Anda di halaman 1dari 23

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

PENGARUH INTENSITAS MODAL, KOMPENSASI


EKSEKUTIF DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINDAKAN
PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Hj. Fatimah1, H. Kasyful Anwar2, M. Nordiansyah3, Sahat Palentino Tambun4
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat
Bidang Ilmu: Perpajakan1,2,3,4
ksffebunlam@gmail.com1, mnordiansyah@gmail.com3

ABSTRAK

Pengaruh Intensitas Modal, Kompensasi Eksekutif, dan Kualitas Audit Terhadap


Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015). Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan
membuktikan pengaruh: intensitas modal terhadap penghindaran pajak; kompensasi
eksekutif terhadap penghindaran pajak; dan kualitas audit terhadap penghindaran
pajak Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling karena penelitian ini memilik kriteria sampel tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Berdasarkan metode purposive sampling jumlah
sampel dalam penelitian ini sebesar 53 buah Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat
signifikansi 5%, hasil penelitian ini menunjukkan Intensitas Modal dan kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap Penghindaran pajak. Hasil pengujian terhadap variabel
Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak.
Kata Kunci: Intensitas Modal, Kompensasi Eksekutif, Kualitas Audit, Penghindaran
Pajak

PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar dari penerimaan lainnya.
Pendapatan pajak masih terus ditingkatkan, hal ini dapat dilihat pada Anggaran
Pemerintah yang terus meningkat di sektor pajak. Pada tahun 2015, penerimaan sektor
pajak masih menjadi penerimaan terbesar yaitu sekitar 78% dari total penerimaan
pemerintah (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2015), oleh karena
itu pajak selalu menjadi fokus pemerintah karena menjadi tumpuan terbesar di dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Perbedaan kepentingan antara pemerintah dan wajib pajak terhadap pelaksanaan
perpajakan di Indonesia memunculkan perlawanan dari pihak wajib pajak. Pihak
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak dituntut untuk meningkatkan
penerimaan pajak sedang pihak wajib pajak cenderung untuk melakukan
penghematan/memperkecil pajak yang harus dibayarkan. Fenomena penghindaran
pajak di Indonesia dapat diindikasikan melalui rasio pajak (tax ratio) yang dimiliki

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

170
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Indonesia. Rasio pajak menunjukkan kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan


pendapatan pajak atau menyerap kembali Produk Domestik Bruto (PDB) dari
masyarakat dalam bentuk pajak, semakin tinggi rasio pajak suatu negara, maka
semakin baik kinerja pemungutan pajak negara tersebut. Rasio pajak Indonesia pada
tahun 2015 sebesar 11,9 %. Rasio tersebut menunjukkan bahwa pendapatan negara
Indonesia yang berasal dari pajak belum optimal dan mengindikasikan adanya
aktivitas penghindaran pajak yang cukup besar, karena standar rasio pajak untuk
negara dengan pendapatan menengah ke bawah seperti Indonesia adalah sebesar 19 %.
Hal ini diperkuat dengan adanya laporan dari Direktorat Jenderal Pajak bahwa pada
tahun 2015 pemerintah menetapkan target penerimaan yang berasal dari pajak sebesar
Rp 1.294 Triliun, namun sampai dengan 4 November 2015 penerimaan pajak yang
dapat direalisasi baru sebesar 60% atau Rp 774,4. Dengan upaya kerja keras dari
Direktorat Jenderal Pajak akhir tahun 2015 total penerimaan pajak tahun 2015 sebesar
Rp 1.055 Trilliun atau sebesar 81.5% dari target yang ditetapkan pemerintah
(www.pajak.go.id).
Adanya tindakan penghindaran pajak di Indonesia juga dibuktikan dari laporan
yang dirilis oleh Global Financial Integrity (GFI) pada akhir 2012, Indonesia menjadi
salah satu negara berkembang yang paling dirugikan akibat terjadinya korupsi serta
penghindaran pajak penghasilan, pembayaran bea cukai, hingga penghindaran pajak
pertambahan nilai. Sebanyak 60% dari total kerugian tersebut terjadi karena
penghindaran pajak. Indonesia berada di urutan kesembilan dari sepuluh negara yang
paling dirugikan akibat keluarnya uang yang harusnya masuk kas negara dalam
periode 2001-2010 dengan potensi kerugian USD 109 Miliar (Lampost.co, 2013).
Intensitas modal merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat
menjadi faktor pertimbangan apakah perusahaan akan melakukan tindakan
penghindaran pajak (tax avoidance). Penggunaan intensitas modal sebagai salah satu
faktor munculnya tindakan penghindaran pajak (tax avoidance), dikarenakan
intensitas modal dari suatu perusahaan diukur dengan membandingkan rasio antara
aset tetap terhadap total aset. Perusahaan yang memutuskan untuk berinvestasi dalam
bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya penyusutan sebagai biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan atau bersifat deductible expense, yang nantinya biaya
tersebut akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan (Mulyani,
Darminto, & Endang, 2014).
Keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan. Ukuran kinerja perusahaan yang pada umumnya diukur melalui kinerja
laba. Kinerja laba salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak
perusahaan, semakin efisien pengelolaan pajak di suatu perusahaan maka diharapkan
akan semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan. Keberhasilan
kinerja dari perusahaan tentunya tidak bisa terlepas dari manajemen yang mengelola
perusahan tersebut, oleh karena itu untuk terus memotivasi manajemen dalam rangka
mencapai tingkat efisiensi pajak serta meningkatkan laba perusahaan, maka
disarankan untuk memberikan kompensasi yang tinggi kepada pihak-pihak
manajemen ataupun eksekutif.
Persyaratan yang harus dipersiapkan emiten sebelum mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia, salah satunya adalah menyiapkan dokumen yaitu laporan
keuangan auditan (Bursa Efek Indonesia, 2015), salah satu tujuannya adalah untuk
mencapai prinsip corporate governance yaitu transparansi, yang secara konsisten

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

171
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Auditor diharapkan mampu


meningkatkan akurasi dan ketepatan perhitungan pajak yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan dalam melakukan perhitungan kewajiban pajak, yang dalam
perhitungannya berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Menurut Annisa &
Kurniasih (2012) laporan keuangan yang diaudit oleh auditor Kantor Akuntan Publik
(KAP) The Big Four (Price Waterhouse Cooper – PWC, Deloitte Touche Tohmastu,
KPMG, Ernst & Young – E&Y) dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan
nilai perusahaan yang sebenarnya dan memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non The
Big Four.
Penelitian tentang penghindaran pajak (tax avoidance) telah dilakukan oleh
Mulyani, Darminto, & Endang (2014) menyatakan bahwa variabel intensitas modal
tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), sedangkan
Surbakti (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa intensitas modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Puspita & Harto
(2014) menyatakan bahwa variabel kompensasi eksekutif berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), namun Hanafi & Harto
(2014) dan Fahreza (2014)menyatakan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Annisa & Kurniasih (2012), Dewi & Jati (2014) dan
Fahreza (2014) menyatakan bahwa variabel kualitas audit terbukti memiliki pengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), tetapi Jaya, Arafat, &
Kartika(2014), Fadhilah (2014), dan Winata (2014) menyatakan bahwa kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Berdasarkan fenomena mengenai penghindaran pajak di Indonesia dan terdapatnya
perbedaan pada hasil penelitian terdahulu menarik minat peneliti untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan judul “Pengaruh Intensitas Modal, Kompensasi
Eksekutif, dan Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah intensitas modal, kompensasi eksekutif
dan kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak?

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Penghindaran Pajak
Perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah menyebabkan wajib
pajak cenderung untuk melakukan perlawanan pajak, baik secara aktif maupun pasif.
Menurut Suandy, (2016, p. 20-21) bagi pemerintah perlawanan terhadap pajak
adalah hambatan-hambatan yang ada atau terjadi dalam upaya pemungutan pajak.
Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Perlawanan pasif, perlawanan ini berkaitan erat dengan keadaan sosial ekonomi
masyarakat di negara yang bersangkutan. Pada umumnya masyarakat tidak
melakukan suatu upaya yang sistematis dalam rangka menghambat penerimaan
negara, tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

172
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

2. Perlawanan aktif, merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh wajib pajak
untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang seharusnya
dibayar. Perlawanan aktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara
legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di
bidang perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-
pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur
dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang
berlaku.
b. Penggelapan pajak (tax evasion) adalah pengurangan pajak yang dilakukan
dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau
menyembunyikan data, sehingga dapat dikenakan sanksi pidana.
Ernest R. Mortenson yang dikutip dari Zain (2007, p. 49) mendefinisikan
“penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa
untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada
atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya”.
Penghindaran pajak merupakan salah satu usaha perencanaan pajak yang
dilakukan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan.
Menurut Suandy, (2009, p. 10-12) motivasi yang mendasari dilakukannya suatu
perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:
A. Kebijakan Perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran
yang hendak dituju dalam sistem perpajakanUndang-Undang Perpajakan.
Kenyataan menunjukkan bahwa di mana pun tidak ada undang-undang yang
mengatur setiap permasalahan secara sempurna, oleh karena itu dalam
pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut
bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan
kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang dicapainya.
Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi wajib pajak untuk menganalisa
kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.
B. Administrasi Perpajakan
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih mengalami kesulitan
dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini
mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar
terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan
penafsiran antara aparat fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan
perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif.
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk
memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return), karena pajak ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi
perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan
pemanfaatan peluang atas kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang
sengaja dibuat oleh pemerintah, untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

173
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai


tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan:
a. Perbedaan tarif pajak (tax rates);
b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak
c. Loopholes, shelters, dan havens.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur penghindaran pajak (tax
avoidance), diantaranya adalah:
Tabel 2.1 Pengukuran Penghindaran Pajak (Tax avoidance)
Metode Cara Perhitungan Keterangan
Pengukuran
GAAP ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 Total tax expense per dollar of
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 pre-tax book income
Current ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 Current tax expense per
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 dollar of pre-tax book income
Cash ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑖𝑑 Cash taxes paid per dollar of
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 pre-tax book income
Long-run cash 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑖𝑑 Sum of cash taxes paid over n
ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 years divides by the sum of
pre-tax earnings over n years
ETR Statutory ETR – GAAP ETR The difference of between the
Differential statutory ETR and firm’s
GAAP ETR
DTAX Error term from the following regression: ETR The unexplained portion of
differential x Pre-tax book income = a +b x Control + the ETR differential
e
Total BTD Pre-tax book income-((U.S. CTE + Fgn CTE)/U.S. The total difference between
STR)-(NOLt-NOLt-1)) book and taxable income
Temporary Deferred tax expense/U.S.STR The total difference between
BTD book and taxable income
Abnormal Residual from BTD/TAit=TAit+mi+eit A measure of unexplained
total BTD total book-tax differences
Unrecognized Disclosed amount post-FIN 48 Tax liability accrued for taxes
Tax Benefits not yet paid on uncertain
positions
Tax Shelter Indicator variable for firms accused of engaging in a Firms identified via firm
Activity tax shelter disclosures, the press, or IRS
confidential data
Marginal Tax Simulated marginal tax rate Presents value of taxes on
Rate additional dollar of income

Sumber: Hanlon & Heitzman (2010) dalam Surbakti(2012)


Pengukuran penghindaran pajak (tax avoidance) pada penelitian ini diukur
menggunakan Cash Effective Tax Rates (CETR) yang memperhitungkan pembayaran
pajak terhadap pendapatan sebelum pajak.

Intensitas Modal dan Penghindaran Pajak


Karakteristik perusahaan merupakan suatu ciri khas atau sifat yang melekat pada
suatu entitas usaha, salah satu diantara dari beberapa karakteristik perusahaan

