Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok septik merupakan masalah kesehatan utama yang melibatkan jutaan manusia
di seluruh dunia. Kematian yang dapat diklasifikasikan sebagai kematian akibat sepsis
memberikan konstribusi sebesar 80% dengan penyebab infeksi terbanyak adalah
pneumonia (18%), diare (15%), malaria (8%), dan infeksi berat pada neonatus (6%)
(Jaramillo-Bustamante et al., 2012; Kissoon et al., 2011; Kissoon, 2008).
Insidensi sepsis pada anak diperkirakan sebesar 0,56/1.000 anak dengan insidensi
tertinggi pada bayi yaitu 5,6/1000 (Melendez et al., 2006). Lima hingga 30% pasien
anak dengan sepsis akan mengalami syok septik. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 1980-1990 melaporkan tingkat mortalitas lebih dari 50% pada anak dengan
syok septik (Kutko et al., 2003). Penelitian oleh Jaramillo-Bustamante et al.(2012)
pada tahun 2009-2010 menunjukkan angka mortalitas keseluruhan pasien anak
dengan sepsis adalah 18,3% (34% pada pasien dengan syok septik, 5,5% pada pasien
dengan sepsis berat, dan 1% pada pasien sepsis). Angka kematian akibat sepsis berat
di negara berkembang seperti Indonesia, antara 50% sampai 70%, sedangkan angka
kematian akibat syok septik sekitar 80% (Setiadi, 2005). Data di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Dr. Sardjito pada tahun 2011 menunjukkan 124 pasien dirawat dengan
sepsis dan syok septik (dari 4450 pasien rawat inap di bagian anak) dengan kontribusi
32% kematian (38 dari 120 total kematian) (data disimpulkan dari data rekam medis
RSUP Dr. Sardjito tahun 2011).
Sepsis menyebabkan kerusakan endotelium akibat proses inflamasi dan
peningkatan aktivasi sel endotel. Kerusakan akibat enzim proteolitik menyebabkan
relaksasi otot polos vaskular sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan gangguan
perfusi (Schlichting et al., 2007). Sepsis juga ditandai dengan tingginya kadar
katekolamin yang berakibat pada proses metabolisme (katabolik), imunomodulasi
(radang yang berlebihan), dan kardiosirkulasi (cardiac output meningkat).
Peningkatan kadar katekolamin yang beredar bersifat toksik bagi pejamu,
menyebabkan pasien mengalami kegagalan sirkulasi dengan hipotensi akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan kontraktilitas miokard. Kegagalan sirkulasi,
gangguan perfusi, dan hipotensi pada kondisi sepsis dikenal sebagai syok septik
(Nduka, 2009).
Pasien dengan syok septik mengalami perubahan fisiologis dari sistem inflamasi,
aktivasi kaskade koagulasi, gangguan fibrinolisis, dan penurunan mikrosirkulasi
sehingga terjadi disfungsi sistem organ. Pasien dengan disfungsi multi organ multipel
memiliki angka kematian yang lebih tinggi (Schlichting et al., 2007). Skor PELOD
(Pediatric Logistic Organ Dysfunction) dikembangkan dan telah dilakukan validasi
oleh Leteurtre et al. pada tahun 2003 dengan hasil valid untuk keparahan sindrom
disfungsi multiorgan (multiple organ dysfunction syndrome, MODS) pada pasien
anak dengan kondisi kritis. Nilai yang diberikan pada tiap organ akan meningkat

1
seiring dengan peningkatan derajat keparahan disfungsi organ. Penelitian Metta et al.
(2006) pada pasien PICU (Pediatric Intensive Care Unit) menunjukkan nilai PELOD
20 berhubungan dengan kemungkinan mortalitas 50%.
Durasi syok septik berkaitan dengan mortalitas pasien syok septik. Penelitian Han
et al. (2003) menunjukkan bahwa setiap 1 jam penambahan durasi syok septik akan
meningkatkan risiko kematian 2 kali lipat. Durasi rata-rata syok septik pada pasien
yang selamat 13±8 jam, sedangkan pada pasien yang meninggal 23±16 jam (Banks et
al., 2002). Rata-rata waktu antara saat terdiagnosis syok septik hingga meninggal
adalah 13,8 jam (1-32 jam) (He at al., 2008). Penelitian Akech et al. (2010) pada
pasien anak dengan syok septik di Kenya menunjukkan 52% pasien meninggal pada
48 jam pertama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari syock septik ?
2. Apa saja Klasifikasi dari syok septik ?
3. Bagaimana Etiologi dari syok septis ?
4. Apa saja Manifestasi Klinis dari syok septik ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari syok septik ?
6. Bagaimana Pathway dari syok septik ?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari syok septik ?
8. Apa saja Penatalaksanaan dari syok septik ?
9. Apa saja Komplikasi dari syok septik ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari syok septik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari syock septik ?
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari syok septik ?
3. Utnuk mengetahui Etiologi dari syok septis ?
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari syok septik ?
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari syok septik ?
6. Untuk mengetahui Pathway dari syok septik ?
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari syok septik ?
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari syok septik ?
9. Untuk mengetahui Komplikasi dari syok septik ?
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari syok septik ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP MEDIS

A. Definisi
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang
dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta adanya
penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler (Hudak & Gallo, 1996).
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme
mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya
adalah keadaan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan
(Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).
Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi
berat, dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli
merupakan kuman yang sering menyebabkan syok ini.
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh
beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu
umum toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang
mengancam kehidupan.

3
B. Klasifikasi
1. Sepsis onset dini
- Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama
kehidupan (20 jam pertama kehidupan)
- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam
impratu maternal dan coricomnionitis.
2. Sepsis onset lambat
- Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
- Ditemukan pada bayi cukup bulan
- Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local

C. Etiologi
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun
demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat
menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).
1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik
a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp,
Bacteroides sp, dan Proteus sp.
b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus.
2. Infeksi viral, fungal,dan riketsia
3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.

Faktor dan Resiko Sepsis

a. Faktor – faktor pejamu


- Umur yang ekstrim
- Malnutrisi

4
- Kondisi lemah secara umum
- Penyakit kronis
- Penyalagunaan obat dan alkohol
- Neutropenia
- Splenektomi
- Kegagalan banyak organ
b. Faktor – faktor yang berhubungan
- Penggunaan kateter invasif
- Prosedur-prosedur operasi
- Luka karena cidera atau terbakar
- Prosedur diagnostik invasif
- Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid).

D. Manifestasi Klinis
Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda :
2. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (Hiperdinamik)
- Hipotensi
- Takikardi
- Takipnea
- Alkalosis respiratorik
- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik)
rendah.
- Kulit dingin, pucat
- Hipertermia/hipotermia
- Perubahan status mental
- Poliuria
- SDP meningkat
- Hiperglikemia

3. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)


- Hipotensi
- Takikardia
- Takipnea
- Asidosis metabolik
- CJ rendah dengan TVS tinggi
- Kulit hangat, kemerahan
- Hipotermia
- Status mental memburuk
- Disfungsi organ dan selular (spt, ARDS, KIT, oliguria)
- SDP menurun, dan Hipoglisemia

5
E. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok septik adalah
bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram
positif dan virus juga dapat menyebabkan syok septik. Ketika mikroorganisme
menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan respon imun. Respons imun
ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang
mengarah pada perembesan cairan dari kapiler, dan vasodilatasi adalah dua efek
tersebut.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain
itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler
karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan
intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia,
sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan
karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.
Syok septik terjadi dalam dua fase yang berbeda. Fase pertama, disebut
sebagai fase “hangat” atau hiperdinamik, ditandai oleh tingginya curah jantung
dan vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermik dengan kulit
hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Haluaran urine
dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status gastrointestinal mungkin
terganggu seperti yang dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
Fase lanjut, disebut sebagai fase “dingin”atau hipodinamik, yang ditandai
oleh curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang mencerminkan upaya
tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan
volume intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien turun,
dan kulit dingin serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal.
Frekuensi jantung dan pernapasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin
dan dapat terjadi kegagalan organ multipel (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8,
2002).

6
\

F. Pathway

7
G. Pemeriksaan Penunjang

Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan


mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) dengan peningkatan pita
(berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler
dalam metabolisme
8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard.

Gambaran Hasil laboratorium :


1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
2. Hiperglikemia > 120 mg/dl
3. Peningkatan Plasma C-reaktif protein
4. Peningkatan plasma procalcitonin.
5. Serum laktat > 1 mMol/L
6. Creatinin > 0,5 mg/dl
7. INR > 1,5
8. APTT > 60
9. Trombosit < 100.000/mm3
10. Total bilirubin > 4 mg/dl
11. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

8
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum
dan drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas
diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk
meningkatkan ketahanan hidup pasien (Roach, 1990).
Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya.
Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism
gram negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur
tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik ditargetkan
pada organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.
Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti : jalur
intravena dan kateter urin. Setiap abses harus dialirkan dan area nekrotik
dilakukan debridemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua
klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam
penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4 hari
dari awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih daripada parenteral
kecuali terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal.

2. Keperawatan
a. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas
yang berkaitan dengan syok septik
b. Semua prosedur invasive harus dilakukan dengan teknik aseptik yang tepat,
c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka
dekubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi
d. Perawat berkolaborasi dengan anggota tim perawat yang lain,
e. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang
lebih lanjut.
f. Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan
termasuk antibiotik untuk memuihkan volume vaskuler.

I. Komplikasi
1. Meningitis 9. Disfungsi system saraf pusat
2. Hipoglikemi 10. Kematian
3. Aasidosis 11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati

9
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1) Pengkajian Primer

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

 Airway

- yakinkan kepatenan jalan napas

- berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

- jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan

bawa segera mungkin ke ICU

 Breathing

- kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang

signifikan

- kaji saturasi oksigen

- periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan

kemungkinan asidosis

- berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

- auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada

- periksa foto thorak

 Circulation

- kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan

- monitoring tekanan darah, tekanan darah <>

- periksa waktu pengisian kapiler

- pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

- berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel

10
- pasang kateter

- lakukan pemeriksaan darah lengkap

- siapkan untuk pemeriksaan kultur

- catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang

dari 36oC

- siapkan pemeriksaan urin dan sputum

- berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

 Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis

padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat

kesadaran dengan menggunakan AVPU.

 Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan

tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

2) Pengkajian Sekunder

 Aktivitas dan istirahat

- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia

 Sirkulasi

- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,

fenomena embolik (darah, udara, lemak)

- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya

hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)

- Heart rate : takikardi biasa terjadi

11
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat

terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal

- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa

terjadi (stadium lanjut)

 Integritas Ego

- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

 Makanan/Cairan

- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya

bowel sounds

 Neurosensori

- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental,

disfungsi motorik

 Respirasi

- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal

diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”

- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

 Rasa Aman

- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,

episode anaplastik

 Seksualitas

- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi

eklampsia

12
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, edema paru

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output

yang tidak mencukupi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan O2 edema paru

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :

keperawatan selama ... x 24 jam . - Buka jalan nafas

pasien akan : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan

- TTV dalam rentang normal ventilasi ( fowler/semifowler)

- Menunjukkan jalan napas yang - Auskultasi suara nafas , catat adanya suara

paten tambahan

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

13
- Mendemostrasikan suara napas - Monitor respirasi dan status O2

yang bersih, tidak ada sianosis dan - Monitor TTV.

dypsneu.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan

preload.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :

keperawatan selama ... x 24 jam . - catat adanya tanda dan gejala penurunan

pasien akan : cardiac output

- Menunjukkan TTV dalam rentang - monitor balance cairan

normal - catat adanya distritmia jantung

- Tidak ada oedema paru dan tidak - monitor TTV

ada asites - atur periode latihan dan istirahat untuk

- Tidak ada penurunan kesadaran menghindari kelelahan

- Dapat mentoleransi aktivitas dan - monitor status pernapasan yang menandakan

tidak ada kelelahan. gagal jantung.

14
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :

keperawatan selama ... x 24 jam . - Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

pasien akan : - Beri kompres hangat pada bagian lipatan

- Suhu tubuh dalam rentang normal tubuh ( Paha dan aksila ).

- Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor intake dan output

dan tidak ada pusing - Monitor warna dan suhu kulit

- Nadi dan respirasi dalam rentang - Berikan obat anti piretik

normal Temperature Regulation

- Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)

sedikit tapi sering

- Ganti pakaian klien dengan bahan tipis

menyerap keringat.

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac

output yang tidak mencukupi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:

keperawatan selama ... x 24 jam . - Monitor tekanan darah dan nadi apikal

pasien akan : setiap 4 jam

15
- Tekanan sisitole dan diastole - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi

dalam rentang normal kulit jika ada lesi

- Menunjukkan tingkat kesadaran - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya

yang baik peka terhadap panas atau dingin

- Kolaborasi obat antihipertensi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.

pasien akan : - Bantu klien memenuhi kebutuhan

- Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitasnya sesuai dengan tingkat

fisik tanpa disertai peningkatan keterbatasan klien

tekanan darah nadi dan respirasi - Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat

- Mampu melakukan aktivitas membantu dan meningkatkan kekuatan fisik

sehari-hari secara mandiri klien.

- TTV dalam rentang normal - Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

- Status sirkulasi baik klien

- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang

pentingnya bedrest ditempat tidur.

16
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji tingkat kecemasan

pasien akan : - Jelaskan prosedur pengobatan perawatan

Setelah dilakukan tindakan - Beri kesempatan pada keluarga untuk

keperawatan selama ... x 24 jam . bertanya tentang kondisi pasien

pasien akan : - Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang

- Mampu mengidentifikasi dan akan dilakukan terhadap pasien dan

mengungkapkan gejala cemas manfaatnya bagi pasien.

- TTV normal - Beri dorongan spiritual.

- Menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan
perfusi jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme
sel/jaringan. Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan
darah (sistolik < 90mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai
tanda kegagalan sirkulasi, meski telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu
vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ (Chen dan
Pohan, 2007).

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat memberikan masukan yang sifatnya membangun
demi menyempurnakan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC

NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan

NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:

EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas

Kedokteran UI.

Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Draurat ,Bandung. PT Alumni.

19

Anda mungkin juga menyukai