PENGERTIANYA
Suatu refleks dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas dan respon
gerak reflektorik meningkat dari keadaan normal. Rangsangan yang diberikan
harus cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas
sehingga justru melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung
tounus otot sehingga otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit
kontraksi, dan bila hendak dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi
keduanya harus simetris.
Secara umum. Ada 3 unsur yang berperan dalam refleks yaitu jaras aferen, bussur
sentral dan jaras eferen.
Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam
kualitas maupun kuantitas dari refleks. Integritas dari arcus reflek akan terganggu
jika terdapat malfungsi dari organ reseptor, nercus sensorik, ganglion radiks
postreior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ
efektor. Pengetahuan tentang reflek dapat digunakan untuk menentukan jenis
kerusakan yang terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang
reflek:
1. 1. Brainstem reflek
Pittsburgh Brain Stem Score
Cara ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.
No Rrainstem Positive Negative
Reflex
1 Reflex bulu 2 1
mata (kedua
sisi)
2 Reflex kornea 2 1
(kedua sisi)
3 Doll’s eyes 2 1
movement
(kedua sisi)
4 Reaksi pupil 2 1
terhadap cahaya
(kanan)
5 Reaksi pupil 2 1
terhadap cahaya
(kiri)
6 Reflex muntah 2 1
atau batuk
Interpretasi :
Nilai minimum ( 6 )
Nilai Maximum ( 12; semakin tinggi semakin baik)
1. 2. Superficial reflek/skin reflek
2. Reflex Cremaster
a. Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
b. Respon : elevasi testis ipsilateral
c. Afferent : n.ilioinguinalis (L 1-2)
d. Efferent : n. genitofemoralis
C. Cara Kerja
Reflek Fisiologis
1. Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit
2. Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai.
3. Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris
1. Refleks Bisep
a. Pasien duduk di lantai
b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
diletakkan
di atas lengan pemeriksa
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi
lengan setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem
2. Refleks Trisep
a. Pasien duduk dengan rileks
b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani
Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .
Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem
3. Reflesk Brakhioradialis
a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep
b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks
c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan
4. Refleks Periosteum radialis
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan
5. Refleks Periosteum ulnaris
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi
b.Ketukan pada periosteum os. Ulnaris
c. Respon: pronasi tangan
B. CARA KERJA
a. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping
badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah umbilicus. Respon yang
terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
b. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa
menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan
kapas. Respon berupa kedipan mata secara cepat.
c. Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo
otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi
otot biseps.
4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah
pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan
kontraksi otot triseps.
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi. Tunggulah
pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat
kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang
coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
PERLU DIPERHATIKAN:
1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian
(anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa
ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai
bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan
dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan pada
kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Dalam
pemeriksaan refleks, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Relaksasi sempurna. Orasng coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian
(anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa
ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
- Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai
bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
- Pemeriksaan mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan
dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
Ada pun arti penting refleks yaitu :
- Pemeriksaan refleks : bagian pemeriksaan fisis secara umum
- Pemeriksaan khususnya : pasien dengan lesi, UMN, LMN, atau orang yang
ototnya sering lemas.
- Pemeriksaan neurologis : pemeriksaan motorik (motorik kasar dan motorik
halus), pemeriksaan sensorik (raba, suhu, dll), pemeriksaan koordinasi tubuh, dan
pemeriksaan nervus (fungsi nervus I – XII).
Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis. Refleks
fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal
jika tidak terdapat pada manusia. Refleks fisiologis
Pada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan kedua
lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke arah
umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot
dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor.
Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata
ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala.
Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah
digulung membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata
ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa
kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai
terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh
N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .
Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil. Refleks cahay ini juga disebut refleks
pupil.
Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada
sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum
pada ujung distal os radii. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari
processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N.
cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan menggerakkan
m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan
supinasi tangan.
Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf
berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian
melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan
m. brachioradialis.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul
kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan
pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya
adalah kumparan otot (muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex
(stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR),
Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.
Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang
terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles
Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki
didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi
dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo
otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Sedangkan
jika tendo otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan
dan supinasi.
Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan,
misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat
pada saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah,
sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa
nervus dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata
antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus accesoris)
dapat diuji dengan menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya
normal.
Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf. Respon ini
dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang
normal akan menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem
sarafnya tidak normal maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.
Pemeriksaan Neurologi
1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang
sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam,
GCS-nya 3 (1-1-1)
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan
M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal,
penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal,
penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur
kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik /
verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin
terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang
menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan
kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
a. Refleks superficial
• Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra
umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
• Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
• Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi
dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus
c. Refleks patologis
• Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
• Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis
dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
• Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
• Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
• Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
• Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
• Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky
• Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
• Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
• Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
• Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman
• Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan
dengan bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
• Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
d. Refleks primitif
• Sucking refleks
Cara : sentuhan pada bibir
Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu
• Snout refleks
Cara : ketukan pada bibir atas
Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
• Grasps refleks
Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : tangan pasien mengepal
• Palmo-mental refleks
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas
perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan
membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh
sendiri maupun orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
Tujuan :
- Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
- Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian
bagian tertentu
Persiapan alat :
- Meteran
Prosedur pelaksanaan :
A. Otot
1. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati
adanya atrofi atau hipertrofi
2. Jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan
menggunakan meteran
3. Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang
ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh
4. Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif
dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-tiba
secara involunter (spastisitas)
5. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dengan ekstremitas kiri.
6. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara
resisten
B. Tulang
1. Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas
2. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
3. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan
C. Persendian
1. nspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
2. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak,
nodul, dan lain-lain
3. kaji tentang gerak persendian
4. Catat hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
PENGKAJIAN FISIK
EVALUASI DIAGNOSTIK
A. Pemeriksaan Khusus
1. Sinar-X penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan musculoskeletal.
Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur erosi dan perubahan
hubungan tulang. Sinar-X multiple diperlukan untuk pengkajian paripurna
struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang menunjukkan adanya
pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar-X dapat menunjukkan
adanya cairan, iregularitas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
2. Computed Termography (CT scan) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen
atau tendon.
3. Magnetic resonance imaging (MRI) adalah teknik pencitraan khusus,
noninvasif yang menggunakan medan magnet gelombang radio, dan komputer
untuk memperhatikan abnormalitas jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang
rawan.
4. Angiografi adalah pemeriksaan struktur vaskuler.
5. Arteriografi adalah pemeriksaan sistem arteri.
6. Digital substraction angiography (DSA) mempergunakan teknologi komputer
untuk memperlihatkan sistem arterial melalui kateter vena.
7. Venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk
mendeteksi thrombosis vena.
8. Mielografi adalah penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subarachnoid
spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal
atau temnpat adanya tumor,
9. Diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis; suatu bahan kontras
diinjeksikan kedalam diskus dan dilihat distribusinya.
10. Atrografi adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga
sendi untuk melihat struktur jaringan lunak atau kontur sendi.
B. Pemeriksaan Laboratorium