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

174
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

tersebut adalah intensitas modal. MenurutMulyani, Darminto, & Endang (2014)


intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang ditetapkan
oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Intensitas modal diukur menggunakan rasio antara aset tetap (properti, pabrik, dan
peralatan) dibagi dengan total aset. Pemilihan investasi dalam bentuk aset ataupun
modal terkait perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Perusahaan yang memutuskan
untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya penyusutan
sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat deductible
expense. Fokus utama dari penelitian ini adalah deductible expense. Menurut Resmi
(2013, p. 94) salah satu biaya yang termasuk dalam biaya yang diperkenankan
sebagai pengurang (deductible expense) adalah penyusutan atas pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Resmi
(2013, p. 379) menyatakan bahwa metode penyusutan yang diperbolehkan dalam
fiskal lebih terbatas dibandingkan dengan akuntansi komersial, yaitu penyusutan
harta berwujud bangunan dibatasi pada metode garis lurus saja, dan harta berwujud
selain (bukan) bangunan menggunakan metode garis lurus (straight line method)
atau saldo menurun (declining balanced method).
Kompensasi Eksekutif dan Penghindaran Pajak
Menurut Handoko (2011, p. 245) kompensasi adalah pemberian kepada
karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan
datang. Menurut Mondy (2008, p. 4) kompensasi adalah total seluruh imbalan yang
diterima para karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan. Tujuan
umum pemberian kompensasi adalah untuk menarik, mempertahankan, dan
memotivasi karyawan.
Pihak eksekutif di dalam suatu perusahaan biasa disebut dengan manajer puncak.
Menurut Handoko (2011, p. 18) klasifikasi manajer puncak ini terdiri dari
sekelompok kecil eksekutif yang bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen
organisasi. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala
divisi, wakil presiden senior, dan sebagainya. Menurut Madura (2011, p. 386)
manajemen puncak meliputi jabatan-jabatan seperti misalnya, presiden, direktur
utama, direktur keuangan, dan wakil presiden. Jadi, dapat disimpulkan dari
pengertian kompensasi dan eksekutif di atas, bahwa kompensasi eksekutif adalah
total seluruh imbalan yang diterima oleh direktur, presiden, kepala divisi, wakil
presiden senior sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan dan untuk menarik,
mempertahankan, dan memotivasi karyawan.
Menurut Irawan (2012), Hanafi & Harto (2014) berpendapat eksekutif sebagai
pemimpin operasional perusahaan akan bersedia membuat kebijakan penghindaran
pajak hanya jika pihak manajemen mendapatkan keuntungan dari tindakan tersebut.
Agar pelaksanaan kebijakan penghindaran pajak tersebut dapat terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah disusun oleh perusahaan, maka pemberian kompensasi
tinggi kepada eksekutif adalah salah satu cara terbaik sebagai upaya pelaksanaan
efisiensi pajak perusahaan. Pemberian kompensasi yang tinggi merupakan salah satu
bentuk apresiasi kepada pihak eksekutif terhadap upaya yang dilakukannya untuk
meminimalisasi pembayaran pajak perusahaan, dan pada akhirnya pihak eksekutif

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

175
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

akan terus berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui efisiensi


pembayaran pajak.
Menurut Armstrong, Blouin, Jagolinzer, & Larcker (2014) kompensasi eksekutif
diukur menggunakan nilai logaritma natural dari total kompensasi yang diterima
selama setahun oleh eksekutif perusahaan, dengan menggunakan jumlah kompensasi
yang diterima oleh eksekutif perusahaan (Dewan Direksi dan Dewan Komisaris),
dimana data kompensasi eksekutif dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan
perusahaan.

Kualitas Audit dan Penghindaran Pajak


Penggunaan jasa auditor diharapkan dapat mengungkapkan kekeliruan, baik
yang disebabkan kelalaian ataupun kesengajaan dari pihak perusahaan, sehingga
kualitas audit dari seorang auditor diperlukan untuk dapat mengungkapkan segala
hal tentang perusahaan yang diauditnya, tanpa ada yang dirahasiakan,
disembunyikan, ditutupi, atau ditunda-tunda pengungkapannya.
Menurut Dewi & Jati (2014) kualitas audit adalah “segala kemungkinan yang
dapat terjadi saat auditor mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan
pelanggaran atau kesalahan yang terjadi, dan melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan”. Menurut Fahreza (2014) auditor yang memiliki independensi
tinggi diharapkan mampu untuk merencanakan dan melaksanakan audit dalam
rangka memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Auditor juga diharapkan untuk mampu meningkatkan akurasi dan ketepatan
perhitungan pajak yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan
perhitungan kewajiban pajak, yang dalam perhitungannya berdasarkan laporan
keuangan perusahaan.
Menurut Annisa & Kurniasih (2012) laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
KAP The Big Four (Price Waterhouse Cooper – PWC, Deloitte Touche Tohmastu,
KPMG, Ernst & Young – E&Y) dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan
nilai perusahaan yang sebenarnya dan memiliki tingkat kecurangan yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non The Big Four.
Adapun KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP The Big Fourdikutip dari
(Fitria, 2013), yaitu:
a. KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte.
b. KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan berafiliasi dengan Price Waterhouse
Coopers (PWC).
c. KAP Purwanto, Suherman, Surja berafiliasi dengan Ernst & Young (EY).
d. KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG.
Sejalan dengan penelitian Annisa & Kurniasih (2012), Dewi & Jati (2014),
Fahreza (2014), Jaya, Arafat, & Kartika, (2014), Fadhilah (2014), dan Winata (2014)
kualitas audit diukur menggunakan proksi besar kecilnya ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang melakukan audit pada suatu perusahaan.
Kerangka Konseptual
Penelitian tentang variabel intensitas modal, kompensasi eksekutif, dan kualitas
audit terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) menggunakan sumber data

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

176
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

sekunder dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015 sebagai populasi penelitian. Data akan diuji menggunakan analisis regresi
linier berganda untuk melihat apakah hasil pengujian tersebut menunjukkan hasil
bahwa variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance).

Intensitas Modal (X1)

Kompensasi Eksekutif (X2) Penghindaran Pajak


(Tax avoidance) (Y)
Kualitas Audit (X3)

Gambar 2.1. Model Penelitian

Hipotesis
1 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak
Kebijakan investasi dinilai dapat mempengaruhi tindakan penghindaran pajak
(tax avoidance) yang akan dilakukan perusahaan. Apabila suatu perusahaan
memutuskan untuk berinvestasi menggunakan aset, maka perusahaan dapat
memanfaatkan depresiasi sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
atau bersifat deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible expense
nantinya akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang dan
jumlah pajak yang harus dibayar juga akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Intensitas modal berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2 Pengaruh Kompensasi Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
Pemilik perusahaan pada umumnya mengeluarkan biaya kompensasi terhadap
manajemen agar manajemen lebih transparan dan meningkatkan kinerja manajemen.
Kinerja perusahaan selama ini umumnya masih diukur melalui kinerja laba yang
salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Semakin
efisien pembayaran pajak perusahaan, maka semakin tinggi marjin laba yang
dihasilkan. Pemberian kompensasi terhadap manajemen diharapkan meningkatkan
efisiensi pembayaran pajak perusahaan dan tujuan meningkatkan kinerja perusahaan
dapat tercapai. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak
Menurut Fahreza (2014) auditor diharapkan mampu untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dalam rangka memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Auditor juga diharapkan untuk mampu meningkatkan
akurasi dan ketepatan perhitungan pajak yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam melakukan perhitungan kewajiban pajak, yang dalam
perhitungannya berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

177
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Fahreza (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kualitas audit yang


diproksikan melalui kategori jenis firma auditor berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap manajemen pajak perusahaan, karena dapat meminimalisir manajemen
pajak yang dilakukan secara tidak legal dan auditor yang memiliki reputasi
diharapkan lebih mampu untuk merencanakan dan melaksanakan audit dalam rangka
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kekurangan serta
melakukan pengujian atas perhitungan kewajiban pajak yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan secara tepat dan akurat. Dewi & Jati (2014) berpendapat
sama, yaitu kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance, karena kualitas audit
yang tinggi dapat mengurangi praktik penghindaran pajak. Perusahaan yang diaudit
oleh KAP besar terbukti tidak melakukan penghindaran pajak, karena auditor yang
termasuk dalam The Big Four lebih kompeten dan profesional serta memiliki
pengetahuan yang lebih banyak tentang cara mendeteksi dan memanipulasi laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan auditor yang
termasuk dalam Non The Big Four.
Jaya, Arafat, & Kartika(2014), dan Winata(2014) menyatakan bahwa kualitas
audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak dengan beberapa alasan,
diantaranya adalah tindakan penghindaran pajak yang dilakukan lebih ditentukan
oleh moral etika pajak yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan dan mereka
tidak mempertimbangkan hasil audit laporan keuangan perusahaan sebagai
pertimbangan utama sebelum memutuskan melakukan penghindaran pajak, semakin
tinggi moral etika pajak, maka akan semakin rendah niat wajib pajak untuk
melakukan penghindaran pajak. Alasan lainnya adalah karena KAP yang
mempunyai reputasi baik bisa saja melakukan tindakan kecurangan dengan cara
meminta perusahaan yang diaudit memberikan keuntungan dan kesejahteraan yang
lebih banyak kepada KAP seperti kasus Enron pada Desember 2001 hingga 2002,
oleh karena itu kepercayaan public menjadi rendah dengan terjadinya kasus Enron
sehinggapubliktidak mudah untuk mengembalikan kepercayaan terhadap KAP The
Big Four, jadi walaupun perusahaan di audit oleh KAP The Big Four maupun KAP
Non The Big Four tetap saja kecurangan itu akan ada.
Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3:
Kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang
mencoba untuk menentukan penyebab atau alasan, untuk perbedaan yang ada dalam
perilaku atau status kelompok individu. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
variabel intensitas modal, variabel kompensasi eksekutif, variabel kualitas audit, dan
variabel penghindaran pajak.
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan tahunan
yang diterbitkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

178
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Total populasi yaitu 145
perusahaan yang terdiri dari 3 sektor industri yaitu dasar dan kimia, barang dan
konsumsi, serta aneka industri.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu atau disebut juga
dengan penarikan sampel bertujuan (Ikhsan, Muhyarsyah, Tanjung, & Oktaviani,
2014, p. 115). Kriteria sampel penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang terdaftar dalam periode 2013-2015.
2. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap yang terdiri atas laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, dan telah diaudit
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir
pada 31 Desember, dan disajikan dalam Rupiah
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan,
5. perusahaan yang tidak memiliki akumulasi rugi fiskal dan mendapatkan laba
setiap tahunnya.
6. Perusahaan yang mendapat laba selama periode pengamatan
Tabel 3.1 Rekonsiliasi Sampel
Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia 145
1. Perusahaan yang tidak terdaftar peiode 2013-2015 (11)
2. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak lengkap (2)
3. Perusahaan yang laporan Keuangannya tidak diaudit (1)
4. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang tidak (2)
berakhir pada 31 Desember
5. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dalam mata uang Rupiah lengkap (26)
6. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan periode 2013-2015 (3)
7. Perusahaan yang memiliki akumulasi rugi fiscal (13)
8. Perusahaan yang mendapatkan kerugian (34)
Jumlah populasi yang tidak memenuhi kriteria (92)
Jumlah Sampel 53
Periode Penelitian (Tahun) 3
Jumlah Selama Tahun 2013-2015 159
Sumber: www.idx.co.id (2016)
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen (Y)
Menurut Suandy, Hukum Pajak (2016, p. 21) penghindaran pajak merupakan
suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal. Pengukuran variabel
penghindaran pajak pada penelitian ini diukur menggunakan rumus Cash Effective
Tax Rates (CETR):
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘𝑖𝑡
𝐶𝐸𝑇𝑅𝑖𝑡 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘𝑖𝑡
Keterangan:

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

179
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

CETRit: Cash Effective Tax Rates perusahaan i pada periodeke t


Pembayaran pajakit: Jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan i pada periode ke t
Pendapatan sebelum pajakit: Pendapatan sebelum kena pajak perusahaan i pada
periode ke t
2. Variabel Independen (X)
a. Intensitas Modal
Menurut Mulyani, Darminto, & Endang (2014) intensitas modal
merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang ditetapkan oleh
manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Menurut Noor, Fadzillah, &
Matsuki (2010) intensitas modal dapat diukur menggunakan rasio antara aset
tetap (properti, pabrik, dan peralatan) dibagi dengan total aset dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Intensitas Modal = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
b. Kompensasi Eksekutif
Menurut McColgan (2001) dalam Fahreza (2014) “kompensasi eksekutif
merupakan biaya sebagai kompensasi terhadap manajemen agar dapat lebih
transparan dan meningkatkan kinerja manajemen dan otomatis
meningkatkan kinerja perusahaan”. Menurut Armstrong, Blouin, Jagolinzer,
& Larcker (2014) mengukur kompensasi eksekutif menggunakan nilai
logaritma natural dari total kompensasi yang diterima selama setahun oleh
eksekutif perusahaan, dengan menggunakan jumlah kompensasi yang
diterima oleh eksekutif perusahaan (Dewan Direksi dan Dewan Komisaris)
sebagai proksi atas variabel kompensasi ini. Data nilai kompensasi eksekutif
yang diterima selama setahun, terdapat dalam pengungkapan catatan atas
laporan keuangan perusahaan.
c. Kualitas Audit
Menurut Dewi & Jati (2014) kualitas audit adalah segala kemungkinan
yang dapat terjadi saat auditor mengaudit laporan keuangan klien dan
menemukan pelanggaran atau kesalahan yang terjadi, dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan. Sejalan dengan penelitian Annisa &
Kurniasih (2012), Dewi & Jati (2014), Fahreza (2014), Jaya, Arafat, &
Kartika, (2014), Fadhilah (2014), dan Winata (2014) kualitas audit diukur
menggunakan proksi besar kecilnya ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang melakukan audit pada suatu perusahaan. Perusahaan yang diaudit oleh
KAP The Big Four akan diberi nilai 1, dan apabila diaudit oleh KAP Non
The Big Four akan diberi nilai 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif dan Frekuensi
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Dari hasil rekonsiliasi sampel,
terdapat 53 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Berdasarkan pemilihan sampel tersebut didapatkan 53 perusahaan maufaktur yang
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

