ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar dari penerimaan lainnya.
Pendapatan pajak masih terus ditingkatkan, hal ini dapat dilihat pada Anggaran
Pemerintah yang terus meningkat di sektor pajak. Pada tahun 2015, penerimaan sektor
pajak masih menjadi penerimaan terbesar yaitu sekitar 78% dari total penerimaan
pemerintah (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2015), oleh karena
itu pajak selalu menjadi fokus pemerintah karena menjadi tumpuan terbesar di dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Perbedaan kepentingan antara pemerintah dan wajib pajak terhadap pelaksanaan
perpajakan di Indonesia memunculkan perlawanan dari pihak wajib pajak. Pihak
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak dituntut untuk meningkatkan
penerimaan pajak sedang pihak wajib pajak cenderung untuk melakukan
penghematan/memperkecil pajak yang harus dibayarkan. Fenomena penghindaran
pajak di Indonesia dapat diindikasikan melalui rasio pajak (tax ratio) yang dimiliki
170
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
171
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
172
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
2. Perlawanan aktif, merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh wajib pajak
untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang seharusnya
dibayar. Perlawanan aktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara
legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di
bidang perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-
pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur
dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang
berlaku.
b. Penggelapan pajak (tax evasion) adalah pengurangan pajak yang dilakukan
dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau
menyembunyikan data, sehingga dapat dikenakan sanksi pidana.
Ernest R. Mortenson yang dikutip dari Zain (2007, p. 49) mendefinisikan
“penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa
untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada
atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya”.
Penghindaran pajak merupakan salah satu usaha perencanaan pajak yang
dilakukan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan.
Menurut Suandy, (2009, p. 10-12) motivasi yang mendasari dilakukannya suatu
perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:
A. Kebijakan Perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran
yang hendak dituju dalam sistem perpajakanUndang-Undang Perpajakan.
Kenyataan menunjukkan bahwa di mana pun tidak ada undang-undang yang
mengatur setiap permasalahan secara sempurna, oleh karena itu dalam
pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut
bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan
kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang dicapainya.
Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi wajib pajak untuk menganalisa
kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.
B. Administrasi Perpajakan
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih mengalami kesulitan
dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini
mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar
terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan
penafsiran antara aparat fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan
perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif.
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk
memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return), karena pajak ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi
perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan
pemanfaatan peluang atas kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang
sengaja dibuat oleh pemerintah, untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas
173
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
174
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
175
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
176
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
sekunder dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015 sebagai populasi penelitian. Data akan diuji menggunakan analisis regresi
linier berganda untuk melihat apakah hasil pengujian tersebut menunjukkan hasil
bahwa variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance).
Hipotesis
1 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak
Kebijakan investasi dinilai dapat mempengaruhi tindakan penghindaran pajak
(tax avoidance) yang akan dilakukan perusahaan. Apabila suatu perusahaan
memutuskan untuk berinvestasi menggunakan aset, maka perusahaan dapat
memanfaatkan depresiasi sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
atau bersifat deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible expense
nantinya akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang dan
jumlah pajak yang harus dibayar juga akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Intensitas modal berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2 Pengaruh Kompensasi Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
Pemilik perusahaan pada umumnya mengeluarkan biaya kompensasi terhadap
manajemen agar manajemen lebih transparan dan meningkatkan kinerja manajemen.
Kinerja perusahaan selama ini umumnya masih diukur melalui kinerja laba yang
salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Semakin
efisien pembayaran pajak perusahaan, maka semakin tinggi marjin laba yang
dihasilkan. Pemberian kompensasi terhadap manajemen diharapkan meningkatkan
efisiensi pembayaran pajak perusahaan dan tujuan meningkatkan kinerja perusahaan
dapat tercapai. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak
Menurut Fahreza (2014) auditor diharapkan mampu untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dalam rangka memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Auditor juga diharapkan untuk mampu meningkatkan
akurasi dan ketepatan perhitungan pajak yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam melakukan perhitungan kewajiban pajak, yang dalam
perhitungannya berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
177
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
METODE PENELITIAN
Jenis dan Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang
mencoba untuk menentukan penyebab atau alasan, untuk perbedaan yang ada dalam
perilaku atau status kelompok individu. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
variabel intensitas modal, variabel kompensasi eksekutif, variabel kualitas audit, dan
variabel penghindaran pajak.
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan tahunan
yang diterbitkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015.
178
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
179
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
180
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
memenuhi kriteria dengan 159 jumlah observasi selama tiga tahun periode
pengamatan (2013-2015), hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Penghindaran Pajak 159 .08 1.02 .2887 .13530
Intensitas Modal 159 .05 .84 .3349 .16929
Kompensasi Eksekutif 159 20.49 31.58 23.4839 1.96292
Valid N (listwise) 159
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa rata-rata tingkat penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur periode 2013-2015 pajak yang diukur menggunakan metode
Cash Effective Tax Rates (CETR) sebesar 0,2887, hal ini menandakan bahwa
besarnya rata-rata pembayaran pajak adalah 28,87% dari laba sebelum pajak dengan
standar deviasi 0,13530. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat nilai minimum CETR
sebesar 0,076 dimiliki oleh perusahaan Duta pertiwi Nusantara Tbk pada tahun
observasi 2014 yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia dalam sub sektor
kimia yang menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak perusahaan tersebut
hanya 7.6% dari laba sebelum pajak, sedangkan nilai CETR maksimum sebesar 1,02
dimiliki oleh perusahaan Star Petrochem Tbk. pada tahun observasi 2013 yang
bergerak di aneka industri dalam sub sektor tekstil dan garment yang menunjukkan
bahwa besarnya pembayaran pajak perusahaan tersebut adalah 102% dari laba
sebelum pajak.
Variabel independen intensitas modal memiliki rata-rata sebesar 0,3349, hal ini
menandakan bahwa besarnya rata-rata rasio aset tetap dengan total aset yang dimiliki
perusahaan manufaktur sebesar 33,495 dengan standar deviasi 0,16929. Perusahaan
yang memiliki nilai intensitas modal minimum sebesar 0,045 adalah perusahaan
Duta Pertiwi Nusantara Tbk. tahun observasi 2014 yang bergerak di sektor industri
dasar dan kimia dalam sub sektor kimia yang menunjukkan bahwa aset tetap yang
dimiliki perusahaan hanya sebesar 4.5% dari total aset, sedangkan perusahaan yang
memiliki nilai intensitas modal maksimum sebesar 0,84 adalah perusahaan Holcim
Indonesia Tbk. yang bergerak di sektorindustri dasar dan kimia dalam sub sektor
semen tahun observasi 2015 yang yang menunjukkan bahwa aset tetap yang dimiliki
perusahaan sebesar 84% dari total aset.
Variabel independen kompensasi eksekutif memiliki rata-rata sebesar 23,4839,
hal ini menandakan bahwa rata-rata kompensasi yang diberikan kepada eksekutif
perusahaan manufaktur sebesar 23,4839 dengan standar deviasi 1,96292. Perusahaan
yang memiliki nilai kompensasi eksekutif minimum sebesar 20,49 adalah
perusahaan Star Petrochem Tbk. tahun observasi 2015 yang bergerak di sektor aneka
industri dalam sub sektor tekstil dan garment yang artinya perusahaan hanya
memberikan kompensasi kepada eksekutif perusahaan sebesar 20,49, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai kompensasi eksekutif maksimum sebesar 31,58
adalah perusahaan Astra Otoparts Tbk. yang bergerak di yang bergerak di aneka
industri dalam sub sektor otomotif dan komponen tahun observasi 2013 yang artinya
perusahaan memberikan kompensasi sebesar 31,58 kepada eksekutif perusahaan.
Penelitian ini menggunakan satu variabel dummy, yaitu kualitas audit, untuk
mengetahui perusahaan yang menggunakan KAP The Big Four atau KAP NonThe
181
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Big Four maka hasil analisis pengukuran kedua variabel independen tersebut dapat
dilihat melalui tabel hasil distribusi frekuensi.
Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000 < 0,05
yang berarti data yang digunakan tidak berdistribusi secara normal, sehingga
dibutuhkan penormalan data untuk melanjutkan penelitian ini. Penormalan data
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
182
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
dalam penelitian ini dilakukan dengan menghapus data outlier, sehingga diperoleh
151 observasi. Hasil penormalan data dapat dilihat pada tabel 5.5, nilai Asymp. Sig
(2-tailed) setelah dilakukan penormalan data adalah sebesar 0,133 > 0,05 yang
artinya data telah terdistribusi secara normal dan model regresi dapat digunakan
untuk pengujian berikutnya.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Penormalan Data
Unstandardized
Residual
N 151
Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std. .05403323
Deviation
Absolute .095
Most Extreme
Positive .095
Differences
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z 1.164
Asymp. Sig. (2-tailed) .133
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Pengujian normalitas juga dapat dilakukan dengan analisis grafik yaitu dengan
melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot. Hasil pengujian
normalitas dengan menggunakan analisis grafik pada gambar dibawah memberikan
tampilan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Hal ini berarti konsisten dengan hasil uji
Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
183
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan uji Durbin – Watson (DW test) dengan pengambilan
keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Watson, apabila berada
diantara du < d < 4-du maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut bebas
dari gejala autokorelasi.
Tabel 5.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 .291a .085 .060 .05477 1.888
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Jumlah observasi (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 159, dan jumlah
variabel bebas sebanyak 3 variabel yaitu intensitas modal, kompensasi eksekutif, dan
kualitas audit. Dari jumlah observasi dan jumlah variabel bebas tersebut dapat
diketahui nilai dL sebesar 1,6800 dan nilai dU sebesar 1,7886 dengan melihat tabel
Durbin Watson. Nilai 4-dU sebesar 2,2114, dan nilai 4-dL sebesar 2,32. Dari output
SPSS didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1,888, nilai 1,888 tersebut berada
diantara du < d < 4-du yaitu 1,7886 < 1,888 < 2,2114, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tersebut terbebas dari gejala autokorelasi.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi ada
atau tidaknya gejala multikolinearitas di dalam model regeresi dapat dilihat dari nilai
cut offtolerance ≤ 0,10 dan nilai cut off VIF ≥ 10. Hasil uji multikolinearitas disajikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Intensitas Modal .964 1.038
1
Kompensasi Eksekutif .706 1.416
Kualitas Audit .671 1.491
Sumber: Data sekunder diolah (2016)
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,10 atau semua variabel telah memiliki nilai tolerance>
0,10. Hasil VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki
nilai lebih dari 10 atau semua variabel telah memiliki nilai VIF < 10. Jadi dapat
disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi ini.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
184
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji glejser
dengan pengambilan keputusan ada tidaknya gejala heterokedastisitas dilihat dari
nilai signifikansinya, apabila nilai signifikansi > 0,05 maka model regresi bebas dari
gejala heterokedastisitas.
Tabel 5.7 Hasil Uji Heterokedastisitas
Model Sig.
(Constant) .990
Intensitas Modal .216
1
Kompensasi Eksekutif .337
Kualitas Audit .067
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai signifikan kurang dari 0,05 atau semua variabel telahmemiliki nilai signifikan
> 0,05. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heterokedastisitas dalam model
regresi ini.
185
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Interpretasi Hasil
1 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel intensitas modal merupakan salah satu pengukuran bauran aset yang
juga termasuk dalam karakteristik perusahaan. Jika dilihat di dalam tabel 5.9,
variabel intensitas modal memiliki nilai signifikansi > α (0,055 > 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas modal tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Variabel intensitas modal yang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
tidak sesuai dengan hipotesis yang dibangun sebelumnya (H1 ditolak). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyani, Darminto, & Endang (2014) dan
Maesarah, Atikah, & Husnaini (2015) yang menyatakan bahwa intensitas modal
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun berbeda dengan Surbakti
(2012) yang membuktikan bahwa intensitas modal mempunyai pengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Intensitas modal diukur menggunakan rasio antara aset tetap (properti, pabrik,
dan peralatan) dibagi dengan total aset (Noor, Fadzillah, & Matsuki, 2010). Menurut
Mulyani, Darminto, & Endang (2014) pemilihan investasi dalam bentuk aset
maupun modal terkait perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Perusahaan yang
memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya
penyusutan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat
deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible expense akan
menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang yang pada akhirnya
akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel intensitas modal tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan, karena 48 sampel
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini menggunakan metode penyusutan garis
lurus (straight line method) dalam menyusutkan aset tetap yang dimilikinya,
sehingga tidak menimbulkan penghematan yang signifikan terhadap PPh terutang
yang harus dibayarkan perusahaan, lain halnya jika perusahaan menggunakan
metode penyusutan metode saldo menurun (declining balanced method) dalam
menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan, karena penggunaan metode saldo
menurun (declining balanced method) disebut juga dengan metode penyusutan yang
186
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
dipercepat sehingga penyusutan yang dihasilkan besar, maka pajak yang akan
dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi lebih tinggi.
Hal lain yang menyebabkan variabel intensitas modal tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak adalah karena 5 sampel perusahaan manufaktur
membuat kebijakan dalam hal penyusutan aset tetap yang telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga perusahaan tidak perlu lagi melakukan
koreksi fiskal berkaitan dengan penyusutan aset tetap dalam perhitungan pajak untuk
tahun pajak tersebut. Metode penyusutan untuk asset tetap berwujud berupa
bangunan menurut ketentuan pajak dibatasi pada metode garis lurus (straight line
method) saja, dan aset berwujud selain (bukan) bangunan menggunakan metode
garis lurus (straight line method) atau saldo menurun (declining balanced method).
2 Pengaruh Kompensasi Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel kompensasi eksekutif jika dilihat di dalam tabel 5.9 memiliki nilai
signifikansi < α (0,007 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Variabel
kompensasi eksekutif yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak sesuai dengan
hipotesis yang dibangun sebelumnya (H2 diterima). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Fahreza (2014) dan Hanafi & Harto(2014) yang menyatakan
bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun
berbeda dengan Puspita & Harto (2014)yang membuktikan bahwa kompensasi
eksekutif tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Kompensasi eksekutif merupakan total seluruh imbalan yang diterima oleh
direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior sebagai pengganti jasa yang
telah mereka berikan dan untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi
karyawan. Kompensasi eksekutif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengganti jasa yang dilakukan oleh para manajemen perusahaan yang telah berperan
dalam usaha untuk meminimalkan besaran pajak terutang yang harus dibayarkan
perusahaan dan sekaligus untuk memotivasi manajemen perusahaan untuk terus
meningkatkan usaha mereka dalam meminimalkan pajak perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan meningkat yang secara otomatis juga akan meningkatkan
kinerja laba dari perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan pemberian kompensasi
dapat meningkatkan kinerja perusahaan salah satunya melalui usaha meminimalkan
besaran pajak terutang yang harus dibayarkan perusahaan. Penelitian ini
memberikan hasil bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran
pajak perusahaan karena kinerja perusahaan pada umumnya masih diukur melalui
kinerja laba. Kinerja laba salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak
perusahaan. Semakin efisien pengelolaan pajak perusahaan maka diharapkan akan
semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan. Kompensasi eksekutif
sebagai bentuk biaya keagenan untuk mengatasi konflik kepentingan tersebut,
pemilik perusahaan selaku principal mengeluarkan biaya sebagai kompensasi
kepada pihak manajemen selaku agent, sehingga diharapkan dapat memotivasi
manajemen melakukan tindakan penghindaran pajak dengan melaksanakan
perencanaan pajak agar memperoleh penghematan pajak yang maksimal dan secara
otomatis akan meningkatkan laba perusahaan (Fahreza, 2014). Pemberian
kompensasi yang tinggi merupakan salah satu bentuk apresiasi kepada pihak
eksekutif terhadap upaya yang dilakukannya untuk meminimalisasi pembayaran
187
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
pajak perusahaan, dan pada akhirnya pihak eksekutif akan terus berusaha untuk
meningkatkan kinerja perusahaan melalui efisiensi pembayaran pajak
Kompensasi eksekutif yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak
dikarenakan pada dasarnya tidak ada wajib pajak yang secara sukarela membayar
pajak, sehingga wajib pajak akan selalu berusaha untuk menghindari pajak.
Kebijakan mengenai efisiensi pajak perusahaan dilakukan oleh manajemen di dalam
perusahaan tersebut, manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
eksekutif. Seorang individu hanya akan melakukan suatu tindakan jika ia juga
memperoleh keuntungan dari tindakan tersebut, oleh karena itu pemberian
kompensasi yang tepat bagi para eksekutif dirasa menjadi cara efektif agar upaya
efisiensi pajak perusahaan dapat tercapai (Hanafi & Harto, 2014).
188
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
189
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2014). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.
Ajay, A., Derashid, C., & Zhang, H. (2006). Pubic Policy, Political Connections and
Effective Tax Rates: Longitudinal Evidence from Malaysia. Journal of
Accounting and Public Policy , 574-995.
Annisa, N. A., & Kurniasih, L. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing Universitas Sebelas Maret Volume. 8
Nomor. 2 , 123-134.
Ariffin, Z., Adriani, A., Anisah, H. U., Rahmini, N., Budiman, A., & Wandari, W.
(2014). Buku Pedoman Penyusunan Skripsi Tahun Akademik 2014/2015.
Banjarmasin: Unit Penjaminan Mutu Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas
Lambung Mangkurat.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. D., & Larcker, D. F. (2014). Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Jorurnal of Accounting and
Economics .
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shelvin, T. (2008). Are Family Firms More Or Less
Tax Aggressive? Research Gate , 1-55.
Dewi, N. N., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik Pada Tax
Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
6.2 , 249-260.
Directory, I. C. (2015, October 12). Indonesian Capital Market Directory. Retrieved
from Indonesian Capital Market Directory:
http://www.icamel.id/data/perusahaan-tercatat
Faccio, M. (2006). Politically Connected Firms. The American Economic Review, Vol.
96, No. 1 , 369-386.
Fahreza. (2014). Pengaruh Kompensasi Manajemen Dan Reputasi Auditor Terhadap
Manajemen Pajak Di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVIII Mataram, Lombok , 1-26.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Up
Date PLS Regresi (Edisi 7). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haggard, S., Maxfield, S., & Schneider, B. R. (1997). Theories of Business and
Business-State Relations. Ithaca: Cornell University Press.
Hanafi, U., & Harto, P. (2014). Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif,
Kepemilikan Saham Eksekutif Dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting , 1-11.
Handoko, T. H. (2011). Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review of Tax Research . Journal of Acounting
and Economics 50 , 127-178.
190
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Ikhsan, A., Muhyarsyah, Tanjung, H., & Oktaviani, A. (2014). Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Bandung: Citapustaka Media.
Indonesia, P. B. (2015, Oktober 19). Panduan Go Public. Retrieved from Bursa Efek
Indonesia: http;//www.idx.com
nesia .
Jaya, T. E., Arafat, M. Y., & Kartika, D. (2014). Corporate Governance,
Konservatisme Akuntansi dan Tax Avoidance . Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4 , 1-15.
Lampost.co. (2013, September 10). Indonesia Dirugikan Penghindaran Pajak.
Lampung, Bandar Lampung, Indonesia.
Leuz, C., & Oberholzer-Gee, F. (2006). Political Relationship, Global Financing and
Corporate Transparency: Evidence From Indonesia. Journal of Financial
Economics .
Madura, J. (2011). Pengantar Bisnis (Ali Akbar Yulianto & Krista, Penerjemah).
Jakarta: Salemba Empat.
Mondy, R. W. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Bayu Erlangga,
Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Mulyani, S., Darminto, & P, M. G. (2014). Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Koneksi Politik Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Tahun 2008-
2012). Jurnal Mahasiswa Perpajakan Universitas Brawijaya .
Noor, R. M., Fadzillah, N. S., & Matsuki, N. A. (2010). Corporate Tax Planning: A
Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies.
International Journal of Tradeand Finance, Vol. 1, No. 2 .
Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting , 1-13.
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2. (2015). Nota Keuangan dan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
Jakarta: Kementerian Keuangan.
Resmi, S. (2013). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Tujuh. Buku Satu. Jakarta:
Salemba Empat.
Sekaran, U. (2009). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis (Kwan Men Yon,
Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2016). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2009). Perencanaan Pajak Edisi Empat. Jakarta: Salemba Empat.
Suryopratomo, Samosir, L., Pramudito, S. P., Erizal, J., Sukamdani, H. B., &
Prastowo, Y. (Performers). (2015, November 10). Economic Challenges Bijak
Mengejar Pajak. Metro TV , Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.
(2007). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta: Direktur Penyuluhan,
Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.
Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax &
Accounting Review, Vol. 4, No. 1 , 1-11.
191
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Wirawan, B., & Diyanty, V. (2014). Kepemilikan keluarga, Hubungan Politik dan
Family Aligned Board Terhadap Implementasi Tata Kelola Perusahaan. SNA 17
Mataram, Lombok .
Wulandari, T., & Raharja. (2013). Analisis Pengaruh Political Connetion dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting
Volume 2 Nomor 1 , 1-12.
Zain, M. (2007). Manajemen Perpajakan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
192