Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRIBADI PEMICU 3 INDUSTRI KIMIA

BERKELANJUTAN
CHE-184303

Oleh:

Gabrielle Tiffany Sutarto


2015620024
F

Dosen Kelas :
Hans Kristianto, S.T, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2019
Tahap- Tahap dalam pelaksanaan LCA.
Untuk melaksanakan LCA, maka dibagi menjadi 4 tahapan berikut akan dibahas
dari masing-masing tahapan0tahapan dalam melaksanakan LCA yaitu:
1. Goal and Scope Definition (Penentuan tujuan dan cakupan kajian)
Tahap pertama dalam LCA adalah penyusunan definisi tujuan dan cakupan
penerapan LCA. Dalam fase ini juga dilakukan penentuan unit fungsional. Penentuan
cakupan sistem LCA mulai penyiapan bahan mentah, proses produksi, distribusi dan
sampai pasar, selanjutnya yang dibandingkan adalah skala industri tersebut. Tujuan LCA
ini berbeda untuk setiap kelompok pengguna. Tujuan ini antara lain adalah perbandingan
produk, proses, kemasan, kegiatan atau pemilihan tempat dan teknologi, perbaikan dan
pengembangan produk, pengurangan dan pencegahan pencemaran, optimasi proses,
penggunaan LCA sebagai piranti penyelesaian masalah. Ruang lingkup atau cakupan LCA
harus ditetapkan saat awal kajian dan ranahnya spesifik dan global. Tujuan penggunaan
LCA akan mempengaruhi lingkup dan isi kajian LCA. Scoping atau penentuan batas
kajian, asumsi dan keterbatasan suatu LCA. Scoping akan menetapkan jenis kegiatan dan
dapak yang dicakup serta alasan yang digunakan. Lebih lanjut penentuan batasan ini
berhubungan dengan tujuan kajian, jenis data uang dihimpun dan wilayah dampak yang
dinilai. Cakupan kajian harus ditetapkan sebelum kegiatan penilaian dimulai, untuk
meyakinkan bahwa luas dan kedalaman analisis sesuai dan memadai dengan tujuan, semua
batas, metodologi, klasifikasi data dan asumsi telah diterapkan secara menyeluruh dan
jelas.

2. Inventory Analysis (Analisis Inventarisasi)


Analisis inventarisasi adalah identifikasi dan kuatifikasi input dari lingkungan pada
sistem produk dan emisi serta limbah yang dibuang sistem ke lingkungan. Analisis ini
berisi kesetimbangan materi dan energi secara detail pada sistem yang didefinisikan
sebelumnya. Hasil dari analisis inventarisasi ini adalah tabel inventaris yang menunjukkan
sumber daya yang digunakan dan emisi yang terkumpul untuk menyediakan satu unit
fungsional. SETAC (Society of Environmental Toxicology and Chemistry)
mengembangkan kerangka kerja teknis untuk fase kedua ini atau Life Cycle Inventory
(LCI). Tahapan yang ada LCI ini adalah:
a) pengambilan bahan baku
b) pengolahan, formulasi
c) distribusi dan pengangkutan
d) penggunaan/penggunaan ulang/perawatan
e) daur ulang
f) pengelolaan limbah.

3. Impact Assessment (Penilaian Dampak)


Penilaian dampak ini dimulai dengan identifikasi banyaknya emisi yang
dikeluarkan sistem ke lingkungan serta kontribusinya terhadap dampak lingkungan.
Selanjutnya juga dikenal istilah “stressor” atau kondisi yang mengarah pada gangguan
kesehatan manusia, kerusakan ekologis atau penyusutan sumber daya. Data inventarisasi
dalam Life Cycle Inventory yang terdiri dari limbah yang dikeluarkan sistem ke lingkungan
dianalisis dampaknya dalam fase ini, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Life Cycle
Impact Assessment (LCIA). Analisis dampak ini dapat menghubungkan timbulnya suatu
dampak berkaitan dengan penggunaan atau pembebanan terhadap lingkungan produl
tertentu atau daur hidup produk. Dalam LCA terdapat empat kelompok dampak yang
relevan yaitu:
a) Kesehatan ekologi
b) kesehatan manusia
c) penyusutan sumber daya
d) kesejahteraan sosial (sosio-ekonomik).

