Tindak lanjut dari informasi dan usulan-usulan dari masyarakat setempat maka dilaksanakan
peninjauan/prasurvey ke lapangan dan dikoordinasikan ke Instansii terkait yaitu dengan Dinas
Pertanian dan Dinas Tanaman Pangan serta Dinas Kimpraswil Kabupaten Indragiri Hulu, dapat
kami simpulkan sebagai berikut :
Lokasi Daerah Rawa Rengat sebagai daerah penyangga produksi dengan prioritas tanaman
pangan dimana umumnya lahan rawa yang pada musim hujan maupun pada saat pasang sungai
Indragiri , kondisi areal rawa Rengat selalu terdapat genangan air yang tertahan setinggi 0,70
s/d 0,90 m’ dalam jangka waktu yang lama sehingga susah untuk dapat berococok tanam dua
kali dalam satu tahun, ini disebabkan karena belum berfungsinya prasarana pengairan secara
optimal yang dibuat oleh masyarakat petani setempat secara swadaya ataupun yang dibuat oleh
Pemerintah.
Lokasi survei Rawa Rengat seluas 1.290 Ha merupakan areal lahan rawa yang terletak di
sepanjang lintasan Sungai Indragiri , sekitar 221 km arah timur dari Pekanbaru (ibukota
Propinsi Riau). Kota terdekat ke lokasi kajian adalah Kota Rengat.
Lokasi study Rawa Dagang terletak antara kota Pematang Riba dengan ibukota kabupaten
Indragiri Hulu dan kota Rengat (ibukota Kabupaten Lama).
Secara geografis daerah study terletak antara 01946 - 02554 dan 1033025 - 1033721 Bujur
Timur. Secara administratif daerah study termasuk kedalam 2 wilayah kecamatan, yaitu:
Wilayah kecamatan Rengat dan Rengat Barat yang mencakup Desa Pematang Riba, Talang
Jerinjing. Ds S Guntung Tengah, Ds S Guntung Hilir, Ds Kuantan Babu,Ds Kampung Dagang
Lokasi dapat dicapai dari kota Pekanbaru dengan jalan darat atau pesawat terbang, dimana daerah
study dilintasi oleh jalan darat dengan rute Pekanbaru – Rengat atau Pekanbaru Tembilahan. Kondisi
jalan cukup baik yaitu hotmix, hanya di beberapa tempat mengalami kerusakan. Kendaraan reguler
sangat lancar terutama dengan menggunakan biro perjalanan/trevel. Dari Pekanbaru dapat dicapai +
6 jam dengan kendaraan Kijang/L300.
Wilayah Raiu beriklim topis basah yang dipengaruhi oleh adanya musim kemarau dan musim
penghujan, dengan rata-rata curah hujan tahunan berdasarkan data 10 tahunan dari 1988 – 2000
berkisar antara 2.200 – 2.700 mm/tahun. Sebaran curah hujan menurut kabupaten dan kota
cukup merata, dengan curah hujan tertinggi terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu dengan curah
hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun data sebesar 2.679 mm.
Tabel : 2.1. Data Curah Hujan dan Klasifikasi Iklim di Kab. Inhil,Inhu dan Pekanbaru
Kota Kab. Indragiri Kab. Indragiri
Bulan dalam
Pekanbaru Hulu Hilir
thn. 1997
Ch Hh Ch Hh Ch Hh
6. Juni 84 13 85 6 89 6
Rerata Tahunan
2.479 - 2.697 - 2.393 -
(1988-2000)
Tipe Hujan S
A A A
& F (1954)
Tipe Iklim
Af Af Af
(Koppen)
Zona Agroklimat
D1 D1 D1
(Oldeman 1980)
Jumlah hari hujan dalam setahun juga relatif merata diantara Kabupaten dan Kota, yaitu
berkisar antara 94 – 160 kejadian hari hujan (dalam tahun 1997). Jumlah hari hujan terbanyak
terjadi di Kota Pekanbaru yaitu 160 kejadian hari hujan, diikuti oleh Kab. Indragiri Hulu dengan
kejadian 133 hari hujan.
Temperatur Udara
Data suhu udara yang diperoleh dari Kota Rengat , Kab. Indragiri Hulu yang sebagaimana
tersaji pada tabel berikut. Terlihat bahwa suhu udara bulanan maksimum antara 33.7 oC –
35.1 oC, Suhu udara minimum berkisar antara 19.2 oC – 20.8 oC, dan suhu udara rata-rata
berkisar antara 23.7 oC – 27.4 oC. Adapun suhu udara rata-rata selama 10 tahun, maksimum
34.5 oC dan minimum 20.3 oC, dengan suhu rata-rata adalah 26.4 oC.
Rerata Tahunan
34.5 20.3 26.4
(2000-1993)
Kelembaban Udara
Kelembaban udara maksimum di kota Rengat adalah 100 % , sedangkan kelembaban minimum
berkisar antara 43.5 – 53.5 %. Kelembaban udara rata-ratanya tergolong cukup tinggi yaitu
berkisar antara 79.5 – 85.0%.
Rerata Tahunan
- -
(1988-1997)
Analisis data hidrometri merupakan tahap pengolahan dan evaluasi data primer hasil
pengamatan di lapangan, yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik hidraulik wilayah
kajian dan parameter hidraulik dalam kaitannya dengan perencanaan teknis peningkatan
jaringan pengairan.
Untuk mengetahui karakteristik pasang surut digunakan data tinggi muka air dari hasil
pengamatan selama 15 hari di Pos Muara Kuala Cinaku . Berdasarkan pengamatan pasang surut
di hilir daerah proyek selama 15 hari (8 September – 23 September 2003) diperoleh harga
tunggang pasang 3 meter (lihat gambar 2.2).
P
e
n
g
u
ku
r
a
n
Mu
ka
A
i
r
Ku
al
a
Ci
n
ak
u
(1
5
h
a
ri
)
8S
ep
t
-
2
3S
ep
2
0
0
3
1
0
9
.
5
8
.
5
7
.
5
6
.
5
6
02
04
06
08
01
0
01
2
01
4
01
6
01
8
02
0
02
2
02
4
02
6
02
8
03
0
03
2
03
4
03
6
03
8
0
W
a
k
t
u
(
ja
m
)
2.2 KEPENDUDUKAN
Wilayah studi termasuk kedalam wilayah kecamatan Rengat Barat. Desa-desa yang termasuk
kedalam wilayah studi, serta jumlah penduduk dan luasannya disajikan pada tabel 2.4
Tabel 2.4. Luas dan Kepadatan Penduduk Ds/Kec yang Termasuk Daerah Studi.
Kecamatan/Desa Luas Desa (Km²) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk
(jiwa/Km²)
I. Kec Rengat
1. Ds S Guntung 4,99 845 169,34
Tengah
2. Ds S Guntung Hilir 5,90 1188 201,36
3. Ds Kuantan Babu 19,01 2554 134,45
4. Ds Kampung 14,89 3187 214,04
Dagang
II. Kec Rengat Barat
1. Ds Pematang Riba
2. Ds Talang Jerinjing 33 3435 104
3. Ds Sialang Dua 12,2 2056 16
Dahan 84 808 9
Sumber :
- Kecamatan Rengat Dalam Angka (thn 2002)
Berdasarkan Tabel 2.5. terlihat jelas bahwa desa-desa yang termasuk wilayah kecamatan Rengat
lebih padat bila dibandingkan dengan desa-desa Kec Rengat Barat. Hal ini dikarenakan daerah
survei termasuk wilayah perkotaan yang jaraknya tidak jauh dari kota Rengat. Sedangkan desa-
desa di kec rengat Barat termasuk wilayah pedesaan kecuali desa Pematang Riba.
Tabel 2.5 Kepala keluarga menurut mata pencaharian utama dirinci perdesa yang termasuk
daerah studi
Sumber :
- Kecamatan Rengat dalam angka thn 2002
penggunaan lahan tersebut adalah: (1).Pemukiman dan kebun campuran, (2). Tanaman palawija, (3).
Rumput rawa.
Satuan penggunaan lahan ini terdapat disepanjang/tepi Sungai Indragiri, dimana pemukiman bersatu
dengan kebun campuran terutama tanaman durian, jeruk, pisang, karet dan sebagian kelapa sawit.
Pemukiman yang terdapat di sepanjang sungai tersebut adalah Desa Sialang Dua Dahan (Kecamatan
Rengat Barat), Desa Sei Guntung Tengah, Sei Guntung Hilir, Kampung Rengat dan Desa Kuantan
Babu, keempat desa tersebut masuk kedalam wilayah Kecamatan Rengat.
Tanaman palawija umumnya terdapat dikiri kanan jalan raya antara Rengat-Pematang Reba. Adapun
tanaman utama adalah jagung, kacang kedelai, kacang panjang, mentimun dan ada sebagian tanaman
cabe. Lahan yang diusahakan di daerah ini umumnya bukan milik petani, petani hanya numpang
garap, karena tanah pinggir jalan tersebut umumnya milik masyarakat kota.
Daerah survei umumnya daerah cekungan/rawa belakang yang selalu tergenang dan jumlah saluran
drainase relatif jarang dan tidak terpelihara. Rumput ini tumbuh akibat penebangan
hutan/perladangan berpindah, karena umumnya lahan tersebut milik penduduk lokal/setempat.
Tabel 2.6. Distribusi Penggunaan Lahan
Sebagian besar penduduk yang ada di daerah studi adalah petani yang aktivitas dan
kehidupannya adalah tergantung dari hasil pertanian. Sedangkan aktifitas lainnya seperti
mencari ikan, buruh nyadap, hanya merupakan hasil sampingan.
Tipe usaha tani yang dilakukan mereka umumnya usaha tanio tanaman pangan/berladang dan
tanaman tahunan (berkebun karet).
Dalam mengelola sistem usaha taninya baik berladang maupun berkebun karet, caranya sudah
maju, dimana ladang sudah menetap dengan menggunakan panca usaha tani, begitupun
berkebun karet, jarak tanam sudah teratur (hanya dalam pemeliharaan tidak terawat karena
kepemilikan yang terlalu luas) atau tanaman jeruk dengan sistem surjan.
Berladang dilakukan tanpa olah tanah (TOT) dimana rumput dicincang, lalu dibersihkan lalu
disemprot dengan herbisida untuk memetikan gulma yang masih kecil, dan lalu ditanam
(terutama untuk padi ladang dan jagung) sedangkan untuk tanaman palawija (cabe, kedelai,
kacang panjang) setelah rumput dibersihkan lalu tanah dibuat guludan dan langsung ditanam,
mengingat luasan yang diusahakan relatif sempit.
Berdasarkan Peta Geologi Rengat (0915) skala 1:250.000, daerah survei hampir seluruhnya
termasuk aluvium (Qal) yang berumur quarter, yaitu endapan paling muda terdiri dari liat,
pasir, kerikil dan bongkahan-bongkahan batuan beku, kuarsit dan endapan rawa berupa
lumpur dan gambut. Sebagian kecil tergolong farmasi Telisa (Tmt), berumur tersier yang
terdiri dari batu pasir, batu liat dan napal berpasir.
Dari hasil survei dilapangan yang didukung dengan data geologi bahwa tanah-tanah di daerah
survei terbentuk dari 4 bahan induk, yaitu: bahan organik membentuk tanah Histosol
(Organosol), bahan endapan alivium sungai, marin membentuk tanah Aquents/Aquepts
(Gleisol/Aluvial) dan dari bahan induk batu liat membentuk tanah Aquepts (Gleisol).
Secara umum fisiografi diartikan sebagai konfigurasi permukaan bumi yang mencakup genesis
dan dalam lingkup geologi/litologi, topografi/bentuk wilayah, iklim dan fenomena-fenomena
alam yang seragam.
Daerah survei merupakan daerah low land/dataran rendah yang berupa rawa-rawa dan selalu
tergenang apabila musim hujan terutama banjir musiman. Sebagian lahan telah di drainase serta
diolah untuk pertanian lebih dari 10 tahun, bentuk wilayah seluruhnya datar–cekung dengan
lereng 0-2.
Berdasarkan Peta Satuan Lahan Lembar Rengat (Puslittanak, 1990) daerah survei secara
fisiografi dibedakan menjadi 3 grup fisiografi yang terdiri dari: (1) Grup Aluvial, (2) Grup
Kubah Gambut dan (3) Grip Dataran. Ketiga grup ini menurunkan 5 satuan lahan yang
terdiri dari:
1. Grup Aluvial (A) menurunkan dua satuan lahan yaitu:
Dataran banjir dari sungai yang bermeander, sedimen halus, jalur
meander, tanggul dan alur-alur drainase dengan bentuk wilayah datar,
lereng 0-2% (Af 121)
Dataran banjir dari sungai yang bermeander, sedimen halus dan bahan
organik, merupakan rawa belakang dengan bentuk wilayah datar–cekung,
lereng 0–1% (Af 122)
2. Grup Kubah Gambut/Dome (D), menurunkan dua satuan lahan yaitu:
Sub Kubah gambut Oligotropik air tawar, kedalaman gambut 0,5– 2 m
(D 212)
Sub Kubah Gambut Oligotropik air tawar, kedalaman gambut 2–4 m
(D 212)
3. Grup Dataran (P)
Grup dataran ini berkembang dari sedimen yang telah mengalami proses
pengangkatan dan atau lipatan, di dareah survei grup ini menurunkan satu satuan
lahan, yaitu:
Tanah sebagai sumberdaya alam adalah salah satu faktor penentu/penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan pertanian khususnya Program Re-desain saluran drainase yang
diperuntukkan padi sawah.
Dengan demikian karakteristik tanah/lahan di daerah survei penting untuk diketahui. Untuk
mengetahui karakteristik lahan di daerah survei telah dilakukan survei lapangan serta analisis
tanah di laboratorium.
Berdasarkan hasil survei lapangan selama kurang lebih 2 minggu dengan jumlah observasi
kurang lebih 110 buah dan didukung oleh data hasil analisis laboratorium, tanah-tanah di daerah
survei telah dikelompokan menurut masing-masing karakteristiknya dengan menggunakan
sistem klasifikasi USDA/Kunci Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1998) serta padanannya
menurut Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983).
Klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah survei ada dua ordo yang menurunkan 4 Sub-grup
(Tabel 2.7) dan penyebarannya disajikan pada Peta Tanah.
Secara garis besar tanah-tanah di daerah survei dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanah
Gambut/Organik dan tanah Mineral.
Tanah gambut/organik diklasifikasikan ke dalam Ordo, yaitu Histosols dan tanah mineral
diklasifikasikan ke dalam Inceptisols.
Tanah-tanah gambut/organik (Peat Soil = Organosol = Histosols) terbentuk dari endapan bahan
organik yang berasal dari penumpukan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan pada masa lampau.
Histosols sering diidentikan dengan tanah gambut atau organosol (PPT,1983), yang merupakan
tanah organik karena terbentuk dari bahan organik dan atau bercampur bahan mineral dengan
ketebalan 40 cm atau lebih dari permukaan tanah dan selalu jenuh air kecuali di daerah yang
telah di drainase. Pada lahan yang telah di drainase kandungan C-organik 18 prosen atau lebih
apabila fraksi liatnya sama dengan atau lebih 60 prosen atau C-organik sebesar 12 prosen atau
lebih apabila tanpa fraksi liat, atau C-organik antara 12-18 prosen apabila fraksi liat diantara 0
dan 60 prosen. Apabila 75 prosen atau lebih volumenya berupa bahan organic fibrik yang
biasanya mempunyai bulk density kurang dari 0,1 g/cc maka minimal ketebalannya adalah 60
cm.
Berdasarkan dekomposisi/kematangan bahan organik di daerah survei tanah ini hanya terdapat 1
ordo dan 1 great group, yaitu Haplohemists, yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Ketebalan gambut dibedakan menjadi dua, yaitu ketebalan 0,5-2,0 m dan ketebalan 2,0-4,0.
Kematangan gambut lapisan atas saprik dan sebagian telah terbakar, sedangkan bagian bawah
tergolong hemik. Berdasarkan hasil survey tidak dijumpai adanya gambut diwilayah survey.
2.10 INCEPTISOLS
Tanah Inceptisols adalah tanah yang mempunyai horizon kambik, di daerah survei tanah ini
menurunkan satu sub ordo/great group, yaitu Aquepts/Endoaquepts. Endoaquepts yaitu tanah
selalu jenuh air terutama lapisan bawah, tanah tersebut di daerah survei menurunkan 2 sub
group, yaitu:
(1). Sulfic Endoaquepts, yaitu tanah Endoaquepts yang di dalam 150 cm dari permukaan
tanah mineral mempunyai bahan sulfidik. Drainase sangat terhambat, kedalaman tanah
sangat dalam, tekstur halus, bahan sulfidik berkisar kedalaman 60-150 cm.
Penyebarannya terdapat pada fisiografi Rawa belakang dengan vegetasi umumnya
rumput, terdapat di belakang pemukiman, bentuk wilayah datar agak cekung dengan
lereng 0-1%. dengan luasan kurang lebih 761,10 Ha atau 42,1% dari seluruh areal survei.
(2). Typic Endoaquepts, yaitu tanah Endoaquepts lainnya, tanah sangat dalam, drainase
terhambat, tekstur halus, Lahan ini umumnya telah di olah/diusahakan untuk tanaman
palawija, kelapa sawit dan sebagian karet. Penyebarannya terdapat di sekitar Desa Talang
Jerinjing dan Kuantan Baru, bentuk wilayah datar dengan lereng 0-2%, dengan luasan
seluruhnya kurang lebih 1043,68 Ha. atau 57,9 % dari seluruh areal survei.