180
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

memenuhi kriteria dengan 159 jumlah observasi selama tiga tahun periode
pengamatan (2013-2015), hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Penghindaran Pajak 159 .08 1.02 .2887 .13530
Intensitas Modal 159 .05 .84 .3349 .16929
Kompensasi Eksekutif 159 20.49 31.58 23.4839 1.96292
Valid N (listwise) 159
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa rata-rata tingkat penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur periode 2013-2015 pajak yang diukur menggunakan metode
Cash Effective Tax Rates (CETR) sebesar 0,2887, hal ini menandakan bahwa
besarnya rata-rata pembayaran pajak adalah 28,87% dari laba sebelum pajak dengan
standar deviasi 0,13530. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat nilai minimum CETR
sebesar 0,076 dimiliki oleh perusahaan Duta pertiwi Nusantara Tbk pada tahun
observasi 2014 yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia dalam sub sektor
kimia yang menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak perusahaan tersebut
hanya 7.6% dari laba sebelum pajak, sedangkan nilai CETR maksimum sebesar 1,02
dimiliki oleh perusahaan Star Petrochem Tbk. pada tahun observasi 2013 yang
bergerak di aneka industri dalam sub sektor tekstil dan garment yang menunjukkan
bahwa besarnya pembayaran pajak perusahaan tersebut adalah 102% dari laba
sebelum pajak.
Variabel independen intensitas modal memiliki rata-rata sebesar 0,3349, hal ini
menandakan bahwa besarnya rata-rata rasio aset tetap dengan total aset yang dimiliki
perusahaan manufaktur sebesar 33,495 dengan standar deviasi 0,16929. Perusahaan
yang memiliki nilai intensitas modal minimum sebesar 0,045 adalah perusahaan
Duta Pertiwi Nusantara Tbk. tahun observasi 2014 yang bergerak di sektor industri
dasar dan kimia dalam sub sektor kimia yang menunjukkan bahwa aset tetap yang
dimiliki perusahaan hanya sebesar 4.5% dari total aset, sedangkan perusahaan yang
memiliki nilai intensitas modal maksimum sebesar 0,84 adalah perusahaan Holcim
Indonesia Tbk. yang bergerak di sektorindustri dasar dan kimia dalam sub sektor
semen tahun observasi 2015 yang yang menunjukkan bahwa aset tetap yang dimiliki
perusahaan sebesar 84% dari total aset.
Variabel independen kompensasi eksekutif memiliki rata-rata sebesar 23,4839,
hal ini menandakan bahwa rata-rata kompensasi yang diberikan kepada eksekutif
perusahaan manufaktur sebesar 23,4839 dengan standar deviasi 1,96292. Perusahaan
yang memiliki nilai kompensasi eksekutif minimum sebesar 20,49 adalah
perusahaan Star Petrochem Tbk. tahun observasi 2015 yang bergerak di sektor aneka
industri dalam sub sektor tekstil dan garment yang artinya perusahaan hanya
memberikan kompensasi kepada eksekutif perusahaan sebesar 20,49, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai kompensasi eksekutif maksimum sebesar 31,58
adalah perusahaan Astra Otoparts Tbk. yang bergerak di yang bergerak di aneka
industri dalam sub sektor otomotif dan komponen tahun observasi 2013 yang artinya
perusahaan memberikan kompensasi sebesar 31,58 kepada eksekutif perusahaan.
Penelitian ini menggunakan satu variabel dummy, yaitu kualitas audit, untuk
mengetahui perusahaan yang menggunakan KAP The Big Four atau KAP NonThe

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

181
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Big Four maka hasil analisis pengukuran kedua variabel independen tersebut dapat
dilihat melalui tabel hasil distribusi frekuensi.

Tabel 5.2 Hasil Distribusi Frekuensi Kualitas Audit


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
KAP Non The Big Four 79 49.7 49.7 49.7
Valid KAP The Big Four 80 50.3 50.3 100.0
Total 159 100.0 100.0
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Dari tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa dari 53 perusahaan yang menjadi sampel
terdapat 26 perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non The Big Four, atau dengan
kata lain sebanyak 49,7% perusahaan yang ada di dalam sampel merupakan
perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non The Big Four. Dari 53 perusahaan
yang menjadi sampel terdapat 27 perusahaan yang menggunakan jasa KAP The Big
Four, atau dengan kata lain sebanyak 50,3% perusahaan yang ada di dalam sampel
merupakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP The Big Four.

5.2 Uji Asumsi Klasik


Regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang dapat dicapai bila
memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji
autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas data dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan pengambilan
keputusan ada tidaknya gejala normalitas dilihat dari nilai signifikansinya, apabila
nilai signifikansi > 0,05 maka model regresi bebas dari gejala normalitas.
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 159
Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std. .12913358
Deviation
Absolute .207
Most Extreme
Positive .207
Differences
Negative -.165
Kolmogorov-Smirnov Z 2.616
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000 < 0,05
yang berarti data yang digunakan tidak berdistribusi secara normal, sehingga
dibutuhkan penormalan data untuk melanjutkan penelitian ini. Penormalan data
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

182
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

dalam penelitian ini dilakukan dengan menghapus data outlier, sehingga diperoleh
151 observasi. Hasil penormalan data dapat dilihat pada tabel 5.5, nilai Asymp. Sig
(2-tailed) setelah dilakukan penormalan data adalah sebesar 0,133 > 0,05 yang
artinya data telah terdistribusi secara normal dan model regresi dapat digunakan
untuk pengujian berikutnya.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Penormalan Data
Unstandardized
Residual
N 151
Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std. .05403323
Deviation
Absolute .095
Most Extreme
Positive .095
Differences
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z 1.164
Asymp. Sig. (2-tailed) .133
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Pengujian normalitas juga dapat dilakukan dengan analisis grafik yaitu dengan
melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot. Hasil pengujian
normalitas dengan menggunakan analisis grafik pada gambar dibawah memberikan
tampilan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Hal ini berarti konsisten dengan hasil uji
Kolmogorov-Smirnov.

Gambar 5.1 Hasil Uji Normal Probability Plot

2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

183
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan uji Durbin – Watson (DW test) dengan pengambilan
keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Watson, apabila berada
diantara du < d < 4-du maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut bebas
dari gejala autokorelasi.
Tabel 5.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 .291a .085 .060 .05477 1.888
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Jumlah observasi (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 159, dan jumlah
variabel bebas sebanyak 3 variabel yaitu intensitas modal, kompensasi eksekutif, dan
kualitas audit. Dari jumlah observasi dan jumlah variabel bebas tersebut dapat
diketahui nilai dL sebesar 1,6800 dan nilai dU sebesar 1,7886 dengan melihat tabel
Durbin Watson. Nilai 4-dU sebesar 2,2114, dan nilai 4-dL sebesar 2,32. Dari output
SPSS didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1,888, nilai 1,888 tersebut berada
diantara du < d < 4-du yaitu 1,7886 < 1,888 < 2,2114, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tersebut terbebas dari gejala autokorelasi.

3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi ada
atau tidaknya gejala multikolinearitas di dalam model regeresi dapat dilihat dari nilai
cut offtolerance ≤ 0,10 dan nilai cut off VIF ≥ 10. Hasil uji multikolinearitas disajikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Intensitas Modal .964 1.038
1
Kompensasi Eksekutif .706 1.416
Kualitas Audit .671 1.491
Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,10 atau semua variabel telah memiliki nilai tolerance>
0,10. Hasil VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki
nilai lebih dari 10 atau semua variabel telah memiliki nilai VIF < 10. Jadi dapat
disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi ini.

4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

184
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji glejser
dengan pengambilan keputusan ada tidaknya gejala heterokedastisitas dilihat dari
nilai signifikansinya, apabila nilai signifikansi > 0,05 maka model regresi bebas dari
gejala heterokedastisitas.
Tabel 5.7 Hasil Uji Heterokedastisitas
Model Sig.

(Constant) .990
Intensitas Modal .216
1
Kompensasi Eksekutif .337
Kualitas Audit .067
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai signifikan kurang dari 0,05 atau semua variabel telahmemiliki nilai signifikan
> 0,05. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heterokedastisitas dalam model
regresi ini.

Hasil Pengujian Hipotesis


1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 .291a .085 .060 .05477 1.888
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Tabel di atas menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,060. Hal ini
berarti 6% variasi penghindaran pajak yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen yaitu intensitas modal, kompensasi eksekutif, dan kualitas audit,
sedangkan sisanya (100% - 6% = 94%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
masuk dalam penelitian ini.
2 Uji Satistik t
Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan tingkat keyakinan 95% atau tingkat kesalahan α=5%.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

185
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Tabel 5.9 Hasil Regresi


Model Unstandardized Coefficients Sig.
B Std. Error
(Constant) .412 .062 .000
Intensitas Modal .051 .026 .056
1
Kompensasi Eksekutif -.007 .003 .007
Kualitas Audit -.001 .011 .896
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Berdasarkan hasil regresi yang terdapat ada tabel 5.10, maka dapat dirumuskan
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
CETR = 0,412 + 0,051 (X1) – 0.007 (X2) – 0,001 (X3)

Interpretasi Hasil
1 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel intensitas modal merupakan salah satu pengukuran bauran aset yang
juga termasuk dalam karakteristik perusahaan. Jika dilihat di dalam tabel 5.9,
variabel intensitas modal memiliki nilai signifikansi > α (0,055 > 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas modal tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Variabel intensitas modal yang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
tidak sesuai dengan hipotesis yang dibangun sebelumnya (H1 ditolak). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyani, Darminto, & Endang (2014) dan
Maesarah, Atikah, & Husnaini (2015) yang menyatakan bahwa intensitas modal
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun berbeda dengan Surbakti
(2012) yang membuktikan bahwa intensitas modal mempunyai pengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Intensitas modal diukur menggunakan rasio antara aset tetap (properti, pabrik,
dan peralatan) dibagi dengan total aset (Noor, Fadzillah, & Matsuki, 2010). Menurut
Mulyani, Darminto, & Endang (2014) pemilihan investasi dalam bentuk aset
maupun modal terkait perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Perusahaan yang
memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya
penyusutan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat
deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible expense akan
menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang yang pada akhirnya
akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel intensitas modal tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan, karena 48 sampel
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini menggunakan metode penyusutan garis
lurus (straight line method) dalam menyusutkan aset tetap yang dimilikinya,
sehingga tidak menimbulkan penghematan yang signifikan terhadap PPh terutang
yang harus dibayarkan perusahaan, lain halnya jika perusahaan menggunakan
metode penyusutan metode saldo menurun (declining balanced method) dalam
menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan, karena penggunaan metode saldo
menurun (declining balanced method) disebut juga dengan metode penyusutan yang

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

186
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

dipercepat sehingga penyusutan yang dihasilkan besar, maka pajak yang akan
dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi lebih tinggi.
Hal lain yang menyebabkan variabel intensitas modal tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak adalah karena 5 sampel perusahaan manufaktur
membuat kebijakan dalam hal penyusutan aset tetap yang telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga perusahaan tidak perlu lagi melakukan
koreksi fiskal berkaitan dengan penyusutan aset tetap dalam perhitungan pajak untuk
tahun pajak tersebut. Metode penyusutan untuk asset tetap berwujud berupa
bangunan menurut ketentuan pajak dibatasi pada metode garis lurus (straight line
method) saja, dan aset berwujud selain (bukan) bangunan menggunakan metode
garis lurus (straight line method) atau saldo menurun (declining balanced method).
2 Pengaruh Kompensasi Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel kompensasi eksekutif jika dilihat di dalam tabel 5.9 memiliki nilai
signifikansi < α (0,007 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Variabel
kompensasi eksekutif yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak sesuai dengan
hipotesis yang dibangun sebelumnya (H2 diterima). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Fahreza (2014) dan Hanafi & Harto(2014) yang menyatakan
bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun
berbeda dengan Puspita & Harto (2014)yang membuktikan bahwa kompensasi
eksekutif tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Kompensasi eksekutif merupakan total seluruh imbalan yang diterima oleh
direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior sebagai pengganti jasa yang
telah mereka berikan dan untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi
karyawan. Kompensasi eksekutif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengganti jasa yang dilakukan oleh para manajemen perusahaan yang telah berperan
dalam usaha untuk meminimalkan besaran pajak terutang yang harus dibayarkan
perusahaan dan sekaligus untuk memotivasi manajemen perusahaan untuk terus
meningkatkan usaha mereka dalam meminimalkan pajak perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan meningkat yang secara otomatis juga akan meningkatkan
kinerja laba dari perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan pemberian kompensasi
dapat meningkatkan kinerja perusahaan salah satunya melalui usaha meminimalkan
besaran pajak terutang yang harus dibayarkan perusahaan. Penelitian ini
memberikan hasil bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran
pajak perusahaan karena kinerja perusahaan pada umumnya masih diukur melalui
kinerja laba. Kinerja laba salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak
perusahaan. Semakin efisien pengelolaan pajak perusahaan maka diharapkan akan
semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan. Kompensasi eksekutif
sebagai bentuk biaya keagenan untuk mengatasi konflik kepentingan tersebut,
pemilik perusahaan selaku principal mengeluarkan biaya sebagai kompensasi
kepada pihak manajemen selaku agent, sehingga diharapkan dapat memotivasi
manajemen melakukan tindakan penghindaran pajak dengan melaksanakan
perencanaan pajak agar memperoleh penghematan pajak yang maksimal dan secara
otomatis akan meningkatkan laba perusahaan (Fahreza, 2014). Pemberian
kompensasi yang tinggi merupakan salah satu bentuk apresiasi kepada pihak
eksekutif terhadap upaya yang dilakukannya untuk meminimalisasi pembayaran

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

187
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

pajak perusahaan, dan pada akhirnya pihak eksekutif akan terus berusaha untuk
meningkatkan kinerja perusahaan melalui efisiensi pembayaran pajak
Kompensasi eksekutif yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak
dikarenakan pada dasarnya tidak ada wajib pajak yang secara sukarela membayar
pajak, sehingga wajib pajak akan selalu berusaha untuk menghindari pajak.
Kebijakan mengenai efisiensi pajak perusahaan dilakukan oleh manajemen di dalam
perusahaan tersebut, manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
eksekutif. Seorang individu hanya akan melakukan suatu tindakan jika ia juga
memperoleh keuntungan dari tindakan tersebut, oleh karena itu pemberian
kompensasi yang tepat bagi para eksekutif dirasa menjadi cara efektif agar upaya
efisiensi pajak perusahaan dapat tercapai (Hanafi & Harto, 2014).

3 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak


Variabel kualitas audit jika dilihat di dalam tabel 5.9 memiliki nilai signifikansi
> α (0,896 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan variabel kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Variabel kualitas audit yang tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak tidak sesuai dengan hipotesis yang
dibangun sebelumnya (H3 ditolak). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Jaya, Arafat, & Kartika (2014) dan Winata (2014) yang menyatakan bahwa kualitas
audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun berbeda dengan
Annisa & Kurniasih (2012), Dewi & Jati (2014), dan Fahreza (2014) yang
menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan.
Salah satu dari prinsip good corporate governance adalah adanya prinsip
transparansi di dalam tata kelola suatu perusahaan, prinsip transparansi di perusahan
dapat diwujudkan melalui penyampaian laporan keuangan auditan oleh perusahaan
setiap periodenya yang telah diaudit oleh auditor-auditor yang memiliki keahlian,
pengetahuan, dan independensi yang tinggi. Menurut Fahreza (2014) auditor
diharapkan mampu meningkatkan akurasi dan ketepatan perhitungan pajak yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan perhitungan kewajiban
pajak, yang dalam perhitungannya berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
Menurut Annisa & Kurniasih (2012) laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
KAP The Big Four dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai
perusahaan yang sebenarnya dan memiliki tingkat kecurangan yang rendah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas audit tidak mempengaruhi
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Kualitas audit yang tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya pertanyaan yang semakin sering
diajukan oleh masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik
setelah banyak terjadi skandal yang melibatkan oknum akuntan publik sehingga
mengakibatkan kepercayaan publik menjadi rendah. Salah satunya adalah kasus
yang terjadi di bulan Desember tahun 2001 hingga 2002 pada perusahaan Enron
yang bergerak dalam industri energi yang melibatkan KAP Arthur Andersen, dimana
KAP tersebut bekerja sama dalam pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen
lainnya yang berhubungan dengan audit Enron. Akibat keterlibatannya dalam kasus
Enron, KAP Arthur Andersen menerima konsekuensi negatif yang berupa
kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

188
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen


dalam kasus Enron. Hal ini membuktikan bahwa jika perusahaan yang menggunakan
jasa KAP The Big Four memberikan keuntungan dan kesejahteraan yang besar
terhadap KAP tersebut memungkinkan melakukan tindakan kecurangan untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka. Jadi, walaupun suatu perusahaan di audit
oleh KAP The Big Four tidak menutup kemungkinan bahwa kecurangan itu akan
tetap ada, sehingga jangan memandang sebelah mata terhadap KAP Non The Big
Four, karena bisa saja KAP Non The Big Four lebih bisa diandalkan dalam
melakukan proses audit terhadap laporan keuangan suatu perusahaan (Fadhilah,
2014).
Faktor lain yang menyebabkan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak adalah karena Indonesia dalam sistem pemungutan pajaknya
menganut self assessment system, dalam hal ini pajak penghasilan, sehingga
pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan kepercayaan penuh
kepada wajib pajak (dalam hal ini perusahaan) diberi wewenang penuh untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku. Hal ini akan melahirkan moralitas perpajakan (tax
morality) pada masyarakat. Tax morality atau moralitas (kesadaran secara sungguh-
sungguh) membayar pajak merupakan salah satu aspek atau bagian kesadaran
bernegara (Jaya, Arafat, & Kartika, 2014).
Moralitas perpajakan atau etika pajak digambarkan sebagai salah satu
kepercayaan yang timbul dari moral imperative seseoang yang harus jujur ketika
berhadapan dengan pajak, dan berhubungan dengan perilaku membayar pajak. Etika
pajak dilihat dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang sikap dan sudut pandang
perilaku. Sudut pandang sikap melihat etika pajak sebagai sikap normatif wajib pajak
terhadap kewajiban pajaknya, sedangkan sudut pandang perilaku melihat etika pajak
dalam kegiatan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan. Berdasarkan
hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi intensi wajib
pajak untuk melakukan penghindaran pajak adalah moral etika pajak dan tidak
melihat hasil audit laporan keuangan perusahaan sebagai pertimbangan dalam
melakukan penghindaran pajak, karena semakin tinggi moral etika pajak semakin
rendah niat wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak (Jaya, Arafat, &
Kartika, 2014).

Implikasi dan simpulan


1. Implikasi
Implikasi penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai tindakan
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan dan sebagai evaluasi kepada
pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak atas kebijakan-kebijakan yang
telah dibuat serta masukan untuk kebijakan perpajakan di masa akan datang.
2. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel intensitas modal dan kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sebaliknya, variabel kompensasi
eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

189
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., & Ardana, I. C. (2014). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.
Ajay, A., Derashid, C., & Zhang, H. (2006). Pubic Policy, Political Connections and
Effective Tax Rates: Longitudinal Evidence from Malaysia. Journal of
Accounting and Public Policy , 574-995.
Annisa, N. A., & Kurniasih, L. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing Universitas Sebelas Maret Volume. 8
Nomor. 2 , 123-134.
Ariffin, Z., Adriani, A., Anisah, H. U., Rahmini, N., Budiman, A., & Wandari, W.
(2014). Buku Pedoman Penyusunan Skripsi Tahun Akademik 2014/2015.
Banjarmasin: Unit Penjaminan Mutu Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas
Lambung Mangkurat.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. D., & Larcker, D. F. (2014). Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Jorurnal of Accounting and
Economics .
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shelvin, T. (2008). Are Family Firms More Or Less
Tax Aggressive? Research Gate , 1-55.
Dewi, N. N., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik Pada Tax
Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
6.2 , 249-260.
Directory, I. C. (2015, October 12). Indonesian Capital Market Directory. Retrieved
from Indonesian Capital Market Directory:
http://www.icamel.id/data/perusahaan-tercatat
Faccio, M. (2006). Politically Connected Firms. The American Economic Review, Vol.
96, No. 1 , 369-386.
Fahreza. (2014). Pengaruh Kompensasi Manajemen Dan Reputasi Auditor Terhadap
Manajemen Pajak Di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVIII Mataram, Lombok , 1-26.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Up
Date PLS Regresi (Edisi 7). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haggard, S., Maxfield, S., & Schneider, B. R. (1997). Theories of Business and
Business-State Relations. Ithaca: Cornell University Press.
Hanafi, U., & Harto, P. (2014). Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif,
Kepemilikan Saham Eksekutif Dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting , 1-11.
Handoko, T. H. (2011). Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review of Tax Research . Journal of Acounting
and Economics 50 , 127-178.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

190
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Ikhsan, A., Muhyarsyah, Tanjung, H., & Oktaviani, A. (2014). Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Bandung: Citapustaka Media.
Indonesia, P. B. (2015, Oktober 19). Panduan Go Public. Retrieved from Bursa Efek
Indonesia: http;//www.idx.com
nesia .
Jaya, T. E., Arafat, M. Y., & Kartika, D. (2014). Corporate Governance,
Konservatisme Akuntansi dan Tax Avoidance . Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4 , 1-15.
Lampost.co. (2013, September 10). Indonesia Dirugikan Penghindaran Pajak.
Lampung, Bandar Lampung, Indonesia.
Leuz, C., & Oberholzer-Gee, F. (2006). Political Relationship, Global Financing and
Corporate Transparency: Evidence From Indonesia. Journal of Financial
Economics .
Madura, J. (2011). Pengantar Bisnis (Ali Akbar Yulianto & Krista, Penerjemah).
Jakarta: Salemba Empat.
Mondy, R. W. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Bayu Erlangga,
Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Mulyani, S., Darminto, & P, M. G. (2014). Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Koneksi Politik Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Tahun 2008-
2012). Jurnal Mahasiswa Perpajakan Universitas Brawijaya .
Noor, R. M., Fadzillah, N. S., & Matsuki, N. A. (2010). Corporate Tax Planning: A
Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies.
International Journal of Tradeand Finance, Vol. 1, No. 2 .
Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting , 1-13.
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2. (2015). Nota Keuangan dan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
Jakarta: Kementerian Keuangan.
Resmi, S. (2013). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Tujuh. Buku Satu. Jakarta:
Salemba Empat.
Sekaran, U. (2009). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis (Kwan Men Yon,
Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2016). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2009). Perencanaan Pajak Edisi Empat. Jakarta: Salemba Empat.
Suryopratomo, Samosir, L., Pramudito, S. P., Erizal, J., Sukamdani, H. B., &
Prastowo, Y. (Performers). (2015, November 10). Economic Challenges Bijak
Mengejar Pajak. Metro TV , Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.
(2007). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta: Direktur Penyuluhan,
Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.
Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax &
Accounting Review, Vol. 4, No. 1 , 1-11.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

191
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin

Wirawan, B., & Diyanty, V. (2014). Kepemilikan keluarga, Hubungan Politik dan
Family Aligned Board Terhadap Implementasi Tata Kelola Perusahaan. SNA 17
Mataram, Lombok .
Wulandari, T., & Raharja. (2013). Analisis Pengaruh Political Connetion dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting
Volume 2 Nomor 1 , 1-12.
Zain, M. (2007). Manajemen Perpajakan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

ISSN Cetak : 2541-6014


ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

192

Anda mungkin juga menyukai