Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami perubahan dari tubuh
secara autonom, yang lepas kendali dari pertumbuhan sel normal
sehingga bentuk dan strukturnya berbeda dengan sel normal.
Perbedaan karakter sel tumor nantiya bergantung pada seberapa besar
penyimpangan bentuk, juga fungsi autonominya dalam sifat
perkembanganya, dan kemampuannya berinfiltrasi, dan bermetastasis
(Sjamsuhidajat, 2010). Tumor tulang relatif jarang terjadi, insidennya
hanya 0, 2% dari seluruh neoplasma yang di derita manusia. bila
dibandingkan dengan tumor jaringan lunak, insidens tumor tulang 10
kali lebih rendah, insidens tumor tulang jinak dan ganas sangat erat
hubungannya dengan usia penderita. sarkoma tulang mempunyai 2
puncak insidens yaitu puncak pertama pada usia 20-an dan puncak
kedua pada usia di atas 60 tahun (Sjamsuhidajat, 2010).
Menurut WHO insiden tumor primer pada tulang ialah 0, 2% dari
seluruh tumor yang terjadi pada manusia. Menurut American Society of
Clinikal Oncologi (2014), diperkirakan terdapat 3.020 orang dari
berbagai usia dengan jumlah 1.680 laki-laki 1.340 perempuan di
Amerika serikat terdiagnosis menderita tumor tulang. Diperkirakan
1.460 diantaranya yang terdiri dari 830 laki-laki dan 630 perempuan
meninggal karena kasus ini. Di Indonesia sendiri menurut data dari
Riskesdas 2007-2008 prevelensi nasional penyakit tumor atau kanker
adalah 0, 4% dan dari Badan Registrasi Kanker (BRK) dari tahun 2003
telah didapatkan 257 kasus tumor ganas di tulang, 196 di antaranya
adalah tumor primer. Dan tumor ganas di Indonesia adalah 1, 6% dari
seluruh jenis tumor ganas di tubuh manusia. Hasil ini menunjukkan
angka kejadian lebih tinggi dari data WHO. Setiap tahun tidak kurang
240.000 kasus kanker tulang terjadi di Indonesia, terdiri dari tumor jinak
dan tumor ganas (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Di laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful
Anwar Malang didapatkan kecenderungan insiden tumor tulang yang
meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2005 didapatkan 12 kasus tumor
tulang jinak dan ganas yang diperiksa histopatologi. Pada tahun 2006
jumlah kasusnya meningkat menjadi 16 dan pada tahun 2007
meningkat lagi menjadi 17 kasus (Norahmawati, 2009). Sebagian besar
tumor jaringan lunak bersifat jinak, dan mempunyai angka kesembuhan
tinggi jika ditangani dengan pembedahan, sel tumor bersifat parasitik
dan menjadi pelawan bagi sel jaringan normal untuk kebutuhan
metabolismenya (Helmi, 2011).
Peran perawat sebagai care provider yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu yang difokuskan pada penanganan nyeri,
penanganan nutrisi dan gangguan tidur, Peran perawat sebagai client
advocate, perawat juga sebagai pelindung pasien, yaitu membantu
untuk mempertahankan lingkungan yang aman untuk pasien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi dari tumor
tulang. Peran perawat sebagai counselor yaitu sebagai tempat
konsultasi dari masalah yang dialami dan memotivasi pasien dengan
tumor tulang dengan mengadakan perencanaan sesuai dengan cara
pemberian pelayanan asuhan keperawatan. Perawat juga sebagai
educator yaitu memberikan penyuluhan kesehatan mengenai
pengertian tumor tulang penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan cara
perawatannya sehingga keluarga mampu merawat pasien di rumah
dengan baik. Perawat berperan sebagai coordinator yaitu dengan
mengarahkan dan merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan pasien tumor tulang (Pahlevi, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
osteosarkoma
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma
c. Memaparkan intervensi keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma
d. Memaparkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
osteosarkoma
e. Memaparkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik
yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi
yang jauh dalam tubuh (Wong, 2003).
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang muncul
dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003). Sarkoma osteogenik
(Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut (Price. 1998).
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas)
ditemukan di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker
tulang. Osteosakroma merupakan kanker tulang primer yang paling
sering terjadi pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan
dan wanita dengan rasio 1,5:1 (Souhami & Tobias,1986).

B. Etiologi
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, osteosarcoma
yang tidak diketahui penyebabnya merupakan osteosarcoma primer
sedangkan osteosarcoma sebagai akibat keadaan lainnya merupakan
osteosarcoma sekunder. Osteosarcoma sekunder misalnya terjadi
pada penderita Paget disease, dysplasia fibrosa, radiasi ionisasi
eksternal atau adanya riwayat makan atau terpapar zat radioaktif.
Tetapi ada berbagai macam faktor predisposisi sebagai penyebab
osteosarkoma.
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
osteosarkoma antara lain:
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak
dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur
akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita
tuberkulosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi
osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma
baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk
menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma manusia tidak
berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel
seperti virus pada sel osteosarkoma dalam kultur jaringan.
5. Keturunan (Genetik)
Anak – anak yang mengalami osteosarcoma sangat mungkin
mengalami turunan genetik dari generasi sebelumnya (ayah/ibu)
sekalipun belum ada peneliti manapun yang menemukan
kemungkinan ini. Mungkin kelainan genetik pada kromosom
seseorang bisa memicu osteosarcoma. Apapun itu, sebaiknya
penderita memeriksa tubuh ke otoritas medis secara berkala dan
konsisten untuk mencegah kemungkinan sekecil apapun
terjangkitnya osteosarcoma atau penyakit lainnya. Sebagaimana
diketahui bahwa osteosarcoma termasuk tumor ganas. (Porter et
al, 1992).

C. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis
tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. Penyebab osteosarkoma belum
jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu
predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus
onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan.
Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma.
Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan
secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari
tulang memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis
osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan
tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis
dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor
kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara
hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan
didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat
diagnosis ditegakkan (Salter, robert : 2006). Adanya tumor di tulang
menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi,
beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang
sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian
metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur,
ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri
dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan
sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau
miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor
pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses
metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang
disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum
dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-
timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang
menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-
kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang
sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas
atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya
menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada
ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium
dari tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu
makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul
sesuai dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi
apabila mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit
infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan
perdarahan.
a. Akibat riwayat trauma dan atau cidera yang berkaitan dengan
olahraga yang tidak berhubungan
b. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum
c. Keterbatasan gerak
d. Kehilangan berat badan
e. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena
f. Lesi primer dapat mengenai semua tulang
g. Malaise
h. Demam

E. Klasifikasi Kanker Tulang


Penyakit Osteosarkoma memiliki klasifikasi sebagai berikut:
1. Local Osteosarkoma
Dalam Local Osteosarkoma ini sel kanker yang terdapat pada
seseorang belum menyebar ke bagian tubuh / tulang yang lainnya.
Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat sensitifitas seseorang terhadap
keadaan tubuhnya sehingga sedikit saja merasakan kelainan maka
akan segera mengidentifikasi dan atau pergi ke dokter untuk
melakukan diagnosa. Maka dari itu, untuk mencegah penyakit ini
semakin berkembang peranan diagnosa dini sangat diperlukan.
2. Metastatic Osteosarkoma
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang
paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke
tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma
dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat
terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarcoma, tumor muncul dalam
2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Osteosarkom Berulang
Osteosarkoma berulang artinya penyakit kanker yang tadinya telah
tertangani, kambuh lagi (recurred). Hal ini bisa terjadi pada bagian
tulang yang sama dengan ketika pertama kali osteosarkoma
muncul, atau bisa juga pada bagian tubuh yang lainnya.
Osteosarkoma berulang memang langka terjadi, namun bukannya
tidak mustahil.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar
alkali fosfatase serum meningkat (pada sarkom).
b. Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum
tulang karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah
sel darah putih atau hitungan trombosit.
c. Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim
yang disebut basa phosphatise pada pasien dengan
osteosarkoma

2. Radiologi
a. Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif
biaya penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang
dicurigai. Pasien yang menyajikan ke dokter dengan fraktur
mungkin memiliki kanker tulang yang mendasari yang dapat
diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang pasien
disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
b. MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan
medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat
tulang dan organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk
mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.
c. CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang
melihat ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada
dapat mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
d. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi
kanker tulang. Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari
daerah yang terkena dampak dari tulang dan menodai dengan
pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau
kelas kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini
membantu dalam perencanaan manajemen kanker dan juga
membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua
metode - inti biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti
dilakukan setelah menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis
jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus. Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi
umum. Dokter bedah membuat sayatan atas tulang yang
terpengaruh kanker dan menghapus bagian yang lebih besar
dari tulang untuk analisis.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan medis adalah sebagai berikut:
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat
jaringan ganas dengan metode seefektif mungkin :
a. Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan
mengamputasi
b. Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus
baik (2500-3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum
kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia
c. Bifosfonat : berfungsi untuk menekan laju destruksi dan
pembentukan tulang yang berlebihan akibat metastasis.
d. Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel
kanker didalam tubuh. Kemoterapi dapat diberikan per-oral
maupun intravena. Terapi hormon digunakan untuk
menghambat aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan
kanker.
e. Radioterapi
Berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol
pertumbuhan tumor di area metastasis.
f. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi
fraktur. Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk
mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan
beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang
telah rusak oleh metastasis.

Teknik Pembedahan :

1) Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas


tumor secara histologis, tetapi mempertahankan struktur-
struktur neurovaskuler yang utama.
2) Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan
mengamputasi. Indikasi amputasi primer adalah lesi yang
terjadi secara lambat yang melibatkan jaringan
neurovaskuler, menyebabkan firaktur patologis (terutama
raktur proksimal), biopsi insisi yang tidak tepat atau
mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang
luas.
3) Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari
jaringan normal dari jaringan disekitarnya, pegankatan
seluruh serabut otot mulai dari origo sampai insersinya dan
reseksi tulang yang terkena termasuk struktur pembuluh
darah.
4) Prosedur tikhofflinbekrg, teknik pembedahan ini digunakan
pada lesi humerus bagian proksimal dan meliputi reaksi
enblock skapula, bagian humerus dan klavikula.
5) Pilihan Rekonstruksi
6) Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan
ekstremitas, usia, insisi biopsi dan fungsi pasca bedah
ekstremitas yang dipertahankan lebih dari fungsi alat
prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan
penggunaan berbagai bahan logam maupun sintesis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan
farmakologi ( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta
anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga
perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik
relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan
tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program
terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer.
2001).

H. Komplikasi
1. Nekrosis jaringan
Salah satu akibat dari lanjutan proses keganasan adalah
terjadinya jaringan nekrosis. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan neoplasma yang terlalu cepat sehingga jaringan yang
terletak di sebelah sentral dari tumaor tersebut tidak mendapat
vaskularisasi yang cukup.
Jaringan nekrosis ini, selain menimbulkan bau yang
mengganggu bagi penderita maupun sekelilingnya, juga akan
mengakibatkan nyeri. Nyeri akan diperberat apabila jaringan ini
terinfeksi oleh kuman-kuman. Keadaan ini sering terjadi pada
keganasan yang terjadi di daerah mulut, lidah atau gusi, kavum
nasi, orofaring, juga terkadang pada payudara.
2. Meningkatnya angka mortalitas
Penyakit osteosarkoma merupakan penyakit yang cukup
serius. Apabila tidak segera ditangani akan sangat memungkinkan
terjadinya kematian. Apabila sel kanker yg terdapat pada tulang itu
sudah di ambil (amputasi) bukan berarti sel kanker itu hilang
semuanya, karena sel kanker memiliki sifat residif (dapat muncul
kembali).
3. Menyebarnya sel kanker
Masyarakat sering mengganggap kanker tulang hal yang
sepele, misalnya penderita yang mengeluh benjolan di paha atau
patah tulang spontan yang disebabkan benturan ringan yang
sebelumnya penderita memang sudah memiliki tumor terlebih
dahulu dibawa ke pengobatan alternatif. Jika dalam kondisi seperti
ini dilakukan pengurutan bisa mengakibatkan tumor tadi pecah dan
menyebar, maka tindakan mengurut itu sangat berbahaya.
I. Asuhan Keperawatan Teoritis Kanker Tulang
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien : Identits klien( nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS, diagnose medis ). Kanker tulang
( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25
tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
osteosarkoma ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan
minuman yang mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan
epidemiologi (tempat, waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu
terjadinya osteosarkoma adalah yang sering terkena radiasi seperti
tenaga kesehatan bagian O.K, tenaga kerja pengembangan
senjata nuklir, tenaga IT. Pendidikan berkisar antara SMP samapai
Sarjana. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak
perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah
kaki atau tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi
pembengkakan biasanya di daerah tulang panjang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan
pada tulang, demam, nyeri progresif, kelemahan, parestesia,
paraplegia, retensi urine, anemia. Pembengkakan pada atau di
atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.
Peningkatan kadar kalsium dalam darah. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. Sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika
pasien pertama kali berobat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar
radio aktif dosis tinggi. Kemungkinan sering mengkonsumsi
kalsium dengan batas tidak normal. Kemungkinan sering
mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang
menderita kanker tulang dan kanker lainnya.

3. Pola-Pola Fungsi Kesehatan Gordon


1) Pola persepsi terhadap Kesehatan
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
 Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
 Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
 Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan kanker tulang akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari rasa nyeri yang
berlebihan.
3) Pola eliminasi
 Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
 Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
 Pasien aktivitasnya akan berkurang akibat adanya nyeri
pada lokasi tumor tulang.
 Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
 Adanya nyeri pada kanker tulang akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat . Selain
itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana
banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
6) Pola Neurosensori
Pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara
normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
memahami, keadekuatan alat sensori, seperti penglihatan
pendengaran, pengecapan, penghidu, persepsi nyeri, tingkat
ansietas, kemampuan fungsional kognitif.
7) Peran hubungan
Klien akan mengalami kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap.
8) Pola Persepsi dan konsep diri
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
9) Seksualitas
Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap, mengalami keterbatasan gerak, serta
merasa nyeri. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak dan lama perkawinan.
10) Pola mekanisme koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk
menjalani pengobatan yang intensif.
Pola koping yang umum, perhatian utama tentang
perawatan di rumah sakit atau penyakit (finansial, perawatan
diri), hal yang dilakukan saat ada masalah, toleransi stress,
sistem pendukung, kemampuan yang dirasakan untuk
mengendalikan dan menangani situasi, penggunaan obat-
obatan dalam menangani stress, dan keadaan emosi sehari-hari.
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani
pengobatan yang intensif.
11) Nilai kepercayaan/ spiritual
Klien kanker tulang tidak dapat melakukan ibadah dengan baik,
hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.
4. Pemeriksaan Fisik Kanker Tulang
a. Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta
kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat.
b. Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah
icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis
atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-)
c. Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
d. Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
e. Paru
1) Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi.
dipsnea (-), retraksi dada (-), takipnea (+)
2) Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi,
wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti
broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
f. Jantung
1) Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
2) Palpasi : iktus kordis biasanya teraba serta adanya pelebaran
vena, nadi meningkat.
3) Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-
7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
4) Auskultasi : disritmia jantung.
g. Abdomen
1) Inspeksi : Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan
kesemitrisan abdomen. Ada konstipasi atau diare.
2) Auskultasi : Bising usus
3) Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar
dan lien tidak membesar suara tymphani.
4) Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
h. Ekstremitas
1) Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas menurun, rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya
masa, nyeri, pembengkakan ekstremitas yang terkenal.
2) Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di
atas massa serta adanya pelebaran vena, terjadi kelemahan
otot pada pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis b/d Agen cedera biologis
2. Hambatan Mobilitas Fisik b/d gangguan muskuloskeletal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah, anoreksia
4. Kerusakan integritas kulit b/d efek samping terapi radiasi
5. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru
yang terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak
terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal dari dalam tulang juga
timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan
dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan Tumor Tulang di Ruang Rawat Inap Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2018, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian pada pasien didapatkan hasil bahwa pasien mengeluh
nyeri pada paha yang bengkak di sebelah kanan, pasien juga
mengeluh sulit untuk berjalan dan sulit untuk menggerakkan kaki
yang bengkak, serta pasien juag mengeluh cemas dengan
kondisinya saat ini.
2. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan 3 diagnosa
yang ditemukan diantaranya yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan muskuloskletal, dan Ansietas berhubungan dengan
perubahan dalam status kesehatan.
3. Intervensi yang diiberikan pada pasien sesuai dengan intervensi
NOC dan NIC sesuai diagnosa keperawatan.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 03-08 April 2018
diantaranya mengajarkan pasien teknik manajemen myeri dengan
nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik, mengukur tanda-
tanda vital, serta membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
5. Evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP dari tindakan yang
sudah dilakukan didasarkan pada kriteria hasil yang diharapkan
yaitu pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis teratasi sebagian, diagnosa kedua hambatan mobilitas
fisikr teratasi sebagian, dan pada diagnosa ansietas berhubungan
dengan perubahan dalam status kesehatan teratasi sebagian.

B. Saran
1. Bagi Ruang Rawat Inap Trauma Center
Diharapakan dapat mempertahankan pelayanan kesehatan yang
tepat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien serta
dapat memantau respon pasien dan keluhan pasien terhadap nyeri
dan memberikan penkes terkait keluhan cemas yang dirasakan
pasien serta membantu pasien dalam melatih aktivitas yang mampu
dilakukan pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan penerapan asuhan
keperawatan secara tepat dan dapat mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner
dan Suddart. Jakarta: EGC.

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I.


Jakarta: Salemba Medika.

Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:


EGC.

Suzanne, C. Smeltzer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :


EGC.

Anda mungkin juga menyukai