi aplikator setiap minggu. Tingkat
keberhasilan TCA untuk terapi kondiloma adalah 56-81% dengan tingkat
rekurensi 36%. 16,19,20
Kondiloma dapat menyebabkan tenesmus dan transmisi ke anak saat
persalinan. Infeksi sekunder jarang terdapat pada kehamilan tetapi infeksi
laten dari HPV dapat timbul saat kehamilan. Pada penelitian di Gajewska
yang mengevaluasi hubungan antara infeksi HPV pada ibu dan adanya HPV
pada tali pusat dan rongga mulut pada neonatus, HPV ditemukan pada 26%
wanita hamil. Ditemukan persentase yang tinggi adanya transmisi dari ibu ke
bayi. Diduga infeksi HPV ke fetus terjadi dalam uterus. Untuk menghindari
paparan virus, persalinan dengan seksio sesaria dilakukan oleh beberapa
klinisi. Walaupun demikian tingkat efektivitasnya belum diketahui jelas.21,22
Meskipun dilaporkan terdapat hubungan antara kutil pada ibu saat lahir
pervaginam dan kejadian laryngeal papillomatosis, cara transmisi
(transplasental, perinatal, postnatal) tidak sepenuhnya jelas.23,24 HPV yang
didapat dari papil saluran pernapasan sering sama dengan yang ditemukan
pada genitalia terutama pada HPV 6 dan 11. Laryngeal papillomatosis pada
bayi dan anak- anak diperkirakan disebabkan oleh proses persalinan.24,25,26
Meskipun secara epidemilogi terdapat hubungan antara kondiloma pada ibu
dengan kejadian laryngeal papillomatosis pada bayi, tetapi kejadiannya
sangat jarang.25,26
16

Seksio sesaria adalah cara persalinan yang berisiko dan tidak selamanya
terjamin untuk memproteksi transmisi HPV, karenanya bukan merupakan
prosedur rutin untuk pasien dengan kondiloma akuminanta. Menurut
penelitian seksio sesaria tidak secara signifikan menurunkan transmisi
neonatal atau laryngeal papillomatosis.25,27
Keuntungan seksio sesaria untuk menurunkan transmisi virus masih belum
jelas.25,26 Seksio sesaria tidak dikerjakan semata-mata untuk mencegah
infeksi HPV pada bayi. Seksio sesaria adalah juga proses yang berisiko dan
tidak sepenuhnya aman dan bukan prosedur rutin, karenanya pengobatan
sebaiknya dilakukan sebelum proses persalinan. Seksio sesaria mungkin
diindikasikan pada kondiloma yang menyebabkan obstruksi pelvis dan pada
yang diperkirakan terjadi perdarahan banyak, atau pada lesi yang tumbuh
memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga mengganggu proses
kelahiran pervaginam atau episiotomi.13,21,22 Perdarahan hebat pernah
dilaporkan terjadi pada proses persalinan pada lesi yang luas dari kondiloma
akuminata.12 Berdasarkan United Kingdom National Guideline on the
management of Anogenital Warts 2007 mengatakan bahwa sangat jarang
operasi sesar diindikasikan karena adanya obstruksi dari vagina akibat
adanya kutil. Operasi sesar tidak diindikasikan untuk mencegah kutil
papillomatosis atau kutil anogenital pada neonatus karena kedua kondisi
tersebut jarang dilakukan, Canadian consensus guidelines on Human
Papillomavirus 2007 juga berpendapat bahwa operasi sesar tidak dianjurkan
untuk mencegah transmisi vertical, namun dapat dipertimbangkan pada
keadaan kutil kelamin ayang besar yang mungkin menghalangi persalinan
atau menyebabkan pendarahan berat. Namun kedua konsensus ini memiliki
evidence level IV yang artinya berdasarkan pendapat dari para ahli. Berbeda
dengan kedua konsensus ini, Medeiros24 melakukan penelitian meta-analisis
secara kohort prospektif ayang dilakukan dari tahun 1994 – 2004
mengatakan bahwa Relative risk transmisi HPV adalah 18% pada persalinan
17

pervaginam dan 8% dibandingkan dengan seksio sesarea.24 Cara persalinan


pada kasus ini direncanakan untuk tindakan seksio sesarea secara elektif
walaupun distribusi lesi tidak memenuhi vagiana dan perineum. Operasi
sesar elektif adalah cara persalinan di mana operasi sesar (SC) dilakukan
sebelum awal persalinan dan terjadi pecah ketuban. Alasan melakukan SC
elektif dalam pencegahan transmisi HPV mungkin bahwa infeksi dapat
terjadi sekitar 5-72% dimana sekitar 18% transmisi terjadi melalui persalinan
pervagainam dan ini merupakan transmisi yang besar jika dibandingkan
dengan persalinan secara seksio sesarea.24,26 SC elektif dapat mengurangi
risiko transmisi infeksi HPV dari ibu ke janin selama melalui kontak dengan
lesi yang terpapar dan tampaknya menjadi metode yang dapat membantu
untuk mengurangi kejadian penularan vertikal HPV.

