PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam melakukan diagnosa Mikrobiologi sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun
medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik
dalam bentuk vegetative maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam Mikrobiologi
sangat perlu mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman
(Dwidjoseputro, 1994).
Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-
cara khusus untuk mempelajarinya dan bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti
mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula tentang
bagamana caranya menumbuhkan suatu mikroba ke dalam suatu media, karena kita
tahu bahwa beragamnya persyaratan tumbuh mikroba, maka harus dimengerti jenis-
jenis nutrient yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang
menyediakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya. Mikroba amat beragam,
baik dalam persyaratan nutrient maupun fisiknya. Jadi, media yang digunakan harus
mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut
(Hadietomo, 1990).
Untuk mengenal lebih jauh tentang penyiapan medium untuk suatu mikroba, maka
diadakanlah praktikum ini, dimana dalam praktikum ini praktikan diwajibkan mampu
mengetahui cara-caranya mulai dari awal sampai akhir melalui bimbingan dari kakak
asisten.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh praktikan dalam praktikum kali ini yaitu:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Medium
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme
juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain
senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium
digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat
motil atau nonmotil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Hadietomo, 1990).
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang
hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme
yang menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik.
Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau
larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus
dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler (Anonim, 2009).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber
karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen.
Selain itu, secara umum nutrien dalam media pembenihan harus mengandung seluruh
elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Hadietomo, 1990).
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang
ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam
bentuk suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan,
atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia
dan fisika dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di
lingkungan itu (Irianto, 2006).
Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu
spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia
lainnya.
Medium penguji (assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu yang
digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri misalnya
medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan lain-lain.
Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya medium untuk menghitung
jumlah bakteri E.coli air sumur.
Sterilisasi
Cara kerja sterilisasi ialah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara steril ini
digunakan pada pembuatan media, dan pembuatan preparat. Sterilisasi dapat dilakukan
dengan cara: (Anonim, 2009)
Dengan hot air sterilisation oven, bahan dari gelas di bungkus dengan aluminium foil,
dengan suhu 170°-250°C selama 2 jam.
Panas basah dengan tekanan suhu 121°C selama 15 menit. Alat yang digunakan adalah
autoclave.
Pressure cooker, panaskan air mendidih, biarkan klep uap terbuka agar keluar uap
kemudian klep uap ditutup, lihat suhu dan tekanan, bila suhu telah 121°C dengan
tekanan 1,5 atm, dijaga konstan selama 15 menit. Kemudian buka klep uap hingga
tercapai tekanan nol, dan setelah suhu mencapai suhu kamar, alat dan bahan
dikeluarkan.
Radiasi dengan sinar ultra violet, biasanya digunakan pada ruangan dan alat – alat
plastik.
Alat-alat yang dipakai ketika penanaman, harus dalam keadaan steril. Alat-alat logam
dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset dan gunting dapat
juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam bacticinerator
(Irianto, 2006).
Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu
yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikroba dan aktivitas
enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari
enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam
kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya (Irianto, 2006).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Timbangan Analitik
Gelas Ukur
Erlenmeyer
Tabung Reaksi
Kaca Pengaduk
Autoklaf
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu:
Aquades
Kapas
Aluminium Foil
Alkohol
Dektrosa/gula
Agar-agar
Kompor Gas/Listrik
Pembuatan Media
Pepton 10 g
Agar-agar 15 g
Aquades 100 ml
Catatan: ekstrak daging bila tidak tersedia dapat dibuat sendiri, dengan cara sebagai
berikut:
Buat ekstrak daging (daging 0.5 kg direbus dalam air 1000 ml hingga volume air menjadi
setengah atau direbus selama 1-2 jam.
Saring ekstrak daging dengan kertas saring, kemudian tambahkan aquades hingga
volume menjadi 1000 ml.
Semua tabung dan erlenmeyer yang berisi medium ditutup dengan kapas dan
aluminium foil.
Setelah disterilkan tabung reaksi yang berisi 5 ml dimiringkan untuk media agar miring
dan di erlenmeyer disimpan dalam inkubator/water bath.
Kentang 200 gr
Dektrosa/gula 10 gr
Agar-agar 15 gr
Aquades 1000 ml
Cara Kerja:
Bersihkan kentang lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian dimasak dalam 500 ml aquades.
Biarkan mendidih selama 1 jam, jaga volume agar tetap.
Tambahkan agar-agar, panaskan dan aduk hingga homogen. Setelah mendidih diangkat
dan dimasukkan ke dalam botol/erlenmeyer.
Tutup dengan kapas dan aluminium foil, kemudian sterilisasi dengan autoklaf.
Sebelum dihidupkan periksa alat Autoclave-Pressure Steam Sterilizers, sudah bersih atau
belum.
Rapatkan kunci-kunci secara diagonal sampai rapat betul. Posisi alat pada high.
Tekan Power/ON dengan menutup katup agar uap air tidak keluar.
Bila tekanan sudah sampai pada tanda 15 (tekanan sudah mencapai 121° C) atau
caution.
Bila sudah 15 menit, maka katup dibuka. Bersamaan dengan itu matikan power.
Bila alat sudah dalam posisi 0, maka buka katup. Biarkan alat dingin dahulu.
Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat
ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
Jika kerja di safety cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika diluar
safety cabinet maka semakin banyak sumber api semakin terjamin kondisi aseptisnya.
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil akhir dari proses sterilisasi sesuai dengan petunjuk praktikum yang kita dapatkan
setelah menginkubasi alat dan bahan ke dalam autoklaf pada suhu 121℃ selama 15
menit, alat dan bahan tersebut menjadi steril (matinya mikroorganisme yang terdapat
pada alat dan bahan).
Pengamatan Pengamatan
Nama
Fungsi Sebelum Sesudah
Medium
Pengadukan Pengadukan
4.2 Pembahasan
Medium merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di
atas atau di dalamnya, medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain
adalah harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Hadioetomo,
1993). Percobaan kali ini yaitu pembuatan medium NA dan PDA.
PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk menumbuhkan fungi atau jamur.
Pembuatan medium pada percobaan ini dengan menggunakan PDA (Potato Dextrose
Agar) dimana dalam pembuatannya terlebih dahulu dengan cara memasukkan 200 ml
aquades dan 50 ml ekstrak kentang, 3,75 deglucose dan 7 gr agar kemudian dipanaskan
diatas hot plate 440 oC diikuti oleh pengadukan dengan tujuan dari pemanasan dan
pengadukan ini untuk menghomogenkan PDA dengan aquades, dan pemanasan
bertujuan mempercepat pelarutan dari PDA. Setelah dipanaskan beberapa menit larutan
berubah warna dari keruh menjadi kuning tua, hal ini menunjukkan larutan telah
homogen. Setelah itu dimasukkan kedalam autoklaf tetapi sebelum dimasukkan mulut
erlenmeyer ditutup dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan kertas, hal ini
bertujuan agar meminimalkan kontaminasi. PDA termasuk medium nonsintetik karena
termasuk medium padat sedangkan menurut fungsinya termasuk medium umum.
Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi. Autoklaf termasuk dalam teknik
sterilisasi secara fisika dengan prinsip arus uap dan tekanan. Alat ini sering digunakan
dalam teknik pensterilan karena tingkat koefisien dan sifat alat yang tidak merusak
kandungan dalam media pertumbuhan yang dipakai yaitu NA, PDA, MEA dan LB
(Suriawiria, 2005).
Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan
fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme (Suriawiria,
2005). Sterilisasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara fisika yaitu
menggunakan panas, dimana panas yang digunakan adalah bersama uap air yang
biasanya disebut sterilisasi basah.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang hidup. Cara
kerja sterilisasi ialah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara steril ini digunakan
pada pembuatan media, dan pembuatan preparat. Sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara fisik, kimia, radiasi dan filter. Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran
zat-zat makanan (nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan
mikroorganisme.
Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikan sudah bisa menguasai teknk-teknik atau cara
kerja dari praktikum yang akan dilaksanakan sehingga tidak akan terjadi kekeliruan yang
bisa menghambat jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini, berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin tinggi pula rasa ingin
tahu sesorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai dengan mikrorganisme yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang mikrorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Dalam
bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara khusus
untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti
mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, serta diperlukan pengenalan alat-alat
laboratorium mikrobiologi serta teknik atau cara penggunaan alat-alat yang
berhubungan dengan penelitian tersebut (Suriawiria, 2005).
Dalam melakukan diagnosa mikrobiologi sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun
medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik
bentuk vegetative maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam mikrobiologi sangat
perlu untuk mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman
(Pratiwi, 2008).
Steril merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan kerja dalam suatu laboratorium
mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi diperlukan teknik-teknik agar suatu sterilisasi
dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak terdapat suatu mikroorganisme lain
yang mengkontaminasi media. Sterilisasi dapat diartikan proses untuk menjadikan alat-
alat terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa pada
tujuan sterilisasi adalah untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak
ikut tumbuh (Suriawiria, 2005).
Media memiliki fungsi sebagai tempat atau wadah tumbuhnya mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba,
dimana didalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode
aseptis, untuk menghindari kontaminasi pada media itu sendiri. Media juga berperan
sebagai tempat zat hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk suatu
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan.
Umumnya, pada media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara, yaitu sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya
(Kusnadi dkk, 2003).
Adapun yang melatarbelakangi pada praktikum sterilisasi dan pembuatan media adalah
untuk mencoba mempelajari bagaimana cara mensterilisasikan alat-alat yang nantinya
akan digunakan pada saat bekerja di laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dapat
dilakukan adalah untuk keberhasilan dalam menumbuhkan suatu biakan koloni
mikroorganisme yang diinginkan. Pada praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui
macam-macam media dan cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme,
sehingga seorang praktikan dapat dengan mudah menerapkan bagaimana cara untuk
membuat media pertumbuhan pada mikroorganisme yang akan diamati.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada Praktikum II tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media
adalah sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sterilisasi
Suatu proses yang dilakukan untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika
ditambahkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembangbiak
dapat dinamakan sterilisasi. Sterilisasi dapat membunuh jasad renik yang paling tahan
panas yaitu pada spora bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan
bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan
bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba akan diluluhkan (Pratiwi 2008).
Dalam dunia kesehatan, pada sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk memberikan
efek terapeutik yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen
maupun tidak. Sterilisasi adalah proses membebaskan peralatan atau bahan dari
mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu
proses penghilangan pada semua jenis mikroorganisme hidup, dalam hal ini
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, virus) yang terdapat pada suatu
benda (Pratiwi 2008).
Sterilisasi pada suatu produk dimaksudkan untuk mendapatkan suatu produk yang steril
setelah melalui suatu proses sterilisasi dan diharapkan tidak mengalami perubahan
kualitas. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemilihan cara sterilisasi yang tepat
sehingga dihasilkan suatu produk yang steril dengan kualitas yang baik (Darwis
dkk, 2009).
Proses sterilisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara uap panas, larutan kimia,
pemanasan kering atau juga metode gas. Metode gas atau metode yang dipilih biasanya
tergantung sifat materi yang akan disterilkan. Steril merupakan proses yang
menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut
mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup, dengan dilakukannya suatu
proses sterilasi dapat membantu memudahkan atau memperlancar kegiatan penelitian
atau praktikum yang sedang dilakukan (Adji dkk, 2007).
B. Macam-Macam Sterilisasi
Didalam sterilisasi secara mekanik (fitrasi) yang menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0, 22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini dapat ditunjukkan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim atau antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau bertekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian,
maka dari itu sterilisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya saringan
(Pratiwi 2008).
Sterilisasi secara fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran.
Terdapat berbagai macam sterilisasi dengan pemanasan yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Pemijaran Api
Terdapat berbagai macam pemijaran, maksud ini dipakai muffle, yang biasanya
mencapai suhu 1.0000C. Bila ingin diketahui beratnya, maka krus porselen yang dipakai,
didinginkan sampai kira-kira 1000C, lalu didinginkan kedalam eksikator, dan akhirnya
ditimbang (Sudarmadji dkk, 2007).
b. Panas Kering
Sterilisasi panas kering adalah proses sterilisasi dengan udara panas. Pada sterilisasi
dengan panas kering atau udara panas dianjurkan apabila pada penggunaan uap
bertekanan dengan benda yang disterilkan. Hal ini dapat berlaku bagi perabotan
laboratorium seperti cawan petri, pipet, minyak, serbuk serta juga beberapa pada
peralatan. Benda-benda tersebut disterilkan dalam oven listrik atau gas, untuk dapat
mensterilkan pada perabotan pecah belah di laboratorium dibutuhkan suhu 1600C
selama 2 jam (Pelezar, 1988).
Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana yang paling praktis dan juga
dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan yang dapat menyediakan suhu jauh
di atas titik didih. Disamping itu juga mempunyai keuntungan seperti pemanasan dapat
berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan yang
tinggi, kesemuanya ini dapat mempermudah koagulasi protei sel-sel mikroba
(Pelezar, 1988).
Sterilisasi secara kimiawi biasanya digunakan pada alat ataupun bahan yang tidak tahan
panas atau untuk kondisi aseptis (sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang
dapat digunakan adalah alkohol, asam parasetat, formaldehid dan lain-lainnya
(Pratiwi 2008).
a. Ultraviolet
b. Ion
c. Gamma
Gamma bersumber dari CO6O dan C5137 dengan aktifitas sebesar 50-500 kilo curie
serta memiliki suatu daya tembus sangat tinggi. Dosis pada efektifitasnya adalah 2,5
Mrad. Gamma juga digunakan untuk dapat mensterilkan alat-alat yang terbuat dari
logam, karet serta bahan sintesis seperti pada polietilen.
C. Media (Medium)
Media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan atau nutrien yang
digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Pada
mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan
medium yang harus mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, yaitu
adalah senyawa-senyawa organik yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral,
dan vitamin. Medium digunakan untuk melihat gerakan yang dari suatu mikroorganisme
apakah bersifat motil atau nonmotil, medium ini ditambahkan pada bahan pemadat
50% (Suriawiria, 2005).
D. Jenis-Jenis Medium
Menurut pendapat Dwijoseputro (1994), ada beberapa jenis medium yang berdasarkan
buatan manusia adalah sebagai berikut:
1. Medium Cair
Medium cair yang biasanya sering dipakai adalah kaldu yang disiapkan sebagai berikut:
kepada 1 liter air murni ditambahkan 3 kaldu daging lembu dan 5 gram pepton. Pepton
adalah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai dan pada putih
telur. Pepton mengandung banyak N2, dan kaldu yang berisi garam-garam mineral dan
lain-lainnya. Medium itu kemudian ditentukan Phnya 6,8 dan sampai 7, jadi sedikit asam
atau netral. Keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti
diatas masih perlu disaring untuk kemudian di masukkan kedalam tabung-tabung reaksi
atau botolbotol yang tersedia. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring.
Setelah tabung atau botol berisi medium kaldu disumbat dengan kertas, kemudian
dimasukkan ke dalam alat pensteril atau autoklaf.
Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang di potong-potong serupa silinder
untuk medium. Silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu pada potongan-
potongan itu di masukkan tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan
setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali, permukaan
atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri.
Perbedaan tipe medium dari medium padat dan medium cair juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan-pertumbuhan dan viabilitas bakteri, meskipun medium yang digunakan
adalah sama. Pada medium padat, pertumbuhan pada bakteri berupa pertumbuhan
yang melekat pada suatu permukaan medium atauattached growth, sedangkan pada
medium cair tipe pada pertumbuhannya akan menyerupai suspensi larut atau juga
suspensi growth (Hidayah & Maya, 2012).
Medium sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu dan mengandung
zat karbon dan nitrogen. Bakteri pada autoklaf dapat hidup dalam medium ini. Medium
sintetik itu umumnya dapat dibuat secara eksperimental. Pada medium ini tidak
menimbulkan zat-zat penolak, apabila masuk tubuh hewan dan manusia, dan
selanjutnya pada medium sintetik itu berguna sekali sebagai medium dasar dalam
penyelidikan macam-macam vitamin, asam amino, dan lain-lain. Penyelidikan tentang
ada tidaknya zat tertentu dengan menggunakan mokroorganisme itu disebut analisis zat
jadi atau bio-assay.
Menurut pendapat Iriatmanto (2000), bahwa pada media yang untuk dapat
menghasilkan pertumbuhan mikroba (termasuk fungi) dengan hasil yang baik memiliki
beberapa syarat yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Media harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh suatu
mikroba yang hendak ditumbuhkan.
2. Media harus memiliki tekanan osmose, PH, tegangan muka yang sesuai dengan sifat
mikroba yang hendak ditumbuhkan.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Mikrobiologi tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media ini dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 09 Mei 2017, pukul 15.00-16.40 WIB di laboratorium Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, tabung reaksi, jarum ose,
spatula, bunsen, erlenmeyer, autoklaf, timbangan analitik, gelas ukur, nampan (baki),
gunting, aluminium foil, gelas beaker, gelas arloji, dan hotplate.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas sampul, tissue, karet gelang,
alkohol, detergen, aquades, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar).
C. Cara Kerja
a. Cuci dengan bersih cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, dan kaca, serta
erlenmeyer kemudian keringkan alat dengan tissue steril.
b. Tutuplah alat-alat dengan kapas (untuk tabung reaksi dan erlenmeyer dapat
menutup pada bagian atas saja, cawan petri full, jarum ose full) kemudian dapat
membungkus alat dengan sampul coklat lalu diikat dengan karet dan memberi label.
Menaruh di baki untuk sterilisasi.
c. Melakukan sterilisasi dengan autolaf pada suhu ± 1200C selama 15 menit (dihitung
setelah autoklaf pertama berbunyi) dan tekanan 1,5 atm.
d. Mengambil dan menyimpan alat setelah jarum pada autoklaf sampai menunjukkan
angka 0.
Adapun cara kerja pada praktikum pembuatan media adalah sebagai berikut:
2. Siapkan 2 gelas beaker yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air.
3. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
4. Kemudian ambil EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella
Agar) menggunakan spatula.
sebanyak
7. Letakkan gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) di atas hotplate yang sudah
menyala.
8. Masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke
dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan gelas beaker yang berbeda
antara EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).
9. Aduk EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) sampai
merata tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih naik ke atas.
10. Setelah mendidih angkat ke dua bahan tersebut, tutup menggunakan alumunium
foil.
11. Kemudian masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah
disterilisasikan dengan membuka tutup cawan petri sedikit, (catatan: bahan yang
dituangkan ke dalam cawan petri sesuai yang dibutuhkan atau sesuai ukuran yang
ditentukan) tuangkan bahan di dekat bunsen agar tidak terkontaminasi.
12. Tutup kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut.
13. Kemudian isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak
terkontaminasi. Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi
oleh mikroba lain dan membiarkan hingga dingin.
15. Masukkan ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan
(baki) sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya
pada keesokan harinya.
BAB IV
A. Hasil
Dalam praktium sterilisasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan dua cara, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
Pemijaran dapat dilakukan dengan cara membakar alat pada api secara langsung
menggunakan bunsen. Contohnya pada alat jarum ose yang harus dipijarkan di atas api
bunsen agar tidak terdapat mikroba dalam jarum ose tersebut, dan pada cawan petri
yang harus dipijarkan disetiap kelilingnya agar tidak terdapat mikroba disekitar cawan
petri tersebut. Pada pemijaran ini dilakukan untuk dapat membunuh dan
menghilangkan mikroba. Pemijaran juga dapat dilakukan agar tidak terkontaminasi
secara langsung.
Sterilisasi uap air panas bertekanan menggunakan alat sterilisasi yaitu autoklaf. Pada
alat ini digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium yang ingin kita gunakan.
Sterilisasi pada aup air panas bertekanan dilakukan dengan cara membungkus alat-alat
yang sudah di cuci bersih. Pada alat seperti tabung reaksi dan erlenmeyer di tutup
terlebih dulu dengan menggunakan kapas pada bagian atasnya saja, setelah itu
membungkus alat dengan sampul coklat lalu diisolasi agar tidak lepas dan memberi label
pada lat-alat yang telah dibungkus. Kemudian pada alat-alat tersebut dimasukkan
kedalam autoklaf untuk disterilisasi. Cara kerja pada autoklaf menggunakan uap panas
dengan suhu 1200C atau 1210C selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Setelah 15 menit
alat-alat yang dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian alat-alat tersebut diambil dan
menyimpannya. Tujuan sterilisasi ini agar membunuh mikroba tanpa terkontaminasi
sebelum menggunakannya.
b. Siapkan 2 gelas beaker yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air.
c. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan juga SSA (Salmonella Shigella
Agar)SSSS
d. Kemudian ambil bahan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) menggunakan spatula.
f. Timbang sebanyak pada EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan untuk SSA
h. Masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke
dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan gelas beaker yang berbeda
antara EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).
i. Aduk larutan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
sampai merata dan tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih naik ke atas.
m. Kemudian isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi.
Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain
dan membiarkan hingga dingin.
o. Masukkan ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan
(baki) sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya
pada keesokan harinya.
B. Pembahasan
Sterilisasi ini penting dilakukan dalam praktikum mikrobiologi, hal ini dapat dikarenakan
agar bahan atau peralatan yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan yang akan dapat menganggu atau merusak
media ataupun menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan sehingga
pelaksanaan praktikum dapat bejalan dengan lancar (Darwis dkk, 2009).
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada praktikum sterilisasi ini menggunakan
dua macam sterilisasi, yaitu sterilisasi secara fisik dan secara kimiawi. Sterilisasi secara
kimiawi menggunakan detergen dan alkohol 70% maupun 90%, sedangkan sterilisasi
secara fisik menggunakannya dengan dua cara yaitu sterilisasi pemijaran dan uap air
panas betekanan.
Sterilisasi menggunakan alkohol dan detergen hampir sama pada prosedur kerjanya,
hanya saja pada alkohol dengan cara menyemprotkan ke alat yang digunakan.
Sedangkan sterilisasi menggunakan detergen dengan cara mencuci alat-alat tersebut.
Setelah alat-alat tersebut disterilisasikan menggunakan kedua bahan tersebut kemudian
dikeringkan dengan menggunakan tissue yang steril. Sterilisasi ini dilakukan guna untuk
mensterilkan alat-alat praktikum agar tidak terdapat atau terkontaminasi oleh mikroba
lain disekitar alat tersebut.
Sterilisasi pemijaran dilakukan dengan cara mebakar alat pada api secara langsung
menggunakan bunsen, sedangkan sterilisasi uap air panas bertekanan dapat dilakukan
dengan cara membungkus alat-alat yang sudah dicuci bersih, kemudian masukkan alat-
alat tersebut kedalam alat yaitu autoklaf. Fungsi pada alat ini adalah digunakan untuk
mensterilkan alat-alat laboratorium yang ingin kita gunakan dengan menggunakan
tekanan uap 1 atau 1,5 atm dengan suhu 1210C selama 15 menit. Proses sterilisasi ini
dilakukan untuk mensterilkan pada alat-alat yang akan digunakan dan agar tidak
terkontaminasi oleh mikroba secara langsung.
Dalam memasukkan alat-alat kedalam autoklaf harus berhati-hati, agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Dalam meletakkan suatu alat-alat laboratorium yang akan
disterilisasikan dalam keadaan rapi agar alat tersebut tidak pecah. Tujuan
pembungkusan adalah untuk meminimalisis goncangan pada autoklaf yang bertekanan
tinggi dan dapat menghindari adanya benturan. Sedangkan tujuan dari sterilisasi adalah
agar pada suatu alat dan bahan yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba
lain.
Faktor kesalahan yang biasanya terjadi pada saat proses sterilisasi yaitu memasukkan
cawan petri dan erlenmeyer ke dalam autoklaf, peletakan alat tersebut dilakukan
dengan cara menumpuknya, hal itu dapat mengakibatkan jatuhnya alat-alat di dalam
autoklaf saat proses sterilisasi berlangsung (Pratiwi, 2008).
Setelah melakukan sterilisasi pada alat-alat yang akan digunakan, untuk selanjutnya
adalah pembuatan media (medium). Menurut pendapat Suriawiria (2005), medium
adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat
digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak pengujian sifat-sifat fisologi dan
perhitungan mikroba.
Dari hasil yang diperoleh kita dapat mengetahui macam-macam medium yang dapat
digunakan dan kita dapat mengetahui cara membuat pertumbuhan mikroorganisme.
Dalam pembuatan pertumbuhan mikroorganisme ini sangat perlu dilakukan, agar pada
seorang praktikan dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan pada mikroorganisme
dapat terjadi dan agar seorang praktikan juga dapat mengetahui bahan-bahan yang
dapat memicu pada pertumbuhan mikroorganisme.
Dalam praktikum ini ada beberapa bahan yang akan kita gunakan dalam membuat
media pertumbuhan pada mikroorganisme yang diantaranya adalahaquades, EMBA
(Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) mempunyai keistimewaan mengandung suatu
laktosa dan juga berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa
seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen
blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini
sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut
adalah E.coli (Pratiwi 2008).
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang
menggunakan pada eosin dan juga metilin blue sebagai indikator memberikan
perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium
tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat
meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya
digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number)
atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air (Hidayah &
Maya, 2012).
Dalam pembuatan medium, harus digunakan juga aqudes atau air murni, karena air
pada umumnya mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tertinggi. Pada
medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) dapat
membantu untuk pertumbuhan pada suatu mikroorganisme (Pratiwi 2008).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kita dapat menyimpulkan bahwa sterilisasi adalah suatu
proses mematikan atau menghilangkan mikroorganisme yang mungkin ada pada suatu
benda, agar banda atau alat yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba
lain. Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum ini dengan dua cara yaitu sterilisasi
kimiawi dan sterilisasi fisika. Sterilisasi kimiawi menggunakan alkohol dan detergen,
sedangkan sterilisasi secara fisika menggunakan pemijran atau dengan api langsung dan
jugs uap air panas bertekanan. Pada praktikum pembuatan media (medium)
menggunakan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
dapat membantu untuk pertumbuhan pada suatu mikroorganisme.
B. Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebelum melakukan praktikum sebaiknya untuk
mensterilkan alat-alat dan diri kita masing-masing agar media atau bahan yang akan
digunkan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, dan pada pembuatan media
(medium) sebaiknya dilakukan dengan teliti agar pada praktikum tidak terjadi kesalah
yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, Slamet dkk. 2007. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan Dan Penelitian
Edisi Ke Enam. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Adji, Dhirgo dkk. 2007. Perbandingan Efektifitas sterilisasi Alkohol 70% Inframerah,
otoklaf Dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Subtilis. Jurnal Saintvet.
Vol 25. No 1. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.55 WIB
Darwis, Darmawan dkk. 2009. Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Selulosa Mikroba
Dengan Iradiasi Bekas Elektron Berdasarkan ISO 11137. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan
Radiasi. ISSN 1907-0322. Vol 5. No 2. Jakarta. Diakses pada tanggal13 Mei 2017 pukul
08.47 WIB
Hidayah, Nur & Maya Shovitri. 2012. Adaptasi Isolat Bakteri Aerob Penghasil Gas
Hidrogen Pada Medium Limbah Organik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 1. ISSN:2301-
928x. Surabaya. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 09.06 WIB