Pendidikan Karekter Berbasis Pondok Pesa PDF
Pendidikan Karekter Berbasis Pondok Pesa PDF
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: nilai-nilai karakter, proses penanaman nilai-nilai
karakter, faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK
Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
fenomenologi. Dilaksanakan di SMK Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Pengumpulan
data menggunakan teknik interview, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian meliputi: kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, pengurus yayasan dan alumni, yang dipilih secara
purposif. Keabsahan data dalam penelitian ini dinyatakan dengan berbagai bukti temuan berupa
rekaman suara, gambar, foto, kondisi ril lapangan sebagai fenomena atau realita sosial yang dialami.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis interaktif model Miles & Huberman melalui
pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan (1) Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK Salafiyah adalah nilai-nilai karakter Islam
berbasis pondok pesantren, yakni: (a) nilai dasar: tawasut, tawazun, tasamuh dan i‟tidal, (b) nilai
personal: keimanan, ketakwaan, kemampuan baik, disiplin, kepatuhan, kemandirian, cinta ilmu,
menutup aurat, dan (c) nilai sosial: kemampuan baik dalam kinerja, sopan santun, menghormati guru,
memuliakan kitab, menyayangi teman, uswah hasanah, tawadhu‟, doa guru, berkah, dan pemisahan
antara siswa-siswi; (2) Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Salafiyah melalui
konteks mikro dan konteks makro. Konteks mikro: integrasi dengan setiap mata pelajaran dan muatan
lokal, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri. Konteks makro: keluarga, sekolah dan
masyarakat; dan (3) Faktor pendukung dan pengambat: (a) faktor pendukung: SMK Salafiyah
mempunyai SDM yang memadai, siswa SMK Salafiyah mayoritas di pondok pesantren, terletak di
Desa Kajen, adanya program-program sekolah yang mendukung penanaman nilai-nilai karakter,
adanya sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. (b) faktor penghambat:
terbatasnya sarana dan prasarana, perbedaan latar belakang, terbatasnya keuangan sekolah, perbedaan
pemahaman tentang pendidikan karakter, belum adanya satu pondok pesantren. kurang optimalnya
koordinasi antar sekolah, keluarga, dan masyarakat, apatisme masyarakat terhadap SMK berbasis
pondok pesantren, dan pengaruh globalisasi.
Kata kunci: Pendidikan karakter, Islam, pondok pesantren
Abstract
The objectives of this research are to find out: (1) the character education values, (2) the
inculcation process of the character education values, and (3) the obstacles in inculcating the character
education values at SMK Salafiyyah Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. This research was
conducted at SMK Salafiyyah located in Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah which used the
fenomenological qualitative approach. The data were collected through interview, partisipative
observation, and document analysis. The research subjects consisted of the principal, vice-principal,
teachers, students, trustees, and alumni selected purposively. The validity of the data was described by
a variety ofevidence findings including recordings, pictures, photographs, and the real condition of the
field as the phenomenon or social reality. The data analysis was conducted by having interactive
analysis of Miles and Huberman model through data interpretation presented during and after the data
collection. The results of this research are as folows. First, the values inculcated at SMK Salafiyyah
are the Islamic character education based on the Islamic boarding school, i.e: (a) the basic values:
2
tawassut, tawazun, tasamuh dan i‟tidal;(b) the personal values: faith, devotion, goodskills, discipline,
obedience, self-reliance, love of science andaurot covering; (c) the social values: good working
performance, good manner, respect to teachers, glorifying books, loving friends, uswah hasanah,
tawadhu‟, teacher’s prayer, blessing, and the separation between male and female students. Second,
the inculcation process of character education values at SMK Salafiyyah is through micro-context and
macro-context. The micro-context includes the integration of each subject and local content, school
culture, and self-development activities. The macro-context includes family, school, and society.
Third, the obstacles inculcating the students' character education values at SMK Salafiyyah include the
internal and external obstacles. The internal obstacles are the shortage of infrastucture, the background
differences, the shortage of school budget, the differences of understanding and interpretating of
character education itself, and unavailability of boarding school for the students of SMK Salafiyyah.
The external obstacles are the less optimal coordination between school, parents, and society, the
publicapathy of SMK education based on the Islamic boarding school, the society paradigm that
Islamic boarding school is out-of-date, and the influence of globalization.
Keywords: character education, Islam, Islamic boarding school.
3
Hal tersebut di atas senada dengan tujuan implementasi pendidikan karakter di SMK
pendidikan nasional yaitu “Pendidikan nasional dapat mengupayakan terciptanya keselarasan
berfungsi mengembangkan dan membentuk antara karakter yang dikembangkan di sekolah
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta secara optimal, pendidikan karakter bisa
didik agar menjadi manusia yang beriman dan dilaksanakan melalui integrasi dengan mata
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pelajaran yang ada, mata pelajaran dalam
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, muatan lokal (mulok) serta kegiatan
mandiri dan menjadi warga Negara yang pengembangan diri, namun realita di lapangan
demokratis serta bertanggungjawab” (Undang- untuk mengimplementasikan pendidikan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun karakter di masing-masing sekolah mengalami
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional- kesulitan, karena tidak adanya standar yang
UUSPN pasal 3). jelas sehingga pendidikan karakter masih belum
Dengan demikian RPJPN dan UUSPN menemukan bentuknya, dan masih dalam batas
merupakan landasan yang kokoh untuk trial and eror, namun disisi lain tidak adanya
melaksanakan secara operasional pendidikan draf standar yang jelas tentang pendidikan
karakter. Pendidikan karakter bukan sekedar karakter, memberikan ruang untuk
aspek “pengetahuan yang baik (moral mengembangkan pendidikan karakter di
knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan masing-masing satuan pendidikannya. Maka
baik atau loving good (moral feeling), dan atas dasar alasan yang kedualah, penelitian
perilaku yang baik (moral action). Pendidikan tentang “Penanaman nilai-nilai karakter siswa
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan SMK Salafiyah program keahlian Teknik
yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan. Komputer dan Jaringan (TKJ) Pati Jawa
Pokok-pokok sistem pendidikan di Tengah” penting untuk dilakukan.
Indonesia adalah sebagai berikut: sekolah dasar SMK mempunyai ciri khas yang
6 tahun yang dilanjutkan dengan 3 tahun membedakan dengan sekolah menengah atas
pendidikan lanjutan pertama; sekarang dikenal lainnya (SMA dan MA) yaitu hubungan erat
dengan pendidikan dasar 9 tahun yang dengan dunia kerja, pada awal berdirinya SMK
dicanangkan sebagai wajib belajar pendidikan didesain demikian rupa untuk bekerja,
dasar 9 tahun sejak bulan Mei 1994. Pada melanjutkan atau wiraswasta (BMW), serta
tingkat lanjutan atas pendidikan dibagi menjadi dalam pembelajarannya banyak menggunakan
dua jenis jalur pendidikan. Jalur pertama adalah learning by doing. Sehingga karakteristik dan
pendidikan umum yang dilaksanakan melalui kompetensi siswa SMK harus sesuai dengan
Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah kebutuhan dunia kerja, seperti: berkarakter
Menengah Atas (SMA). Jalur yang lain adalah personal baik, berkarakter kerja kuat dan lain-
pendidikan kejuruan yang dilaksanakan melalui lain. SMK Salafiyah yang berada di Desa Kajen
sekolah kejuruan yang secara umum disebut Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Provinsi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK Jawa Tengah, merupakan SMK yang unik dan
juga dituntut mengimplementasiakan dan menarik untuk dijadikan obyek penelitian, salah
mengembangkan pendidikan karakter di satuan satunya karena SMK Salafiyah dibangun
pendidikannya. dengan basis karakter pondok pesantren. dan
Tujuan pengembangan pendidikan salah satu keunikan lainnya yaitu SMK
kejuruan dan vokasi secara holistik semestinya Salafiyah berada di sebuah Desa Kajen, Desa
tidak tereduksi hanya pada proses pembentukan Kajen terletak di Kecamatan Margoyoso, 18 km
ketrampilan teknis semata untuk pemenuhan dari kota Pati ke arah utara, luas desa Kajen
kebutuhan ekonomi. Pendidikan kejuruan dan hanya 63 hektar. Kajen mempunyai sebutan
vokasi bukan pula sebatas schooling. “Desa Santri” karena di dalam satu desa
Pendidikan kejuruan dan vokasi adalah tersebut terdapat banyak sekali pondok
pendidikan yang menuju pada proses pesantren (20 Pondok Pesantren) yang juga
inkulturisasi dan akulturasi yaitu proses merupakan pusat perkembangan Islam di
memperadabkan suatu generasi baru masa Kabupaten Pati. Selain itu di desa tersebut ada
depan yang berlangsung di sekolah, keluarga, makam waliyullah yaitu KH. Ahmad
industri, dunia usaha, dan masyarakat terbuka Mutamakkin.
yang porous (Putu Sudira, 2012:1), sehingga
5
SMK Salafiyah secara geografis berdiri (kognitif) tentang mana yang benar dan yang
di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang
Kabupaten Pati, Di Desa Kajen tersebutlah baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
menurut data Kementrian Agama Kabupaten Dengan kata lain, pendidikan karakter yang
Pati terdapat 126 Pondok Pesantren. (Kemenag baik bukan hanya melibatkan aspek
Pati, 2012:12) dan sering disebut dengan “Desa pengetahuan yang baik (moral knowing),
Santri” di desa tersebut ada pondok pesantren akan tetapi juga merasakan yang baik
yang usianya sudah mencapai 1 Abad “Pondok (moral feeling) dan perilaku yang
Kulon Banon” di desa tersebut selain Yayasan baik(moral action).
Salafiyah juga ada pendidikan yang berbasis Pendidikan karakter pada intinya
Pondok Pesantren lain yaitu Perguruan Islam bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
Mathali’ul Falah Kajen (PIM). kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
Kalau dilihat dari awal mula berdiri SMK bertoleran, bergotong royong, berjiwa
Salafiyah ini dimulai dari induk yayasannya patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
yaitu Yayasan Salafiyah Kajen, yayasan ini ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempunyai satuan pendidikan antara lain, semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
Pondok Pesantren Salafiyah (dulu namanya kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pondok Wetan Banon), Madrasah Ibtidaiyah Pancasila (Balitbang Kemendiknas, 2011: 2)
Salafiyah, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah, dan Proses penanaman nilai-nilai karakter
Madrasah Aliyah Salafiyah, selain itu mayoritas siswa menurut Krathwohl, Bloom & Masia
siswanya adalah santri pondok pesantren, walau (1964) ada 5 tahap, yaitu: (1) Receiving
dari segi kurikulum SMK Salafiyah sudah (menyimak); (2) Responding (menanggapi);
menggunakan kurikulum resmi Dinas (3) Valuating (member nilai); (4)
Pendidikan Kabupaten Pati, namun juga Organizing (mengorganisasikan nilai); (5)
ditambahkan dengan nilai-nilai karakter yang Characterization (karakteristik nilai), seperti
ditanamkan pada peserta didiknya secara khas. gambar berikut:
Atas dasar tersebut di atas, penelitian ini sangat
menarik untuk dilakukan untuk mendapatkan
bentuk pendidikan karakter SMK pada program
keahliah TKJ yang berbasis pondok pesantren.
1. Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter
berasal dari bahasa Yunani Charrassein
yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Sedang dalam kamus Ingris-
Indonesia karakter berasal dari kata Gambar 1. Affective domain Krathworl
character yang berarti watak, karakter atau (1964:27)
sifat (Echols dan Shadily, 1995:5). Muchlas Kementerian Pendidikan dan
Samani & Hariyanto (2012:43) memaknai Kebudayaan (2009:9-10) mengidentifikasi
karakter sebagai nilai-nilai dasar yang ada 18 nilai yang bersumber dari Agama,
membangun pribadi seseorang, terbentuk Pancasila, budaya, yang sesuai dengan
baik karena pengaruh hereditas maupun tujuan pendidikan nasional yaitu: (1)
pengaruh lingkungan, yang membedakannya religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin,
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
sikap dan perilakunya dalam kehidupan demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
sehari-hari. Dalam Kamus Bahasa Indonesia semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air,
kata “karakter” diartikan dengan tabiat, (12) menghargai prestasi, (13)
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
yang membedakan seseorang dengan yang (15) gemar membaca, (16) peduli
lain. Dari beberapa definisi tersebut diatas, lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tanggungjawab.
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan Ta’limul Muta’allim (As’ad, 2007:35-
(habituation) tentang hal mana yang baik 51) menjelaskan nilai-nilai karakter seorang
sehingga peserta didik menjadi faham peserta didik yaitu: (a) menghargai ilmu; (b)
6
yaitu: dasar dan mahir. Kategori dasar baiknya saya mengulas tentang pengertian
meliputi: (a) presentasi multimedia; (b) pondok pesantren.
penyusunan dokumen; (c) kalkulasi tabulasi; Istilah pondok pesantren terdiri dari
(d) manajemen berkas elektronik; (e) dua kata yang menunjukkan pada suatu
komunikasi efektif; (f) kolaborasi kelompok; pengertian yaitu kata pondok dan kata
(g) cari refrensi; (h) manajemen data; (i) pesantren. Menurut Mujamil Qomar
kelola kebutuhan publikasi, dan (j) catatan (2006:1) dalam pemakaian sehari-hari,
personal. Adapun kategori mahir meliputi: istilah pesantren biasa disebut dengan
(a) animasi multimedia; (b) pengembangan pondok saja atau kedua kata ini digabung
aplikasi sederhana; (c) pengembangan situs menjadi pondok pesantren. Secara esensial,
internet; (d) manipulasi data dan informasi; semua istilah ini mengandung makna yang
(e) ragam kolaborasi kelompok terpadu; (f) sama.
kolaborasi, komunikasi dan koperasi Dalam bahsa Arab “ma‟had” atau
terpadu; (g) pengembangan jarring antar pesantren adalah bangunan tempat tinggal
institusi; (h) analisa data; (i) manajemen bagi kelompok orang untuk sementara
akses jaringan; (j) kelola program; (k) waktu yang terdiri atas sejumlah kamar,
penyelenggara kelas maya; dan (l) aplikasi dan dipimpin oleh seorang kepala ma‟had.
permodelan. (Kamus Besar Indonesia, 2005:72).
Definisi lain diungkapkan oleh Dhofier
3. Pondok Pesantren (1982:18) pesantren berasal dari kata santri
Pada dasarnya pendidikan pondok yang diimbuhi awalan Pe- dan akhiran – an
pesantren disebut sistem pendidikan produk yang berarti menunjukkan tempat para
Indonesia. Atau dengan istilah Indigenious santri. Dalam perkembangan selanjutnya,
(pendidikan asli Indonesia). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan
Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam pengajaran Agama Islam, yang pada
yang tertua di Indonesia (Madjid, 2002:5). umumnya pendidikan dan pengajaran
Dalam peraturan pemerintah republik tersebut terimplementasikan dengan cara
Indonesia No.55 tahun 2007 tentang nonklasikal. Dimana seorang kiai
pendidikan agama dan keagamaan mengajarkan santri berdasarkan kitab-kitab
dijelaskan dalam pasal 26 ayat (1), yaitu: bahasa arab dari ulama’-ulama’ besar sejak
Pesantren menyelenggarakan abad pertengahan, sedangkan para
pendidikan dengan tujuan santrinya tinggal dalam asrama.
menanamkan keimanan dan Menurut para ahli, pondok pesantren
ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak baru dapat disebut pondok pesantren bila
mulia, serta tradisi pesantren untuk memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2)
mengembangkan kemampuan, ada pondok, (3) ada masjid, (4) ada santri,
pengetahuan, dan keterampilan dan (5) ada pengajian kitab kuning (
peserta didik untuk menjadi ahli ilmu Tafsir,2001:197).
Agama Islam (mutafaqqih fiddin) Azizi membagi pondok pesantren
dan/atau menjadi muslim yang atas dasar kelembagaannya yang
memiliki keterampilan/keahlian untuk dikaitkan dengan system pengajarannya
membangun kehidupan yang Islami di menjadi lima ketegori: (1) pondok
masyarakat. pesantren yang menyelenggarakan
Steenbrink (1986) dalam bukunya pendidikan formal dengan menerapkan
Pesantren Madrasah Sekolah menjelaskan kurikulum nasional, baik yang hanya
secara detail bagaimana metamorfosis memiliki sekolah keagamaan maupun
pesantren yang bermula dari pengajaran yang juga memiliki sekolah umum; (2)
Alqur’an (Pendidikan Islam yang paling pondok pesantren yang
sederhana), kemudian pengajian kitab menyelenggarakan pendidikan
(Pendidikan lanjutan), sampai menjadi keagamaan dalam bentuk madrasah dan
sebuah institusi formal yang disebut mengajarkan ilmu-ilmu umum meski
“Madrasah” dan bahkan kemudian menjadi tidak menerapkan kurikulum nasional; (3)
institusi modern yang bernama “Sekolah”, pondok pesantren yang hanya
untuk itu sebelum membahas panjang lebar mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam
tentang pondok pesantren, maka ada bentuk madrasah diniyah; (4) pondok
8
dan pengambilan potografi dilakukan secara Pertama nilai-nilai karakter Islam berbasis
alami (nature) sebagai bagian dari realitas Pondok pesantren, nilai nilai Islam berbasis
sosial pendidikan menengah kejuruan di SMK Pondok pesantren yaitu: (1) keimanan; (2)
Salafiyah. katakwaan;(3) kemampuan baik pada siswa; (4)
Interview kualitatif dilakukan terhadap kemampuan baik dalam kinerja; (5) disiplin; (6)
sumber data yaitu orang-orang yang dipilih sopan; (7) kepatuhan; (8) kemandirian; (9) cinta
yang mampu memberikan informasi yang pada ilmu pengetahuan; (10) menghormati
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: orang guru; (11) memuliakan kitab; (12) menyayangi
yang telah mengalami fenomena yang menjadi teman; (13) berkah; (14) uswah hasanah.
fokus penelitian,bersedia berpartisipasi dalam Para founding father Yayasan Salafiyah
proses interview, dan memperbolehkan mempunyai idealisme yaitu mengamalkan
merekam ketika pelaksanaan interview. Dalam ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jama‟ah
penelitian ini menggunakan semistructure yakni Islam yang rahmatan lil „alamin (menjadi
interview (wawancara semi terstruktur) yang rahmat bagi seluruh alam) Islam yang
masuk dalam jenis kategori in-dept interview mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
dengan tujuan untuk menemukan permasalahan dan para sahabat-sabatnya. Islam Ahlusunnah
secara lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak Waljama‟ah yaitu Islam yang mempunyai
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. karakteristik: Tawassut (moderat), Tawazun
Interview kualitatif digunakan untuk menggali (seimbang), Tasamuh (toleran), dan I’tidal
data-data yang tidak diobservasi secara (Adil). Tawassut artinya moderat, sikap jalan
langsung (Creswell, 1994). Data dikonstruksi tengah yang mengintegrasikan antara ikhtiar
melalui interaksi dialog yang komunikatif dan (berusaha) dan tawakkal (pasrah). Sebagai jalan
direkam menggunakan HP Blackberry 8310. tengah antara aliran Kaum Jabariyah yang
mengandalkan penuh tawakkal kepada Allah
Teknik keabsahan data dan Kaum Mu’tazilah yang mengandalkan
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang sepenuhnya kepada akal, sebagai manusia yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan telah dianugrahi akal manusia punya kewajiban
triangulasi sumber, triangulasi data dan untuk berusaha (ikhtiar), namun manusia
triangulasi waktu yang merupakan bagian dari sebagai makhluk mempunyai keterbatasan
kriteria derajat kepercayaan (credibility). dalam segala hal sehingga setelah melakukan
ikhtiar maksimal kemudian dipasrahkan
Teknik analisis data (tawakkal) kepada Allah. Tawasut juga
Dalam penelitian ini, teknik analisis data diartikan sikap tengah-tengah, sedang-sedang,
yang digunakan adalah analisis model Miles tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
dan Huberman (1994:10) “we define anaysis as Karakteristik selanjutnya Tawazun
consisting of three concurent flows of activity: artinya seimbang (balance) atau seimbang
data reduction, data display and conclution dalam segala hal Seimbang dalam penggunaan
drawing/verification.” Berdasarkan pernyataan dalil aqli (dalil yang bersumber dari akal
di atas, terdapat tiga kegiatan utama yang saling pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari
berkaitan dan terjadi secara bersamaan, yaitu Al-Qur’an dan Hadits). Seimbang juga dalam
reduksi data, penyajian data dan penarikan hati (heart), fikiran (head), dan gerak (hand)
kesimpulan atau verifikasi. Dalam penelitian sehingga membentuk karakter yang jujur,
ini, reduksi data berlangsung terus-menerus selaras antara hati, pikiran dan perbuatan.
selama proses penelitian berlangsung di SMK Tasamuh atau toleransi yakni menghargai
Salafiyah, kemudian data yang tersaji selama perbedaan serta menghormati orang yang
di lapangan maupun sesudah meninggalkan memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
lapangan dimaknai. Namun bukan berarti mengakui atau
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut
Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam meneguhkan apa yang diyakini. I‟tidal
1. Nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah berarti bersikap adil dalam segala hal, adil
SMK Salafiyah yang lahir di rahim berarti tidak pilih kasih, sama berat, tidak berat
Yayasan Salafiyah tidak bisa terlepas dari sebelah, tidak memihak kepada salah satu.
karakteristik Yayasan Salafiyah itu sendiri, Ajaran yang dipesankan oleh KH.
sehingga nilai-nilai karakter yang ditanamkan Baedlowi Siroj (founding father) kepada anak
kepada peserta didik SMK Salafiyah adalah: cucu beliau yaitu: “nek isih ono santri sing
10
Salafiyah adalah sebagai berikut: (a) datang ke (IPS-NU Pagar Nusa) tujuannya siswa-
sekolah sebelum jam pelajaran dimulai; (b) siswi SMK Salafiyah mempunyai bekal
senyum, kemudian mengucapkan Salam serta dasar untuk membela dirinya kapan saja
menyapa dan mencium tangan bapak/ibu guru dan dimana saj, pengembangan diri ini
yang sudah hadir di sekolahan; (c) menuntun dilakukan di halaman sekolah dan
kendaraan ketika memasuki gerbang sekolah,
pelaksanaannya setiap hari jum’at pukul
dan parkir secara rapi; (d) berdo’a sebelum dan
setelah selesai kegiatan belajar mengajar; (e) 13.00 s/d. 16.00 Wib. (c) Pramuka (Praja
menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan Muda Karana) di Salafiyah sudah ada mulai
ruang belajar dan lingkungan sekolah; (f) dari tingakat Madrasah Ibtidaiyyah (Siaga),
mentaati aturan-aturan agama Islam dan Madrasah Tsanawiyah (Penggalang) dan
menjahui larangan-larangan; (g) berpakain rapi Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan
dan menutup aurat (h) tertib memasuki ruang (Penegak). Nama ambalan di SMK Salafiyah
belajar dan dalam proses belajar mengajar; (i) adalah ambalan Ki Cibolang untuk putra dan
minta izin jika ingin keluar pada saat belajar ambalan RA Kartini untuk putri, prestasi
mengajar; (j) menjaga kebersihan di lingkungan ambalan-ambalan tersebut sudah diakui di
sekolah dengan membuang sampah di tempat dunia kepramukaan di Kabupaten Pati. (d) Bola
yang telah disediakan; (k) jama’ah Sholat Voli adalah olah raga permainan yang
Dzuhur: setiap hari para siswa SMK Salafiyah dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-
diwajibkan untuk sholat berjama’ah Dzuhur masing grup memiliki enam orang pemain,
setiap hari di aula SMK Salafiyah, (l) tidak salah satu pengembangan diri di MA dan SMK
memakai perhiasan yang berlebihan; (m) Salafiyah adalah bola voli, yang secara rutin
mentaati perintah bapak/ibu guru; (n) mentaati dilakukan latihan setiap hari sabtu pukul 14.00
tata tertib sekolah. s/d. 16.00 Wib. (e) Teater: merupakan salah
c) Pengembangan Diri satu ekstrakurikuler SMK Salafiyah. “Teasa”
Implementasi pendidikan karakter di adalah nama dari teater Salafiyah, sudah
SMK Salafiyah juga melalui program malang melintang tampil baik di lingkungan
pengembangan diri. Program pengembangan Salafiyah, di wilayah Kajen, Kabupaten Pati
diri adalah berbagai macam program tambahan bahkan sampai ke Semarang.
yang diselenggarakan oleh pihak sekolah guna Konteks Makro dalam penanaman nilai-
menunjang terwujudnya karakter dan nilai karakter siswa SMK Salafiyah meliputi,
kepribadian siswa, serta kegiatan yang lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
bertujuan memberikan kesempatan kepada lingkungan masyarakat. Peran lingkungan
peserta didik untuk mengembangkan dan keluarga dan masyarkat adalah sebagai berikut:
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, (a) peran keluarga: ikut proaktif membina dan
bakat, minat, setiap peserta didik dan kondisi mengawasi putra-putrinya di luar jam sekolah,
sekolah. ikut dalam penyusunan tata tertib sekolah,
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi menghadiri undangan wali murid dalam
dan dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga menerima raport setiap semester atau ijazah
kependidikan lainnya yang dapat dilakukan pada waktu kelulusan dan selalu koordinasi,
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, adapun komunikasi dan konsultasi dengan pihak
program pengembangan diri di SMK Salafiyah sekolah terhadap putra-putrinya dan sebaliknya
adalah: (a) Marching Band: salah satu kegiatan sehingga sinergitas keluarga dan sekolah bisa
pengembangan diri favorit di Salafiyah terwujud untuk mencapai terbentuknya siswa
namanya “Bahana Suara” Marching Band. yang berkarakter; (b) peran lingkungan
Marching band ini tiga kali dalam satu minggu masyarakat: ikut mengawasi peserta didik yang
mengadakan latihan, yaitu hari selasa, rabu dan melakukan hal-hal yang tidak baik seperti siswa
ahad. Marching Band Salafiyah ini bolos sekolah dll, ikut dalam membangun
beranggotakan 125 orang siswa-siswi Salafiyah, gedung sekolah SMK Salafiyah, dilibatkan
dan marching band ini sudah berpengalaman di kegiatan sekolah yang bersifat terbuka, seperti
Kabupaten Pati. (b) Pencak Silat, Salafiyah pengajian umum, bakti sosial dll.
Faktor pendukung dan faktor
juga mempunyai pengembangan diri
penghambat dalam penanaman nilai-nilai
Pencak Silat “Pagar Nusa”. Ikatan Pencak karakter di SMK Salafiyah meliputi: Faktor
Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat Pendukung a) Faktor Pendukung: (1) SMK
13
Salafiyah mempunyai SDM tenaga pengajar merupakan faktor penting dalam penanaman
yang memadai; (2) siswa SMK Salafiyah nilai-nilai pendidikan karakter.
mayoritas mondok di pondok pesantren di Faktor pendukung dan faktor
bawah naungan Yayasan Salafiyah; (3) penghambatan dalam penanaman nilai-nilai
memiliki sarana dan prasarana yang memadai. karakter di SMK Salafiyah meliputi: Faktor
(4) SMK Salafiyah terletak di Desa Kajen yang Pendukung a) Faktor Pendukung Internal: (1)
mempunyai karakteristik Islam berbasis pondok SMK Salafiyah mempunyai SDM tenaga
pesantren; (5) adanya program-program sekolah pengajar yang memadai; (2) siswa SMK
yang mendukung penanaman nilai-nilai Salafiyah mayoritas mondok di pondok
karakter siswa SMK Salafiyah; (6) adanya pesantren di bawah naungan Yayasan
sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah, Salafiyah; (3) memiliki sarana dan prasarana
dan masyarakat. b) Faktor penghambat dalam yang memadai. b) faktor pendukung eksternal:
penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK (1) SMK Salafiyah terletak di Desa Kajen yang
Salafiyah: a) faktor penghambat: (1) mempunyai karakteristik Islam berbasis pondok
terbatasnya sarana dan prasarana; (2) perbedaan pesantren; (2) adanya program-program sekolah
latar belakang; (3) terbatasnya keuangan yang mendukung penanaman nilai-nilai
sekolah; (4) perbedaan pemahaman dan karakter siswa SMK Salafiyah; (3) adanya
penafsiran tentang pendidikan karakter itu sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah,
sendiri; (5) belum adanya satu asrama/pondok dan masyarakat.
pesantren bagi siswa-siswi SMK Salafiyah. (6) Faktor penghambat dalam penanaman
kurang optimalnya koordinasi antar sekolah, nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah, a)
wali murid lingkungan dan masyarakat; (7) faktor penghambat internal: (1) terbatasnya
apatisme masyarakat terhadap pendidikan SMK sarana dan prasarana; (2) perbedaan latar
berbasis pondok pesantren; (8) paradigma belakang; (3) terbatasnya keuangan sekolah; (4)
masyarakat bahwa pondok pesantren sudah perbedaan pemahaman dan penafsiran tentang
ketinggalan dengan zaman sekarang; (9) pendidikan karakter itu sendiri; (5) belum
pengaruh globalisasi. adanya satu asrama/pondok pesantren bagi
siswa-siswi SMK Salafiyah. b) factor
penghambat eksternal: (1) kurang optimalnya
Simpulan dan Saran koordinasi antar sekolah, wali murid
Simpulan lingkungan dan masyarakat; (2) apatisme
Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK masyarakat terhadap pendidikan SMK berbasis
Salafiyah adalah sebagai berikut: (1) Nilai pondok pesantren; (3) paradigma masyarakat
dasar: (a) tawassuth (Moderat); (b) tawazun bahwa pondok pesantren sudah ketinggalan
(seimbang);(c) tasamuh (toleran); (d) I‟tidal dengan zaman sekarang; (4) pengaruh arus
(adil). (2) Nilai Personal: (a) keimanan; (b) deras globalisasi.
ketaqwaan; (c) kemampuan baik; (d)
disiplin; (e) kepatuhan; (f) kemandirian; (g) Saran
cinta ilmu; (h) menutup aurat. (3) Nilai Temuan-temuan sebagai pemaknaan
dari penelitian ini sangat perlu untuk di tindak
sosial: (a) kemampuan baik dalam kinerja; lanjuti, Pertama, kepada pihak SMK Salafiyah
(b) sopan santun; (c) menghormati guru; (d) untuk lebih fokus terhadap nilai-nilai yang
memuliakan kitab; (e) menyayangi teman; ditanamkan kepada peserta didiknya dan kalau
(f) uswah hasanah; (g) tawadzu‟; (h) do’a perlu dibuatkan satu asrama/pondok pesantren
guru; (i) berkah; (j) pisah antara siswa dan sehingga proses penanaman nilai-nilai
siswi. pendidikan karakter bisa di biasakan dan di
Proses penanaman nilai-nilai karakter di fokuskan selama 24 jam. Kemudian koordinasi,
SMK Salafiyah melalui konteks mikro dan komunikasi secara continue kepada keluarga
konteks makro, (1) konteks mikro meliputi: (a) peserta didik dan masyarakat ditingkatkan
integrasi dengan setiap mata pelajaran dan kembali untuk mendapatkan hasil yang lebih
muatan lokal; (b) budaya sekolah; (c) kegiatan optimal. Kedua, kepada pihak keluarga wali
pengembangan diri. (2) konteks makro murid siswa SMK Salafiyah ikut aktif dalam
meliputi: (a) Keluarga; (b) sekolah; (c) komunikasi dengan SMK Salafiyah serta
masyarakat. Dalam konteks makro sinergitas mengawasi putra-putrinya diluar jam sekolah.
antara keluarga, sekolah dan masyarakat Sehingga terjadi sinergitas antara sekolah dan
14
keluarga untuk mencapai tujuan penanaman Dhofier, Z. (1982), The pesantren tradition, the
nilai-nilai Islam berbasis pondok pesantren. role of the kyai in the maintenance of
Ketiga, kepada pihak lingkungan SMK tranition islam in java. Arizona State
Salafiyah untuk ikut pro-aktif dalam kegiatan- University: Program for Southeast
kegiatan SMK Salafiyah yang di buka untuk Asian Studies Uniten Stated of
umum serta ikut mengawasi siswa SMK America.
Salafiyah di luar jam pelajaran. Keempat,
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pati untuk Echols, J.M. & Shadily, H. (1996). Kamus
ikut mendukung upaya penanaman nilai-nilai Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
karakter siswa SMK Salafiyah serta ikut Gramedia
mensupport baik berupa materi atau non-materi Ilahi, A. (24 Maret 2013). Paham keagamaan
demi terwujudnya SMK berkarakter Islam menurut Nahdhatul Ulama‟. Diambil
berbasis pondok pesantren. Kelima, kepada pada 27 Maret 2013, dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan http://www.nu.or.id/a,public-m,static-
Republik Indonesia untuk terus mendukung di s,detail-lang,id-ids,1-id,7-
bukanya SMK di seluruh Indonesia yang t,paham+keagamaan-.phpx.
berkarakter Islam berbasis Pondok pesantren
sehingga mencetak tenaga kerja yang Islami, Kemdiknas. (2011). Pedoman pelaksanaan
yang mandiri, professional dan berakhlak pendidikan karakter (berdasarkan
mulia. pengalaman di satuan pendidikan
rintisan). Jakarta: Balitbang
Daftar Pustaka Puskurbuk.
As’ad, A. (2007). Terjemah ta‟limul Kemenag Pati. (2012). Data pondok pesantren
muta‟allim; bimbingan bagi penuntut Kabupaten Pati tahun 2012. Pati:
ilmu pengetahuan. Kudus: Menara Kemenag Pati.
Kudus. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., and Masia,
B.B. (1964). Taxonomy of educational
Badan Pusat Statistik. (2012). Pengangguran objectives: handbookII: affective
terbuka menurut pendidikan tertinggi domain. New York: David McKay Co.
yang ditamatkan 2004-2013. Diakses
pada tanggal 3 Juli 2013, dari Lickona, T. (2004). Character matters: how to
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1 help our childen develop good judgment,
&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&n integrity and other essential virtues. New
otab=4. York: Toughstone.
Depag RI. (1984). Al-Qur‟an dan Mudjiyanto, B & Kenda, N. (2010). Metode
terjemahannya. Jakarta: Departemen fenomenologi sebagai salah satu
Agama RI. metodologi penelitian kualitatfif dalam
komunikologi. (Jurnal penelitian
Depdiknas. (2002). Kamus besar bahasa komunikasi dan opini publik, volume
Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai no.11). Manado: Balai Pengkajian dan
Pustaka.
15
Qomar, M. (2003). Pesantren dari transformasi Suyata. (2011). Pendidikan karakter: dimensi
metodologi menuju demokratisasi filosofis dalam Pendidikan Karakter:
institusi. Surabaya: Erlangga. dalam perspektif teori dan praktik.
Zuchdi, D. (Ed.). Yogyakarta: UNY
Samani, M. & Hariyanto. (2012). Konsep dan Press, Cet.1.
model pendidikan karakter. Bandung :
PT. Remaja Rosyda Karya. Tafsir, A. (2001). Ilmu pendidikan dalam
prespektif Islam. Bandung: Rosda.
Slamet PH. (2011). Implementasi pendidikan
karakter kerja dalam pendidikan Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003,
kejuruan dalam Pendidikan Karakter: tentang Sistem Pendidikan Nasional.
dalam perspektif teori dan praktik.
Zuchdi, D. (Ed.). Yogyakarta: UNY UNESCO. (2008). Strategy framework for
Press, Cet.1. promoting ICT literacy in the Asia
Pasivic region. Bangkok: Asia and
Steenbrink, K.A. (1986). Pesantren, madrasah, Pasific Regional Bureau for Education.
sekolah; pendidikan Islam dalam kurun
modern. Jakarta: LP3ES.