3. Apa pengaruh kondiloma akuminata terhadap janin?


Human papiloma virus (HPV) adalah virus yang menular melalui hubungan
seksual yang menyebabkan kutil anogenital dan kanker servik pada wanita
dewasa sedangkan pada anak-anak dapat menimbulkan laryngeal papilloma,
conjunctival papilloma and recurrent respiratory papillomatosis. infantile
anal , genital condyloma acuminata. Sekitar 3-5% kasus recurrent
respiratory papillomatosis berubah menjadi keganasan karsinoma laring.
Infeksi HPV biasanya disebabkan karena hubungan seksual namun juga
dilaporkan penularan secara vertikal dari ibu ke anak, transmisi horizontal
kontak antara neonatus, secara tidak langsung dari benda yang
terkontaminasi.21,22,26,27
Kondiloma akuminata dapat berkembang selama kehamilan karena
perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah.4 Transmisi HPV dari ibu
ke bayi jarang terjadi, namun dapat menyebabkan terjadinya respiratory
papillomatosis yang dapat mengakibatkan kematian atau morbiditas seumur
hidup pada anak.9,24,26,27 Selain itu, infeksi HPV pada trofoblas ekstravili
18

dapat menginduksi kematian sel dan mengurangi invasi plasenta ke dinding


rahim sehingga menyebabkan disfungsi plasenta dan secara spontan dapat
menyebabkan kelahiran prematur.4,24 Angka infeksi HPV sekitar 5-72%
terjadi transmisi vertikal dari ibu ke anak. Pada penelitian Hahn dkk
persalinan pervaginam adalah faktor risiko terjadinya transmisi vertikal.
Pecahnya ketuban, lama waktu bersalin, infeksi dan tipe HPV risiko tinggi
bukan faktor risiko pada penelitiannya. Berbeda dengan penelitian
sebelumnya Tenti dkk melaporkan transmisi vertikal HPV disebabkan oleh
kontaminasi selama melahirkan seperti pecah ketuban. Bandyopadhy
menganalisa dari 135 wanita hamil di India mengalami transmisi vertikal
sekitar 18,47% dan proporsi anak dengan infeksi HPV yang lahir secara
pervaginam adalah 18,42% sedangkan proporsi anak dengan infeksi HPV
yang lahir dengan seksio adalah 78,57%, lebih tinggi dari anak yang lahir
secara per vaginam. Seksio sesar tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi HPV perinatal. Sedangkan Tseng dkk menemukan risiko transmisi
perinatal lebih tinggi pada persalinan per vaginam. Dari 301 wanita hamil
51,4% transmisi vertikal HPV lahir pervaginam, 27,3% lahir seksio sesar.
Adanya perbedaan antar penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan transmisi HPV dan hubungan antara cara persalinan dengan
transmisi HPV, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan cara mendeteksi
dan populasi peneliti dan desain penelitian.27
Prevalensi HPV DNA pada wanita hamil adalah 13,4 %. Genotipe yang
paling sering adalah tipe HPV 16 (29,6%), 18 (14%), 58 (14,2%). Rata-rata
HPV DNA maternal –neonatal adalah 23,6%. Prevalensi yang lebih tinggi
didapatkan pada neonatus perempuan dibandingkan laki-laki (17,7% vs
11,6%). HPV tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan respiratory papilomatosis
pada janin dan anak-anak meskipun rute transmisi (transplasental, perinatal,
postnatal) tidak sepenuhnya diketahui. 24-27
19

Meskipun demikian terdapat data adanya lesi kondiloma kongenital


setelah dilakukan seksio sesaria tanpa ketuban pecah dini. Ditemukan pula
HPV pada cairan amnion ibu tersebut. Ambruster Moraes dkk tahun 1994
menggunakan PCR untuk menganalisa cairan amnion pada 37 wanita hamil
dengan lesi HPV pada serviks dan menemukan DNA HPV positif pada
sediaan. Bertentangan dengan penelitian setelahnya dimana tak ditemukan
DNA HPV pada cairan amnion. Meskipun demikian penelitian-penelitian itu
hanya menggunakan fragmen DNA HPV dan sampel DNA di bawah 10 ng
tidak mudah dideteksi. Favre dkk juga menemukan DNA HPV pada cairan
amnion dan spesimen plasenta dengan metode PCR. Karena tipe HPVnya
sama dengan yang ditemukan pada apusan serviks dari ibu, maka
diperkirakan terdapat infeksi ascending dari plasenta. Walaupun demikian
transmisi hematologi dari HPV tetaplah dianggap sebagai suatu hal yang
perlu dikonfirmasi.12
Tidak jarang bayi baru lahir terekspos vertikal HPV dari ibu. Meskipun
tidak ada data yang yang pasti mengenai hal ini. DNA HPV terdeteksi dari
ibu pada bayi berkisar 4% sampai 87%. Alasan dari kesenjangan angka ini
antara lain karena kelompok sampel penelitian yang kecil, metode
pengambilan sampel yang tidak sama, anak yang diteliti umurnya tidak sama,
metode pendeteksian HPV berbeda, kemungkinan kontaminasi sampel pada
saat pengambilan dan penyimpanan, false positive pada pemeriksaan PCR.
Namun demikian pada penelitian lanjutan menyatakan transmisi HPV dapat
menyebabkan infeksi baik pada saluran nafas maupun saluran cerna.
Meskipun infeksi HPV kemungkinan didapat saat proses kelahiran bayi,
transmisi in utero atau infeksi post natal dapat juga terjadi dengan
kemungkinan yang sama. Beberapa penelitian mendapatkan HPV positif
pada bayi baru lahir dari ibu yang HPV negatif. Kemungkinan hal ini dapat
terjadi karena DNA HPV tidak terdeteksi pada genitalia ibu atau false
negative. Kemungkinan lain adalah virus menetap pada plasenta.
20

Selanjutnya tipe HPV yang sesuai dari ibu dan bayi terdapat pada 57%
sampai dengan 69% kasus. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
bayi dapat terinfeksi HPV setelah lahir dari berbagai sumber infeksi,
termasuk saat menyusu, ciuman dan alat yang terkontaminasi.22
HPV DNA ditemukan pada cairan amnion, meningkatkan kemungkinan
infeksi asending, HPV DNA pada sel darah perifer ibu dan pada darah tali
pusat juga menunjang transmisi secara hematogen, namun transmisi dengan
cara vertikal dari ibu ke bayi jarang terjadi. HPV dapat ditransmisi dari ibu
ke anak, kemungkinan dari jalan lahir yang terinfeksi. Sulit untuk mengukur
risiko pada bayi tapi kejadiannya sangat rendah.Tidak ada hubungan adanya
HPV DNA pada bayi dan ada tidaknya secara klinik dan virologi pada ibu.
Infeksi tidak berhubungan pula dengan keberadaan kutil dan cara persalinan.
Pada satu penelitian kohort meneliti bayi sampai 18 bulan menemukan
bahwa semuanya HPV negatif dalam 5 minggu. Meskipun demikian terdapat
yang persisten HPV DNA sampai usia 2 tahun.22,27
Transmisi vertikal dapat pula menyebabkan respiratory papillomatosis
yang ditandai suara serak, rekuren pneumonia, atau kesulitan bernafas bila
infeksi pada bagaian bawah traktus respiratorius, hal ini terutama pada HPV
tipe 6 dan 11.22 Pada penelitian di Denmark menunjukkan risiko transmisi
neonatal 7 dari 1000 wanita yang terinfeksi. Keadaan ketuban pecah
sebelum waktu meningkatkan risiko dua kali lipat, tetapi risiko tidak
berhubungan dengan cara persalinan.9,28
Periode inkubasi dari lahir sampai timbulnya infeksi klinis belum pernah
dilaporkan. Pertama karena tidak adanya penelitian jangka panjang yang
mengikuti secara kohort bayi yang terinfeksi. Kedua, gejala infeksi tanpa
gejala sering terjadi pada kehamilan. Ketiga, infeksi maternal tidak
membuktikan transmisi vertikal. 9,28
Dengan tidak adanya bukti ilmiah, cukup beralasan bahwa makin
bertambahnya umur anak makin berkurangnya penyebab transmisi vertikal.
21

Kebanyakan anak dengan kutil anogenital sebelum 12 bulan kemungkinan


mendapat infeksi saat lahir. Sebaliknya transmisi vertikal kemungkinan kecil
terjadi pada yang mendapat kutil pada usia 3 tahun. 28
Terdapat berbagai jenis terapi pada anak, tetapi bila terdapat lesi yang
luas, diatermi dengan anestesi adalah pilihan tepat. Tidak ada penelitian RCT
mengenai efektivitas podophylox gel atau imiquimod krim pada anak.Terapi
pada respiratory papillomatous adalah laringoskopi dan pembedahan dengan
laser. 28

4. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap kondiloma akuminata?


Perubahan selama masa kehamilan secara alamiah diperlukan untuk
kelangsungan hidup janin dalam kandungan. Namun perubahan tersebut
dapat merubah daya tahan dan mempermudah terjadi infeksi. Perubahan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Perubahan imunologik
Supresi sistem imun meningkat seiring dengan berlanjutnyausia
kehamilan dan mempengaruhi perjalanan penyakit infeksi genital.
Limfosit T jumlahnya berkurang dalam sampel darah tepi perempuan
hamil, tetapi tidak demikian halnya dengan limfosit B. Pengurangan
maksimal CD4 limfosit T terjadi pada trimester ketiga.Pada sejumlah
besar perempuan yang dievaluasi selama dan setelah kehamilan, tampak
gangguan dalam respon transmisi limfosit secara in vitro terhadap
sejumlah antigen mikroba selama kehamilan. Proliferasi limfosit in vitro
secara bermakna lebih rendah selama kehamilan dibandingkan periode
paska melahirkan, dan secara bermakan juga lebih rendah pada
perempuan hamil dibandingkan perempuan tidak hamil.21,29
2) Perubahan anatomi
Dinding vagina hipertrofik dan vaskularisasi bertambah. Serviks
mengalami hipertrofi, dan semakin luas daerah epitel kolumnar pada
22

ektoserviks yang terpajan mikroorganisme. Serviks akan


mengekskresikan mukus yang kental selama kehamilan, membentuk
mucous plug, yang akan menghalangi mikroorganisme menuju uterus.
Namun hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas mukus serviks sebagai penghalang fisik atau antimikrobial.9
Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata. Kehamilan trimester
akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah.
Selama hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor.
Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma
akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan
mengalami penurunan pada periode post partum.10,17

IV. KESIMPULAN
1. Untuk menegakkan diagnosa pasti pada pasien ini diperlukan anamnesa yang
baik yang disertai dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Pengaruh kecurigaan adanya kondiloma akuminata pada pasien ini dapat
menyebabkan adanya dugaan infeksi pada anak-anak yang dapat
menimbulkan laryngeal papilloma, conjunctival papilloma and recurrent
respiratory papillomatosis. infantile anal , genital condyloma acuminata.
3. Cara persalinan pada kasus ini direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea
secara elektif walaupun distribusi lesinya tidak memenuhi vagina dan
23

perineum, tindakan seksio sesaria dilakukan untuk mengurangi transmisi


infeksi HPV dari ibu ke janin.

RUJUKAN
1. Kautsky LA, Kiavit NB. Genital human papillomavirus infection. In: Holmes KK,
Sparling F, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, et al, editors. Sexually
transmitted diseases. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2008 :489-508.
2. Kilkenny M, Marks R. The descriptive epidemiology of warts in the community. Aust
J Dermatol, 1996; 37: 80–6.
3. Pfister H, Fuchs PG, Majewski S, Jablonska S, Pniewska I, Maleiczyk M. High
prevalence of epidermodysplasia verruciformis associated HPV–DNA in actinic
keratosis of immunocompetent population. Arch Dermatol Res, 2003; 295: 273–9.
4. Eassa BI, Bakr AA . Intradermal injection of PPD as a novel approach of
immunotherapy in anogenital warts in pregnant women. Dermatologic Therapy, 2011;
24: 137–43.
24

5. Schwartz DB, Greenberg MD, Daoud Y, Reid R. Genital condylomas in pregnancy:


use of trichloroacetic acid and laser therapy. Am J Obstet Gynecol, 1988; 158: 1407-
16.
6. Adler M. Genital Growths. In Adler M, Cowan F, French P, Mitchell H, Richens J.
ABC of Sexually Transmitted Infections. 5th ed. London: BMJ Book; 2004. p. 56-58.
7. Karkata MK, Tiro E. Penyakit menular seksual pada kehamilan. Dalam: Hariadi R.
Ilmu kedokteran fetomaternal Edisi perdana. Surabaya: Himpuanan kedokteran
Fetomaternal POGI 2004 : 747-57.
8. D e C h e r n e y A H , N a t h a n L , G o o d w i n T M , L a u f e r N e d s .
B e n i g n d i s o r d e r o f vulva & vagina. In : Current diagnosis & treatment
obstetrics & gynecology,tenth edition. United states of America : The McGraw-Hill
Companies, Inc.2007. e-book version
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, et al. Sexually
transmitted disease. In: Williams Obstetrics. 24thed. New York: McGraw Hill;
2014:1275-6
10. Hong Y, Li QS,Hu YL, Wang QZ. Survey of HPV types and their verical transmission
in pregnant woman. BMC Infectious Disease. 2013; 13: 109-17.
11. Thappa D, Senthilkumar M, Laxmisha C. Anogenital Warts-an Overview. Indian J Sex
Trans M Dis. 2004; 25(2).
12. Weissenbacher ER, Schneider A, Gissmann L, Gross G, Heinrich J, Link M.
Recommendations for the diagnosis and treatment of HPV lesions of the female
genital tract. 2005; 55:112
13. Gerberding JR, Popovic T, Stephen JW, Solomon SL, Bernhardt JM, Agular JR.
Sexually. transmitted diseases treatment guidelines.Morbidity and mortality weekly
report; 2006.
14. Richardson D, Goldmeier D. The effect of genital tract infections and sexually
transmitted infections on male sexual function. USA: Lippincot; 2004.
15. Matsunaga J, Bergman A, Bhatta NN. Genital condylomata acuminata in pregnancy:
effectiveness, safety and pregnancy outcome following cryotherapy. British Journal of
Obstetrics and Ciynaecology, 1987; 94: 168-72
16. Lacey CJN, Woodhall SC, Wikstrom A, Ross J. IUSTI: 2010 European Guideline for
the Management of Anogenital Warts in Adults, 2010: 1-18.
17. Kauffman L, dkk. 2008. Giant Condylomata Acuminata Of Buschke and Lowenstein.
Available from http://www.emedicine.com/Giant Condylomata Acuminata Of
Buschke and Lowenstein.htm. Accessed on April, 12, 2017.
18. O’Mahony C. Genital wart. Am J Clin Dermatol. 2005; 6: 239-243
19. Tabari ST, Javadian M, Barat S. The efficacy of podophylin 20% and thricholoroacetic
acid 30% in the treatment of genital wart. Casp J Intern Med, 2010; 1(1): 16-9.
20. Scheinfeld N, Lehman DS. An evidence-based review of medical and surgical
treatments of genital warts. Dermatology Online Journal 2006; 12 (3): 5.
21. Ghaemmaghami F, Nazari Z, Mehrdad N. Female genital warts. Asia Pacific J of Can
Prevent. 2007; 8; 339-345.
22. Higgins R.2008. Condyloma Acuminata. Available from
http://www.emedicine.com/condyloma acuminata.htm. Accessed on April, 11, 2014.
23. Cohen E, Levy A, Holcberg G, Wiznitzer A, Mazor M et all. Perinatal outcomes in
condyloma acuminate pregnancies. Arch Gyn Obstet. 2011;283:1269-73
25

24. Lacour DE. Human pailloma virus in infant : Transmission, prevalence, and
persistence. J Pediatr Adolesc Gynecol. 2012;25(2):93-7
25. Park H, Lee WS, lee HI, Ryu MH, Cho RA, Kang SY, et al. Rate of vertical
transmission of humanpapiloma virus from mother to infants: relationship between
infection rate and mode of delivery. Vitol J. 2012; 9: 80-88.
26. Hahn SH, Kee MH, Kim HJ, kang YS, Park SJ, et al. Distribution of maternal and
infant humanpapiloma virus: risk factors associated with vertical transmission. Eur J
of Obstet and SGynecol and Reprod Biol. 2013; 169: 202-206.
27. Lee MS, Park SJ, Norwitz RE, Koo NJ, Oh HI, Park WJ, et al. Risk of vertical
transmission of humanpapiloma virus throughtout pregnancy-preliminary report. J of
Mater Fet and Neonat Med. 2014; 27: 239-242.
28. Guidelines for the medical management of genital HPV and/or genital warts in
Australia and New Zealand. 7thed. Jone RW; New zealand. 2013
29. Suzuki S, Sekizawa A, Tanaka M, Matsuda H, Okai T, et al. Status of condyloma
acuminate in pregnant Japanese women. Jpn. J. Infect. Dis. 2016;69:347-9

Anda mungkin juga menyukai