4. Interpretation (Interpretasi)
Interpretasi adalah teknik yang sistematis untuk melakukan identifikasi, melakukan
kualifikasi, pengecekan, serta mengevaluasi informasi dari hasil LCI dan LCIA pada sistem
dan menjawab tujuan dan cakupan LCA yang telah ditetapkan. Interpretasi juga termasuk
cara komunikasi untuk memberikan kredibilitas hasil analisis LCI dan LCIA dalam format
yang komprehensif sehingga mempermudah untuk mengambil keputusan. Secara umum
elemen dalam fase interpretasi adalah identifikasi isu lingkungan berdasarkan LCI dan
LCIA, evaluasi kelengkapan, sensitivitas dan cek konsistensi, kesimpulan yang berisi
rekomendasi dan isu yang signifikan untuk diselesaikan.

Kemudian hasil penilaian LCA ini dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya
pengembangan dan perbaikan produk, optimasi dan perbaikan proses, maupun merencanakan
kebijakan publik tentang lingkungan. Selanjutnya penerapan LCA ini diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi industri dan lingkungan. Berikut pada Gambar 1 merupakan
gambaran tahap-tahap pada LCA.

Gambar 1 Tahapan Proses LCA


Selain itu ada pula ruang lingkup pada LCA yang dibagi menjadi empat macam ruang lingkup
yaitu:
a) Cradle to grave, ruang lingkup pada bagian ini dimulai dari raw material sampai
pada pengoperasian produk.
b) Cradle to gate, ruang lingkup pada analisis daur hidup dimulai dari raw material
sampai ke gate sebelum proses operasi.
c) Gate to gate merupakan ruang lingkup pada analisis daur hidup yang terpendek
karena hanya meninjau kegiatan yang terdekat.
d) Cradle to cradle merupakan bagian dari analisis daur hidup yang menunjukkan
ruang lingkup dari raw material sampai pada daur ulang material.
Berikut pada Gambar 2 merupakan Skema LCA mulai dari ruang lingkup Cradle to Grave
hingga Cradle to cradle.

Gambar 2 Skema LCA

Bahan Bakar Alternatif Pengganti Batu Bara

Energi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan
tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak/energi fosil merupakan salah satu sumber energi yang
bersifat tak terbarukan (non renewable energy sources). Bahan bakar batu bara menjadi salah satu
bahan bakar yang paling sering digunakan dan menjadi salah satu energi yang tidak terbarukan.
Namun keberadaan batu bara semakin lama semakin menipis karena terus menerus digunakan.
Sehingga butuh beberapa alternaif bahan bakar lain pengganti batu bara agar konsep sustainability
terus berjalan pada suatu proses produksi di industri. Salah satu bahan alternatif pengganti batu
bara adalah Biomassa. Biomassa adalah bahan yang berasal dari organisme yang hidup baru-baru
ini, yang meliputi tanaman, hewan, dan produk sampingannya. Kotoran, limbah kebun, dan sisa
tanaman semuanya merupakan sumber biomassa. Ini adalah sumber energi terbarukan berdasarkan
siklus karbon, tidak seperti sumber daya alam lainnya seperti minyak bumi, batu bara, dan bahan
bakar nuklir.

Biomassa merupakan sumber energi primer yang sangat potensial di Indonesia, yang
dihasilkan dari kekayaan alamnya berupa vegetasi hutan tropika. Biomassa bisa diubah menjadi
listrik atau panas. Sumber energi terbarukan seperti biomassa disebut sebagai alternatif untuk
bahan bakar fosil yang membahayakan bagi ekologi. Biomassa seperti kayu, dari kegiatan industri
pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan, limbah biomassa yang sangat besar jumlahnya pada
saat ini juga belum dimanfaatkan dengan baik. Sehingga limbah-limbah kayu dari sektor
perhutanan dapat digunakan sebagai sumber alternatif bahan bakar pengganti batu bara yang tidak
dapat diperbaharui.
Daftar Pustaka
Hermawan, P. F. (2013). Peran Life Cycle Analysis (Lca) Pada Material Konstruksi Dalam
Upaya Menurunkan Dampak Emisi Karbon Dioksida Pada Efek Gas Rumah Kaca.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Kholiq, I. (2015). Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung
Subtitusi Bbm . Surabaya: Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra.
Marno. (2012). Sustainable Alternative Energy. Malang, Jawa Timur: Universitas Brawijaya.
Taufan Ratri Harjanto, M. F. (2012). Life Cycle Assessment Pabrik Semen PT Holcim Indonesia
Tbk. Pabrik Cilacap: Komparasi antara Bahan Bakar Batubara dengan Biomassa .
Yogyakarta: Teknik Kimia Universitas Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai