Anda di halaman 1dari 50

HUKUM PERJANJIAN

Mudiana Permata Sari S.H.,M.Kn


Amanda Istianah S.H.,M.H
Perikatan, Persetujuan,
Perjanjian, Perutangan

■Verbintenis
■Overeenkomst
Verbintenis

Perikatan Perutangan
Perikatan

Subekti: Suatu hubungan hukum antara DUA PIHAK yang


menimbulkan HAK dan KEWAJIBAN atas suatu PRESTASI.

Pasal 1233 KUHPerdata bahwa perikatan lahir karena suatu


persetujuan atau karena undang-undang.
Unsur-unsur Perikatan

Adanya Hubungan Hukum


Kreditur: Pihak yang Berhak atas prestasi

Adanya 2 (dua) pihak


Debitur: Pihak yang wajib melaksanakan prestasi

Adanya Hak dan Kewajiban

Prestasi
Prestasi (Pokok Perikatan)

Bentuk Prestasi
a. Berbuat Sesuatu

b. Memberikan sesuatu

c. Tidak berbuat sesuatu


SYARAT PRESTASI

Tertentu atau dapat ditentukan

Diperbolehkan

Dimungkinkan
Suatu prestasi yang tidak mungkin (dilaksanakan)
disebut sebagai syarat potestatif  menyebabkan
perjanjian batal demi hukum/null and void
SUMBER-SUMBER PERIKATAN
1. PERJANJIAN

2. UNDANG-UNDANG

3. PUTUSAN PENGADILAN

4. MORAL
PEMBEDAAN PERIKATAN
1. Obligatio Civilis/ Perikatan Perdata
Obligatio Naturalis/ Perikatan Alami
3. Perikatan Prinsipal (Perikatan Pokok)
Perikatan yang dapat berdiri sendiri
Perikatan Accesoir (Perikatan Pelengkap)
Perikatan yg tergantung pd perikatan pokok
2. Inspanning verbintenis
perikatan yg prestasinya berupa UPAYA
Resuultaat Verbintenis
perikatan yg prestasinya berupa HASIL
MACAM-MACAM PERIKATAN
a. Perikatan Bersyarat
Perikatan yang digantungkan pd suatu peristiwa
tertentu yg belum terjadi dan belum tentu terjadi
1. perikatan dng syarat tangguh :
perikatan lahir dng terjadinya peristiwa yang diperjanjikan
2. perikatan dengan syarat batal
perikatan justru berakhir dengan terjadinya peristiwa yg diperjanjikan
MACAM-MACAM PERIKATAN
b. Perikatan dengan ketetapan waktu
perikatan sudah lahir tetapi pelaksanaannya ditunda
sampai waktu yang ditentukan dlm perjanjian
c. Perikatan yg dapat dan tidak dapat dibagi-bagi
Tidak dapat dibagi :
karena sifat prestasinya
karena ditentukan dalam perjanjian
MACAM-MACAM PERIKATAN
d. Perikatan tanggung renteng (tanggung menanggung)
Kreditur tanggung renteng : ada lebih dari satu kreditur thd 1 debitur
Debitur tanggung renteng : ada lebih dari satu debitur thd 1 kreditur

e. Perikatan alternatif (manasuka)


perikatan dimana debitur diminta memilih satu dari beberapa prestasi
yang ditawarkan
f. Perikatan dengan ancaman hukuman
debitur diwajibkan melakukan sesuatu jika tidak melaksanakan
prestasi yg diperjanjiakn
PERJANJIAN (KONTRAK)
Pasal 1313 KUHPerdata :
“suatu perbuatan dng mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih lainnya”
terlalu luas sekaligus tidak lengkap

hanya menyebut kata “perbuatan”,


shg didalamnya termasuk pula hanya mengatur
“perbuatan melawan hukum” dan perjanjian sepihak
perbuatan-perbuatan lainnya.
DEFINISI BERDASARKAN DOKTRIN
KLASIK
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum antara 2 orang
atau lebih yang saling mengikatkan diri berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

BARU
Perjanjian dalah suatu hubungan hukum antara 2 orang
atau lebih yang saling mengikatkan diri berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
LAHIRNYA PERJANJIAN
Kapan Perjanjian lahir ?
dengan tercapainya KATA SEPAKAT atas suatu
hal tertentu diantara para pihak.

Apakah “perjanjian” yang lahir tersebut SAH ?


SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Pasal 1320 KUHPer


a. Adanya kesepakatan; Syarat
Subyektif
b. Kecakapan dalam membuat suatu perikatan.
c. Suatu hal tertentu; Syarat
d. Suatu sebab yang halal. Obyektif
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
a. Adanya kesepakatan ( konsensus)

persesuaian kehendak antara (bertemunya “penawaran” & “penerimaan”)


dianggap tidak terjadi jika terdapat cacat kehendak.
FAKTOR PENYEBAB CACAT KEHENDAK

Kekhilafan/kesesatan (dwaling) Penyalahgunaan keadaan


Paksaan (dwang) (misbruik van omstadigheden /
undue influence)
Penipuan (bedrog)
Kekhilafan (dwaling)

Error in persona: Kekhilafan mengenai orang-orang.

Error in substansia: kekhilafan mengenai sifat benda yang


merupakan alasan yang sesungguhnya bagi kedua belah
pihak, untuk mengadakan perjanjian.
Paksaan/dwang
(Pasal 1323-1324 KUHPer)
a. Bukan paksaan dalam arti absolut
sebab dalam hal yang demikian itu perjanjian sama sekali
tidak terjadi, misalnya jika seseorang yang lebih kuat
memegang tangan seseorang yang lemah dan membuat ia
mencantumkan tanda tangan di bawah sebuah perjanjian.
b. Kekerasan jasmani atau ancaman (akan membuka rahasia)
dengan sesuatu yang diperbolehkan hukum yang
menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia
membuat perjanjian, harus benar-benar menimbulkan
suatu ketakutan bagi yang menerima paksaan.
Penipuan/bedrog (Pasal 1328 KUHPer)

Merupakan suatu alasan untuk pembatalan persetujuan

apabila tipu-muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah


sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain
tidak telah membuat perikatan itu jika dilakukan tipu-muslihat
tersebut. Penipuan tidak dipersangkutkan, tetapi harus dibuktikan.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
b. Kecakapan dalam membuat suatu perikatan.
Seseorang dikatakan cakap : Badan Hukum selalu dianggap
dewasa (telah 21 tahun atau telah cakap untuk melakukan
kawin) perbuatan hukum
tidak dibawah pengampuan
1. Orang-orang yang belum dewasa
Orang-orang yang tidak cakap 2. Mereka yang ditaruh di bawah
untuk membuat suatu perjanjian pengampuan
(Pasal 1330 KUHPer) 3. Orang perempuan dalam hal-hal yang
ditetapkan oleh Undang-Undang, dan
semua orang kepada siapa Undang-
Undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
c. Suatu hal tertentu;
Merupakan obyek perjanjian :
- tertentu atau dapat ditentukan
- tidak bertentangan dengan UU,
- kesusilaan dan ketertiban umum
- dimungkinkan
Syarat tentang barang (1332-1334 KUHPer), yaitu suatu perjanjian
haruslah mempunyai objek (bepaald onderwerp) tertentu, sekurang-
kurangnya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu dapat berupa
benda-benda yang sekarang ada dan nanti akan ada
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

d. Suatu sebab yang halal.


merupakan sebab/dasar dibuatnya suatu perjanjian

Suatu sebab adalah halal jika tidak bertentangan


dengan UU, ketertiban umum dan kesusilaan
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas konsensualisme berkaitan dengan lahirnya perjanjian

