NASKAH PSIKIATRI
BAGIAN PSIKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Skizofrenia merupakan sebuah penyakit kronik prognosis pasien beragam
tergantung dari faktor risiko yang miliki oleh individu pasien itu sendiri.
Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke lingkungan tempat tinggal pasien
sangat mempengaruhi proses perbaikan fungsi pasien, sehingga dibutuhkan sekali
dukungan dari keluarga ataupun masyarakat kepada pasien dengan skizofrenia
supaya tidak menjadi beban bagi keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu
penting bagi klinisi untuk memahami skizofrenia.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,
memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi,
etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizofrenia
paranoid.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk
kepada berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
meningkatkan aktifitas dopaminergik seperti ampetamin yang merupakan
suatu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah hiperaktif
dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu
banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi mekanisme tersebut.5
b. Hipotesis Norepineprin
Meningkatnya level norepinefrin pada penderita skizofrenia
menunjukkan meningkatnya kepekaan untuk masukan sensorik.5
c. Hipotesis Gamma aminobutyric acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-aminobutiryc acid
(GABA) dikaitkan dengan patofisiologi skizofrenia didasarkan pada
penemuan bahwa beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan
neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki efek
regulatory pada aktivitas dopamin dan kehilangan neuron inhibitory
GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron
dopaminergic.5
d. Hipotesis Serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan sebagai
penyebab gejala positif dan negatif pada skizofrenia.5
e. Hipotesis Glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu
antagonis glutamat menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa dengan
skizofrenia.5
f. Teori Neurodevelopmental
Dibuktikan dengan adanya migrasi neunoral yang abnormal pada
trimester kedua pada masa perkembangan janin. Hal ini mungkin
mengarah ke simtom-simtom skizofrenia yang akan muncul pada masa
remaja.5
3. Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan yang
signifikan yang memperhatikan suatu dasar neuropatologis potensial untuk
skizofrenia, terutama pada sistem limbik dan ganglia basalis, termasuk
6
neuropatologi atau abnormalitas neurokimia pada korteks serebri, talamus, dan
batang otak.5
4. Faktor Psikososial
a. Teori psikoanalitik
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
fiksasi (ketidakmampuan mengendalikan rasa takut) dalam perkembangan
yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan neurosis
(ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stres) dan juga bahwa
adanya efek ego berperan dalam gejala skizofrenia.5
b. Teori belajar
Pada teori ini, skizofrenia berkembang oleh karena hubungan
interpersonal yang buruk karena mengikuti contoh atau model yang buruk
selama masa kanak-kanak.5
c. Dinamika keluarga
Penelitian di Inggris pada anak berusia 4 tahun yang memiliki
hubungan yang buruk dengan ibunya, ternyata berpeluang 6 kali lipat
berkembang menjadi skizofrenia. Akan tetapi tidak ada bukti yang kuat
bahwa pola dalam keluarga berperan penting sebagai penyebab terjadinya
skizofrenia.5
7
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga
tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
b. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
c. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain dan suka melamun.
d. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
e. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
f. Sulit dalam berpikir nyata.
g. Pola pikir steorotip.
h. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
8
broadcasting”, yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
2. “Delusion of control”, yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar. “Delusion of influence, yaitu waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekutan tertentu dari luar. “ Delusion of
passivity”, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau pengindraan khusus).
“Delusional perception”, yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide yang berlebihan (over-value ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan mennurunnya kinerja
9
sosial, tetapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan depresi atau
neuroleptika.
9. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dan dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
10
1. Waham kejaran, rujukan (reference), “exalted birth” (merasa dirinya tinggi,
istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan.
2. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
3. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(mg/hari) (mg/hari)
FGA/ Tipikal
Fluphenazin 2 - 20 2 40
Perphenazin 10 - 64 10 64
Trifluoperazin 5 - 40 5 80
Haloperidol 2 - 20 2 100
Loxapin 10 - 80 10 250
11
Molindon 10 - 100 10 225
Thiothixen 4 – 40 4 60
SGA/Atipikal
Aripiprazol 15 - 30 30
Olanzapin 10 - 20 20
Paliperidon 3 -9 12
Risperidon 2-8 16
12
Gambar 2.1 Algoritma penggunaan obat antipsikotik pada skizofrenia6
13
2.8 Prognosis
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam skizofrenia di
bawah ini.5
a. Skizofrenia prognosis baik
Berkaitan dengan onset lambat, faktor pencetus yang jelas, onset akut,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang baik, gejala gangguan
mood (terutama gangguan depresif), menikah, riwayat keluarga gangguan
mood, sistem pendukung yang baik dan gejala positif.
b. Skizofrenia prognosis buruk
Berkaitan dengan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang buruk, perilaku menarik
diri, austistik, tidak menikah, bercerai, atau janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung yang buruk, gejala negatif, tanda dan gejala
neurologist, riwayat trauma prenatal, tidak ada remisi dalam tiga tahun, sering
relaps dan riwayat penyerangan.
14
BAB 3
LAPORAN KASUS
15
2. Alloanamnesis (Adik kandung pasien) via handphone
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien tidak mau makan, mandi, dan selalu mengurung diri di kamar.
3. Keluhan Utama
Pasien tidak merasa ada keluhan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang oleh keluarga
pada tanggal 8 Agustus 2019 karena pasien tidak mau makan, mandi, dan
selalu mengurung diri di kamar. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit
pasien suka memaksakan kehendak dan berpikiran buruk dengan orang
sekitar, pasien merasa orang lain akan berbuat jahat kepada dia.
Pasien suka mengumpulkan batu-batu di sungai, pasien merasa
batu-batu itu memiliki kekuatan magis. Pasien juga mengatakan bahwa
pasien mulai melakukan puasa Daud dalam beberapa bulan ini. Dengan
melakukan puasa Daud tersebut pasien bisa mendengar suara Tuhan yang
menyuruhnya untuk menikah. Pasien juga mendengar burung-burung
mengatakan kepada pasien bahwa kalau pasien mati pasien akan menjelma
menjadi burung. Pasien merasa memiliki naga di rumahnya saat ini.
16
jualannya. Tahun 2003 pasien meminta uang jutaan dan ingin pergi ke
Jakarta. Namun, tidak diberi oleh keluarga. Pasien mengamuk dan
mengambil balok kayu kemudian memukuli kaca mobil. Namun, akhirnya
pasien pergi juga ke Jawa. Di Jawa pasien menjual kain dan mulai
menggunakan ekstasi.
Setahun kemudian (tahun 2004) pasien balik ke padang. Pasien
mulai menunjukkan gangguan jiwa sejak tahun 2012. Pasien sudah 10 kali
dirawat di RSJ Prof HB Saanin. Pasien berpikiran buruk dengan orang
sekitar, pasien merasa orang lain akan berbuat jahat kepada pasien; pasien
berbicara ngawur; berbicara vulgar; mengumpulin batu; makan kupu-kupu,
dan kotoran sendiri; serta tidak mau makan, mandi, dan mengurung diri di
kamar.
Pasien 3 kali percobaan bunuh diri; percobaan pertama pasien
minum obat sebanyak-banyaknya; yang kedua pasien melompat dari
jembatan ke sungai; dan yang terakhir pada tahun 2017 pasien ingin
memotong kelaminnya (sempat dicegah keluarga).
17
Umur 68 tahun 59 tahun
Alamat Payakumbuh Payakumbuh
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - -
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
- Bapak (Dijelaskan oleh adik kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( +), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( -
), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (
- ), Tak bertanggung jawab ( - ).
- Ibu ( Dijelaskan oleh adik kandung pasien dapat dipercaya / diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( + ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ),
Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat
( - ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ),
Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ),
Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).
c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke 2.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk
pasien sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (38 Tahun) 2. Lk/ Pr (36 Tahun) 3. Lk/Pr (32 Tahun)
4. Lk/ Pr ( 29 Tahun ) 5. Lk/Pr ( 27 Tahun )
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan
serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang
tua.*
18
Saudara Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara
ke perilaku (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Biasa
2 - -
3 Biasa, suka bergaul Biasa
4 Biasa, suka bergaul Biasa
5 Biasa, suka bergaul Biasa
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku (akrab/biasa,/kurang
/tak peduli)
1- - -
19
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
kema Pedegree
38 36 32 29 27
Keterangan
Pasien Laki-laki
Perempuan
1. Rumah - - - +
orang tua
20
Kesehatan Fisik : Sehat
Kesehatan Mental : Sehat
- Keadaan melahirkan :
Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan
jenis tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan
(ya/tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
Minum ASI : sampai umur 1 tahun
Usia mulai bicara : 1 tahun 6 bulan
Usia mulai jalan : 1 tahun
Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di
tempat tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-
), kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (+), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain
21
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun 13 tahun - -
Prestasi* Baik Baik - -
Sedang Sedang - -
Kurang Kurang - -
Aktifitas Sekolah* Baik Baik -
Sedang Sedang - -
Kurang Kurang - -
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik - -
Kurang Kurang - -
Sikap Terhadap Guru Baik Baik - -
Kurang Kurang - -
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) - -
Tingkah Laku ( baik ) ( kurang ) - -
22
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-
), apartemen (-) , rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi
23
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (
- ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan
lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain ( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( -
), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( -
), sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendalian terhadap impuls ( - ), gangguan identitas ( -
), afek yang tidak mantap ( - ), tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan
lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial ( - ), menghindari aktivitas sosial atau
24
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak ( - )
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(-)
25
), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ),
kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk
antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam
keluarga ( + ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua
atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak (
+ ), sikap paman yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan
atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang
jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang
tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi
kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi
sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di
luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
9. Pernah suicide ( + )
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, pasien melakukan puasa Daud.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien merasa baik-baik saja.
26
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT PASIEN
27
Sistem Gastrointestinal : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus
3.4 STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5 (GCS 15)
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada
● Keseimbangan : tidak ada
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : baik
● Sensorik : baik
● Refleks : bisep (+/+), trisep(+/+), achiles(+/+),
patella (+/+)
3.5 STATUS MENTAL
28
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar (+), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kurang Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ),
menggoda ( - ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya
disayangi ( - ), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ),
infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( -
), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( -
), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea (
- ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ),
convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
Volume pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : ada / tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan / tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap (
- ), afasia ( - ), bicara kacau ( - )
29
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( -), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( - ), mood disforik ( + ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( -),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( -), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ),
elasi ( - ), hipomania ( + ), mania ( - ), melankolia ( - ), La belle
indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( + ), kontrol
impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/ tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( + ), pikiran autistik ( -
), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
30
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( -
), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( -
), glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran ( - ) Gagasan yang berlebihan ( - )
Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan
dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham
nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham
persekutorik ( - ), waham kebesaran ( - ), waham referensi ( + ), thought
of withdrawal ( - ), thought of broadcasting ( + ), thought of insertion ( -
), thought echo ( - ), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),
erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), delusion of control ( - )
delusion of influence ( + ), delusion of passivity ( - ), delusion perception
(-)
Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( +
), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) ( - ), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
31
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : ( - )
Fantasi : ( - )
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
32
3.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA
Pemeriksaan darah rutin
33
fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
34
Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran pada pasien . sehingga ada diagnosis pada aksis IV
yaitu masalah pada primary support grup.
Akibat gejala penyakit yang dialami pasien, pasien dapat bekerja atau
bersosialisasi, tetapi pasien masih bisa mengurus diri. Pasien digolongkan
mengalami gejala ringan sehingga pada aksis V, berdasarkan penilaian GAF
(Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 70-61.
3.13 PENATALAKSANAAN
Terapi yang sudah diberikan
Farmakologi:
₋ Risperidon 2 mg 2x1
₋ Lorazepam 1 mg 1x1
35
Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Makan yang seimbang dan teratur
- Olahraga teratur
Terapi yang dianjurkan
A. Psikoterapi
- Kepada pasien
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati dan optimistik kepada
pasien, membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan
membantu memecahkan permasalahan secara terarah
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkanya untuk
menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
- Kepada keluarga
Psikoedukasi
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan
perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan
minum obat pasien
3.14 PROGNOSIS
Prognosis Baik
Kriteria Penilaian
Awitan akut -
36
Riwayat sosial, seksual, dan pelerjaan premorbid baik -
Menikah -
Prognosis Buruk
Kriteria Penilaian
Awitan muda +
Tidak ada faktor presipitasi -
Awitan insidious -
Lajang, cerai -
-
Riwayat keluarga dengan skizofrenia
-
Sistem pendukung buruk
+
Gejala negatif
-
Tanda dan gejala neurologis
-
Riwayat trauma perinatal
-
Tanpa remisi dalam 3 tahun
+
Berulang kali relaps
-
Riwayat melakukan tindakan penyerangan
37
BAB IV
DISKUSI
Seperti yang telah diuraikan diatas faktor keluarga atau masalah “primary
support group” memegang peran penting dalam perjalan penyakit pasien. Pada
pasien ditemukan bahwa ayah pasien telah meninggal sejak 2011. Skizofrenia
terjadi pada seseorang dengan profil psikologis individu, keluarga, dan sosial yang
38
unik. Banyak peneliti menganggap bahwa angka kejadian bersama sebesar 50
persen untuk skizofrenia pada kembar monozigotik mengisyaratkan bahwa
terdapat faktor psikologis dan lingkungan yang tidak diketahui namun mungkin
spesifik yang berperan dalam timbulnya gangguan tersebut.4 Kekacauan dan
dinamika keluarga sangat berperan dalam menimbulkan kekambuhan dan
mempertahankan remisi. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama
keluarga yang hostilitas, memperlihatkan kecemasan berlebih, sangat protektif
terhadap pasien, terlalu ikut campur, dan sangat pengeritik.Pasien skizofrenia
sering tidak “dibebaskan” oleh keluarganya.2
39
Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun
keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang
penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan
anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Seperti halnya agen farmakologis yang
digunakan untuk mengatasi dugaan ketidakseimbangan kimiawi, strategi
nonfarmakologis harus dapat menangani masalah nonbiologis. Penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat
mempercepat perbaikan klinis. Sebagian besar pasien dengan gangguan jiwa akan
lebih diuntungkan dari kombinasi farmakologis dan non-farmakologis.
40
Lampiran 1. Tulisan dan Gambar Pasien
41
DAFTAR PUSTAKA
42