Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Kurikulum 2013 menuntut perubahan paradigma dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pembelajaran pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Perubahan-perubahan paradigma pembelajaran yang diharapkan meliputi

orientasi, model, pendekatan, metode, dan teknik perencanaan, pelaksanaan, serta

penilaian pembelajaran. Perubahan paradigma menginginkan pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Pembelajaran memberikan peluang yang banyak bagi

aktivitas dan partisipasi peserta didik untuk mengembangkan dan memaksimalkan

potensi, serta pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan memanfaatkan

kehidupan nyata dan lingkungan sekitar siswa sebagai bahan dan sumber belajar.

Pernyataan ini didukung oleh Trianto (2009: 10) yang menegaskan bahwa salah

satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran bagaimana mengarahkan


proses pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, metodologi yang semula
lebih didominasi oleh ekspositori

berganti menjadi partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat

tekstual berubah menjadi kontekstual. Perubahan-perubahan itu dimaksudkan

untuk lebih meningkatkan mutu, baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran.

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dengan lingkungan untuk lebih baik lagi (Hamalik
2010:36). Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian

dan bahkan persepsi manusia. Belajar adalah usaha penguasaaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya (Sardiman 2010:20). Krisis pendidikan yang melanda bangsa Indonesia

saat ini membuat kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua dan pihak sekolah

yang telah dipercaya sebagai lembaga pendidik. Lemahnya tingkat berpikir siswa

menjadi sebuah tantangan besar bagi para pendidik. Oleh karena itu guru dituntut

harus mampu membuat perencanaan dan mampu merancang pelaksanaan pembelajaran dengan

tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Bermakna di sini berarti bahwa siswa akan dapat

memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung


dan nyata.

Pada umumnya pembelajaran di kelas selama ini cenderung monoton dan

tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh

siswa, misalnya pelajaran matematika. Pembelajaran matematika oleh guru

cenderung bersifat belajar pasif dengan menggunakan metode ceramah hampir di

sebagian besar aktivitas proses belajar mengajarnya di kelas, dan sangat

tergantung pada kegiatan yang ditawarkan oleh buku pelajaran matematika yang

dimiliki guru dan siswa tanpa memperhatikan sumber lainnya. Matematika adalah

merupakan alat untuk mengembangkan proses berfikir dengan tepat, dengan demikian matematika

diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

kemajuan 4.0 maka dengan begitu perlu dikembangkan kepada setiap peserta

didik sejak SD dan bahkan sejak TK. Hal tersebut di atas

sesuai dengan pernyataan dari Depdiknas (2006:187) yang menyatakan bahwa:

“Tujuan pendidikan matematika bagi pendidikan dasar dan menengah

adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efektif dan efisien, dan mempersiapkan diri agar dapat

menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan”.

NCTM juga menetapkan tujuan dari belajar matematika adalah (1989:214) adalah

sebagai berikut:

“(1) Mengevaluasikan ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun

dalam bentuk visual lainnya; (2) Kemampuan dalam menggunakan istilah-

istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk

menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-

model situasi”.

Penanaman konsep awal pada siswa merupakan hal utama yang harus

dilakukan oleh seorang guru karena hal itu menjadi modal bagi siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya. Untuk itu, dalam belajar matematika siswa harus

banyak berlatih mengerjakan soal agar lebih memahami konsep-konsep yang ada

sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Matematika dari bentuknya yang sederhana sampai
yang paling kompleks memberikan sumbangan dalam

pembangunan ilmu pengetahuan lainnya, serta dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, matematika juga sebagai proses yang aktif dan kreatif melalui kegiatan proses pembelajaran
matematika

yang penting bagi siswa dalam pengembangan nalar, berfikir logis, sistimatis, kritis, dan cermat, serta

bersifat objektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai masalah.

Namun, pada kenyataannya pembelajaran matematika yang terjadi belum

menunjukan peningkatan yang berarti. Dalam proses belajar di kelas terdapat

hubungan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, dan sarana. Guru

mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan

materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Matematika

adalah subjek yang bersifat logika dan abstrak yang menuntut

kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat

perkembangan mental siswa. Selain itu, agar pelajaran matematika dapat diserap

baik oleh siswa maka seorang guru dapat membuat program pembelajaran dengan

memanfaatkan media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Dalam dunia pendidikan, pengajaran

yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri (Slameto, 2010:92).

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika saat ini adalah

kurang diterapkannya pembelajaran siswa aktif (active learning). Guru lebih

banyak mengajarkan matematika secara tradisional, yaitu secara informatif

dengan metode ceramah, dan pemberian tugas. Pembelajaran matematika dengan

metode ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi

sesamanya, dan mengeluarkan pendapat. Kegiatan belajar seperti ini lebih bersifat

individual. Keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kemampuan siswa


untuk mengingat dan kemampuan improvisasi guru. Terlebih lagi pada materi

yang bersifat abstrak seperti pada materi segiempat. Dalam penyampaian materi

ini tidak dapat dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja.

Selanjutnya kemampuan komunikasi matematika siswa juga sangat

berperan dalam pembelajaran matematika. Dengan kemampuan komunikasi,

siswa dapat menjelaskan atau menyampaikan ide-ide dan konsep-konsep

matematika, disamping itu terjadi respon antar siswa dalam proses pembelajaran.

Pada akhirnya dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam

tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Kemampuan komunikasi

matematika merupakan kemampuan untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan

matematika secara tertulis. Menurut Baroody (1993) bahwa pada pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan tradisional, komunikasi merupakan

largerly a one – way affair. Komunikasi siswa masih sangat terbatas pada

jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di SMA/MA, guru bukan

lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam pembelajaran melainkan

berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membimbing siswa untuk

mempelajari matematika. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana

yang nyaman dan demokratis akan menjadikan lebih optimal bagi

siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang

dibelajarkan dan sekaligus melatih siswa untuk melakukan aktivitas yang optimal

pada proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya metode pembelajaran

yang bervariasi agar jalannya proses belajar mengajar tidak membosankan,

sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar dan pada akhirnya kualitas

pembelajaran semakin meningkat.

BAB II
2.1 Kerangka Teoretis 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan

makhluk yakni manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan belajar untuk memenuhi kebutuhan
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu secara tidak langsung manusia telah melakukan belajar
sebagai suatu kegiatan. Proses merupakan

interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Proses
belajar terjadi di dalam diri seseorang yang melakukan belajar dan tidak terlihat secara lahiriah, dimana
hal tersebut dapat dikatakan proses internal. Disebut internal karena proses belajar terjadi adanya
berbagai stimulasi yang datang dari lingkungan siswa, sehingga individu akan berinteraksi dengan
lingkungan. Stimulasi yang berasal dari lingkungan ini disebut kondisi eksternal yang memungkinkan
siswa untuk belajar sesuatu. Kondisi eksternal ini harus memberikan pengaruh terhadap kondisi internal,
seperti motivasi, perhatian, informasi, meningkatkan daya serap serta memberikan umpan balik pada
proses belajar siswa. Menurut teori belajar Behaviorisme bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon (SR), yaitu suatu proses memberikan respon
tertentu kepada stimulus yang datang dari luar (dalam Hamid, 2009:8). Beberapa ahli yang
mendefinisikan tentang pengertian belajar atau

“learning”, baik secara umum maupun khusus. Seringkali perumusan dan penafsiran itu berbeda satu
sama lain. Adapun beberapa perumusan tentang belajar dalam Hamalik ( 2010:27-28 ) sebagai berikut:
a. Dalam pengertian lama, mendefinisikan belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis. b. Belajar adalah proses perbaikan karakter atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar disini bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni
mengalami atau berpartisipasi langsung. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. c. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yaitu
belajar adalah proses perubahan tingkah lakuindividu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar disini
menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi tersebut akan
terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Namun pada dasarnya belajar merupakan proses
yang menghendaki adanya perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Selanjutnya
belajar menurut Gagne (dalam Hamid, 2009:29) tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah
tetapi hanya terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yakni : 1. Kondisi internal, yang antara lain
menyangkut kesiapan pebelajar dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (prerequisite). 2. Kondisi
eksternal, yang merupakan situasi belajar dan penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru
dengan tujuan memeperlancar proses belajar. Belajar merupakan aktivitas psikis yang berlangsung
interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahun,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
Sedangkan Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan karakter yang baik secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sakter atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.

Dengan demikian, berdasarkan teori-teori belajar di atas maka dapat disimpulkan unsur-unsur pokok
yang terkadung dalam pengertian belajar, 1. Belajar sebagai proses pengalaman. 2. Belajar sebagai
proses perolehan pengetahuan dan keterampilan. 3. Belajar adalah perubahan tingkah laku bersifat
relatif permanen. 4. Belajar adalah aktivitas diri. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak
sekali baik sifatnya maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seseorang menjadi bengkak karena patah
tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti
belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang dalam keadaan mabuk, perubahan yang
terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan
dalam pengertian belajar. 2.1.2. Pengertian Matematika Perlu kita sadari bahwa dalam memberikan
pengertian kepada istilah matematika sangat tergantung dari sudut mana orang memandang
matematika. Pengertian atau makna dari istilah matematika menurut Ismail (2006:1.3), antara lain :
“Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, matematika adalah ilmu
yang membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya, matematika adalah ilmu yang membahas
ruang dan bentuk, matematika adalah ilmu yang membahas logika dan membahas masalah-masalah
numerik, matematika adalah ilmu yang mengenai besaran dan kualitas, matematika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan, pola, bentuk dan struktur, matematika adalah sarana berpikir, matematika
adalah kumpulan sistem, matematika adalah suatu struktur dan matematika adalah suatu alat”. Kata
mathematike berkaitan pula dengan kata mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai “ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
(Depdikbud). Berdasarkan etimologis (dalam Suherman, 2001:18) perkataan matematika berarti
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh
tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping
penalaran. 2.1.3. Pembelajaran Matematika Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan
belajar, dan lingkungan yang sengaja diciptakan akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Seiring dengan hal tersebut pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, motivasi, minat, bakat, dan

kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara
siswa dengan siswa. Secara umum Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai “upaya orang
yang tujuannya adalah membantu orang belajar” (dalam Ismail, 2006:1.13). Dan secara lebih terinci
Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang
untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal” (dalam Ismail, 2006:1.13).
Selanjutnya pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey bahwa pembelajaran adalah “suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan
sub-set khusus pendidikan” (dalam Ismail, 2006:1.13). Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Dari keempat
pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa
belajar dan bukan pada pusat kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan memungkinkan sesorang (sipengajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan
proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. 2.1.4 Kemampuan Komunikasi Matematika.
Komunikasi (secara konseptual).
Bab iii

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 di kelas XI Algoritma SMA
Unggulan CT Foundation.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s/d Februari 2019. Penetapan jadwal penelitian disesuaikan
dengan jadwal yang

ditetapkan oleh kepala sekolah. 3.2 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
XI Algoritma SMA

Unggulan CT Foundation Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 24 orang. Siswa laki-laki berjumlah
10 orang dan siswa

perempuan berjumlah 14 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah proses pembelajaran
matematika dengan

menerapkan metode inkuiri bersifat open ended. 3.3 Pihak – pihak yang Terlibat dalam Penelitian Pihak-
pihak yang terlibat

dalam penelitian ini adalah: (1) peneliti sekaligus juga sebagai pelaku tindakan; dan (2) rekan sejawat
(guru matematika)

sebanyak 2 orang sebagai observer pertama dan observer kedua. 3.4 Jenis Penelitian Penelitian ini
merupakan PTK. Penelitian

tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan tindakan, (c)

mengumpulkan data (observasi), dan (d) menganalisi data atu informasi untuk memusatkan sejauhmana
kelebihan atau

kelemahan tindakan tersebut (refleksi). Penelitian ini memiliki ciri-ciri memperbaiki terus menerus
hingga tercapainya

ketuntasan belajar yang diharapkan dan menjadi tolak ukur keberhasilan atau berhentinya siklus-siklus
tersebut. 3.5 Prosedur

Penelitian Berdasarkan PGSM (1999:6) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian
melalui sistem berdaur

dari berbagai kegiatan pembelajaran. Sedangkan Raka Joni, dkk (dalam PGSM, 1999:26) mengemukakan
bahwa: “Terdapat 4

tahapan dalam pelaksanaan PTK, termasuk didalamnya dimulai dengan tahap awal berupa proses
penghayatan mengenai

adanya permasalahan yang perlu mendapat penanganan, adapun tahapan-tahapan itu adalah: (a)
perencanaan tindakan

perbaikan, (b) pelaksanaan tindakan perbaikan, (c) mengumpulkan data (observasi), (d) menganalisis
data atu informasi untuk
memutuskan sejauhmana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (refleksi)”. Dalam penelitian ini,
prosedur penelitian

dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan,
tindakan, pengamatan,

dan refleksi seperti yang disajikan pada Gambar 3.1 berikut : Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan
Kelas (Tim Pelatih Proyek

PGSM, 1999:7). Adapun prosedur pelaksanaan penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut : 1.
Siklus I a. Perencanaan

(plan) Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan untuk membahas
teknis pelaksanaan

penelitian. 1. Melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru matematika kelas XI Algoritma
SMA Unggulan CT

Foundation. 2. Mengkaji kurikulum matematika materi tentang program linear. 3. Menyusun RPP sesuai
langkah-langkah

metode inkuiri bersifat open ended untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan. 4.
Merencanakan

pembagian kelompok siswa bekerjasama dengan guru mata pelajaran. Pembagian kelompok terdiri dari
6 kelompok yang

terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan dari segi latar belakang sosial
dan kemampuan

intelektual siswa. 5. Menyiapkan lembar aktivitas siswa (LAS) yang digunakan secara berkelompok. 6.
Menyusun tes

berkomunikasi secara matematis untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa. 7.


Membuat angket untuk

mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 8. Mengkoordinasikan tindakan


dengan teman sejawat

sebagai pengamat. b. Tindakan (action) Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Rencana pelaksanaan pembelajaran
harus menonjolkan

tindakan akan diterapkan yaitu metode inkuiri bersifat open ended. c. Pengamatan (observe) Pada
tahap ini kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan observasi atau pengamatan terhadap


pelaksanaan tindakan secara
khusus dan proses pembelajaran secara umum dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan. 2.

Melaksanakan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa berkomunikasi secara matematika dan
penguasaan materi

matematika dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. 3. Menjaring minat belajar siswa
dalam pembelajaran

matematika terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan angket yang telah
disiapkan. d. Refleksi

(reflect) Pada tahap ini kegiatan refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data yaitu data hasil
observasi, dan data hasil

evaluasi. Refleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah penerapan metode inkuiri bersifat
open ended dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan minat belajar siswa. Jika hal ini dipenuhi maka
siklus penelitian

berakhir, dan jika belum dapat dipenuhi maka hasil analisa data yang diperoleh pada tahap ini akan
dipergunakan sebagai

bahan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.2. Siklus II Secara garis besar
kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada setiap tahap pada siklus II hampir sama dengan tahapan pada siklus I. Yang berbeda
adalah pola jenis

tindakan yang diberikan sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya. Rencana tindakan pada siklus II
disusun berdasarkan

hasil refleksi dan analisis data pada siklus I. Pada siklus II rencana tindakan yang dilakukan adalah
mengubah anggota

kelompok dengan cara mengelompokan siswa secara heterogen berdasarkan hasil tes kemampuan
komunikasi matematika

kelompok dengan cara mengelompokan siswa secara heterogen berdasarkan hasil tes kemampuan
komunikasi matematika

siswa pada siklus I, serta guru lebih memperhatikan minat belajar siswa melalui metode inkuiri bersifat
open ended dalam

pembelajaran. 3.6 Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari:
a. Siswa Untuk
mendapatkan data tentang kemampuan komunikasi matematika dan minat belajar siswa. b. Guru Untuk
melihat tingkat

keberhasilan implementasi melalui metode inkuiri bersifat open ended dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi

matematika dan minat belajar siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan. c. Rekan Sejawat
Rekan sejawat

(kolaborator) pada penelitian ini adalah guru matematika kelas XI Algoritma SMA Unggulan CT
Foundation. Rekan sejawat

berfungsi untuk melihat pelaksanaan PTK yang sedang terjadi, baik dari sisi siswa maupun guru serta
menjadi teman diskusi

dalam menghadapi masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tindakan. Sebelum rekan sejawat
melakukan tugas

pengamatan terlebih dahulu diajarkan cara mengisi lembar observasi aktivitas belajar. 3.7 Teknik
Pengumpulan Data Teknik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berpedoman pada paradigma penelitian kualitatif
dan kuantitatif.

Menurut Ekowati (dalam Shirran 2008:45) menyatakan bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian
dimana data dikumpulkan

dinyatakan dalam bentuk simbol seperti pernyataan-pernyataan, tanggapan-tanggapan, dan perasaan-


perasaan. Sedangkan

penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dilambangkan dengan simbol matematika yang
berupa angka-angka.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Tes kemampuan

komunikasi matematika diberikan setiap akhir siklus pembelajaran. Tes kemampuan komunikasi
matematika ini bertujuan

untuk mengatahui: (a) pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, (b) ketuntasan
belajar individual siswa, (c)

persentase ketuntasan belajar klasikal. Selain itu tes kemampuan komunikasi matematika juga
bertujuan untuk mengukur

kemampuan komunikasi matematika siswa sesudah pembelajaran matematika dilakukan melalui


metode inkuiri bersifat open

ended. Tes yang diberikan berbentuk uraian, karena tes uraian memiliki keunggulan eperti yang
diungkapkan Shirran

(2008:85) bahwa “tes uraian memungkinkan guru dapat melihat proses.

Anda mungkin juga menyukai