Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi/Pengertian

Sindrom kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi


peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen
osteofasial yang tertutup. Hal ini dapat mengawali terjadinya kekurangan oksigen akibat
penekanan pembuluh darah, sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan
diikuti dengan kematian jaringan.
Ruangan tersebut (Kompartemen osteofasial) berisi otot, saraf dan pembuluh
darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-otot individual yang dibungkus
oleh epimisium. Ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai
denyut nadi yang hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di
anggota gerak. Paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai
bawah dan tungkai atas.

2.2 Epidemiologi

Insiden sindrom kompartemen tergantung pada traumanya. Pada fraktur humerus


atau fraktur lengan bawah, insiden dari syndrome kompartemen dilaporkan berkisar
antara 0,6-2% . Pasien dengan kombinasi ipesilateral fraktur humerus dan lengan bawah
memiliki insiden sebesar 30%. Secara keseluruhan, prevalensi sindrom kompartemen
meningkat pada khasus yang berhubungan dengan kerusakan vascular. Khasus kerusakan
vena 31,6% kasus dengan kombinasi keduanya dan kasus-kasus tersebut tidak melibatkan
tindakan memperbaiki pembuluh darah atau ligasi. Feliciano et al, melaporkan secara
keseluruhan bahwa 19% pasien dengan kerusakan vascular memerlukan fasiotomi,
namun angka kejadian pada pasien tanpa fasiotomi di perkirakan sekitar 30%. Insiden
yang sesungguhnya mungkin tidak akan diketahui karena banyak ahli bedah melakukan
profilaksis fasiotomi ketika melakukan perbaikan vascular pada pasien resiko tinggi.
Sekitar 2-12% sindrom kompartemen terjadi pada fraktur tibia. Delee dan Stiehl
menemukan bahwa 6% dari pasien dengan fraktur tibia terbuka berkembang menjadi sindrom
kompartemen yang sesungguhnya mengkin lebih besar dari yang di laporkan karena sindrom
tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang keadaannya sangat buruk. Prevalensinya juga lebih
besar pada pasien dengan kerusakan vascular.

2.3 Etiologi

Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang


kemudian memicu timbullny sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
1. Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
a. Penutupan defek fascia
b. Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal
a. Balutan yang terlalu ketat
b. Berbaring di atas lengan
c. Gips
3. Peningkatan tekanan pada struktur kompartemen
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain:
a. Pendarahan atau Trauma vaskuler
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penggunaan otot yang berlebihan
d. Luka bakar
e. Operasi
f. Gigitan ular
g. Obstruksi vena

Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera,
dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak
bawah.
2.4 Klasifikasi

Terdapat 2 jenis sindrom kompartemen yang dapat terjadi, yaitu:


 Sindrom kompartemen akut.
Kondisi yang terjadi secara mendadak, khususnya setelah mengalami cedera atau
patah tulang. Ini merupakan kondisi medis darurat dan perlu ditangani segera untuk
menghindari cedera otot permanen.
 Sindrom kompartemen kronis (exertional).
Kondisi yang terjadi dikarenakan olahraga, terutama olahraga yang melibatkan
gerakan berulang seperti bersepeda atau berlari, dan dapat mereda dalam beberapa saat
setelah olahraga dihentikan.

2.5 Tanda & gejala


Penderita dapat mengalami gejala yang berbeda-beda, tergantung keparahan kondisi.
Gejala yang biasanya muncul meliputi:
 Nyeri hebat, khususnya saat otot digerakkan.
 Rasa penuh pada otot dan nyeri bila ditekan.
 Otot bengkak.
 Kesemutan atau rasa seperti terbakar.
 Kram otot saat berolahraga.
 Warna kulit di sekitarnya terlihat pucat dan terasa dingin.
 Otot terasa lemas dan mati rasa.
Disarankan untuk segera menemui dokter jika mengalami gejala sindrom kompartemen,
terutama setelah terjadi cedera berat.

2.6 Patofifologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal
yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan
nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan
obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus
menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada
lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam
kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.
Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena
meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini
penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika
hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan
kerusakan ireversibel komponen tersebut.

