Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara
umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan
Evaluasi).Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man,
Money, Material, Method, Machine).Dalam setiap kegiatan manajemen selalu
diawali dari Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang merupakan suatu
siklus yang berulang.Fokus pembelajaran dalam mata kuliah manajemen dan
kepemimpinan dalam praktik keperawatan ini adalah memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa tentang konsep manajemen keperawatan dan manajemen
asuhan keperawatan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yangmemungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,


proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan.(Ratna sitorus & Yulia, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian model asuhan keperawatan profesional?
1.2.2 Bagaimanakah model-model asuhan keperawatan profesional?
1.2.3 Bagaimanakah penerapan model asuhan keperawatan profesional?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian model asuhan keperawatan profesional.
1.3.2 Untuk mengetahui model-model asuhan keperawatan profesional.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana penerapan model asuhan keperawatan
profesional.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yangmemungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,


proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan.(Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu model
pemberian asuhan keperawatan yang memberi kesempatan
kepadaperawatprofessionaluntukmenetapkan otonominya dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatanyang diberikan kepada klien
(Manurung S,2011).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai profesional) yang memfasilitasi
perawatprofesional,mengaturpemberianasuhan keperawatan termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus R,2014).

2.2 Model-Model Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan, yaitu:
2.2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat

2
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2007).

Kelebihan Model Fungsional

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas


dan pengawasan yang baik.
b. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
c. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
d. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
e. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
f. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
g. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan Model Fungsional
a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan.
b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
f. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk.

2.2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik

3
dari filosofi keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).

Kelebihan Model Kasus


a. Perawat lebih memahami kasus per kasus (keperawatan yang komprehensif).
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi mudah.
c. Memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
d. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan Model Kasus
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab.
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.

2.2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan
kepada perawat lain (associate nurse).

Kelebihan Model Primer


a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

4
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi.
e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer
adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu
pengetahuan.
f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat
yang mengetahui semua tentang kliennya.
l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi
Kelemahan Model Primer
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.
d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

5
2.2.4 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984).

Kelebihan Model Tim


a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
g. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
Kelemahan ModelTim
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik.
b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya
tidak diimplementasikan dengan total.
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
d. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.
f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

6
2.3 Penerapan Model Asuhan Keperawatan-MAKP

Dari jurnal yang kami dapatkan dengan judul “PENGARUH PENERAPAN


MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) TERHADAP
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”
yang dimulai tanggal 24 Oktober sampai 23 Desember 2016. Jenis penelitian yang
digunakan quasi eksperimen dengan dengan rancangan Pre test and post test
nonequivalentcontrol group dengan mengambil sampel 60 responden yang
ditentukan berdasarkan teknik probability atau random sampling dan Pengumpulan
data menggunakan kosioner pengolahandata menggunakan fasilitas program SPSS
yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Uji statistik dilakukan dengan
menggunakan uji-t dengan nilai signifikansi α <0,05. didapatkan sebagai berikut:
a. Pengaruh Penerapan MPKP terhadap Kepuasan Kerja Perawat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden lebih banyak
responden yang Kepuasan kerja perawat puas setelah penerapan MPKP sebanyak
55 orang (91,7%) dibandingkan sebelum penerapan MPKP sebanyak 43 orang
(71,7%), responden kepuasan kerja perawat kurang puas sebelum penerapan MPKP
sebanyak 17 orang (28,3%) dari pada responden dengan kepuasan kerja kurang
puas setelah penerapan MPKP sebanyak 5 orang (8,3).
b. Pengaruh Penerapan MPKP terhadap Kualitas Pelaksanaan Standar
Asuhan Keperawatan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden lebih banyak
responden dengan kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan lengkap
setelah penerapan MPKP sebanyak 56 orang (93,3%) dibandingkan sebelum
penerapan MPKP sebanyak 44 orang (73,3%), responden kualitas pelaksanaan
standar asuhan keperawatan krang lengkap sebelum penerapan MPKP sebanyak 16
orang (26,7%) dari pada responden dengan kualitas pelaksanaan standar asuhan
keperawatan kurang lengkap setelah penerapan MPKP sebanyak 4 orang (6,7%).

7
BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kepuasan kerja perawat


sebelum dan sesudah penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara. (2) kualitas pelaksanaan
standar asuhan keperawatan (SAK) sebelum dan sesudah penerapan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara. Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara mulai tanggal 24 Oktober sampai 23 Desember 2016. Jenis
penelitian yang digunakan quasi eksperimen dengan dengan rancangan Pre test
and post test nonequivalent control group dengan mengambil sampel 60
responden yang ditentukan berdasarkan teknik probability atau random sampling
dan Pengumpulan data menggunakan kosioner pengolahan data menggunakan
fasilitas program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Uji statistik
dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan nilai signifikansi α <0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kepuasan kerja
perawat dan kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan sebelum dan
sesudah terhadap penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara.Implementasi MPKP dapat
digunakan sebagai dasar penetapan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu
asuhan keperawatan di semua ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara dan
dapat dijadikan contoh untuk dirumah sakit lain.

3.2 Subjek Penelitian

Perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara

3.3 Critical Apraisal for Quantitative Research

a. Judul Jurnal

PENGARUH PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN


PROFESIONAL (MPKP) TERHADAP STANDAR ASUHAN

8
KEPERAWATAN DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

b. Penulis

Asriani, Mattalatta, Abubakar Betan

c. Lama Penelitian : 24 Oktober – 23 Desember 2016

d. Abstrak

Pada abstrak telah dijelaskan teknik probability atau random sampling dan
Pengumpulan data menggunakan kosioner pengolahan data menggunakan
fasilitas program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

e. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan Kuisioner.

f. Justifikasi ,Metode, dan desain

- Pada abstrak tidak dicantumkan kajian pustaka yang mencangkup


tentang penelitian yang dilakukan, tapi kajian pustaka di cantumkan
pada pembahasan.

- Metode yang di gunakan adalah metode kuantitatif

- Pada jurnal menggunakan refrensi 10 tahun terakhir.

g. Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kepuasan


kerja perawat dan kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan
sebelum dan sesudah terhadap penerapan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara.

9
3.4 Kelebihan & Kekurangan Jurnal

Kelebihan Jurnal :

- Dalam abstrak sudah dipaparkan tentang tujuan penelitian, jumlah


sampel yang digunakan. jenis penelitian dan hasil dari penelitian.

- Dalam pembahasan peneliti juga menambahkan kajian literatur, serta


penelitian yang sudah di lakukan sebelumnya dengan hasil yang sama,
sebagai data tambahan yang di gunakan peneliti.

Kekurangan Jurnal :

- Di pembahasan tentang populasi dan sampel tidak di tulis secara


spesifik jumlah sampel yang digunakan, namun pada abstrak di tulis 60
sampel.

3.5 Kesimpulan

Ada pengaruh kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah terhadap


penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.Ada pengaruh kualitas
pelaksanaan standar asuhan keperawatan sebelum dan sesudah terhadap
penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

10
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,


proses dan nilai- nilai) yangmemungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).Adapun
model-model asuhan keperawatan profesional yaitu MAKP Fungsional, MAKP
Kasus, MAKP Primer, MAKP Tim. Dan kemudian dari hasil penelitian jurnal yang
didapatkan menyatakan bahwa penerapan model asuhan keperawatan profesional
yang dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
didapatkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden lebih
banyak responden yang Kepuasan kerja perawat puas setelah penerapan MPKP
sebanyak 55 orang (91,7%) dibandingkan sebelum penerapan MPKP sebanyak 43
orang (71,7%).
3.2 Saran
Diharapkan agar semua tempat pelayanan kesehatan dapat menerapkan model
asuhan keperawatan profesional ini, selain dapat meningkatkan kepuasan pasien
sebagai pelanggan, kita sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan
yang profesional.

11
Daftar Pustaka
Asriani; Mattalatta; dkk.2016. Pengaruh Penerapan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) Terhadap Standar Asuhan Keperawatan Dan
Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar. Diakses dari www.stieamkop.ac.id pada tanggal 18 September
2019
Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan (MAKP) Tim Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Diakses dari
www.academia.edu pada tanggal 16 September 2019
Setiadi, Ady. 2016. Model Praktek Keperawatan Profesional-Keperawatan,
Kesehatan Dan Religius. Diakses dari www.wordpress.com pada tanggal
16 September 2019
Shinta, EL. 2013. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Diakses dari
www.scribd.com pada tanggal 16 September 2019

12

Anda mungkin juga menyukai