Anda di halaman 1dari 10

1.

Bentuk Usaha
Usaha Donat High Calcium yang memiliki modal Rp69.000.000 sekitar
menerapkan bentuk usaha firm adalah menjalankan usahanya. Firma adalah suatu
bentuk persekutuan badan usaha untuk menjalankan dan mengembangkan usaha
antara dua orang atau lebih dengan nama usaha bersama. Setiap anggota pada badan
usaha firma memiliki tanggung jawab penuh atas perusahaan sehingga modal untuk
mendirikan badan usaha firma juga berasal dari patungan para anggotanya.

Baik keuntungan maupun kerugian yang dialami badan usaha firma menjadi
tanggungan setiap anggota yang tergabung dalam firma. Mengacu pada pengertian
badan usaha firma tersebut, dalam artikel ini akan dibahas lebih dalam tentang
prosedur mendirikan badan usaha firma beserta kelebihan dan kekurangannya.

Persekutuan firma bukan merupakan badan hukum karena tidak memenuhi


syarat untuk menjadi badan hukum. Seperti kita ketahui, salah satu syarat badan
hukum adalah kekayaan perusahaan terpisah dengan kekayaan pribadi pemiliknya.
Dalam firma, kekayaan pribadi para pemiliknya tidak terpisah dengan kekayaan
perusahaan dan tidak ada undang-undang khusus yang mengatur tentang firma.

2. Syarat Pendirian Usaha


Sebelum mendirikan Firma terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
pendiri diantaranya:

a. Jumlah pendiri perusahaan minimal 2 (dua) orang atau lebih. Hal ini
dimaksudkan karena badan usaha ini bentuk dari kerjasama dua orang atau lebih
yang akan bertanggung jawab dan menanggung resiko bersama.
b. Memiliki nama yang bakal dipakai oleh firma tersebut. Nama boleh diambil dari
kesepakatan kedua belah pihak yang bekerjasama dan tidak dipersulit dengan
adnaya persetujuan layaknya Perseroan Terbatas (PT).
c. Memiliki pengurus yang diangkat dan ditetapkan oleh para pendiri. Siapa yang
akan bertindak selaku anggota aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku anggota
diam. Anggota tersebut yang ikut menanamkan saham atau sebagai pemegang
saham
d. Memiliki maksud dan tujuan yang spesifik (walaupun tentu saja dapat
mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya) serta kegiatan usaha yang
tidak bertentangan dengan Peraturan dan Undang-Undang yang berlaku di
Indonesia.
e. Memiliki tempat usaha sebagai kantor pusat perusahaan yang berlokasi
dilingkungan komersial seperti Gedung Perkantoran, Pertokoan, Ruko/Rukan atau
tempat usaha lainnya yang diperuntukan sebagai tempat usaha.
f. Proses Pendirian

Setelah syarat dan ketentuan yang ditetapkan sudah terpenuhi maka selanjutnya
adalah mengikuti proses pendirian Firma:

a. Pembuatan Akta Pendirian


Tahap pertama dalam pendirian Firma adalah pembuatan Akta otentik sebgaia
Akta Pendirian Firma yang dibuat dan ditandatangani oleh Notaris dalam bahasa
Indonesia. Syaratnya cukup mudah yaitu dengan menyertakan Fotokopi KTP para
pendiri Perseroan Firma dan data anggaran dasar Firma sebagai langkah awal
b. Permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Tahap kedua adalah permohonan surat keterangan domisili perusahaan yang
diajukan kepada Kepala Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor
perusahaan berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan yang
jelas dan mudah untuk ditemukan. Kelengkapan lain yang dibutuhkan antara lain:
 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan
 Fotokopi PBB-pajak bumi dan bangunan tahun terakhir sesuai tempat usaha untuk
perusahaan yang berdomisili di Ruko/Rukan
c. Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak
Tahap ketiga merupakan permohonan pendaftaran wajib pajak badan usaha
diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili
perusahaan untuk mendapatkan kartu NPWP serta surat keterangan terdaftar sebagai
wajib pajak dimana perusahaan berdomisili. Kelengkapan surat yang harus
dilampirkan dalam pembuatan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) antara lain:
 Melampirkan bukti PPN (Pajak Pertambahan Nilai) atas sewa gedung
 Melampirkan bukti pelunasan PBB (Pajak Bumi Bangunan)
 Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak tempat usaha
d. Permohonan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP-PKP)
Setelah mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tahap keempat
adalah permohonan untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak diajukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan NPWP yang telah diterbitkan.
Kelengkapan berkas yang harus dilengkapi sama dengan kelengkapan berkas dalam
tahap ketiga.
e. Pendaftaran ke Pengadilan Negeri
Tahap selanjutnya yaitu tahap kelima yaitu pendaftaran ke Pengadilan Negeri.
yang diajukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat sesuai tempat dan
kedudukan perusahaan berada dengan membawa kelengkapan berkas berupa NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak ) dan salinan akta pendirian Firma yang disahkan di
awal.
f. Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Tahap keenam, pemohon yang mendirikan Firma mengajukan permohonan
kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian
dan Perdagangan setempat untuk permohonan Ijin Mendirikan Bangunan.
Kelengkapan berkas yang haus dipenuhi yaitu:
 Foto kopi KTP
 Foto kopi sertifikat tanah atau kepemilikan tanah lainnya yang dikuatkan oleh
Kepala Desa atau Camat terdekat
 Gambar detail konstruksi bangunan
g. Permohonan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)
Tahap ketujuh yaitu pemohon mengajukan permohonan kepada bupati
melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan
Perdagangan setempat untuk melakukan permohonan Surat Ijin Tempat Usaha dengan
persyaratan sebagai berikut
 Foto kopi KTP
 Foto kopi sertifikat tanah
 Foto kopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
 Foto berwarna ukuran 3×4 (lbr) dan 4×6 (2lbr)
h. Permohonan Surat Ijin Gangguan (HO)
Tahap kedelapan pemohon mengajukan permohonan kepada bupati melalui
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) setempat untuk mengajukan permohonan Surat Ijin Gangguan
(HO) yang dilengkapi dengan berkas sama dengan persyaratan tahap ketujuh
i. Permohonan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

Tahap kesembilan yaitu permohonan SIUP yang diajukan kepada bupati


melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan
Perdagangan setempat. Untuk golongan SIUP menengah dan kecil, atau Dinas
Perdagangan Propinsi untuk SIUP besar sesuai dengan tempat kedudukan perusahaan
berada. Berkas yang dilampirkan adalah:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin Gangguan (HO) untuk jenis
kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan adanya SITU berdasarkan
Undang-Undang Gangguan
 Foto direktur utama/pimpinan perusahaan (3×4) sebanyak 2 lembar
 Neraca awal
j. Permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Dan yang terakhir merupakan permohonan pendaftaran yang diajukan kepada


bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan
Perdagangan setempat. Dengan persyaratan:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin Gangguan (HO)
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Materai 2lbr
 Foto kopi sertifikat Penyuluhan (SP)
3. Syarat – Syarat Pengajuan Sertifikasi Halal (HAS 23000:1
KRITERIA SISTEM JAMINAN HALAL (SJH))
a). Kebijakan Halal
Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan Halal dan mensosialisasikan
kebijakan halal kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder) perusahaan.
b). Tim Manajemen Halal
Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal yang
mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki tugas,
tanggungjawab dan wewenang yang jelas.
c). Pelatihan dan Edukasi
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan.
Pelatihan internal harus dilaksanakan minimal setahun sekali dan pelatihan
eksternal harus dilaksanakan minimal dua tahun sekali.
d). Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak boleh
berasal dari bahan haram atau najis. Perusahaan harus mempunyai dokumen
pendukung untuk semua bahan yang digunakan, kecuali bahan tidak kritis atau
bahan yang dibeli secara retail.
e). Produk
Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan bau
atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram
berdasarkan fatwa MUI. Merk/nama produk yang didaftarkan untuk disertifikasi
tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan
atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Produk pangan eceran
(retail) dengan merk sama yang beredar di Indonesia harus didaftarkan
seluruhnya untuk sertifikasi, tidak boleh jika hanya didaftarkan sebagian.
f). Fasilitas Produksi
 Industri pengolahan: (i) Fasilitas produksi harus menjamin tidak adanya
kontaminasi silang dengan bahan/produk yang haram/najis; (ii) Fasilitas
produksi dapat digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk
yang disertifikasi dan produk yang tidak disertifikasi selama tidak
mengandung bahan yang berasal dari babi/turunannya, namun harus ada
prosedur yang menjamin tidak terjadi kontaminasi silang.
 Restoran/Katering/Dapur: (i) Dapur hanya dikhususkan untuk produksi halal;
(ii) Fasilitas dan peralatan penyajian hanya dikhususkan untuk menyajikan
produk halal.
 Rumah Potong Hewan (RPH): (i) Fasilitas RPH hanya dikhususkan untuk
produksi daging hewan halal; (ii) Lokasi RPH harus terpisah secara nyata
dari RPH/peternakan babi; (iii) Jika proses deboning dilakukan di luar RPH
tersebut, maka harus dipastikan karkas hanya berasal dari RPH halal; (iv)
Alat penyembelih harus memenuhi persyaratan.
g). Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan
aktivitas kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat mempengaruhi
status kehalalan produk. Aktivitas kritis dapat mencakup seleksi bahan baru,
pembelian bahan, pemeriksaan bahan datang, formulasi produk, produksi,
pencucian fasilitas produksi dan peralatan pembantu, penyimpanan dan
penanganan bahan dan produk, transportasi, pemajangan (display), aturan
pengunjung, penentuan menu, pemingsanan, penyembelihan, disesuaikan dengan
proses bisnis perusahaan (industri pengolahan, RPH, restoran/katering/dapur).
Prosedur tertulis aktivitas kritis dapat dibuat terintegrasi dengan prosedur sistem
yang lain.
h). Kemampuan Telusur (Traceability)
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin
kemampuan telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang memenuhi
kriteria (disetujui LPPOM MUI) dan diproduksi di fasilitas produksi yang
memenuhi kriteria (bebas dari bahan babi/ turunannya).
i). Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani produk yang
tidak memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke konsumen yang mempersyaratkan
produk halal dan jika terlanjur dijual maka harus ditarik.
j). Audit Internal
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH.
Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali dan dilaksanakan oleh
auditor halal internal yang kompeten dan independen. Hasil audit internal
disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali.
k). Kaji Ulang Manajemen
Manajemen Puncak atau wakilnya harus melakukan kaji ulang manajemen
minimal satu kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk menilai efektifitas
penerapan SJH dan merumuskan perbaikan berkelanjutan.

Keuntungan Mendapatkan Sertifikasi Halal


Sertifikasi halal adalah sertifikat yang memberikan bukti bahwa produk yang
anda tawarkan bebas dari najis serta bebas dari kontaminasi najis. Sertifikasi halal
diperlukan agar konsumen mendapatkan ketenangan dalam mengonsumsi suatu jenis
produk atau makanan. Oleh karena itu, alangkah baiknya agar pengusaha menyadari
arti pentingnya sertifikasi halal ini bagi produk yang mereka jual
Adapun beberapa manfaat sertifikasi halal bagi produsen antara lain:
1) Memilki USP (Unic Selling Point).
2) Meningkatkan kepercayaan konsumen atas produk yang dikeluarkannya.
3) Kesempatan untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak
1,4 milyar Muslim dan jutaan non Muslim lainnya.
4) Sertifikasi halal adalah jaminan yang dapat dipercaya untuk mendukung klaim
pangan halal.
5) 100 % keuntungan dari market share yang lebih besar tanpa kerugian dari
pasar/klien non Muslim.
6) Meningkatkan marketability produk di pasar/negara Muslim.
7) Investasi berbiaya murah dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang dapat
dicapai.
8) Peningkatan citra produk.

4. Syarat Mendaftarkan Produk ke BPOM


Secara umum persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Kelengkapan persyaratan administrasi

 surat izin industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
 hasil audit sarana produksi
 jika produk impor surat penunjukan dari perusahaan asal yang ada di luar
negeri dan Angka Pengenal Impor (API)
 SIUP dan API-U bagi produk impor
b. Persyaratan teknis pendaftaran pangan olahan
 komposisi daftar bahan yang digunakan dan penjelasannya
 sertifikat GMP/HACCP
 informasi masa simpan
 kode produksi
 hasil analisis produk akhir berupa hasil analisis laboratorium yang
berhubungan dengan uji zat gizi, uji kimia, uji cemaran logam dan
mikrobiologi. Masa berlaku hasil analisa tersebut adalah enam bulan terhitung
sejak tanggal pengujian.
 rancangan label sesuai dengan yang ada pada edaran sebnayak tiga rangkap
 pada bagian utama label minimal harus memuat nama produk, netto (berat
bersih), nama dan alamat produsen/importir (alamat lengkap disertai kode pos)
dan nomor pendaftaran
 keterangan pada label memuat komposisi bahan, golongan BTM, nama
pengawet, pemanis, dan pewarna lengkap dengan indeksnya, masa kadaluarsa,
kode produksi, dan tanggal produksi.
 sampel produk minimal tiga buah
c. Dokumen pendukung
 sertifikat merk dagang
 sertifikat organik
 sertifikat produk penggunaaan tanda SNI
 sertifikat halal dari MUI
 keterangan produk bebas GMO
 keterangan iradiasi pangan
 NKV bagi rumah potong hewan
 sertifikat kesehatan bagi produk impor (izin Depkes negara yang
bersangkutan)
 Formulir dan Pengarsipan Dokumen
 Formulir yang telah diisi kemudian dibuat rangkap empat buah yang berfungsi
untuk pengarsipan dokumen sebanyak satu buah dan lainnya diserahkan
kepada petugas dengan peraturan untuk kode MD sebagai berikut:
a. umum
 berkas makanan, minuman dan bahan tambahan pangan dalam map
snellhecter berwarna merah
 berkas makanan diet khusus dalam map snellhecter berwarna hijau
 berkas makanan fungsional dan makanan rekayasa genetika dalam map
snellhecter berwarna biru
b. ODS
 berkas makanan dalam map snellhecter transparan berwarna biru
 berkas minuman dan bahan tambahan pangan dalam map snellhecter
transparan warna merah
 Sedangkan ketentuan formulir untuk kode ML adalah: Untuk umum,
berkas semua produk dalam map snellhecter berwarna kuning. Dan
untuk ODS, berkas semua produk dalam map snellhecter transparan
berwarna kuning.

Jika Anda telah melengkapi keseluruhan dokumen maka Anda dapat melakukan
pembayaran ke rekening BNI dengan nomor 037.000.240799001 dengan jumlah
biaya sesuai yang ditetapkan melalui PP no 17 tahun 2001 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada badan POM. Setelah itu Anda
dapat menunggu keputusannya dengan waktu maksimal tiga bulan bagi kategori
umum dan satu hari bagi kategori ODS.

Prosedur Pendaftaran Produk ke BPOM

Formulir Produk Dalam Negeri


Untuk mendaftarkan makanan produksi Dalam Negeri, pemohon wajib menyerahkan atau mengirimkan
kelengkapan permohonan pendaftaran kepada Direktur jenderal Pengawasan Obat dan Makanan sebanyak
3 rangkap. Kelengkapan permohonan pendaftaran adalah meliputi :

1. Permohonan pendaftaran

Yang terdiri dari Formulir A, B, C, D yang diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan pedoman dan
dilengkapi dengan lampirannya pada masing-masing formulir.

1. Formulir A (diklip di Formulir A)

 Sertifikat merek dari Departemen Kehakiman RI bila ada.


 Rancangan/desain label dengan warna sesuai dengan rencana yang akan digunakan pada produk
yang bersangkutan.
 Fotokopi surat izin dari Departemen Perindustrian RI/BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
Modal).
 Surat pemeriksaan BPOM setempat (bila sudah pernah diperiksa).
 Untuk produk suplemen makanan melampirkan fotokopi izin produksi farmasi dan sertifikat
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
 Untuk produk air minum dalam kemasan dan garam dilengkapi sertifikat SNI dari Deperindag.
 Untuk produk yang dikemas kembali harus melampirkan surat keterangan dari pabrik asal.
 Untuk produk lisensi melampirkan surat keterangan lisensi dari pabrik asal dengan menunjukkan
aslinya.

1. Formulir B (diklip di form B)

 Spesifikasi bahan baku dan BTM (Bahan Tambahan Makanan).


 Asal pembelian bahan baku dan BTM.
 Standar yang digunakan pabrik.
 Sertifikat wadah dan tutup.
 Uji kemasan dan pemerian bahan baku untuk suplemen makanan.

1. Fomulir C (diklip di form C)

 Proses proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi


 Higiene dan sanitasi pabrik dan karyawan
 Denah dan peta lokasi pabrik

1. Formulir D (diklip di form D)

 Struktur organisasi
 Sistem pengawasan mutu, sarana dan peralatan pengawasan mutu
 Hasil analisa produk akhir lengkap dan asli meliputi pemeriksaan fisika, kimia, BTM (sesuai
dengan masing-masing jenis makanan), cemaran mikroba dan cemaran logam
 Apabila diperiksa oleh laboratorium sendiri, harus dilengkapi dengan metoda dan prosedur analisa
yang digunakan dengan melampirkan daftar peralatan laboratorium yang dimiliki
 Apabila dilakukan pemeriksaan dilaboratorium pemerintah atau laboratorium yang sudah
diakreditasi, agar menyebutkan metoda yang digunakan.
 “in process control” pengawasan mutu selama proses produksi.

Keuntungan menggunakan nomor BPOM adalah produk yang di produksi dijamin


keamanan, mutu serta gizi nya.

Anda mungkin juga menyukai