Karakteristik
Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal yang lebih besar
dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal.
Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang
lama. Partikulat merupakan jenis pencemar yang bisa bersifat primer ataupun sekunder tergantung
dari aerosolnya. Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi partikelnya, antara
lain:
Sifat kimia masing-masing partikulat berbeda-beda, akan tetapi secara fisik ukuran partikulat
berkisar antara 0,0002 – 500 mikron. Pada kisaran tersebut partikulat mempunyai umum dalam
bentuk tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur partikulat tersebut
dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan yang ditentukan dari ukuran dan densitas partikulat serta
aliran (turbulensi) udara. Secara umum kenaikan diamter akan meningkatkan kecepatan
pengendapan, dari hasil studi (Stoker dan Seager, 1972) menunjukkan bahwa kenaikan diameter
sebanyak 10.000 akan menyebabkan kecepatan pengendapan sebesar 6 juta kalinya.
Sumber
Secara alamiah, partikulat dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin, proses
vulkanis yang berasal dari letusan gunung berapi, uap air laut. Partikulat juga dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon murni atau
bercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya penggunaan mesin diesel yang tidak terpelihara
dengan baik dan pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks
dari butir-butiran tar. Jika dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan
gas pada umunya menghasilkan partikulat dalam jumlah yang lebih sedikit. Emisi partikulat
tergantung pada aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti
transportasi kendaraan bermotor, industri berupa proses (penggilingan dan penyemprotan) dan
bahan bakar industri, dan sumber-sumber non industri, misalnya pembakaran sampah baik
domestik ataupun komersial. (Yusra, 2010)
Gambar 2. Sumber-sumber partikulat: proses vulkanis gunung berapi, debu yang terbawa angin,
kebakaran, uap air laut, pembakaran di industri, pembakaran dari kendaraan bermotor. (Sumber: Alfiah,
2009)
Terdapat hubungan antara ukuran partikulat polutan dengan sumbernya. Partikulat yang
berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin,
penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.
Partikulat yang berukuran diameter 1 – 10 mikron biasanya termasuk tanah, debu, dan produk-
produk pembakaran dari industri lokal dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut.
Partikulat yang berukuran antara 0,1 – 1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran
dan aerosol fotokimia. Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum
diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran, seperti
pembakaran bahan bakar fosil. (BPLHD Jabar, 2009)
Dampak
Dampak terhadap Kesehatan
Keberadaan partikulat di udara secara potensial menyebabkan kerugian, seperti pada kesehatan
paru-paru dan dapat mereduksi jarak penglihatan (visibilitas). Besarnya efek yang ditimbulkan
oleh partikulat bergantung pada besar kecilnya ukuran partikulat, konsentrasi, dan komposisi fisik-
kimia di udara. Partikulat dapat memberikan efek berbahaya terhadap kesehatan manusia melalui
mekanisme sebagai berikut.
Polutan partikulat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernapasan, oleh karena
itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor yang paling
berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikulat, karena ukuran
partikulat yangmenentukan seberapa jauh penetrasi partikulat ke dalam sistem pernafasan.
Gambar 3. Proses masuknya partikulat ke dalam saluran pernafasan (Sumber: Alfiah, 2009)
Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikulat-
partikulat, baik berbentuk padat maupun cair, ke dalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan
mencegah masuknya partikulat-partikulat berukuran besar, sedangkan partrikel-partikulat yang
lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat di sepanjang sistem
pernafasan dan merupakan permukaan tempat partikulat menempel.
Pada beberapa bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang bergerak ke depan
dan ke belakang bersama-sama mukosa sehingga membentuk aliran yang membawa partikulat
yang ditangkapnya keluar dari sistem pernafasan ke tenggorokan, dimana partikulat tersebut
tertelan. Partikulat yang mempunyai diameter lebih besar dari pada 5,0 mikron akan berhenti dan
terkumpul terutama di dalam hidung dan tenggorokan. Meskipun partikulat tersebut sebagian
dapat masuk ke dalam paru-paru tetapi tidak pernah lebih jauh dari kantung-kantung udara atau
bronchi, bahkan segera dapat dikeluarkan oleh gerakan silia.
Partikulat yang berukuran diameter 0,5 - 5,0 mikron dapar terkumpul di dalam paru-paru sampai
pada bronchioli, dan hanya sebagian kecil yang sampai pada alveoli. Sebagian besar partikulat
yang terkumpul di dalam bronchioli akan dikeluarkan oleh silia dalam 2 jam. Partikulat yang
berukuran diameter kurang dari 0,5 mikron dapat mencapai dan tinggal di dalam alveoli.
Pembersihan partikulat-partikulat yang sangat kecil tersebut dari alveoli sangat lambat dan tidak
sempurna dibandingkan dengan di dalam saluran yang lebih besar. Beberapa partikulat yang tetap
tertinggal di dalam alveoli dapat terabsorpsi ke dalam darah. (BPLHD Jabar, 2009)
Mekanisme pertahanan saluran terhadap partikulat secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. 40% partikel dengan diameter 1-2 µm tertahan dalam bronkheoli dan alveoli
2. Partikel dengan diameter 0.25-1 µm retensi dalam saluran pernafasan turun karena dapat
dibuang atau dihembuskan saat bernafas
3. Diameter partikel ≤ 0.25 µm retensinya menurun karena adanya gerak brown
Gambar 4. Mekanisme pertahanan organ pernafasan berdasarkan distribusi ukuran partikulat. (Sumber:
Alfiah, 2009)
1. Necrosis
Necrosis adalah hilangnya warna pada daun. Necrosis menandakan adanya jaringan yang mati
pada struktur daun.
2. Chlorosis
Chlorosis adalah hilangnya klorofil. Chlorosis merupakan gejala umum pada tumbuhan yang
umumnya disebabkan kekurangan beberapa nutrien. Chlorosis ini ditandai dengan adanya warna
hijau pucat atau kuning pada struktur daun.
3. Bercak pada permukaan atas daun
(Alfiah, 2009)
Karakteristik
Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal yang lebih besar dari
0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat
dapat berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat
merupakan jenis pencemar yang bisa bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya.
Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi partikelnya, antara lain:
Sifat kimia masing-masing partikulat berbeda-beda, akan tetapi secara fisik ukuran partikulat berkisar
antara 0,0002 – 500 mikron. Pada kisaran tersebut partikulat mempunyai umum dalam bentuk
tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur partikulat tersebut
dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan yang ditentukan dari ukuran dan densitas partikulat serta
aliran (turbulensi) udara. Secara umum kenaikan diamter akan meningkatkan kecepatan pengendapan,
dari hasil studi (Stoker dan Seager, 1972) menunjukkan bahwa kenaikan diameter sebanyak 10.000 akan
menyebabkan kecepatan pengendapan sebesar 6 juta kalinya.
Proses Photocatalysis (Sumber: BPLHD Jabar, 2009)
Partikulat yang berukuran 2 – 40 mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan terus di udara dan
akan segera mengendap. Partikulat yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai
kecepatan pengendapan, tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara.
Sifat partikulat lainnnya yang penting adalah kemampuannya sebagai tempat absorbsi (sorbsi secara
fisik ) atau kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini merupakan fungsi dari luas
permukaan. Jika molekul terosorbsi tersebut larut di dalam partikulat, maka keadaannya disebut
absorbsi. Jenis sorbsi tersebut sangat menentukan tingkat bahaya dari partikulat.
Sifat partikulat lainnya adalah sifat optiknya. Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1
mikron berukuran sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar sehingga
partikulat-partikulat tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan
refraksi. Partikulat yang berukuran lebih besar dari 1 mikron ukurannya jauh lebih besar dari panjang
gelombang sinar tampak dan merupakan objek makroskopik yang menyebarkan sinar sesuai
denganpenampang melintang partikulat tersebut. Sifat optik ini penting dalam menentukan pengaruh
partikulat atmosfer terhadap radiasi dan visibilitas solar energy. (BPLHD Jabar, 2009)
Sumber
Secara alamiah, partikulat dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin, proses
vulkanis yang berasal dari letusan gunung berapi, uap air laut. Partikulat juga dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon murni atau
bercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya penggunaan mesin diesel yang tidak terpelihara
dengan baik dan pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari
butir-butiran tar. Jika dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada
umunya menghasilkan partikulat dalam jumlah yang lebih sedikit. Emisi partikulat tergantung pada
aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti transportasi kendaraan
bermotor, industri berupa proses (penggilingan dan penyemprotan) dan bahan bakar industri, dan
sumber-sumber non industri, misalnya pembakaran sampah baik domestik ataupun komersial. (Yusra,
2010)
Gambar 2. Sumber-sumber partikulat: proses vulkanis gunung berapi, debu yang terbawa angin,
kebakaran, uap air laut, pembakaran di industri, pembakaran dari kendaraan bermotor. (Sumber: Alfiah,
2009)
Terdapat hubungan antara ukuran partikulat polutan dengan sumbernya. Partikulat yang berdiameter
lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan
penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikulat yang
berukuran diameter 1 – 10 mikron biasanya termasuk tanah, debu, dan produk-produk pembakaran dari
industri lokal dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut.
Partikulat yang berukuran antara 0,1 – 1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran dan
aerosol fotokimia. Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi
secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran, seperti pembakaran bahan bakar
fosil. (BPLHD Jabar, 2009)
Dampak
Partikulat mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di dalam saluran
pernafasan dapat mengganggu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya
Partikulat mungkin membawa substansi toksik / gas-gas berbahaya melalui absorpsi, sehingga
molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif.
Polutan partikulat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernapasan, oleh karena itu
pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor yang paling
berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikulat, karena ukuran partikulat
yangmenentukan seberapa jauh penetrasi partikulat ke dalam sistem pernafasan.
Gambar 3. Proses masuknya partikulat ke dalam saluran pernafasan (Sumber: Alfiah, 2009)
Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikulat-
partikulat, baik berbentuk padat maupun cair, ke dalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan mencegah
masuknya partikulat-partikulat berukuran besar, sedangkan partrikel-partikulat yang lebih kecil akan
dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat di sepanjang sistem pernafasan dan merupakan
permukaan tempat partikulat menempel.
Pada beberapa bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang bergerak ke depan dan ke
belakang bersama-sama mukosa sehingga membentuk aliran yang membawa partikulat yang
ditangkapnya keluar dari sistem pernafasan ke tenggorokan, dimana partikulat tersebut tertelan.
Partikulat yang mempunyai diameter lebih besar dari pada 5,0 mikron akan berhenti dan terkumpul
terutama di dalam hidung dan tenggorokan. Meskipun partikulat tersebut sebagian dapat masuk ke
dalam paru-paru tetapi tidak pernah lebih jauh dari kantung-kantung udara atau bronchi, bahkan segera
dapat dikeluarkan oleh gerakan silia.
Partikulat yang berukuran diameter 0,5 - 5,0 mikron dapar terkumpul di dalam paru-paru sampai pada
bronchioli, dan hanya sebagian kecil yang sampai pada alveoli. Sebagian besar partikulat yang terkumpul
di dalam bronchioli akan dikeluarkan oleh silia dalam 2 jam. Partikulat yang berukuran diameter kurang
dari 0,5 mikron dapat mencapai dan tinggal di dalam alveoli. Pembersihan partikulat-partikulat yang
sangat kecil tersebut dari alveoli sangat lambat dan tidak sempurna dibandingkan dengan di dalam
saluran yang lebih besar. Beberapa partikulat yang tetap tertinggal di dalam alveoli dapat terabsorpsi ke
dalam darah. (BPLHD Jabar, 2009)
Mekanisme pertahanan saluran terhadap partikulat secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. 40% partikel dengan diameter 1-2 µm tertahan dalam bronkheoli dan alveoli
2. Partikel dengan diameter 0.25-1 µm retensi dalam saluran pernafasan turun karena dapat
dibuang atau dihembuskan saat bernafas
1. Necrosis
Necrosis adalah hilangnya warna pada daun. Necrosis menandakan adanya jaringan yang mati pada
struktur daun.
2. Chlorosis
Chlorosis adalah hilangnya klorofil. Chlorosis merupakan gejala umum pada tumbuhan yang umumnya
disebabkan kekurangan beberapa nutrien. Chlorosis ini ditandai dengan adanya warna hijau pucat atau
kuning pada struktur daun.
3. Bercak pada permukaan atas daun
(Alfiah, 2009)