Asas kebebasan berkontrak  berkaitan dengan isi dan syarat perjanjian

Asas pacta sunt servanda  berkaitan dengan kekuatan mengikat perjanjian

Asas kepribadian  berkaitan dengan berlakunya perjanjian

Asas itikad baik  berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian


ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas konsensualisme suatu perjanjian lahir dengan tercapainya kata
sepakat diantara para pihak mengenai suatu
hal tertentu.
PENGECUALIAN :
Perjanjian riil : perjanjian lahir dengan diserahkannya obyek perjanjian

Perjanjian formil : perjanjian lahir dengan dipenuhinya


formalitas tertentu
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas kebebasan berkontrak

Membuat atau tidak membuat perjanjian


Membuat perjanjian dengan siapapun
Menentukan isi dan syarat perjanjian

Menentukan bentuk perjanjian

Menentukan pada hukum mana perjanjian tunduk


ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas pacta sunt servanda

Semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat


sebagai Undang-Undang bagi para pihak
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas kepribadian
Perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya

PENGECUALIAN :
derden beding :perjanjian unt kepentingan pihak ketiga

Derden werking : perjanjian yang berlaku bagi pihak ketiga


ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas itikad baik
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dng itikad baik

ITIKAD BAIK => SIKAP BATIN


Penafsiran Itikad Baik :
“volgens de eisen van redelijkheid en billijkheid”
(memenuhi suatu syarat dari kelayakan dan kepatutan)
BENTUK PERJANJIAN
LISAN
TERTULIS

Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
Undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang
untuk itu di tempat akta itu dibuat (Pasal 1868 KUHPerdata)
misal : akta notaris, akta PPAT

Akta di bawah tangan : akta yg dibuat sendiri oleh para pihak


Misal: perjanjian di bawah tangan biasa
BERAKHIRNYAPERJANJIAN
Ditentukan oleh para pihak dlm perjanjian
Ditentukan waktunya oleh UU

Berdasarkan keputusan hakim


Kesepakatan para pihak (herroeping)
Tujuan perjanjian telah tercapai

Terjadinya suatu peristiwa tertentu

Pernyataan penghentian perjanjian (opzegging)


WANPRESTASI DAN OVERMACHT
PRESTASI :
- terlaksana
- tidak terlaksana :

- WANPRESTASI atau
- OVERMACHT / FORCE MAJEUR
WANPRESTASI (cidera janji)

Merupakan suatu keadaan tidak terlaksananya suatu perjanjian


dikarenakan kesalahan atau kelalaian para pihak atau salah
satu pihak

Mengakibatkan adanya tuntutan ganti kerugian


BENTUK-BENTUK WANPRESTASI

a. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukan

b. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tapi tidak sempurna

c. Melaksanakan apa yang dijanjikan tapi tidak tepat waktu

d. Melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan


SOMASI / TEGURAN

Untuk menyatakan debitur wanprestasi, harus dilakukan


SOMASI (TEGURAN) terlebih dahulu kepada debitur.

Bentuk SOMASI :

Suatu akta yang berisi peringatan agar debitur segera


melaksanakan kewajibannya.
SOMASI / TEGURAN

SOMASI tidak diperlukan jika :

Adanya batas waktu (fataal termijn) dalam perjanjian

Prestasi yang diperjanjikan adalah “tidak berbuat sesuatu”

Debitur mengakui dirinya wanprestasi


TUNTUTAN KREDITUR
Pemenuhan perjanjian

Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi

Pemutusan perjanjian

Pemutusan perjanjian disertai ganti rugi


Ganti rugi
GANTI RUGI
Unsur-unsur :
kerugian
biaya-biaya

bunga
OVERMACHT / FORCE MAJEUR

Suatu keadaan tak terduga diluar kemampuan manusia yang


menyebabkan debitur tidak dapat berpretasi, dan debitur
tidak dapat dipersalahkan.

Akibat adanya overmacht => RISIKO


MACAM-MACAM OVERMACHT

Overmacht absolut (obyektif) :


 overmacht yang benar-benar tidak dapat diatasi

Overmacht relatif (subyektif) :


 overmacht yang sesungguhnya dapat diatasi, tetapi dengan
pengorbanan yang besar
RISIKO
kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu
kejadian diluar kesalahan salah satu pihak

Perjanjian sepihak : risiko ditanggung oleh kreditur


debitur tidak wajib memenuhi prestasinya

Perjanjian timbal balik : dimana salah satu pihak tidak


dapat memenuhi prestasi karena overmacht risiko
ditanggung oleh kedua belah pihak
HAPUSNYA PERIKATAN (Pasal 1381
Pembayaran KUHPer)
Penawaran pembayaran diikuti dengan
penitipan (konsinyasi) Musnahnya barang terutang
Pembaruan hutang (novasi) Kebatalan dan pembatalan

Perjumpaan hutang (kompensasi) Berlakunya syarat batal


Percampuran hutang
Kadaluarsa (lewatnya waktu)
Pembebasan hutang
Pembayaran (Pasal 1382 KUHPer)
Tdk selalu berwujud uang, tapi dapat pula berwujud penyerahan benda
tertentu atau dapat pula berupa pemenuhan jasa.
Wajib dilakukan oleh debitur, tapi dapat pula terjadi pembayaran
dilakukan oleh pihak III yang berkepentingan  SUBROGASI

SUBROGASI :
Penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga yang membayar

Pembayaran dapat juga dilakukan oleh “penanggung” (borgtocht)


Konsinyasi
Dilakukan oleh debitur jika kreditur menolak
menerima pembayaran debitur.

Debitur dapat mengajukan permohonan ke PN agar penawaran


pembayaran tsb dinyatakan sah, dan uang atau benda yg akan
dibayarkan disimpan atau dititipkan di Kepaniteraan PN.
Novasi (Pasal 1413 KUHPer)
Kesepakatan para pihak untuk menghapus perjanjian yang
sudah ada dan bersamaan dengan itu timbul perjanjian baru
sebagai pengganti.

Ada tiga macam novasi :


kreditur dan debitur mengadakan perjanjian
novasi obyektif baru sbg penganti perjanjian lama.

novasi subyektif pasif dalam perjanjian baru debitur lama


digantikan oleh debitur baru, dan debitur
lama dibebaskan dari kewajiban
novasi subyektif aktif dalam perjanjian baru kreditur lama
digantikan oleh kreditur baru
Kompensasi (Pasal 1425 KUHPer)
Terjadi jika antara kreditur dan debitur saling
mempunyai hutang

Percampuran hutang (Pasal 1436 KUHPer)


Terjadi jika kedudukan kreditur dan debitur ada
pada satu orang  terjadi percampuran hutang
demi hukum.
Pembebasan hutang (Pasal 1438 KUHPer)
Terjadi jika kreditur melepaskan haknya atas
pemenuhan prestasi oleh debitur

Musnahnya barang terutang (Pasal 1444 KUHPer)


Terjadi bila benda yg menjadi obyek perjanjian, diluar
kesalahan para pihak :
- musnah atau tdk dpt lagi dperdagangkan
- hilang sedemikian rupa shg tdk diketahui
apakah barang itu masih ada
Kebatalan dan pembatalan (Pasal 1446 KUHPer)
Kebatalan : perikatan yg timbul dari kejahatan atau
pelanggaran atau tdk memenuhi syarat obyektif
perjanjian
Pembatalan : perkatan yang dibuat oleh orang belum
dewasa/dibawah pengampu-an dan yg dibuat karena
cacat kehendak

Berlakunya syarat batal

Terjadi jika suatu peristiwa tertentu yang


diperjanjkan betu-betul terjadi
Kadaluarsa (lewatnya waktu)
Berdasarkan ketentuan UU segala tuntutan hukum
hapus karena lewatnya waktu 30 tahun
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai