Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini dengan
judul “Kebijakan Pelayanan Elektronik” bisa selesai pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga Allah Swt limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan
sahabat sampai akhir zaman. Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah didedikasikan
khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pelayanan Publik.

Kami berharap semoga makalah yang telah kami buat ini bisa menambah pengetahuan
ilmu kepada para pembaca. Dan tentunya kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pengampu Bapak Drs. Mubarok M.Si pada mata Teori Pelayanan Publik ini. Untuk itu, dalam
pembuatan makalah ini kami menyadari pembuatan tersebut jauh dari kata sempurna. Mohon
maaf apabila ada kesalahan kata penyusunan makalah ini.

Saran dan kritik membangun kami harapkan agar menjadi pembelajaran selanjutnya yang
lebih baik. Mudah-mudahan pembuatan laporan ini menjadi amal bagi kita semua Aamiin Yaa
Rabbal Alamin.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………1

Daftar Isi……………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN………………………………..……3

Latar Belakang……………………………………………..…3

Rumusan Masalah…………………………………………..…3

Tujuan Penulisan……………………………………….….….3

BAB II ISI………………………………………………….…4

Pelayanan Infomasi Publik……………………………….…...4

Informasi Publik………………………………………………5

Badan Publik…………………………………………….……7

Layanan Informasi Publik berbasis E-Gov…………….……..9

BAB III PENUTUP…………………………………………..13

Kesimpulan……………………………………………….…..13

Saran………………………………………………………….13

Daftar Pustaka……………………………………………...…14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan tidak pernah lepas dari pemerintah dan masyarakat. Hampir semua
kehidupan kita adalah pelayanan. Contoh kecilnya saja, ibu kita memasak lauk pauk
untuk memberikan pelayanan makanan kepada kita. Dan untuk ranah public pun tidak
kalah, terdapat banyak sekali pelayanan yang diberikan untuk masyarakat. Contohnya
adalah rumah sakit, puskesmas, kantor perpajakan, Bank Indonesia, dan lain sebagainya.
Pada hakekatnya pelayanan itu adalah memberikan kepuasan kebutuhan kepada
masyarakat atas apa yang diinginkan, bisa barang ataupun jasa. Tetapi tidak sedikit
pelayanan informasi di Indonesia sangat berbelit, memakan waktu yang lama, dan kadang
sampai ada pungutan liar.
Tidak sedikit pula kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dan kadanga juga
sampai dikecewakan. Maka dari itu pemerintah harus berbenah dalam pelayanan
khususnya di bidang informasi, karena zaman sekarang semua sudah serba canggih dan
pelayanan informasi pun seharusnya dapat ditingkatkan. Dengan adanya pelayanan
informasi berbasis E-Government, diharapkan bisa menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi. Karena dengan E-Government, pelayananpun akan dirasa
mudah karena cepat dan tidak memakan waktu lama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pelayanan informasi publik?
2. Apa itu informasi publik?
3. Bagaimana cara kerja dari badan publik yang tersedia?
4. Apa dan bagaimana sistem dari konsep E-Government?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui apa pelayanan informasi public itu.
2. Agar mengetahui peran dari badan public.
3. Agar mengetahui sistem dari konsep E-Government.

3
BAB II

ISI

A. PELAYANAN INFORMASI PUBLIK


Salah satu ciri era demokratisasi yang sudah maju adalah keterbukaan informasi.
Keterbukaan tersebut telah menjadi tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat seiring
dengan proses demokratisasi itu sendiri, transparansi, dan hak asasi manusia.
Keterbukaan informasi itulah yang menjadi penciri dan penyelenggaraan good
governance yang diimpikan masyarakat Indonesia.
Dalam hal keterbukaan informasi public, negara pertama yang memberlakukan
adalah Swedia (Alamsyah Saragih:2009). Bahkan untuk mendukungnya sejak tahun
2000, negara Swedia lah yang pertama di dunia yang mengadopsi tata kelola
pemerintahan secara elektronik atau yang dikenal sebagai e-government. Kebijakan
mengadopsi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tersebut digunakan untuk
memperkuat demokrasi serta membantu Swedia ke arah masyarakat yang berbagi
informasi secara elektronik (Scott M Cutlip:2007). Melalui ICT terkini tersebut
masyarakat dapat saling berbagi informasi dan berkomunikasi dengan sesama warga dan
dengan pemerintah.
Hingga tahun 2006 negara-negara di dunia yang memiliki Undang-Undang
Kebebasan Memperoleh Informasi Publik hampir 70 negara. Sementara beberapa negara
lainnya, keberadaannya masih dalam pembahasan dan perdebatan. Penyebabnya adalah
persaingan antarnegara, peperangan, dan rezim administrasi negara di masing-masing
pemerintahan.
Perkembangan keterbukaan informasi publik di Indonesia diawali sejak tahun
2000 dalam bentuk kebijakan (Kebebasan Memperlibatkan 40 organisasi masyakarat
sipil. Hingga sembilan tahun pembahasan yang cukup panjang dan sempat mengalami
stagnasi (tidak jalan), akhirnya tanggal 30 April 2008 rancangan tersebut disahkan oleh
presiden menjadi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Dalam rentan waktu yang sekian lama tersebut, di beberapa daerah telah
mensahkan perda transparansi serta membentuk komisi tranparansi sebagai upaya untuk
mensupport kehadirannya. Dan setidaknya terdapat beberapa kabupaten/kota yang telah

4
memiliki perda transparansi. Diantaranya Kabupaten Lebak, Sragen, Kebumen, Solok,
dan Surabaya.
Kehadiran suatu kebijakan berupa UU No. 14/2008 banyak menimbulkan
“kekhawatiran dan kepanikan” sejumlah birokrasi di badan public. Kekhawatiran itu
cukup beralasan karena beberapa hal. Pertama, informasi yang apabila diberikan secara
terbuka kepada public dapat membahayakan negara, menimbulkan persaingan usaha yang
tidak sehat, berkaitan dengan privasi seseorang, rahasia jabatan, serta belum dikuasainya
dan didokmentasikannya informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, terbukanya
masyarakat yang akan meminta informasi kepada instansi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing. Mulai dari informasi sederhana seperti pengurusan KTP, akte kelahiran
hingga layanan yang paling berat dokumen criminal oleh aparat atau bahkan masalah
korupsi. Karena itu perlu adanya pengembangan tata kelola system layanan informasi
publik yang baik, akurat, cepat, dan tepat.
Untuk mewujudkan layanan informasi publik yang berkualitas tersebut, perlu
adanya sinergi di antara badan publik yang memiliki kewenangan serta standarisasi
pelayanan. Tentu saja, prinsip penyelenggaraan yang berkualitas harus tetap menjadi
frame of referent dan framework. Kualitas tersebut tidak hanya berkaitan dengan masalah
teknis saja tetapi juga berkaitan dengan kualitas pelayanan informasi itu sendiri. Hal ini
menjadi penting karena akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
kinerja layanan informasi yang diberikan setiap badan public sebagai penyedia jasa
informasi.

B. INFORMASI PUBLIK
Dalam ranah public, informasi memiliki arti penting dan peran strategis terutama
untuk menghadapi perubahan masyarakat yang serba cepat, situasi yang tidak pasti, serta
mengurangi anxiety (kecemasan). Bagi seseorang atau organisasi, informasi dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan diri, memberikan added value, serta
membantu untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan masyarakat dan
lingkungan. Tanpa dukungan informasi, seseorang atau organisasi tidak akan mungkin
mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan.

5
Informasi bukanlah sekedar keterangan yang diberikan seseorang ataupun badan
politik. Informasi adalah fakta, data, berita-berita, atau keterangan-keterangan yang telah
diolah sebaik-baiknya agar memiliki arti dan nilai penting bagi seseorang atau organisasi
Rudy Bretz dalam bukunya “A Taxonomy of Comunication Media” menyatakan
secara gambling bahwa informasi adalah apa yang dipahami. Sebagai contoh, ia
mengemukakan bahwa jika kita melihat sesuatu atau mencium asap, kita mendapat
infromasi bahwa sesuatu sedang terbakar. Contoh lain, jika kita meraba sebuah benda
lalu mengangkatnya, kita memperoleh informasi mengenai benda itu mulai dari
bentuknya sampai beratnya.
Infromasi berbeda dengan data. Umumnya, kita sering merancukan kedua istilah
tersebut. Zulkifli Amayah (2002:2), membedakan antara informasi dan data. Informasi
adalah data sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu.
Sedangkan data adalah fakta yang sudah ditulis dalm bentuk catatan atau direkam ke
dalam berbagai bentuk media (computer).
Berguna informasi tergantung kepada beberapa hal, yakni:
1. Tujuan penerima
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data
3. Waktu
4. Ruang dan tempat
5. Bentuk (efektivitas, hubungan yang diperlukan, kecenderungan) dan bidang-bidang
yang memerlukan perhatian pimpinan organisasi/badan public serta kejelasan,
kesesuaian dengan tujuan, dan ketepatan sasaran.

Nilai manfaat informasi pun dapat diperhatikan kualitiasnya. Salah satu kriterianya
adalah ketersediaan informasi itu sendiri. Bila informasi yang dibutuhkan masyarakat
tersedia dengan lengkap dan mudah untuk diperoleh, informasi itu dapat dikategorikan
sebagai available. Informasi pun harus mudah dipahami oleh siapapun, relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan, dan bermanfaat bagi yang mengaksesnya.
Informasi juga harus tersedia tepat waktu, terutama apabila yang membutuhkan ingin
segera memecahkan permasalahan yang dihadapi.

6
Sumber-sumber informasi harus dapat diandalkan (reliabilitas) kebenarannya serta
akurat. Maksudnya bahwa informasi seyogyanya bersih dari kesalahan, harus jelas, dan
secara tepat memiliki makna lugas dari data pendukungnya. Terakhir, informasi tidak
boleh mengandung kontradiksi dalam penyajiannya atau konsisten.

Ciri-ciri informasi sebagai sumber yang baik dan berkualitas tersebut dapat
memberikan manfaat tidak hanya bagi seseorang, masyarakat, tetapi organisasi profit dan
non profit. Karenanya informasi tersebut harus dikelola dan disimpan dengan baik
sehingga mudah ditelusuri jika diperlukan. Begitu pentingnya informasi public, setiap
orang berhak untuk mengaksesnya. Terlebih lagi bahwa hak seseorang untuk
memperoleh infromasi public tersebut telah dijamin dan diatur dalam UUD 1945 hasil
Amandemen II pasal 28 F serta Undang-Undang keterbukaan Informasi Publik
No.14/2008. Bahwa hak memperoleh informasi public merupakan hak asasi manusia.

C. Badan Publik: Peran Koordinasi dan Komunikasi


Pembicaraan dalam kualitas dalam konteks ini tidak hanya mengacu pada
informasi tetapi juga hal pelayanan. Mekanisme untuk mendapatkan layanan informasi,
setiap badan public harus memprioritaskan kualitas informasi dan pelayanan. Dan secara
teknis, kualitas pelayanan juga mengedepankan prinsip cepat, tepat waktu, sederhana dan
biaya ringan.
Setiap badan public yang menberikan layanan harus memiliki delapan prinsip
tersebut adalah 1) focus kepada kepuasaan pelanggan, 2) kepemimipinan untuk
mengatukan pemahaman tentang peran dan arah pengembangan pelaayan informasi, 3)
pendekatan proses dengan memperihatikan keterkaitan dengan pemasok informasi, 4)
keterlibatan SDM di semua tingkatan organisasi, 5) penggunaaan peendekatan sistem
dalam manajemen, 6) penerapan perbaikan berkelanjutan, 7) pengambilan keputusan
berbasis fakta, 8) hubungan saling menguntungkan (Imam Sudarwo, 2006).
Selain prinsip, Lembaga Layanan Informasi juga harus mampu memenuhi
persyaratan umum, yaitu 1) mengidenfikasikan proses sistem manajemen mutu yang di
perlukan, 2) menentukan interaksi, 3) menetapkan kriteria dan metode untuk memjamin
efektivitas operasi, 4) menjamin ketersediann sumber daya, 5) melakukan pemantauan

7
dan penilaian dan 6) melaksanakan tindakan untuk menjamin pencapaian rencana dan
perbaikan berkelanjutan (ibid).
Tolak ukur puas tidak nya warga minimal harus ada dasar pengukuran kualitas dan
kepuasaan masyarakat, yakni
1. Kemudahaan prosedur serta kesederhanaan alur layanan
2. Keseuaian persyaratan layanan
3. Kejelasan petugas layanan
4. Kedisiplian dan kesungguhan petugas dalam memberikan layanan
Yang tidak kalah pentingnya dalam pelayanan adalah masalah kewajaran dan
kepastian. Kewajaran yang di maksudkan adalah keterjangkauan biaya. Sedangkan
kepastian dalam hal ini adalah keseluruhan antara biaya yang di bayarkan dengan biaya
yang telah di tetapkan. Dan yang di maksudkan dengan kepastian jadwal pelayanan yaitu,
pelaksanaan waktu pelayanan dengan ketentuan yang telah di tetapkan.
Kenyamanan lingkungan dalam memberikan layanan juga harus mendapatkan
perhatian. Kondisi saran prasaran yang rapih dan teratur dalam memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan. Begitu pula dengan hal nya keamaan. Keamanan pelayanan,
yaitu terjamin nya tingkat keamaan lingkungan, sehingga masyarakat menjadi tenang.
Tangtangan terbesar untuk mewudkan pelayanan informasi yang berkualitas adalah
bagaimana pengemasan, pengolahan dan penyampian informasi yang menarik, actual,
dan up to date.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah masyarakat yang membutuhkan
informasi harus dating langsung ke tempat tersebut. Dalam peraturan UU memang
menghendaki semacam itu, yaitu komunikasi langsung. Namun apakah efektif? Inilah
tantangan yang harus di carikan solusi alternafinya untuk mewujudkan tatanan
pemerintah yang baik (Good Govermace).
Terdapat dua kutub yang bertentangan dalam layanan informasi namun saling
melengkapi, yaitu kutub manual dan kutub elektronik. Berbeda dengan layanan kutub
manual seperti yang telah di jelaskan, kutub elektronik lebih mengedepankan layanan
informasi lewat internet yang kenal dengan e-govermance, semua informasi dapat di
unduh masyarat tanpa harus mengantri lama/panjang.

8
Fakta di lapangan menunjukan bahwa layanan informasi di masing-masing dinas
yang bersifat manual atau komunikasi face to face memiliki kinerja dan layanan yang
sangat jelek (Totok, 2009). Hal ini di perkuat indeks kepuasaan masyarakat sebesar
54,65. Menurut Bovens (dalam Prawoto, 2007), termasuk dalam birokrasi yang paling
dasar. Sementara layanan informasi berbasis e-govemance menunjukan kualitas yang
lebih baik, ketimbang manual.
Mekanisme untuk memperoleh informasi yang di butuhkan masyarakat dapat di
lakukan secara tertulis dan tidak tertulis. Yang dilakukuan secara tertulis bisa lewat e-
mail, mailing list. Sementara yang tidak tertulis dapat di lakukan dengan cara komukasi
tatap muka alias dating langsung ke tempat tersebut, PPID, atau komisi informasi public.
Hal ini penting yang harus di perhatikan dalam level sheert birokrasi adalah kualitas
pelayanan, kerjasama dam koordinasi di antara insitusi sendiri maupun lainya yang
terkait.
Peran koordinasi diantara insitusi menjadi lebih penting. Karena meningkatnya
kualitas pelayanan yang di berikan pemerintahan kepada masyarakat yang akan
meningkatkan pula kepercayaan masyarakat kepada kredebilitas pemerintahan itu sendiri.
Karena efektivitas koordinasi di antara badan public harus melihat 3 aspek yaitu:
1. Proses
2. Sumber
3. Sasaran
Aspek proses menitikberatkan pada kegiatan dan proses internal itu sendiri.
Aspek sumber mengacu para sarana dan prasarana yang di miliki, teknologi informasi
dan komunikasi. Aspek ketiga adalah kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi
secara lamgsung layanan pemerintahan.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, aktivitas penyampaian informasi
tersebut menjadi bagian yang sangat vital. Melalui informasi yang di kelola secara cermat
dan akurat, public akan memahami, bahkan memberikan dukungan, ketika suatu
kebijakan pembangunan di gulirkan. Demikian pula sebaliknya. Jika informasi yang di
sampai kan tidak dipahami dan kurang transparan akan timbulnya keresahan bahkan
gejolak sangan di mungkinkan mengemuka.
D. Layanan Informasi Publik berbasis E-Gov

9
Dalam implementasinya, dapat dilihat sedemikian beragam tipe pelayanan yang
ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya melalui e-Government. Salah satu
cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua
aspek utama:
1. Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi sebuah aplikasi
e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan.
2. Aspek Manfaat, yaitu yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya
manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.

Dan manfaat e-Government itu sendiri adalah:

 Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan


masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan(stakeholder); dimana
melibatkan penggunakan teknologi informasi (terutama informasi); dengan tujuan
 Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan
Untuk memenuhi tuntutan tranparasi serta pelayanan public yang cepat, mudah,
murah, dan tidak berbelit-belit menuju good governance (pemerintahan yang bersih),
pemerintah mengeluarkan INPRES Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-Government. INPRES tersebut antara lain mengingstruksikan
kepada gubernur dan bupati/walikota di seluruh Indonesia untuk mengambil langkah-
langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing guna
terlaksananya program pengembangan e-government secara nasional (Kasiyanto
2004:02)
Hadirnya konvergensi teknologi informasi dalam paradigm e-government dapat
memberikan kemudahan-kemudahan serta memampukan masyarakat untuk memperoleh
informasi ataupun berkomunikasi secara nteraktif. Dalam hal ini kualitas dan
produktivitas menjadi sangat penting bagi masyarakat. Kemudahan aksesibiltas informasi
yang tanpa batasan ruang dan waktu tersebut dapat mendorong masyarakat untuk
berpatisipasi dalam mengembangkan pelayanan public. Karenanya, segala aktivitas
birokrasi harus dapat diketahui public secara luas termasuk informasi yang tidak boleh
dikuasai dan disembunyikan oleh badan public. Badan public harus mampu memberikan
akses dan menyediakan informasi bagi masyarakat baik diminta atau tidak.

10
Pemerintah sangat menyadari akan hal ini. Karena itu pemerintah menempuh
berbagai upaya. Antara lain dengan menerapkan sistem elektronik government (e-
government) atau pemerintah berbasis elektronik. Dengan pola ini, pemerintahan
tradisional (tradiosional government) yang identik dengan paper based administration
maupun pengerjaan secara manual mulai ditinggalkan.
Berdasarkan definisi World Bank, e-government adalah penggunaan teknologi informasi
oleh pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis
dan pihak yang berkepentingan. Dalam praktiknya, e-government adalah penggunaan
internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan public yang
lebih baik dan cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.
Setidaknya implementasi e-government dapat menciptakan pelayanan public
secara on line atau berbasis computer. Memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi
pegawai institusi politik, dan menangkas sistem antrian yang panjang hanya untuk
mendapatkan suatu pelayanan yang sederhana. Di Indonesia, inisiatif e-government telah
diperkenalkan melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika). Dalam instruksi itu dinyatakan bahwa apparat
pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance
dan mempercepat proses demokrasi.
E-government wajib diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor
pemerintahan. Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat
digunakan untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat berupa pelayanan yang
mendasar dan mensimplifikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah. E-
government dengan menyediakan pelayanan melalui internet dapat dibagi dalam
beberapa tingkatan yaitu penyedia informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah dan
transaksi yang berarti pelayanan elektronik secara penuh. Interaksi satu arah bisa berupa
fasilitas men-download formulir yang dibutuhkan. Pemrosesan atau pengumpulan
formulir secara online merupakan contoh interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan
elektronik penuh berupa pengambilan keputusan dan delivery (pembayaran).
Terdapat dua model layanan informasi public yang dapat digunakan oleh setiap
badan publik untuk memberikan layanan informasi. Yaitu model manual dan model
elektronik. Prinsip yang harus tetap dikedepankan adalah kualitas informasi itu sendii dan

11
pelayanan. Model elektronik government tidaklah harus berupa CMC (Communition
mediated computer) tetapi dapat diawali dengan teknologi yang familiar dengan
masyrakat, deperti telepon ataupun HP. Yang terpenting lagi adalah peran koordinasi dan
kerjasama dalam agregasi oleh badan publik. Pada koordinasi dan kerjasama tersebut
tidak hanya sebatas pada hubungan kerja tetapi harus sebagai sebuah sistem yang
holistik.
E. Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance
Berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan e-government,
diantaranya adalah masih kurangnya infrastruktur yang ada, masalah sumber daya
manusia dan lain-lain. Namun demikian, karena penerapan e-government sudah menjadi
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang lebih baik dan juga karena
tuntutan penerapan otonomi daerah, maka pemerintaha (pusat dan daerah) harus segera
menerapkannya dengan segala keterbatasan yang ada.
Setidaknya adalah tiga faktor yang menyebabkan pentingnya e-government dalam
pembangunan masyarakat jaringan (network society):
1. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat, disamping tingkat kenyamanan pelayanan juga
semakin tinggi. Disamping itu bentuk transaksi baru ini akan menyebabkan tingginya
tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah.
2. Cyberspace dalam pelayanan publik memungkinkan penghapusan struktur birorkasi
dan proses klasik pelayanan yang berbelit-belit. Tujuan realistis yang hendak dicapai
melalui cyberspace adalah efisiensi pelayanan dan penghematan finansial.
3. E-government menyajikan juga informasi-informasi local setempat. Penggunaan
internet dalam sector publik akan memungkinkan kemampuan kompetensi
masyarakat local dengan perkembangan internasional dan global.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat adalah pelayanan informasi publik merupakan melayani
masyarakat berbentuk informasi yang bertujuau untuk memberikan kepuasan kebutuhan
kepada masyarakat tersebut. Sekarang sudah diberikan kemudahan dalam informasi,yaitu
sudah adanya informasi berbasis elektronik. Jadi, yang awalnya pelayanan hanya
menggunakan kertas dan itu terkadang memakan proses yang lama dan tidak efektif,
maka dengan adanya informasi berbasis elektronik dapat setidaknya membantu informasi
menjadi cepat dan tidak memakan waktu karena sudah memakai alat-alat elektronik
contohnya komputer.
B. Saran
Setelah adanya konsep informasi pelayanan berbasis elektronik diharapkan antara
pemerintah dan masyarakat pun saling menguntungkan. Dan tidak ada lagi kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan seperti pelayanan yang lama, berbelit, memakan biaya
dan tidak efektif dan efisien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik.Yogyakarta: Gava Media

Indrajit, Richardus Eko. 2006. Electronic Government. Yogyakarta: ANDI

Mulyadi, Dedi.2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai