BAB I Belum Fix
BAB I Belum Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemberian ASI kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa memberikan
makanan atau minuman, kecuali bayi masih membutuhkan obat dan vitamnin yang sudah
dianjurkan oleh dokter. Setelah bayi berumur 6 bulan maka pemberian ASI ekslusif bukan
Pemberian ASI pada bayi dari lahir sampai berusia 6 bulan dan dilanjutkan sampai
bayi berusia 2 tahun sangat dianjurkan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
pada bayi (WHO, 2018). Ibu dapat mempertahankan pemberian ASI ekslusif selama 6
bulan yang di rekomendasikan oleh WHO agar melakukan inisiasi menyusui dalan 1 jam
pertama kehidupan. Bayi hanya menerima ASI tanpa makanan atau minuman termasuk air,
saat menyusui bayi tidak di diperbolehkan menggunakan dot atau botol susu (WHO, 2018).
Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak 30%, Asia Selatan
sebanyak 47%, dan negara berkembang sebanyak 46%. Secara keseluruhan, kurang dari
40 persen anak di bawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif (WHO, 2015).
Hal tersebut belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50%. Ini merupakan target ke lima
adalah sebesar 29,5% (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Hal ini belum sesuai dengan
target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu persentase bayi
usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 50%.
eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008,
sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008)
memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun
1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010).
Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan paling
rendah berada di Sumatera Utara sebesar 12,4%, Gorontalo sebesar 12,5% dan paling
pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan sebesar 37,6% (Data dan Informasi Profil
bulan di Kabupaten Kendal sebanyak 4.393 bayi atau 57,8% dari 7.603 bayi yang ada.
Cakupan ini meningkat jika di bandingkan dengan capaian tahun 2013 yang hanya sebesar
47,8%. Masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di sebabkan
oleh adanya banyak faktor, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya konseling dan dukungan dari
tenaga kesehatan yang ada, faktor social budaya, kondisi yang kurang memadai bagi ibu
yang bekerja untuk mendapatkan waktu dan sarana untuk menyusui di tempat kerja dan
banyaknya promosi susu formula. Oleh sebab itu, perlu adanya peran aktif dari
tenaga kesehatan untuk mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi
melalui upaya promotif yang lebih aktif dan peran serta dari para provider kesehatan
dalam memberikan sarana yang layak untuk memfasilitasi ibu untuk melakukan
Produksi ASI pada ibu menyusui yaitu melalui konseling ataupun pendidikan kesehatan
tentang Nutrisi, Psikologis, cara menyusui, perawatan payudara dan cara memerah ASI,
mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, menganjurkan ibu untuk mencari sumber
informasi terkait ASI dari berbagai sumber seperti Browsing dari internet, dan
kepada ibu menyusui juga dilakukan oleh para bidan sebagai upaya dalam meningkatkan
produksi ASI karena masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang kolostrum
sehingga merasa ASI nya sedikit dan tidak cukup. Saran bidan ke suami ibu menyusui
dalam membantu ibu menyusui meningkatkan produksi ASInya juga dilakukan oleh
bidan diantaranya dengan mengajarkan suami cara pijat oksitosin, membantu mengurus
bayi, memenuhi nutrisi ibu menyusui seperti sayuran hijau, menyarankan suami agar rajin
Menurut (orisinal, dkk, 2019) Dalam penelitian ini hanya 36,8% ibu yang
mendapat dukungan dari suami, sedangkan ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif
hanya sebesar 33,3%. Artinya dukungan suami sangat diperlukan agar ibu dapat
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Jika suami lebih banyak memberikan
dukungan maka akan lebih banyak lagi ibu -ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada
mendorong ibu dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta
memberikan motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui. Oleh karena itu,
Eksklusif.
Upaya yang dilakukan ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan
menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI kepada bayi (Roesli,
2005). Konselor ASI dipilih dari tenaga kesehatan yang kemudian mendapatkan
pelatihan khusus konseling menyusui dengan jumlah jam pelatihan yang telah
distandarkan oleh badan kesehatan dunia (World Health Association) yaitu 40 jam.
Melalui pelatihan ini setiap calon konselor belajar tentang ASI dan segala faktor yang