2.8 Pemeriksaan Fisik

Amati arah gejala dalam pernapasan dan detak jantung (RR dan HR, masing-masing)
dan penurunan urin. Tanda dan gejala nonspesifik dan halus mungkin dimasukkan ke kondisi
klinis lain. Peningkatan IAP mempengaruhi sistem kardiovaskular, paru-paru, ginjal, dan
neurologis.
1. Kardiovaskular
Hipotensi mungkin hasil dari penurunan CO, yang dihasilkan dari vasokonstriksi
IAH-diinduksi. Tanda-tanda syok, termasuk pucat, takikardi, kulit dingin dan lembab,
mungkin ada. aliran balik vena berkurang karena kompresi dari IVC, yang
mengakibatkan hilangnya pemenuhan (peningkatan tekanan IVC) dan penurunan
preload (volume), yang selanjutnya mengurangi CO. Peningkatan IAP kompres aorta,
sehingga peningkatan SVR (peningkatan afterload), yang mengurangi CO. Kompensasi
vasokonstriksi mempengaruhi aliran darah ke pembuluh darah hati dan ginjal, yang
mengarah ke kompromi ginjal, oliguria, dan hipoperfusi hati; jika tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal dan hati.
2. Paru-paru
Gangguan pernapasan hasil dari tekanan perut yang meningkat dapat
menghambat gerakan diafragma dengan memaksa diafragma ke atas, yang menurunkan
kapasitas residual fungsional, meningkatkan atelektasis, dan mengurangi luas permukaan
paru-paru. Takipnea dan peningkatan kerja pernapasan dapat hadir. hipoksemia yang
memburuk dapat menaikkan tekanan puncak inspirasi, mirip dengan sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS). dukungan ventilasi alternatif sering diperlukan untuk
mempertahankan oksigenasi dan ventilasi.

3. Neurologis
Mengubah hasil status mental dari obstruksi aliran vena serebral, menyebabkan
kemacetan pembuluh darah dan meningkatkan ICP. Peningkatan IAP meningkatkan
tekanan intratoraks, yang menekan pembuluh darah di dalam rongga dada, sehingga sulit
bagi pembuluh darah otak mengalir denga baik. Kombinasi penurunan CO dan
peningkatan ICP dapat menyebabkan penurunan CPP, yang mendorong penurunan lebih
lanjut dalam tingkat kesadaran (LOC).

4. Ginjal
Hasil disfungsi ginjal seperti peningkatan tekanan perut meningkatkan kompres
kandung kemih dan uretra serta arteri dan vena ginjal. Pengeluaran Urin berkurang dan
peningkatan serum BUN dan kreatinin walaupun keduanya mungkin tidak
melakukannya secara proporsional satu sama lain (rasio BUN/kreatinin).

2.9 Pemeriksaan Penunjang.

Pada kasus-kasus dengan sindrom kompartemen dapat dilakukan pemeriksaan


penunjang, antara lain :

1. Laboratorium
Hasil laboratorium biasanya normal dan tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis
kompartemen sindrom, tetapi dapat menyingkirkan diagnosis banding lainnya.
a. Complete Metabolic Profile [CMP]
b. Hitung sel darah lengkap
c. Kreatinin fosfokinase dan urin myoglobin
d. Serum myoglobin
e. Toksikologi urin : dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak
membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
f. Urin awal : bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat mengarah ke
diagnosis rhabdomyolisis.
g. Protombin time [PT] dan activated partial thromboplastin time [aPTTT]

2. Imaging
a. Rongen : pada ekstremitas yang terkena.
b. USG
USG membantu untuk mengevaluasi aliran arteri dalam memvisualisasi Deep
Vein Thrombosis [DVT] .

3. Pemeriksaan lainnya
a. Pengukuran tekanan kompartemen

b. Pulse Oximetry
Sangat membantu dalam mengidentifikasi hipoperfusi ekstremitas, namun tidak
cukup sensitif.

2.10 Penatalaksanaan

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi


neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi.
Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal seperti
penentuan waktu masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi. Penanganan
kompartemen secara umum meliputi:
1. Terapi non bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosis kompartemen masih dalam bentuk dugaan
sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
a) Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran
darah dan akan lebih memperberat iskemia
b) Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontriksi dilepas.
c) Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindrom kompartemen.
d) Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
e) Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi selotot yang
nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas
f) HBO ( Hyperbaric oxygen).
Merupakan pilihan yang logis untuk kompartemen sindrom berkaitan dengan
ischemic injury. HBO memiliki banyak manfaat, antara lain dapat mengurangi
pembengkakan melalui vasokonstriksi oleh oksigen dan mendukung penyembuhan
jaringan. Mekanismenya ialah ketika tekanan perfusi rendah, oksigen dapat diterima
sehingga dapat terjadi penyembuhan jaringan.1,2
2. Terapi Bedah
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intra-kompartemen mencapai >30 mmHg. Tujuan
dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot. Jika
tekanannya <30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi
pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga
fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi.
Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam. Terdapat dua teknik dalam
fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda .Insisi ganda pada tungkai bawah
paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal
membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal

2.11 Komplikasi

Jika pada sindrom kompartemen abdominal tidak mendapatkan penanganan


dengan segera maka akan menimbulkan beberapa komplikasi berikut ini (Irga, 2008) :
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindromkompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan
pergelangan tangan karena adanya trauma padalengan bawah
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
1.1 Identitas

Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status perkawinan.

1.2 Fokus Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji:

a. riwayat penykit

Demam, batuk pilek, anoreksia, badan lemah, riwayat penyakit pernafasan,


pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.

b. Tanda fisik

Demam,, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring


hiperemis,pembersaran tonsil,sakit menelan
c. faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehar- hari,
mekanisme koping , kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.

d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit , pengetahuan tentang


penyakit dan tindakan yang dilakukan.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul

2.1 Nyeri b/d adanya peningkatan tekanan intra abdomen yang mengakibatkan iskemik
jaringan

2.2 Syok hipovolemik b/d deficit volume cairan

3. Rencan asuhan keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


keperawatan

Nyeri b/d Nyeri yang dirasakan atau -Berikan Istirahat akan


adanyan dapat diadaptasi oleh klien kesempatan waktu merelaksasi
peningkatan Kriteria hasil: istirahat bila terasa semua jringan
tekanan intra nyeri dan berikan hingga akan
Klien mengungkapkan nyeri
abdomen yang posisi yang nyaman meningkatkan
yang dirasakan berkurang
mengakibatkan = mengajarkan kenyamanan
atau dapat diadaptasi.
iskemik jaringan teknik relaksasi dan
Akan
Klien tidak merasa metode distraksi
melancarkan
kesakitan
Beri tahu pasien peredaran darah,

Dapat mengidentifikasi untuk menghindari dan dapat

aktifitas yang mengejan, ,mengalihkan

meningkatkan/menurunkan meregang, batuk, perhatian nyeri


nyeri, klien tidak gelisah mengangkat benda ke hal-hal yang
yang berat. meyenangkan
Kolaborasi Menghindari
analgetik,observasi adanyan tekanan
tingkat nyeri dan intra abdomen
respon motorik
Alangetik
klien, 30 menit
memblok
setelah pembelian
lintasan nyeri,
analgetik untuk
sehingga nyeri
mengkaji
berkurang
efektifitasnya dan
setiap 1-2 jam Pengkajian yang
setelah tindakan optimal akan
perawatan selama memberikan
2hari perawat data
yang objektif
untuk mencegah
kemungkinan
komplikasi dan
memberikan
intervensi yang
tepat.

Syok Mempertahan tingkat Pantau tanda-tanda Indicator


hipovolemik b/d kesadaran yang baik. vital, perhatikan keadekuatan
deficit volume adanya derajat volume
Kriteria hasil :
cairan perubahan tekanan sirkulasi.

Menunjukkan tingkat yng darah postural. Hipotensi

baik, fungsi kognitif dan ortostatik dapat


Observasi terhadap
motorik,mendemonstrasikan terjadi dengan
peningkatan suhu.
tanda-tanda vital yang stabil resiko jatuh atau
dan tidak adanyan tanda- Palpasi nadi cidiera segera
tanda peningkatan tik. periver. setelah
perubahan
Perhatikan
posisi.
pengisian kapiler,
warna ku;ot, kaji Pasien tidak
status menal mengkonsumsi
cairan. Origuria
Awasi jumlah dan
bisa terjadi dan
tipe masukan
toksin dalam
cairan.ukur aluran
sirkulasi
urin dengan akurat.
mempengaruhi

Timbang berat antibiotic

badan setiap hari


Memberikan
dan bandingkan
informasi
dengan
tentang
keseimbangan
keadekuatan
cairan 24 jam
masukan
diet/penentuan
kebutuhan
nutrisi.

Implementasi :

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan


disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Evaluasi;

Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai