Anda di halaman 1dari 15

1

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA SMK SALAFIYAH


PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN (TKJ)
KAJEN, MARGOYOSO, PATI, JAWA TENGAH

INCULCATING THE CHARACTER VALUES OF THE STUDENT OF SMK SALAFIYAH


OF EXPERTISE PROGRAM OF COMPUTER TECNOLOGY AND NETWORK
KAJEN, MARGOYOSO, PATI, JAWA TENGAH
Oleh: Abdulloh Hamid; Putu Sudira
Disdik SMPN1 Sukolilo; Universitas Negeri Yogyakarta
(email: doelhamid07@gmail.com)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: nilai-nilai karakter, proses penanaman nilai-nilai
karakter, faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK
Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
fenomenologi. Dilaksanakan di SMK Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Pengumpulan
data menggunakan teknik interview, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian meliputi: kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, pengurus yayasan dan alumni, yang dipilih secara
purposif. Keabsahan data dalam penelitian ini dinyatakan dengan berbagai bukti temuan berupa
rekaman suara, gambar, foto, kondisi ril lapangan sebagai fenomena atau realita sosial yang dialami.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis interaktif model Miles & Huberman melalui
pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan (1) Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK Salafiyah adalah nilai-nilai karakter Islam
berbasis pondok pesantren, yakni: (a) nilai dasar: tawasut, tawazun, tasamuh dan i‟tidal, (b) nilai
personal: keimanan, ketakwaan, kemampuan baik, disiplin, kepatuhan, kemandirian, cinta ilmu,
menutup aurat, dan (c) nilai sosial: kemampuan baik dalam kinerja, sopan santun, menghormati guru,
memuliakan kitab, menyayangi teman, uswah hasanah, tawadhu‟, doa guru, berkah, dan pemisahan
antara siswa-siswi; (2) Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Salafiyah melalui
konteks mikro dan konteks makro. Konteks mikro: integrasi dengan setiap mata pelajaran dan muatan
lokal, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri. Konteks makro: keluarga, sekolah dan
masyarakat; dan (3) Faktor pendukung dan pengambat: (a) faktor pendukung: SMK Salafiyah
mempunyai SDM yang memadai, siswa SMK Salafiyah mayoritas di pondok pesantren, terletak di
Desa Kajen, adanya program-program sekolah yang mendukung penanaman nilai-nilai karakter,
adanya sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. (b) faktor penghambat:
terbatasnya sarana dan prasarana, perbedaan latar belakang, terbatasnya keuangan sekolah, perbedaan
pemahaman tentang pendidikan karakter, belum adanya satu pondok pesantren. kurang optimalnya
koordinasi antar sekolah, keluarga, dan masyarakat, apatisme masyarakat terhadap SMK berbasis
pondok pesantren, dan pengaruh globalisasi.
Kata kunci: Pendidikan karakter, Islam, pondok pesantren

Abstract

The objectives of this research are to find out: (1) the character education values, (2) the
inculcation process of the character education values, and (3) the obstacles in inculcating the character
education values at SMK Salafiyyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. This research was
conducted at SMK Salafiyyah located in Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah which used the
fenomenological qualitative approach. The data were collected through interview, partisipative
observation, and document analysis. The research subjects consisted of the principal, vice-principal,
teachers, students, trustees, and alumni selected purposively. The validity of the data was described by
a variety ofevidence findings including recordings, pictures, photographs, and the real condition of the
field as the phenomenon or social reality. The data analysis was conducted by having interactive
analysis of Miles and Huberman model through data interpretation presented during and after the data
collection. The results of this research are as folows. First, the values inculcated at SMK Salafiyyah
are the Islamic character education based on the Islamic boarding school, i.e: (a) the basic values:
2

tawassut, tawazun, tasamuh dan i‟tidal;(b) the personal values: faith, devotion, goodskills, discipline,
obedience, self-reliance, love of science andaurot covering; (c) the social values: good working
performance, good manner, respect to teachers, glorifying books, loving friends, uswah hasanah,
tawadhu‟, teacher’s prayer, blessing, and the separation between male and female students. Second,
the inculcation process of character education values at SMK Salafiyyah is through micro-context and
macro-context. The micro-context includes the integration of each subject and local content, school
culture, and self-development activities. The macro-context includes family, school, and society.
Third, the obstacles inculcating the students' character education values at SMK Salafiyyah include the
internal and external obstacles. The internal obstacles are the shortage of infrastucture, the background
differences, the shortage of school budget, the differences of understanding and interpretating of
character education itself, and unavailability of boarding school for the students of SMK Salafiyyah.
The external obstacles are the less optimal coordination between school, parents, and society, the
publicapathy of SMK education based on the Islamic boarding school, the society paradigm that
Islamic boarding school is out-of-date, and the influence of globalization.
Keywords: character education, Islam, Islamic boarding school.
3

Pendahuluan masih tingginya angka kemiskinan penduduk


Di dalam kitab suci umat Islam Alqur’an Indonesia yaitu: 28.07 juta orang (Purwanto, D.
disebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus oleh Kompas:01/07/13), serta masih tingginya angka
Allah ke muka bumi sebagai uswah hasanah pengangguran terdidik di Indonesia, seperti data
[contoh yang baik], (QS. Al Ahzab[33]:21) badan pusat statistik (BPS, 2012) pada bulan
sejak itu pula Nabi Muhammad didaulat agustus tentang pengangguran terbuka menurut
sebagai makhluk yang paling sempurna pendidikan tinggi yang ditamatkan, lulusan
akhlaknya (QS. al Qalam[68]:4), dan juga di SMK:1,041,265 dan lulusan SMA:1,832,109.
dalam Hadis disebutkan bahwa Nabi Fenomena-fenomena di atas
Muhammad ditugaskan untuk menunjukkan bahwa karakter dan moral bangsa
menyempurnakan akhlak (H.R. Baihaqi). Indonesia sudah mengalami dekadensi,
Dari ayat-ayat Alqur’an dan Hadis di sehingga langkah cepat perlu segera diambil
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif.
yang mempunyai akhlak yang baik (karakter Salah satunya yaitu dengan menggaungkan
yang baik) dapat dijadikan sebagai teladan yang kembali “pendidikan karakter”. Banyak negara
baik, demikian juga bangsa yang maju bukan yang dalam menghadapi krisis menempatkan
hanya bangsa yang mempunyai sumber daya pembangunan karakter sebagai fokus untuk
alam (SDA) yang melimpah saja tetapi juga menemukan solusi. Revitalisasi bangsa Jerman
didukung dengan kualitas sumber daya manusia oleh kekalahan perang dengan Perancis
(SDM) yang mampu mengelola dan memanaje dilakukan dengan pendidikan karakter dan
SDA tersebut untuk kesejahteraan dan spiritualitas. Bangsa Jepang negerinya
kemakmuran rakyat, sehingga dibutuhkan SDM menghadapi urbanisasi, disertai introduksi
yang mempunyai kecerdasan yang cukup. pendidikan moral. Bangsa Amerika pada akhir
Selain kecerdasan, kualitas SDM juga abad keduapuluh yang sarat dengan aneka
dibutuhkan akhlak yang baik, integritas. Hal masalah mengintroduksi kembali pendidikan
tersebut disetujui oleh Lickona (2004:iv): karakter (Suyata, 2011:4).
“Moral are the foundation upon which a Sejak ditetapkannya “Pendidikan
country rises to great heights. Take away Karakter” pertama kali oleh Kementerian
morals, and individuals, leaders, and countries Pendidikan Nasional pada Hari Pendidikan
fall” (old spiritual wisdom). Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei 2011,
Untuk mencetak SDM berkualitas dan merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila
berkarakter, maka harus ada sinergitas antara dan pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi
keluarga, sekolah dan masyarakat, karena oleh realita permasalahan kebangsaan yang
karakter adalah berawal dari sebuah kebiasaan. berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan
Sekolah (pendidikan) adalah salah satu tempat belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
yang strategis dalam pembentukan karakter bergesernya nilai etika dalam kehidupan
selain di keluarga dan masyarakat, melalui berbangsa dan bernegara; memudarnya
sekolah proses penanaman nilai-nilai karakter kesadaran terhadap nilai-nilai kebudayaan
siswa akan diaplikasikan baik melalui kegiatan bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan
belajar mengajar, budaya sekolah, dan kegiatan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk
pengembangan diri. Menurut Marthin Luther Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
King tujuan pendidikan yang benar adalah Bangsa:2010-2025).
membentuk peserta didik yang cerdas secara Untuk mendukung perwujudan cita-cita
intlektual dan berkarakter “Intellegence plus pembangunan karakter di atas, maka
character, that is the true education” (Lickona, pemerintah menjadikan pendidikan karakter
2004:xi). sebagai salah satu program prioritas
Permasalahan yang melanda Bangsa pembangunan nasional. Semangat itu secara
Indonesia sangat banyak sekali, antara lain implisit ditegaskan dalam Rencana
dekadensi moral pelajar Indonesia seperti free Pembangunan Jangka Panjang Nasional
sex, penyalahgunaan narkoba, meningkatnya (RPJPN) tahun 2005-2015, pendidikan karakter
penderita HIV-AIDS, tawuran antar pelajar, ditempatkan sebagai landasan untuk
mencontek ketika ujian, dll., demikian pula mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
rusaknya moral bangsa Indonesia juga melanda “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
disetiap lini kehidupan seperti budaya korupsi, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab
perbuatan asusila, kejahatan tindak kriminal, berdasarkan falsafah Pancasila.”
4

Hal tersebut di atas senada dengan tujuan implementasi pendidikan karakter di SMK
pendidikan nasional yaitu “Pendidikan nasional dapat mengupayakan terciptanya keselarasan
berfungsi mengembangkan dan membentuk antara karakter yang dikembangkan di sekolah
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta secara optimal, pendidikan karakter bisa
didik agar menjadi manusia yang beriman dan dilaksanakan melalui integrasi dengan mata
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pelajaran yang ada, mata pelajaran dalam
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, muatan lokal (mulok) serta kegiatan
mandiri dan menjadi warga Negara yang pengembangan diri, namun realita di lapangan
demokratis serta bertanggungjawab” (Undang- untuk mengimplementasikan pendidikan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun karakter di masing-masing sekolah mengalami
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional- kesulitan, karena tidak adanya standar yang
UUSPN pasal 3). jelas sehingga pendidikan karakter masih belum
Dengan demikian RPJPN dan UUSPN menemukan bentuknya, dan masih dalam batas
merupakan landasan yang kokoh untuk trial and eror, namun disisi lain tidak adanya
melaksanakan secara operasional pendidikan draf standar yang jelas tentang pendidikan
karakter. Pendidikan karakter bukan sekedar karakter, memberikan ruang untuk
aspek “pengetahuan yang baik (moral mengembangkan pendidikan karakter di
knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan masing-masing satuan pendidikannya. Maka
baik atau loving good (moral feeling), dan atas dasar alasan yang kedualah, penelitian
perilaku yang baik (moral action). Pendidikan tentang “Penanaman nilai-nilai karakter siswa
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan SMK Salafiyah program keahlian Teknik
yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan. Komputer dan Jaringan (TKJ) Pati Jawa
Pokok-pokok sistem pendidikan di Tengah” penting untuk dilakukan.
Indonesia adalah sebagai berikut: sekolah dasar SMK mempunyai ciri khas yang
6 tahun yang dilanjutkan dengan 3 tahun membedakan dengan sekolah menengah atas
pendidikan lanjutan pertama; sekarang dikenal lainnya (SMA dan MA) yaitu hubungan erat
dengan pendidikan dasar 9 tahun yang dengan dunia kerja, pada awal berdirinya SMK
dicanangkan sebagai wajib belajar pendidikan didesain demikian rupa untuk bekerja,
dasar 9 tahun sejak bulan Mei 1994. Pada melanjutkan atau wiraswasta (BMW), serta
tingkat lanjutan atas pendidikan dibagi menjadi dalam pembelajarannya banyak menggunakan
dua jenis jalur pendidikan. Jalur pertama adalah learning by doing. Sehingga karakteristik dan
pendidikan umum yang dilaksanakan melalui kompetensi siswa SMK harus sesuai dengan
Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah kebutuhan dunia kerja, seperti: berkarakter
Menengah Atas (SMA). Jalur yang lain adalah personal baik, berkarakter kerja kuat dan lain-
pendidikan kejuruan yang dilaksanakan melalui lain. SMK Salafiyah yang berada di Desa Kajen
sekolah kejuruan yang secara umum disebut Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Provinsi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK Jawa Tengah, merupakan SMK yang unik dan
juga dituntut mengimplementasiakan dan menarik untuk dijadikan obyek penelitian, salah
mengembangkan pendidikan karakter di satuan satunya karena SMK Salafiyah dibangun
pendidikannya. dengan basis karakter pondok pesantren. dan
Tujuan pengembangan pendidikan salah satu keunikan lainnya yaitu SMK
kejuruan dan vokasi secara holistik semestinya Salafiyah berada di sebuah Desa Kajen, Desa
tidak tereduksi hanya pada proses pembentukan Kajen terletak di Kecamatan Margoyoso, 18 km
ketrampilan teknis semata untuk pemenuhan dari kota Pati ke arah utara, luas desa Kajen
kebutuhan ekonomi. Pendidikan kejuruan dan hanya 63 hektar. Kajen mempunyai sebutan
vokasi bukan pula sebatas schooling. “Desa Santri” karena di dalam satu desa
Pendidikan kejuruan dan vokasi adalah tersebut terdapat banyak sekali pondok
pendidikan yang menuju pada proses pesantren (20 Pondok Pesantren) yang juga
inkulturisasi dan akulturasi yaitu proses merupakan pusat perkembangan Islam di
memperadabkan suatu generasi baru masa Kabupaten Pati. Selain itu di desa tersebut ada
depan yang berlangsung di sekolah, keluarga, makam waliyullah yaitu KH. Ahmad
industri, dunia usaha, dan masyarakat terbuka Mutamakkin.
yang porous (Putu Sudira, 2012:1), sehingga
5

SMK Salafiyah secara geografis berdiri (kognitif) tentang mana yang benar dan yang
di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang
Kabupaten Pati, Di Desa Kajen tersebutlah baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
menurut data Kementrian Agama Kabupaten Dengan kata lain, pendidikan karakter yang
Pati terdapat 126 Pondok Pesantren. (Kemenag baik bukan hanya melibatkan aspek
Pati, 2012:12) dan sering disebut dengan “Desa pengetahuan yang baik (moral knowing),
Santri” di desa tersebut ada pondok pesantren akan tetapi juga merasakan yang baik
yang usianya sudah mencapai 1 Abad “Pondok (moral feeling) dan perilaku yang
Kulon Banon” di desa tersebut selain Yayasan baik(moral action).
Salafiyah juga ada pendidikan yang berbasis Pendidikan karakter pada intinya
Pondok Pesantren lain yaitu Perguruan Islam bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
Mathali’ul Falah Kajen (PIM). kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
Kalau dilihat dari awal mula berdiri SMK bertoleran, bergotong royong, berjiwa
Salafiyah ini dimulai dari induk yayasannya patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
yaitu Yayasan Salafiyah Kajen, yayasan ini ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempunyai satuan pendidikan antara lain, semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
Pondok Pesantren Salafiyah (dulu namanya kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pondok Wetan Banon), Madrasah Ibtidaiyah Pancasila (Balitbang Kemendiknas, 2011: 2)
Salafiyah, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah, dan Proses penanaman nilai-nilai karakter
Madrasah Aliyah Salafiyah, selain itu mayoritas siswa menurut Krathwohl, Bloom & Masia
siswanya adalah santri pondok pesantren, walau (1964) ada 5 tahap, yaitu: (1) Receiving
dari segi kurikulum SMK Salafiyah sudah (menyimak); (2) Responding (menanggapi);
menggunakan kurikulum resmi Dinas (3) Valuating (member nilai); (4)
Pendidikan Kabupaten Pati, namun juga Organizing (mengorganisasikan nilai); (5)
ditambahkan dengan nilai-nilai karakter yang Characterization (karakteristik nilai), seperti
ditanamkan pada peserta didiknya secara khas. gambar berikut:
Atas dasar tersebut di atas, penelitian ini sangat
menarik untuk dilakukan untuk mendapatkan
bentuk pendidikan karakter SMK pada program
keahliah TKJ yang berbasis pondok pesantren.

1. Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter
berasal dari bahasa Yunani Charrassein
yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Sedang dalam kamus Ingris-
Indonesia karakter berasal dari kata Gambar 1. Affective domain Krathworl
character yang berarti watak, karakter atau (1964:27)
sifat (Echols dan Shadily, 1995:5). Muchlas Kementerian Pendidikan dan
Samani & Hariyanto (2012:43) memaknai Kebudayaan (2009:9-10) mengidentifikasi
karakter sebagai nilai-nilai dasar yang ada 18 nilai yang bersumber dari Agama,
membangun pribadi seseorang, terbentuk Pancasila, budaya, yang sesuai dengan
baik karena pengaruh hereditas maupun tujuan pendidikan nasional yaitu: (1)
pengaruh lingkungan, yang membedakannya religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin,
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
sikap dan perilakunya dalam kehidupan demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
sehari-hari. Dalam Kamus Bahasa Indonesia semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air,
kata “karakter” diartikan dengan tabiat, (12) menghargai prestasi, (13)
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
yang membedakan seseorang dengan yang (15) gemar membaca, (16) peduli
lain. Dari beberapa definisi tersebut diatas, lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tanggungjawab.
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan Ta’limul Muta’allim (As’ad, 2007:35-
(habituation) tentang hal mana yang baik 51) menjelaskan nilai-nilai karakter seorang
sehingga peserta didik menjadi faham peserta didik yaitu: (a) menghargai ilmu; (b)
6

menghormati guru; (c) memuliakan manusia yang dimensi-dimensinya meliputi


kitab/buku; (d) menghormati teman; (e) antara lain, etika kerja, rasa keingintahuan
sikap khidmat; (f) pemilihan bidang studi; tinggi, disiplin diri, kejujuran, tanggung
(g) posisi tempat duduk; (h) menghindari jawab, respek diri, kerja keras, integritas,
akhlak tercela. ketekunan, motivasi kerja, inisiatif,
SMK mempunyai ciri khas tentang keberanian moral, kerajinan, pengendalian
pendidikan karakter yaitu: pendidikan diri, pembelajar cepat, kemauan
karakter kerja, sebagai pendidikan yang mempelajari hal-hal baru, tahu cara belajar,
mempersiapkan lulusannya memiliki daya keluwesan, kerendahan hati, dapat
hati (heart set) kerja, baik sebagai pekerja dipercaya, dan berjiwa kewirausahaan.
(pegawai), bekerja sendiri (sebagai Ketrampilan interpersonal adalah
pengusaha kecil), maupun sebagai orang ketrampilan yang terkait dengan hubungan
yang memperkerjakan orang lain. Definisi manusia yang dimensi-dimensinya meliputi
ini jelas menuntut dilakukannya antara lain: bertanggung jawab, sekap
restrukturalisasi, rekulturasi dan refigurisasi hormat kepada orang lain, kerjasama,
pembelajaran pada institusi-institusi penyesuaian diri, perdamaian, kecintaan
pendidikan yang khususnya memang pada sesame, komunikasi yang baik,
dirancang untuk menyiapkan lulusannya kepeminpinan, kehalusan berbudi,
memasuki lapangan kerja, yaitu Sekolah solidaritas, toleransi, bijaksana, beradab,
Menengah Kejuruan (SMK). berani berbuat benar meskipun tidak
popular, demokratis, sikap adil sikap tertib,
2. Pendidikan Karakter SMK berkelakuan baik, kasih sayang (cinta
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk sesama) dan lain-lain. Dengan demikian,
menghasilkan manusia yang produktif, yakni pendidikan karakter kerja dapat disarikan
manusia kerja, bukan manusia beban bagi artinya sebagai pendidikan yang
keluarga, masyarakat dan bangsanya. mempersiapkan lulusannya memiliki daya
Manusia menjadi manusia karena bekerja. hati (heart set) kerja, baik sebagai pekerja
Bekerja adalah sebuah tindakan, sebuah (pegawai), bekerja sendiri (sebagai
actus, untuk menyatakan kemandirian. pengusaha kecil), maupun sebagai orang
Slamet PH (2011) membagi pekerjaan yang memperkerjakan orang lain. Definisi
dikategorikan menurut sektor primer ini jelas menuntut dilakukannya
(pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, restrukturalisasi, rekulturasi dan refigurisasi
peternakan, pertambangan, dan sebagainya), pembelajaran pada institusi-institusi
sektor sekunder (perusahaan mobil, pendidikan yang khususnya memang
perusahaan sepatu, perusahaan makanan dan dirancang untuk menyiapkan lulusannya
sebagainya), sektor tersier atau jasa memasuki lapangan kerja, yaitu Sekolah
langsung misalnya transportasi, bank, Menengah Kejuruan (SMK).
perhotelan, dan sebagainya, dan sektor Menurut spektrum keahlian
kuarter atau jasa tidak langsung misalnya pendidikan menengah kejuruan tahun 2008
penasihat, konsultan, dan sebagainya. teknik komputer dan jaringan (TKJ)
Pekerjaan dapat juga diklasifikasikan merupakan bagian dari kompetensi keahlian
menjadi sektor publik (pemerintahan) dan dari program studi keahlian teknik komputer
sektor swasta (perusahaan), sektor profit dan dan informatika, yang merupakan bidang
non profit, sektor riil dan keuangan, dan studi keahlian teknologi informasi dan
sektor formal dan informal. Tiap pekerjaan komunikasi (TIK). TIK adalah teknologi
tersebut menuntut karakter kerja yang yang digunakan untuk berkomunikasi dan
berbeda-beda meski secara umum ada yang untuk membuat, mengelola, dan
berlaku sama untuk semua jenis pekerjaan. mendistribusikan informasi seperti
Karakter kerja adalah nilai-nilai dasar komputer, internet, telepon, televise, radio
kerja yang merupakan saripati kualitas dan peralatan audiovisual lainnya
rohaniah kerja seseorang yang dimensi- (UNESCO, 2008:11).
dimensinya meliputi intrapersonal dan Suroso dan Adi Winanto (2009:3-4)
interpersonal kerja. Kualitas intrapersonal menyatakan bahwa cakupan kompetensi
adalah kualitas batiniah (kualitas rohaniah) penguasaan dan pemanfaatan TIK untuk
manusia yang bersumber dari lubuk hati pembelajaran dibagi dalam dua kategori,
7

yaitu: dasar dan mahir. Kategori dasar baiknya saya mengulas tentang pengertian
meliputi: (a) presentasi multimedia; (b) pondok pesantren.
penyusunan dokumen; (c) kalkulasi tabulasi; Istilah pondok pesantren terdiri dari
(d) manajemen berkas elektronik; (e) dua kata yang menunjukkan pada suatu
komunikasi efektif; (f) kolaborasi kelompok; pengertian yaitu kata pondok dan kata
(g) cari refrensi; (h) manajemen data; (i) pesantren. Menurut Mujamil Qomar
kelola kebutuhan publikasi, dan (j) catatan (2006:1) dalam pemakaian sehari-hari,
personal. Adapun kategori mahir meliputi: istilah pesantren biasa disebut dengan
(a) animasi multimedia; (b) pengembangan pondok saja atau kedua kata ini digabung
aplikasi sederhana; (c) pengembangan situs menjadi pondok pesantren. Secara esensial,
internet; (d) manipulasi data dan informasi; semua istilah ini mengandung makna yang
(e) ragam kolaborasi kelompok terpadu; (f) sama.
kolaborasi, komunikasi dan koperasi Dalam bahsa Arab “ma‟had” atau
terpadu; (g) pengembangan jarring antar pesantren adalah bangunan tempat tinggal
institusi; (h) analisa data; (i) manajemen bagi kelompok orang untuk sementara
akses jaringan; (j) kelola program; (k) waktu yang terdiri atas sejumlah kamar,
penyelenggara kelas maya; dan (l) aplikasi dan dipimpin oleh seorang kepala ma‟had.
permodelan. (Kamus Besar Indonesia, 2005:72).
Definisi lain diungkapkan oleh Dhofier
3. Pondok Pesantren (1982:18) pesantren berasal dari kata santri
Pada dasarnya pendidikan pondok yang diimbuhi awalan Pe- dan akhiran – an
pesantren disebut sistem pendidikan produk yang berarti menunjukkan tempat para
Indonesia. Atau dengan istilah Indigenious santri. Dalam perkembangan selanjutnya,
(pendidikan asli Indonesia). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan
Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam pengajaran Agama Islam, yang pada
yang tertua di Indonesia (Madjid, 2002:5). umumnya pendidikan dan pengajaran
Dalam peraturan pemerintah republik tersebut terimplementasikan dengan cara
Indonesia No.55 tahun 2007 tentang nonklasikal. Dimana seorang kiai
pendidikan agama dan keagamaan mengajarkan santri berdasarkan kitab-kitab
dijelaskan dalam pasal 26 ayat (1), yaitu: bahasa arab dari ulama’-ulama’ besar sejak
Pesantren menyelenggarakan abad pertengahan, sedangkan para
pendidikan dengan tujuan santrinya tinggal dalam asrama.
menanamkan keimanan dan Menurut para ahli, pondok pesantren
ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak baru dapat disebut pondok pesantren bila
mulia, serta tradisi pesantren untuk memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2)
mengembangkan kemampuan, ada pondok, (3) ada masjid, (4) ada santri,
pengetahuan, dan keterampilan dan (5) ada pengajian kitab kuning (
peserta didik untuk menjadi ahli ilmu Tafsir,2001:197).
Agama Islam (mutafaqqih fiddin) Azizi membagi pondok pesantren
dan/atau menjadi muslim yang atas dasar kelembagaannya yang
memiliki keterampilan/keahlian untuk dikaitkan dengan system pengajarannya
membangun kehidupan yang Islami di menjadi lima ketegori: (1) pondok
masyarakat. pesantren yang menyelenggarakan
Steenbrink (1986) dalam bukunya pendidikan formal dengan menerapkan
Pesantren Madrasah Sekolah menjelaskan kurikulum nasional, baik yang hanya
secara detail bagaimana metamorfosis memiliki sekolah keagamaan maupun
pesantren yang bermula dari pengajaran yang juga memiliki sekolah umum; (2)
Alqur’an (Pendidikan Islam yang paling pondok pesantren yang
sederhana), kemudian pengajian kitab menyelenggarakan pendidikan
(Pendidikan lanjutan), sampai menjadi keagamaan dalam bentuk madrasah dan
sebuah institusi formal yang disebut mengajarkan ilmu-ilmu umum meski
“Madrasah” dan bahkan kemudian menjadi tidak menerapkan kurikulum nasional; (3)
institusi modern yang bernama “Sekolah”, pondok pesantren yang hanya
untuk itu sebelum membahas panjang lebar mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam
tentang pondok pesantren, maka ada bentuk madrasah diniyah; (4) pondok
8

pesantren yang hanya sekedar menjadi Advancing textual and structural


tempat pengajian (majlis ta'lim); (5) discriptions (pengembangan deskripsi
pondok pesantren untuk ma’had anak-anak tekstual dan structural),
belajar sekolah umum dan mahasiswa And presenting an integration of textual
(Mujammil Qomar, 2003:18). and structural descriptions into an
Di bawah ini disebutkan metode- axhaustive description of essential
metode pembelajaran yang bersifat invariant structure (or essence) of the
tradisional menjadi trade mark pondok experience (dan pengintegrasian
pesantren, yaitu: (1) metode sorogan; (2) penyajian pelbagai deskripsi tekstual dan
metode bandongan/ wetonan; (3) metode structural pada kedalaman deskripsi
musyawarah atau (bahtsul masa‟il);(4) struktur pengalaman invariant yang
metode pengajian pasanan; (5) metode esensial).
hafalan (muhafadzah); (6) metode
demonstrasi/praktek ibadah; (7) metode Waktu dan tempat penelitian
rihlah ilmiyah (studi tour); (8) metode Penelitian ini bertempat di SMK
muhawarah/muhadatsah; (9) metode Salafiyah (Yayasan Salafiyah) terletak di Desa
mudzarakah; ( 1 0) metode riyadhah. Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati,
(Depag: detpekapontren ditjen Provinsi Jawa Tengah. SMK Salafiyah dipilih
kelembagaan Agama Islam, 2003 : 73- menjadi tempat penelitian karena SMK tersebut
144). Fuad Nashori (2011) tentang terletak di Desa Kajen yang merupakan pusat
“Kekuatan karakter santri” menerangkan pengajaran dan perkembangan agama Islam dan
bahwa ada 5 karakter yang menonjol pada pusat pondok pesantren di Kabupaten Pati.
santri yaitu: (1) Kebersyukuran Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu mulai
(gratitude);(2) Keadilan (fairness); (3) bulan Desember 2012 sampai dengan bulan
Kebaikan hati (kindness); (4) Kewargaan April 2013 (lima bulan).
(citizenship); (5) Harapan (hope).
Subjek dan objek penelitian
Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah SMK
Jenis penelitian Salafiyah Pati yang difokuskan pada kegiatan
Metode yang digunakan dalam rutinitas dan proses kegiatan belajar mengajar
penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan kegiatan pengembangan diri di SMK
kualitatif dengan “Pendekatan Fenomenologi”. Salafiyah Pati. Sebagai subjek (responden)
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai dalam penelitian ini adalah orang yang
instrument kunci (key instrument). Kekuatan mempunyai kapasitas sebagai sumber informasi
metode riset terletak pada kemampuan periset penelitian yang dipilih secara purposif, adapun
memasuki bidang persepsi orang lain, guna subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu
memandang kehidupan sebagaimana dilihatnya. Bapak H. UW, SH. selaku kepala SMK
Metode penelitian kualitatif fenomenologi, teori Salafiyah, Bapak HS, S.Kom., selaku kepala
dengan sendirinya lahir atau dilahirkan oleh program studi Teknik Komputer dan Jaringan
fenomena yang memberitakan dirinya sendiri. (TKJ), Ibu TM, S.Pd.I., selaku waka kurikulum,
Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, Bapak IH, S.H.I., S.Kom., selaku guru
bukan menjelaskan atau menganalisisnya produktif TKJ, Ibu IB, S.Pd.I., selaku guru
(Mudjiyanto & Kenda, Jurnal Penelitian muatan lokal, Bapak KH. UA, S.Ag., selaku
Komunikasi dan Opini Publik, 2009:1). sekretaris pengurus Yayasan Salafiyah, peserta
Moustakas (1994:118; lihat juga didik SMK Salafiyah, FW, HM, AR dan NA,
Creswell, 1998: 176-178) menjelaskan tentang selaku alumni SMK Salafiyah.
bagaimana studi fenomenologi mengorganisir
dan menganalisis data. “pengorganisasian data Teknik pengumpulan data
di mulai sejak peneliti mentranskrip Dalam penelitian ini menggunakan
wawancaranya“ menurut Moustakas. Creswell teknik: (1) observasi partisipatif (pengamatan);
yang meringkas penjelasan Moustakas yakni: (2) interview (wawancara); (3) dokumentasi; (4)
Creating meaning units (pengkreasian gabungan (Sugiyono, 2012:63) serta dengan
unit-unit pemaknaan), (5) Materi audio dan visual (Creswell, 2010:
Clustering themes (pengelompokan 270). Dalam penelitian kualitatif, observasi
tema-tema), partisipatif, interview kualitatif, rekam audio,
9

dan pengambilan potografi dilakukan secara Pertama nilai-nilai karakter Islam berbasis
alami (nature) sebagai bagian dari realitas Pondok pesantren, nilai nilai Islam berbasis
sosial pendidikan menengah kejuruan di SMK Pondok pesantren yaitu: (1) keimanan; (2)
Salafiyah. katakwaan;(3) kemampuan baik pada siswa; (4)
Interview kualitatif dilakukan terhadap kemampuan baik dalam kinerja; (5) disiplin; (6)
sumber data yaitu orang-orang yang dipilih sopan; (7) kepatuhan; (8) kemandirian; (9) cinta
yang mampu memberikan informasi yang pada ilmu pengetahuan; (10) menghormati
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: orang guru; (11) memuliakan kitab; (12) menyayangi
yang telah mengalami fenomena yang menjadi teman; (13) berkah; (14) uswah hasanah.
fokus penelitian,bersedia berpartisipasi dalam Para founding father Yayasan Salafiyah
proses interview, dan memperbolehkan mempunyai idealisme yaitu mengamalkan
merekam ketika pelaksanaan interview. Dalam ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jama‟ah
penelitian ini menggunakan semistructure yakni Islam yang rahmatan lil „alamin (menjadi
interview (wawancara semi terstruktur) yang rahmat bagi seluruh alam) Islam yang
masuk dalam jenis kategori in-dept interview mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
dengan tujuan untuk menemukan permasalahan dan para sahabat-sabatnya. Islam Ahlusunnah
secara lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak Waljama‟ah yaitu Islam yang mempunyai
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. karakteristik: Tawassut (moderat), Tawazun
Interview kualitatif digunakan untuk menggali (seimbang), Tasamuh (toleran), dan I’tidal
data-data yang tidak diobservasi secara (Adil). Tawassut artinya moderat, sikap jalan
langsung (Creswell, 1994). Data dikonstruksi tengah yang mengintegrasikan antara ikhtiar
melalui interaksi dialog yang komunikatif dan (berusaha) dan tawakkal (pasrah). Sebagai jalan
direkam menggunakan HP Blackberry 8310. tengah antara aliran Kaum Jabariyah yang
mengandalkan penuh tawakkal kepada Allah
Teknik keabsahan data dan Kaum Mu’tazilah yang mengandalkan
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang sepenuhnya kepada akal, sebagai manusia yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan telah dianugrahi akal manusia punya kewajiban
triangulasi sumber, triangulasi data dan untuk berusaha (ikhtiar), namun manusia
triangulasi waktu yang merupakan bagian dari sebagai makhluk mempunyai keterbatasan
kriteria derajat kepercayaan (credibility). dalam segala hal sehingga setelah melakukan
ikhtiar maksimal kemudian dipasrahkan
Teknik analisis data (tawakkal) kepada Allah. Tawasut juga
Dalam penelitian ini, teknik analisis data diartikan sikap tengah-tengah, sedang-sedang,
yang digunakan adalah analisis model Miles tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
dan Huberman (1994:10) “we define anaysis as Karakteristik selanjutnya Tawazun
consisting of three concurent flows of activity: artinya seimbang (balance) atau seimbang
data reduction, data display and conclution dalam segala hal Seimbang dalam penggunaan
drawing/verification.” Berdasarkan pernyataan dalil aqli (dalil yang bersumber dari akal
di atas, terdapat tiga kegiatan utama yang saling pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari
berkaitan dan terjadi secara bersamaan, yaitu Al-Qur’an dan Hadits). Seimbang juga dalam
reduksi data, penyajian data dan penarikan hati (heart), fikiran (head), dan gerak (hand)
kesimpulan atau verifikasi. Dalam penelitian sehingga membentuk karakter yang jujur,
ini, reduksi data berlangsung terus-menerus selaras antara hati, pikiran dan perbuatan.
selama proses penelitian berlangsung di SMK Tasamuh atau toleransi yakni menghargai
Salafiyah, kemudian data yang tersaji selama perbedaan serta menghormati orang yang
di lapangan maupun sesudah meninggalkan memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
lapangan dimaknai. Namun bukan berarti mengakui atau
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut
Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam meneguhkan apa yang diyakini. I‟tidal
1. Nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah berarti bersikap adil dalam segala hal, adil
SMK Salafiyah yang lahir di rahim berarti tidak pilih kasih, sama berat, tidak berat
Yayasan Salafiyah tidak bisa terlepas dari sebelah, tidak memihak kepada salah satu.
karakteristik Yayasan Salafiyah itu sendiri, Ajaran yang dipesankan oleh KH.
sehingga nilai-nilai karakter yang ditanamkan Baedlowi Siroj (founding father) kepada anak
kepada peserta didik SMK Salafiyah adalah: cucu beliau yaitu: “nek isih ono santri sing
10

kepingin ngaji/sekolah yo terimoho” kalau Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara


memang masih ada siswa yang ingin sekolah tasawuf dengan syariat (Ilahi, A, 2012).
maka diterima, Yayasan Salafiyah Selain hal tersebut di atas hidden
menggunakan sistem menerima semua siswa curriculum di SMK Salafiyah yang lain yaitu:
yang mendaftar dan wali murid peserta didik (a) berkah: bertambahnya kebaikan (ziyadatul
Salafiyah juga dari berbagai macam latar khoir), ada faktor x yang tidak kasat oleh mata
belakang status sosial dan level keagamaannya, yang bisa membuat orang berhasil (tidak hanya
dan ini sebuah salah satu misi da’wah. Konsep faktor intlektual saja tapi faktor keberkahan
founding father Yayasan Salafiyah tersebut di juga; (b) ikhlas: selalu tulus dalam membantu
atas sesuai dengan misi pendidikan yang telah orang lain (tanpa pamrih); (c) tawadlu‟: rasa
dinyatakan oleh UNESCO (badan PBB untuk rendah hati; (d) do’a guru: do’a guru kepada
pendidikan dan urusan anak-anak) yaitu siswa bagaikan do’a orang tua kepada anaknya
Education For All (EFA) atau pendidikan untuk dan juga bagaikan do’a Nabi kepada ummatnya
semua, dalam kongresnya di Dacca yaitu mustajab (terkabul), seorang guru
(Bangladesh) tahun 2008. Pencanangan hendaknya selalu mendo’akan siswa-siswinya
program ini dimaksudkan sebagai ketetapan agar mendapat ilmu yang bermanfaat; (e)
sekaligus seruan terhadap bangsa-bangsa di menutup aurat: memakai baju muslim-
dunia untuk memberikan akses pendidikan muslimah dan menutup anggota badan yang
seluas-luasnya terhadap semua warga negara, pribadi agar tidak menyebabkan salah
dan meningkatkan kerjasama unilateral secara pandangan yang akhirnya menimbulkan
lebih intensif dalam bidang pendidikan. syahwat; (f) pisah antara laki-laki dan
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan perempuan: memisahkan tempat duduk antara
karaker di SMK Salafiyah juga harus siswa laki-laki dan perempuan agar supaya
mengetahui tentang hidden curriculum, hidden menjaga tercampurnya (ikhtilat) laki-laki dan
curriculum adalah kurikulum yang tidak tertulis perempuan adan agar terhindar dari fitnah.
dan tidak tercantum di SMK Salafiyah secara Tabel 1.
langsung secara eksplisit namun secara implisit Nilai-nilai karakter SMK Salafiyah
diaplikasikan di lembaga SMK Salafiyah. Islam
ahlusunnah waljama‟ah yang diaplikasikan Nilai Dasar Nilai Personal Nilai Sosial
melalui oganisasi sosial Nahdlatul Ulama’ Moderat Keimanan Kemampuan baik
(NU). Nahdlatul Ulama’ (kebangkitan dalam kinerja
ulama atau kebangkitan cendekiawan Islam) Seimbang Ketakwaan Sopan-santun
adalah organisasi sosial masyarakat yang Toleran Kemampuan Menghormati guru
bergerak di bidang pendidikan, sosial dan baik
ekonomi yang berdiri pada tanggal 31 Januari Adil Disiplin Memuliakan kitab
1926M./16 Rajab 1344H. Dalam faham kepatuhan Menyayangi teman
keagamaan, NU menganut paham Ahlussunah Kemandirian Uswah hasanah
waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil Cinta ilmu Tawadhu’
jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) Ihlas Do’a guru
dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Menutup Berkah
Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak aurat
hanya Alqur'an, sunnah, tetapi juga Pisah antara siswa-
menggunakan kemampuan akal ditambah siswi
dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam
itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu 2. Proses penanaman nilai-nilai karakter siswa
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi Konsep penanaman nilai-nilai karakter
dalam bidang teologi. Kemudian dalam siswa SMK Salafiyah Kompetensi Keahlian
bidang fiqih lebih cenderung mengikuti TKJ Kajen, Margoyoso, Pati.
mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga Diimplementasikan melalui dua konteks yaitu
madzhab yang lain: imam Hanafi, konteks mikro dan makro. Konteks mikro di
imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana implementasikan ke dalam: (a) integrasi dalam
yang tergambar dalam lambang NU berbintang mata pelajaran dan muatan lokal; (b) budaya
4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, sekolah; (c) kegiatan pengembangan diri.
mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid
11

Integrasi KBM mengakibatkan lemah dan tidak berdaya,


member kebutuhan jasmani secara cukup
seperti makan, minum dan istirahat yang cukup.
Menghafal surat-surat pendek (juz amma)
KBM tiap semester, merupakan salah satu muatan
lokal SMK Salafiyah, hal ini dilakukan dengan
tujuan bahwa peserta didik SMK Salafiyah agar
cinta kepada kitab suci umat Islam yaitu
Budaya Sekolah Pengembangan diri Alqur’an yang merupakan sumber dari segala
Gambar 2. sumber agama Islam.
Konteks mikro pendidikan karakter
(Sumber: Kemdiknas, 2011) b) Budaya Sekolah
Budaya sekolah merupakan tradisi yang
a) integrasi dalam mata pelajaran dan muatan dilakukan sehari-hari (pembiasaan) karena
lokal (mulok) nilai-nilai karakter tidak akan pernah terukir
Integrasi dalam mata pelajaran dan tanpa adanya pembiasaan (habbit) sesuai
pengembangan diri melalui kurikulum, dengan apa yang dikatakan oleh Lickona bahwa
kurikulum yang digunakan SMK Salafiyah budaya moral sekolah akan berpengaruh pada
adalah mengacu kurikulum yang ditetapkan fungsi moral siswa (the school moral culture
oleh Dirjen Pendidikan Menengah Kejuruan affect students moral functioning). Oleh
Departemen Nasional Indonesia untuk Sekolah karenanya untuk menerapkan dalam
Kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan pelaksanaan pendidikan karakter siswa, SMK
dengan pendekatan KTSP (Kurikulum Tingkat Salafiyah dengan sadar berupaya menciptakan
Satuan Pendidikan), ditambah dengan program sebuah lingkungan serta budaya yang positif
keahlian khusus pendidikan agama Islam dan Islami bagi seluruh warga sekolah (peserta
berbasis pondok pesantren berlandaskan nilai- didik, pendidik dan tenaga kependidikan).
nilai “Ahlu sunnah wal jama‟ah”. Budaya pendidik dan kependidikan SMK
Di SMK Salafiyah terdapat muatan lokal Salafiyah yang peneliti temukan adalah sebagai
tentang pendidikan akhlak dengan tujuan berikut: (a) budaya Islami: hal ini dapat
peserta didik SMK Salafiyah menjadi peserta ditunjukkan pada aspek, ucapan, sikap dan
didik yang memiliki budi pekerti yang baik perilaku sehari-hari, tenaga pendidik sebagai
(akhlakul karimah). Pendidikan akhlak di SMK teladan yang baik (uswah hasanah), dan juga
Salafiyah menggunakan kitab Ta‟limul dapat dilihat dari cara berbusana, seluruh
Mutaallim, dalam kitab Ta‟limul Mutaallim pendidik dan tenaga kependidikan
dijelaskan tentang beberapa poin diantaranya: menggunakan busana muslim-muslimah. (b)
(1) Akhlak kepada Allah, yaitu sebagai peserta budaya disiplin kerja: disiplin kerja ditunjukkan
didik dalam mencari ilmu haruslah mengharap dengan cara datang dan pulang tepat waktu
ridlo Allah; (2) Akhlak kepada orang tua: orang serta melaksanakan tugas dengan maksimal,
tua merupakan orang yang telah melahirkan, budaya disiplin kerja ini memberikan teladan
merawat dan menjaga kita, sehingga Ridlo yang baik (uswah hasanah) kepada peserta
Allah terdapat di dalam ridlo kedua orang tua, didik untuk selalu bersikap disiplin dan tepat
sehingga sebagai pencari ilmu harus selalu waktu dalam segala hal; (c) budaya malu, ada
menghormati dan memuliakan kedua orang tua; 10 budaya malu yang diterapkan di SMK
(3) Akhlak kepada para pendidik: peserta didik Salafiyah yaitu: malu terlambat masuk, malu
tidak akan mendapat ilmu dan memetik ilmu tidak ikut apel, malu tidak suka masuk kantor
tanpa menghormati dan memuliakan ahli ilmu tanpa alasan, malu sering ijin tidak masuk kerja,
(para guru) seperti tidak menempati tempat malu bekerja tanpa program, malu pulang
duduknya, tidak berjalan mendahulinya dll; (4) sebelum waktunya, malu sering meninggalkan
Akhlak kepada teman: bagaimana memilih dan kerjaan, malu bekerja tanpa tanggung jawab,
bergaul dengan teman, teman atau sahabat malu berpakaian seragam tidak rapi dan tanpa
adalah orang yang selalu menemani dalam suka atribut.
maupun duka; (5) Akhlak kepada diri sendiri: Salah satu langkah SMK Salafiyah dalam
peserta didik harus memenuhi kewajiban- melaksanakan pendidikan karakter siswa adalah
kewajiban kepada diri sendiri diantaranya tidak melalui budaya dan kultur yang diciptakan
membuat diri sendiri merasa kelelahan sehingga dilingkungan siswa, adapun budaya siswa SMK
12

Salafiyah adalah sebagai berikut: (a) datang ke (IPS-NU Pagar Nusa) tujuannya siswa-
sekolah sebelum jam pelajaran dimulai; (b) siswi SMK Salafiyah mempunyai bekal
senyum, kemudian mengucapkan Salam serta dasar untuk membela dirinya kapan saja
menyapa dan mencium tangan bapak/ibu guru dan dimana saj, pengembangan diri ini
yang sudah hadir di sekolahan; (c) menuntun dilakukan di halaman sekolah dan
kendaraan ketika memasuki gerbang sekolah,
pelaksanaannya setiap hari jum’at pukul
dan parkir secara rapi; (d) berdo’a sebelum dan
setelah selesai kegiatan belajar mengajar; (e) 13.00 s/d. 16.00 Wib. (c) Pramuka (Praja
menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan Muda Karana) di Salafiyah sudah ada mulai
ruang belajar dan lingkungan sekolah; (f) dari tingakat Madrasah Ibtidaiyyah (Siaga),
mentaati aturan-aturan agama Islam dan Madrasah Tsanawiyah (Penggalang) dan
menjahui larangan-larangan; (g) berpakain rapi Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan
dan menutup aurat (h) tertib memasuki ruang (Penegak). Nama ambalan di SMK Salafiyah
belajar dan dalam proses belajar mengajar; (i) adalah ambalan Ki Cibolang untuk putra dan
minta izin jika ingin keluar pada saat belajar ambalan RA Kartini untuk putri, prestasi
mengajar; (j) menjaga kebersihan di lingkungan ambalan-ambalan tersebut sudah diakui di
sekolah dengan membuang sampah di tempat dunia kepramukaan di Kabupaten Pati. (d) Bola
yang telah disediakan; (k) jama’ah Sholat Voli adalah olah raga permainan yang
Dzuhur: setiap hari para siswa SMK Salafiyah dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-
diwajibkan untuk sholat berjama’ah Dzuhur masing grup memiliki enam orang pemain,
setiap hari di aula SMK Salafiyah, (l) tidak salah satu pengembangan diri di MA dan SMK
memakai perhiasan yang berlebihan; (m) Salafiyah adalah bola voli, yang secara rutin
mentaati perintah bapak/ibu guru; (n) mentaati dilakukan latihan setiap hari sabtu pukul 14.00
tata tertib sekolah. s/d. 16.00 Wib. (e) Teater: merupakan salah
c) Pengembangan Diri satu ekstrakurikuler SMK Salafiyah. “Teasa”
Implementasi pendidikan karakter di adalah nama dari teater Salafiyah, sudah
SMK Salafiyah juga melalui program malang melintang tampil baik di lingkungan
pengembangan diri. Program pengembangan Salafiyah, di wilayah Kajen, Kabupaten Pati
diri adalah berbagai macam program tambahan bahkan sampai ke Semarang.
yang diselenggarakan oleh pihak sekolah guna Konteks Makro dalam penanaman nilai-
menunjang terwujudnya karakter dan nilai karakter siswa SMK Salafiyah meliputi,
kepribadian siswa, serta kegiatan yang lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
bertujuan memberikan kesempatan kepada lingkungan masyarakat. Peran lingkungan
peserta didik untuk mengembangkan dan keluarga dan masyarkat adalah sebagai berikut:
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, (a) peran keluarga: ikut proaktif membina dan
bakat, minat, setiap peserta didik dan kondisi mengawasi putra-putrinya di luar jam sekolah,
sekolah. ikut dalam penyusunan tata tertib sekolah,
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi menghadiri undangan wali murid dalam
dan dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga menerima raport setiap semester atau ijazah
kependidikan lainnya yang dapat dilakukan pada waktu kelulusan dan selalu koordinasi,
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, adapun komunikasi dan konsultasi dengan pihak
program pengembangan diri di SMK Salafiyah sekolah terhadap putra-putrinya dan sebaliknya
adalah: (a) Marching Band: salah satu kegiatan sehingga sinergitas keluarga dan sekolah bisa
pengembangan diri favorit di Salafiyah terwujud untuk mencapai terbentuknya siswa
namanya “Bahana Suara” Marching Band. yang berkarakter; (b) peran lingkungan
Marching band ini tiga kali dalam satu minggu masyarakat: ikut mengawasi peserta didik yang
mengadakan latihan, yaitu hari selasa, rabu dan melakukan hal-hal yang tidak baik seperti siswa
ahad. Marching Band Salafiyah ini bolos sekolah dll, ikut dalam membangun
beranggotakan 125 orang siswa-siswi Salafiyah, gedung sekolah SMK Salafiyah, dilibatkan
dan marching band ini sudah berpengalaman di kegiatan sekolah yang bersifat terbuka, seperti
Kabupaten Pati. (b) Pencak Silat, Salafiyah pengajian umum, bakti sosial dll.
Faktor pendukung dan faktor
juga mempunyai pengembangan diri
penghambat dalam penanaman nilai-nilai
Pencak Silat “Pagar Nusa”. Ikatan Pencak karakter di SMK Salafiyah meliputi: Faktor
Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat Pendukung a) Faktor Pendukung: (1) SMK
13

Salafiyah mempunyai SDM tenaga pengajar merupakan faktor penting dalam penanaman
yang memadai; (2) siswa SMK Salafiyah nilai-nilai pendidikan karakter.
mayoritas mondok di pondok pesantren di Faktor pendukung dan faktor
bawah naungan Yayasan Salafiyah; (3) penghambatan dalam penanaman nilai-nilai
memiliki sarana dan prasarana yang memadai. karakter di SMK Salafiyah meliputi: Faktor
(4) SMK Salafiyah terletak di Desa Kajen yang Pendukung a) Faktor Pendukung Internal: (1)
mempunyai karakteristik Islam berbasis pondok SMK Salafiyah mempunyai SDM tenaga
pesantren; (5) adanya program-program sekolah pengajar yang memadai; (2) siswa SMK
yang mendukung penanaman nilai-nilai Salafiyah mayoritas mondok di pondok
karakter siswa SMK Salafiyah; (6) adanya pesantren di bawah naungan Yayasan
sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah, Salafiyah; (3) memiliki sarana dan prasarana
dan masyarakat. b) Faktor penghambat dalam yang memadai. b) faktor pendukung eksternal:
penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK (1) SMK Salafiyah terletak di Desa Kajen yang
Salafiyah: a) faktor penghambat: (1) mempunyai karakteristik Islam berbasis pondok
terbatasnya sarana dan prasarana; (2) perbedaan pesantren; (2) adanya program-program sekolah
latar belakang; (3) terbatasnya keuangan yang mendukung penanaman nilai-nilai
sekolah; (4) perbedaan pemahaman dan karakter siswa SMK Salafiyah; (3) adanya
penafsiran tentang pendidikan karakter itu sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah,
sendiri; (5) belum adanya satu asrama/pondok dan masyarakat.
pesantren bagi siswa-siswi SMK Salafiyah. (6) Faktor penghambat dalam penanaman
kurang optimalnya koordinasi antar sekolah, nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah, a)
wali murid lingkungan dan masyarakat; (7) faktor penghambat internal: (1) terbatasnya
apatisme masyarakat terhadap pendidikan SMK sarana dan prasarana; (2) perbedaan latar
berbasis pondok pesantren; (8) paradigma belakang; (3) terbatasnya keuangan sekolah; (4)
masyarakat bahwa pondok pesantren sudah perbedaan pemahaman dan penafsiran tentang
ketinggalan dengan zaman sekarang; (9) pendidikan karakter itu sendiri; (5) belum
pengaruh globalisasi. adanya satu asrama/pondok pesantren bagi
siswa-siswi SMK Salafiyah. b) factor
penghambat eksternal: (1) kurang optimalnya
Simpulan dan Saran koordinasi antar sekolah, wali murid
Simpulan lingkungan dan masyarakat; (2) apatisme
Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK masyarakat terhadap pendidikan SMK berbasis
Salafiyah adalah sebagai berikut: (1) Nilai pondok pesantren; (3) paradigma masyarakat
dasar: (a) tawassuth (Moderat); (b) tawazun bahwa pondok pesantren sudah ketinggalan
(seimbang);(c) tasamuh (toleran); (d) I‟tidal dengan zaman sekarang; (4) pengaruh arus
(adil). (2) Nilai Personal: (a) keimanan; (b) deras globalisasi.
ketaqwaan; (c) kemampuan baik; (d)
disiplin; (e) kepatuhan; (f) kemandirian; (g) Saran
cinta ilmu; (h) menutup aurat. (3) Nilai Temuan-temuan sebagai pemaknaan
dari penelitian ini sangat perlu untuk di tindak
sosial: (a) kemampuan baik dalam kinerja; lanjuti, Pertama, kepada pihak SMK Salafiyah
(b) sopan santun; (c) menghormati guru; (d) untuk lebih fokus terhadap nilai-nilai yang
memuliakan kitab; (e) menyayangi teman; ditanamkan kepada peserta didiknya dan kalau
(f) uswah hasanah; (g) tawadzu‟; (h) do’a perlu dibuatkan satu asrama/pondok pesantren
guru; (i) berkah; (j) pisah antara siswa dan sehingga proses penanaman nilai-nilai
siswi. pendidikan karakter bisa di biasakan dan di
Proses penanaman nilai-nilai karakter di fokuskan selama 24 jam. Kemudian koordinasi,
SMK Salafiyah melalui konteks mikro dan komunikasi secara continue kepada keluarga
konteks makro, (1) konteks mikro meliputi: (a) peserta didik dan masyarakat ditingkatkan
integrasi dengan setiap mata pelajaran dan kembali untuk mendapatkan hasil yang lebih
muatan lokal; (b) budaya sekolah; (c) kegiatan optimal. Kedua, kepada pihak keluarga wali
pengembangan diri. (2) konteks makro murid siswa SMK Salafiyah ikut aktif dalam
meliputi: (a) Keluarga; (b) sekolah; (c) komunikasi dengan SMK Salafiyah serta
masyarakat. Dalam konteks makro sinergitas mengawasi putra-putrinya diluar jam sekolah.
antara keluarga, sekolah dan masyarakat Sehingga terjadi sinergitas antara sekolah dan
14

keluarga untuk mencapai tujuan penanaman Dhofier, Z. (1982), The pesantren tradition, the
nilai-nilai Islam berbasis pondok pesantren. role of the kyai in the maintenance of
Ketiga, kepada pihak lingkungan SMK tranition islam in java. Arizona State
Salafiyah untuk ikut pro-aktif dalam kegiatan- University: Program for Southeast
kegiatan SMK Salafiyah yang di buka untuk Asian Studies Uniten Stated of
umum serta ikut mengawasi siswa SMK America.
Salafiyah di luar jam pelajaran. Keempat,
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pati untuk Echols, J.M. & Shadily, H. (1996). Kamus
ikut mendukung upaya penanaman nilai-nilai Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
karakter siswa SMK Salafiyah serta ikut Gramedia
mensupport baik berupa materi atau non-materi Ilahi, A. (24 Maret 2013). Paham keagamaan
demi terwujudnya SMK berkarakter Islam menurut Nahdhatul Ulama‟. Diambil
berbasis pondok pesantren. Kelima, kepada pada 27 Maret 2013, dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan http://www.nu.or.id/a,public-m,static-
Republik Indonesia untuk terus mendukung di s,detail-lang,id-ids,1-id,7-
bukanya SMK di seluruh Indonesia yang t,paham+keagamaan-.phpx.
berkarakter Islam berbasis Pondok pesantren
sehingga mencetak tenaga kerja yang Islami, Kemdiknas. (2011). Pedoman pelaksanaan
yang mandiri, professional dan berakhlak pendidikan karakter (berdasarkan
mulia. pengalaman di satuan pendidikan
rintisan). Jakarta: Balitbang
Daftar Pustaka Puskurbuk.
As’ad, A. (2007). Terjemah ta‟limul Kemenag Pati. (2012). Data pondok pesantren
muta‟allim; bimbingan bagi penuntut Kabupaten Pati tahun 2012. Pati:
ilmu pengetahuan. Kudus: Menara Kemenag Pati.
Kudus. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., and Masia,
B.B. (1964). Taxonomy of educational
Badan Pusat Statistik. (2012). Pengangguran objectives: handbookII: affective
terbuka menurut pendidikan tertinggi domain. New York: David McKay Co.
yang ditamatkan 2004-2013. Diakses
pada tanggal 3 Juli 2013, dari Lickona, T. (2004). Character matters: how to
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1 help our childen develop good judgment,
&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&n integrity and other essential virtues. New
otab=4. York: Toughstone.

Creswell, J.W. (1994). Reserach design


Madjid, N. (2002). Modernisasi pesantren
qualitative & quantitative approaches.
(kritik nurcholis terhadap pendidikan
California: Sage Publications.
Islam tradisional). Jakarta: Ciputat
___________. (1998). Qualitative inquiry and Press.
research design: choosing among five
tradition. London: Sage Publication. Matthew, B., Miles, A. & Huberman, M.
(1994), Qualitative data analysis.
__________. (2010). Research design London: Sage Publication, Inc.
“pendekatan kualitatif,kuantitatif, dan
mixed”. (Terjemahan Achmad Fawaid). Moustakas, C. (1994). Phenomenological
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1. research methods. London: Sage
(Buku Asli diterbitkan 2009). Publications.

Depag RI. (1984). Al-Qur‟an dan Mudjiyanto, B & Kenda, N. (2010). Metode
terjemahannya. Jakarta: Departemen fenomenologi sebagai salah satu
Agama RI. metodologi penelitian kualitatfif dalam
komunikologi. (Jurnal penelitian
Depdiknas. (2002). Kamus besar bahasa komunikasi dan opini publik, volume
Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai no.11). Manado: Balai Pengkajian dan
Pustaka.
15

Pengembangan Informasi dan Sudira, P. (2011). Pendidikan kejuruan dan


Komunikasi Indonesia. vokasi berbasis tri hita karana. dalam
(Prosiding Kongres Pendidikan,
Nashori, F. (2011). Kekuatan karakter santri. Pengajaran dan Kebudayaan),
(jurnal studi agama millah, vol. xi no. 1 Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila
Agustus 2011). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Pascasarjana Universitas Islam
Indonesia. Sugiyono. (2012). Memahami penelitian
kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55, Tahun
2007, tentang Pendidikan Agama dan
Supriadi, D. (Ed). (2002). Sejarah pendidikan
Keagamaan, Pasal 26 ayat (1).
teknik dan kejuruan di Indonesia.
Diunduh pada tanggal 2 September
Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen
2012. dari
Dirpenmenjur, cet. 1.
www.ditjenpum.co.cchukum20072007
pppp55_2007.pdf.
Suroso, & Adiwinanto. (2009). Pemanfaatan
ICT dalam pembelajaran dan
Purwanto, D. (2013, Juli 1). BPS: Jumlah peningkatan profesionalisme guru.
penduduk miskin turun. Kompas. Diambil pada tanggal 10 Juli 2013, dari
Diakses pada tanggal 3 Juli 2013, dari http://www.pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/ 1/repository/dikti/BA_DIPBJJ_BATCH
2013/07/01/1339226/BPS.jumlah.pendu _1/manajemen%20berbasis%20sekolah/
duk.miskin.turun. unit%2009.pdf.

Qomar, M. (2003). Pesantren dari transformasi Suyata. (2011). Pendidikan karakter: dimensi
metodologi menuju demokratisasi filosofis dalam Pendidikan Karakter:
institusi. Surabaya: Erlangga. dalam perspektif teori dan praktik.
Zuchdi, D. (Ed.). Yogyakarta: UNY
Samani, M. & Hariyanto. (2012). Konsep dan Press, Cet.1.
model pendidikan karakter. Bandung :
PT. Remaja Rosyda Karya. Tafsir, A. (2001). Ilmu pendidikan dalam
prespektif Islam. Bandung: Rosda.
Slamet PH. (2011). Implementasi pendidikan
karakter kerja dalam pendidikan Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003,
kejuruan dalam Pendidikan Karakter: tentang Sistem Pendidikan Nasional.
dalam perspektif teori dan praktik.
Zuchdi, D. (Ed.). Yogyakarta: UNY UNESCO. (2008). Strategy framework for
Press, Cet.1. promoting ICT literacy in the Asia
Pasivic region. Bangkok: Asia and
Steenbrink, K.A. (1986). Pesantren, madrasah, Pasific Regional Bureau for Education.
sekolah; pendidikan Islam dalam kurun
modern. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai