Anda di halaman 1dari 11

LTM ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

MUSKULOSKELETAL

Meilinda Tri Ratnasari


Kelas Ekstensi 2018 FIK UI/ NPM: 1806270021
*Email: meilindatrir@gmail.com

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI ( 2007 ) didapatkan sekitar delapan juta orang
mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari
hasil survei tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45
mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan
10% mengalami kesembuhan dengan baik.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Faktur
dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan
bahkan kontraksi otot yang ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner &
Suddarth, 2002)

Kejadian kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau fraktur dampaknya sangat merugikan
individu itu sendiri maupun keluarganya, karena populasi pengguna kendaraan bermotor adalah
para usia muda, dengan sendirinya mereka akan menjalani masa perawatan yang panjang di
Rumah sakit. Hal ini menyebabkan remaja tersebut tidak produktif lagi, dan tidak mampu mencari
nafkah untuk keluarganya. Rumah sakit hampir setiap hari menerima pasien yang mengalami
kecelakaan dengan kondisi patah tulang atau fraktur. Trauma secara fisik ini perlu ditangani
dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah ( Brunner & Suddarth, 2002).

Untuk itu LTM kali ini akan membahas bagaimana definisi, manifestasi klinis, dan jenis fraktur
apa yang terjadi pada ilustrasi kasus yang diberikan pada pembahasan kali ini.
Kasus 2 :

Seorang perempuan berusia 36 tahun dirawat dengan keluhan utama nyeri pada pergelangan kaki
kanan dengan skor 7 (skala 10). Pasien menceritakan bahwa saat terjadi cedera, dia sedang berjalan
dan tanpa disadari kaki pasien terperosok ke dalam lubang, pasien memutar pergelangan kakinya
dan merasakan sakit. Pasien tidak dapat berjalan ke rumah dan menelepon suaminya agar segera
datang menjemputnya. Pasien mengatakan samapi saat ini belum mampu menopang berat badan
pada pergelangan kakinya sejak cedera.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 160 cm dan berat badan 60 kg, tidak ada mati rasa
atau kesemutan, dan rasa sakit berkurang dengan kompres es di pergelangan kaki. Pada inspeksi,
tampak pembengkakan dan memar di pergelangan kaki lateral, tidak tampak luka terbuka atau
lecet. Pada palpasi, terdapat nyeri tekan mulai 6 cm di atas malleolus. Pasien tampak ragu-ragu
melakukan pergerakan sendi pada pergelangan kaki, tetapi mampu menggerakkan seluruh jari-jari
kakinya. Pemeriksaan radilogi menunjukkan farktur pada fibula distal ankle kanan. Pasien telah
dipasang bidai, diminta untuk nonweight bearing dan diberi kruk, menggerakan jari-jari kakinya
sesering mungkin, kompres es selama 20 menit beberapa kali sehari dan meninggikan kaki
melebihi level jantung.

1. Apa Definisi dari fraktur yang terjadi pada klien pada kasus tersebut?

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan
bahkan kontraksi otot yang ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan sarap dan kerusakan pembuluh darah ( Brunner and
Suddarth, 2002)

Fraktur adalah gangguan dalam kontinuitas struktur tulang ( Lewis 2013)


Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesaui jenis dan luasnya, terjadi
pada tulang fibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya. (Muttaqin, 2008)

Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan
tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2010)

Jika kita lihat fraktur pada kasus terletak di area fibula maka Fraktur distal fibula adalah
terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal juga tulang tibia, atau sebagai komponen
maleolus patah pada pergelangan kaki.

2. Manifestasi Klini fraktur

Manifestasi Klinis

Deformitas
Pergerakan Bengkak/
abnormal
Edema

Krepitasi Tanda dan Gejala Ekimosis


Fraktur (Memar)

Kurang/Hilang Spasme
sensasi otot
Nyeri

(Asikin & Nasir, 2016)


a. Edema/Swelling
Terjadi karena kebocoran cairan ekstraselular dan darah dari pembuluh darah yang telah ruptur
pada fraktur, atau perdarahan ke jaringan di sekitarnya
Ket : Perdarahan, pembengkakan, dan edema yang tidak terkendali dalam ruang tertutup dapat
menyumbat sirkulasi dan merusak saraf (misalnya, risiko sindrom kompartemen).
b. Deformitas (kelainan bentuk)
Posisi ekstremitas atau bagian yang tidak normal akibat kekuatan asli cedera dan aksi otot
menarik fragmen ke posisi abnormal. Terlihat sebagai kehilangan kontur tulang normal.
Ket : Deformitas adalah tanda kardinal fraktur. Jika tidak dikoreksi, mungkin menghasilkan
masalah dengan penyatuan tulang dan pemulihan fungsi bagian yang cedera.
c. Ekimosis (memar)/Contusion
Perubahan warna kulit sebagai akibat dari ekstravasasi darah di jaringan subkutan
Ket : Ekimosis dapat muncul segera setelah cedera dan dapat muncul di bagian distal cedera.
d. Kehilangan fungsi
Gangguan tulang atau sendi, mencegah penggunaan fungsi anggota tubuh atau bagian.
Ket : Fraktur harus dikelola dengan benar untuk memastikan pemulihan fungsi untuk
ekstremitas atau bagian.
e. Krepitasi
Memarut atau mengunyah potongan tulang, menghasilkan renyah yang terdengar atau
terdengar atau sensasi bermunculan....
Ket : Krepitasi dapat meningkatkan kemungkinan untuk tidak bersatu jika ujung tulang
dibiarkan bergerak secara berlebihan. Penambahan fragmen tulang belakang (pasca-fraktur)
membantu osteogenesis (pertumbuhan tulang baru).
f. Gangguan sensasi atau kesemutan
Dapat terjadi, yang menandakan kerusakan saraf.
g. Nyeri
Nyeri dinyatakan langsung setelah terjadi trauma , hal ini disebabkan adanya spasme (
mengalami peregangan) otot, tekanan dari patahan tulang atau jaringan sekitarnya
(Lewis. 2013)
3. Apa jenis fraktur yang terjadi pada klien?

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentuan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh
tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur.

a. Sudut patah
- Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
Panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi
atau direduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan
biasanya mudah di kontrol dengan bidai gips.
- Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
- Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis
fraktur rendah energu ubu hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
b. Fraktur multiple pada satu tulang
- Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani.
- Fraktur komunita adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan
lebih dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur impaksi
- Fraktur kompresi terjadi ketika kedua tulang menumbuk akibat tubrukan tulang ke tiga
yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
d. Fraktur patalogik
Fraktur patalogik terjadi pada daerahdaerah tulang yang telahmenjadi lemah oleh
karena tumor atau proses patalogik lainnya. Tulang sering kali menunjukan penurunan
densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor primer
atau tumor metastasis.
e. Fraktur beban (kelelahan )
Fraktur beban terjadi pada orang yang baru saja menambah tingkat aktivitasnya
mereka, seperti orang yang baru berlatih militer. Setiap pasien yang mengalami nyeri
berat setelah meningkatkan aktivitas kerja tubuh, mungkin mengalami fraktur dan
seharusnya di proteksi dengan memakai tongkat atau bidai atau gips yang tepat.
f. Fraktur greenstick
Adalah fraktur tidak sempurna dan serig terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya
sebagian masih utuh, demikian juga periosteum.
g. Fraktur avulasi
Adalah memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.
h. Fraktur sendi
- Fraktur yang melibatlan sendi. Jika tidak ditangani secara tepat, cedera semacam ini
akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera
tersebut.
i. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan.
j. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus.
k. Deskripsi fraktur ( fraktur tulang Panjang )
Angulasi dan oposisi adlah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur
tulang Panjang. Drajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang Panjang dapat
menunjukan derajat keparahan. Oposisi menunjukan tingkat pergeseran fraktur dari
permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan berapa proporsi satu segmen tulang
patah yang menyentuh fragmen tulang lainnya.

Jika kita lihat dari kasus, klien mengalami fraktur tulang Panjang yang mana fraktur terjadi di
fibula dextra dengan perluasana ke sendi pergelangan kaki
Jenis khusus fraktur, menurut Smeltzer & Bare (2001), yaitu:

- Greenstick yaitu fraktur inkomplete dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi
lainnya membengkok. Fraktur Greenstick disebabkan oleh tekanan yang terjadi
disepanjang axis tulang.
- Transversal yaitu fraktur sepanjang garis tengah tulang, biasanya terjadi karena
penyakit paget, osteomalasia, dan osteogenesis imperfect.
- Oblik yaitu fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang dan terjadi akibat
tulang terpelintir dengan keras.
- Spiral yaitu fraktur yang terjadi karena tulang terpelintir dengan keras dan merupakan
kelanjutan dari fraktur oblik. Fraktur spiral disertai dengan Analisis praktik kerusakan
jaringan sedang. Fraktur ini penyebab utama dari malrotasi pada fraktur.
- Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
- Kompresi yaitu fraktur parallel yang terjadi dimulai dari sepanjang axis tulang dan
membuat tulang menjadi tipis hingga berakhir pada perubahan bentuk dan ukuran
tulang.
- Patologik yaitu fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
penyakit paget, metastasis tulang, tumor).
- Avulsi yaitu tertariknya fragmen tulang dan jaringannya keluar dari perlekatannya.
Fraktur avulse sering terjadi pada tulang anak yang belum matur.
- Impaksi yaitu fraktur yang terjadi karena tekanan keras pada tulang dan mendorong
fragmen tulang yang lebih kecil masuk kefragmen tulang yang lebih besar.
(Lewis, 2013)
Refrensi

Asikin & Nasir.(2016). Keperawatan Medical Bedah ; Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Erlangga
Doenges, Marilynn E. (2010). Nursing Care Plans 8th edition. Philadelphia: F. A. Davis Company

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Lewis.et al.(2013). Medical-Surgical Nursing; Assessment and Management of Clinical Problems.


Canada : Elsevier
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth.
(edisi 8, volume 2). Alih bahasa oleh H. Y. Kuncara, Monica Ester, Andry Hartono, & Yasmin
Asih; editor bahasa indonesia oleh Endah Pakaryaningsih & Monica Ester. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai