Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Kompetensi Konselor Lintas Budaya

Untuk menunjang konseling lintas budaya dibutuhkan konselor yang mempunyai spesifikasi
tertentu. Yaitu konselor harus mempunyai tiga kompetensi

a. Kesadaran
konselor harus menyadari benar akan timbul konflik jika dia memberikan layanan
konseling kepada klien yang berbeda latar belakang social budayanya. Hal ini
menimbulkan konsekuensi bahwa konselor harus mengerti dan memahami benar budaya
yang ada di Indonesia, terutama budaya yang dimilikinya.
b. Pengetahuan
Pengetahuan konselor tentang nilai-nilai budaya tidak hanya didapat dalam
membaca buku tetapi juga bisa dengan melakukan penelitian itu sendiri. Hal ini akan
mempermudah konselor untuk mennambah pengetahuan mengenai suatu budaya tertentu.
c. Keterampilan
Konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilan untuk
erhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan
banyaknya berlatih berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan dapat
keterampilan yang sesuai denngan kebutuhan.1

Tiga kompetensi diatas wajib dimiliki oleh konselor lintas budaya. Sebab dengan
dimilikinya ketiga kemampuan diatas, akan semakin mempermudah hubungan konselor dengan
latar belakang budaya yang berbeda.

Adapun rumusan-rumusan kompetensi konselor tentang kajian muatan multikultur sesuai


Permendiknas No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor dengan kerangka kompetensi konseling multikultur model sebagai berikut:

1. kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik yang secara eksplisit bermuatan


multikultur yaitu penguasaan landasan budaya dalam praksis pendidikan, dan
pengaplikasian kaidah-kaidah perkembangan fisiologis, psikologis, dan perilaku.

1
Abu Bakar M Luddin. 2010. Dasar-dasar Konseling. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.Hal. 134-135
2. kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian yang secara eksplisit bermuatan
multikultur berkaitan dengan toleransi terhadap pemeluk agama lain, kepekaan terhadap
keragaman, dan menghormati keragaman (lebih pada pihak konseli). Sedangkan
kompetensi kepribadian yang secara implit bermuatan multikultur berkaitan dengan
mengembangkan potensi positif khususnya pada konseli, menampilkan toleransi tinggi
terhadap stress dan frustrasi konseli dan berkomunikasi secara efektif.

3. Kompetensi sosial.

Kompetensi dimana seorang konselor mampu bersosialisasi dengan kliennya. Tanpa


membedakan darimana si klien berasal.

4. kompetensi profesional.

Muatan multikultur pada kompetensi profesional ditemukan secara implisit dalam


kompetensi mengelola keterbatasan pribadi dan profesional dankepedulian terhadap
identitas profesional dan pengembangan profesi dan pada kompetensi – kompetensi yang
berkaitan dengan pengembangan diri konselor, pengembangan profesionalitas konselor,
dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan Kode Etik Profesi.2

2. Karakteristik Konselor Lintas Budaya

Dalam konselimg lintas budaya, konselor tidak hanya dituntut untuk mempunyai kompetensi
atau kemampuan seperti yang tersebut diatas. Tapi dalam hal ini perlu pula disajikan
karakteristik atau ciri-ciri khusus dari konselor yang melaksanakan layanan konseling lintas
budaya. Sue menyatakan beberapa karrakteristik konselor sebagai berikut.

a. Konselor lintas budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan asumsi-
asumsi terbaru tentang perilaku manusia. Dalam hal ini konselor yang melakukan praktil
konseling lintas budaya, seharusnya dia sadar kalau dia mempunyai nilai-nilai yang
dijunjung sendiri. Disisi lain, konselor harus memahami bahwa klien yang akan
dihadapinya memiliki latar belakang yang berbeda dengan dirinya. Untuk itu, maka

2
Maria Margaretha dan Krisna Indah Marheni. 2017. Kompetensi Multilu;turaal Bagi Konselor Sekolah:
Suatu Kajian Teoritis. Malang, Jawa Timur. Hal. 106-107.
konselor harus dapat menerima nilai-nilai yang berbeda itu dan sekaligus
mempelajarinya.
b. Konselor lintas budaya sadar terhadp karakteristik konselor secara umum. Hal ini sangat
perlu karena pengertian terhadap kaidah konseling yang terbaru akan membantu
konselor dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Terutama mengenai
kekuatan baru dalam dunia konseling yaitu konseling lintas budaya.
c. Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan, dan mereka harus
mempunyai perhatian terhadap lingkungannya. Konselor dalam melaksanakan tugasnya
harus tanggap terhadap perbeddaan yang berpotensi untuk menghambat proses
konseling. Terlebih lagi , jika konselor melakukan praktek konseling di Indonesia yang
mempunya kurang lebih 357 etnis, yang tentu saja membawa nilai-nilai yang berbeda.
d. Konselor lintas budaya tidak bisa mendorong kliennya untuk mengerti budayanya.
Untuk hal ini ada aturan yang harus ditatai oleh konselor. 3
3. Cara Mengidentifikasi Perbedaan Budaya
a. Penyebab Perbedaan Budaya
1. Faktor adat istiadat
Faktor adat istiadat adalah nilai tidak bersifat universal artinya tidak untuk setiap
masyarakat/kelompok menerima nilai tersebut, sehingga nilai antara suatu daerah
dengan daerah lainya berbeda-beda.Contoh: adat istiadat masyarakat Bali dengan
masyarakat Jawa berbeda.
2. Faktor agama
Faktor agama adalah faktor yang paling mempengaruhi norma dan nilai , karena
di setiap agama berbeda pantangan dan ibadah nya.Contoh : di agama islam
alkohol dan daging babi itu haram tetapi di agama lain tidak di haramkan.
3. Faktor lingkungan (tempat tinggal)
Faktor lingkungan adalah faktor lingkungan pun berperan dalam pembedaan nilai
dan norma setiap daerah / tempat masing masing. Contoh : lingkungan di pasar
sangat berbeda dengan lingkungan di perumahan, jika di pasar ada pereman yang
galak tetapi di daerah komplek tidak ada preman (yang memegang/ menarik
bayaran”majeg”)
4. Faktor kebiasaan
Faktor kebiasaan adalah faktor yang di pengaruhi oleh sering tidak nya orang itu
melaksanakan suatu pekerjaan. Contoh : orang yg berada di pesantren sudah
terbiasa membaca Al- Quran dan salat, tetapi orang yg berada di Jalan luar belum
tentu terbiasa salat dan membaca AL-Quran.
3
Ibid Hal. 135-136
5. Faktor tradisi/ budaya
Faktor budaya adalah budaya di dalam suatu masyarakat/kelompok berbeda-beda,
begitu pun juga norma dan nilai di dalam suatu masyarakat berbeda-beda, jadi
hubungan antara budaya dan nilai yaitu suatu norna di dalam suatu masyarakat
memiliki perbedaan masing-masing.
6. Faktor Suku
Suku-Suku Di Indonesia Bermacam-Macam Ada Suku Sunda, Jawa , Minang Dan
Lain-Lain.Setiap Suku Memiliki Suatu Nilai Dan Norma Yang Berbeda-Beda, 4

4
Diana Ariswati. 2019. Konseling Lintas Budaya. Magetan CV. AE MEDIA GRAFIKA. Hal. 56-58.

Anda mungkin juga menyukai