Anda di halaman 1dari 42

Case Report Session

Hari/tanggal : Rabu/ 4 September 2019

NASKAH PSIKIATRI

F20.0 Skizofrenia Paranoid

Oleh: Debby Amanda P 2795 B


Asrining Tyas P 2810 B
Nugraha Adya Putra Tarsa P 2811 B

Pembimbing : Dr.dr.Haryezi Taher, Sp.KJ, M.Kes

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas case report session dengan judul
“Skizofrenia Paranoid” yang merupakan salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas referat ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr.Haryezi Taher, Sp.KJ, M.Kes selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas referat ini. Akhir kata,
semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 4 September 2019

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab
(banyak yangbelum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau "deteriorating") yangluas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosialbudaya. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kronisitas, tetapi sekali-kali bisa menimbulkan
serangan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling berhubungan
dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini sering
menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman, dan penghukuman, bukannya simpati
dan perhatian.1
Survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), peringkat
skizofrenia berada di antara sepuluh penyakit yang berkontribusi terhadap beban
penyakit global.Pada tahun 2013 terdapat sekitar 450 juta orang menderita
gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia.Skizofrenia adalah bentuk parah
dari penyakit mental yang terdapat pada sekitar 7 per 1000 dari populasi orang
dewasa, terutama pada kelompok usia 15 - 35 tahun. Prevalensi skizofrenia sekitar
1,9% pada populasi di Amerika Serikat, terdapat sekitar 5 per 1000 penduduk.2
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 dan data rutin dari
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), penduduk Indonesia secara Nasional
mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) sebanyak 0,17% atau sekitar 400
ribu jiwa. Prevalensi skizofrenia pada pria hampir sama dengan wanita, meskipun
onset pada pria biasanya lebih awal dibanding wanita. Pada pria cendrung muncul
pada usia ≤ 20 tahun, sedangkan pada wanita pada usia ≥ 30 tahun.3
Skizofrenia paranoid merupakan tipe yang tersering dan paling banyak
ditemukan. Skizofrenia paranoid ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau
lebih waham atau halusinasiauditorik. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap
bermusuhan.4

3
Skizofrenia merupakan sebuah penyakit kronik prognosis pasien beragam
tergantung dari faktor risiko yang miliki oleh individu pasien itu sendiri.
Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke lingkungan tempat tinggal pasien
sangat mempengaruhi proses perbaikan fungsi pasien, sehingga dibutuhkan sekali
dukungan dari keluarga ataupun masyarakat kepada pasien dengan skizofrenia
supaya tidak menjadi beban bagi keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu
penting bagi klinisi untuk memahami skizofrenia.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,
memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi,
etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizofrenia
paranoid.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk
kepada berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan case report session ini adalah menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai skizofrenia paranoid

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Skizofrenia


Skizofrenia adalah sebagai suatu gangguan dengan etiologi tidak diketahui
yang ditandai oleh gejala psikotik yang secara berarti mengganggu fungsi dan
menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir dan berperilaku. Gangguan ini
kronik dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi,
halusinasi atau keduanya dan suatu fase residual dimana gangguan itu mungkin
dalam keadaan remisi.5

2.2 Etiologi Skizofrenia


1. Faktor genetik
Terdapat kontribusi genetik bagi sebagian atau mungkin semua orang pada
skizofrenia dan proporsi yang tinggi dari varians cenderung untuk menjadi
skizofrenia karena adanya pengaruh genetik tambahan. Misalnya, skizofrenia
dan gangguan skizofrenia terkait (seperti: skizotipal, skizoid, dan gangguan
kepribadian paranoid) terjadi pada laju yang meningkat di antara kerabat
biologis, pasien dengan skizofrenia.5
2. Faktor Biologik
Faktor biologis akan terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidak
seimbangan dari neurotransmiter misalnya dopamin, serotonin, norepineprin,
dan lainnya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari fungsi otak
sebagai pusat pengatur prilaku manusia. Dampak yang dapat dinilai sebagai
manifestasi adanya gangguan pada prilaku maladaptif pasien.6
a. Hipotesis Dopamin
Formulasi sederhana dari hipotesis dopamin menyatakan bahwa
skizofrenia dihasilkan dari terlalu banyaknya aktifitas dopaminergik. Teori
ini berasal dari dua pengamatan. Pertama efikasi dan potensi dari
kebanyakkan obat antipsikotik berhubungan dengan kemampuan bertindak
sebagai antagonis reseptor dopamin D2. Kedua, obat-obatan yang

5
meningkatkan aktifitas dopaminergik seperti ampetamin yang merupakan
suatu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah hiperaktif
dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu
banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi mekanisme tersebut.5
b. Hipotesis Norepineprin
Meningkatnya level norepinefrin pada penderita skizofrenia
menunjukkan meningkatnya kepekaan untuk masukan sensorik.5
c. Hipotesis Gamma aminobutyric acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-aminobutiryc acid
(GABA) dikaitkan dengan patofisiologi skizofrenia didasarkan pada
penemuan bahwa beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan
neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki efek
regulatory pada aktivitas dopamin dan kehilangan neuron inhibitory
GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron
dopaminergic.5
d. Hipotesis Serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan sebagai
penyebab gejala positif dan negatif pada skizofrenia.5
e. Hipotesis Glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu
antagonis glutamat menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa dengan
skizofrenia.5
f. Teori Neurodevelopmental
Dibuktikan dengan adanya migrasi neunoral yang abnormal pada
trimester kedua pada masa perkembangan janin. Hal ini mungkin
mengarah ke simtom-simtom skizofrenia yang akan muncul pada masa
remaja.5
3. Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan yang
signifikan yang memperhatikan suatu dasar neuropatologis potensial untuk
skizofrenia, terutama pada sistem limbik dan ganglia basalis, termasuk

6
neuropatologi atau abnormalitas neurokimia pada korteks serebri, talamus, dan
batang otak.5
4. Faktor Psikososial
a. Teori psikoanalitik
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
fiksasi (ketidakmampuan mengendalikan rasa takut) dalam perkembangan
yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan neurosis
(ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stres) dan juga bahwa
adanya efek ego berperan dalam gejala skizofrenia.5
b. Teori belajar
Pada teori ini, skizofrenia berkembang oleh karena hubungan
interpersonal yang buruk karena mengikuti contoh atau model yang buruk
selama masa kanak-kanak.5
c. Dinamika keluarga
Penelitian di Inggris pada anak berusia 4 tahun yang memiliki
hubungan yang buruk dengan ibunya, ternyata berpeluang 6 kali lipat
berkembang menjadi skizofrenia. Akan tetapi tidak ada bukti yang kuat
bahwa pola dalam keluarga berperan penting sebagai penyebab terjadinya
skizofrenia.5

2.3 Gejala-Gejala Skizofrenia


Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:5
1. Gejala positif
a. Delusi atau waham
Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah
dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikiran

7
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga
tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
b. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
c. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain dan suka melamun.
d. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
e. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
f. Sulit dalam berpikir nyata.
g. Pola pikir steorotip.
h. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.

2.4 Diagnosis Skizofrenia


Berdasarkan pedoman diagnostik menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), persyaratan yang normal
untuk skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):7
1. “Thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama
namun kualitasnya berbeda. “Thought insertion or withdrawl”, yaitu isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya. “Thought

8
broadcasting”, yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
2. “Delusion of control”, yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar. “Delusion of influence, yaitu waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekutan tertentu dari luar. “ Delusion of
passivity”, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau pengindraan khusus).
“Delusional perception”, yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide yang berlebihan (over-value ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan mennurunnya kinerja

9
sosial, tetapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan depresi atau
neuroleptika.
9. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dan dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

2.5 Subtipe skizofrenia


Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth Edition Text
Revised (DSM-IV-TR) membagi skizofrenia atas subtipe secara klinik,
berdasarkan kumpulan simtom yang paling menonjol. Pembagian subtipe
skizofrenia:8
1. Tipe katatonik, yang menonjol simtom katatonik.
2. Tipe disorganized, adanya kekacauan dalam bicara dan perilaku, dan afek
yang tidak sesuai atau datar.
3. Tipe paranoid, simtom yang menonjol merupakan adanya preokupasi dengan
waham atau halusinasi yang sering.
4. Tipe tak terinci (undifferentiated), adanya gambaran simtom fase aktif, tetapi
tidak sesuai dengan kriteria untuk skizofrenia katatonik, disorganized, atau
paranoid. Atau semua kriteria untuk skizofrenia katatonik, disorganized, dan
paranoid terpenuhi.
5. Tipe residual, merupakan kelanjutan dari skizofrenia, akan tetapi simtom fase
aktif tidak lagi dijumpai.

2.6 Skizofrenia Paranoid


Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara
manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham yang secara stabil, sering kali
bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi, terutama halusinasi
pendengaran dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak
(vilition), dan pembicaraan serta gejala katatonik tidak menonjol. Beberapa contoh
dari gejala paranoid yang paling umum:7

10
1. Waham kejaran, rujukan (reference), “exalted birth” (merasa dirinya tinggi,
istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan.
2. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
3. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

2.7 Terapi Skizofrenia Paranoid


1. Antipsikotik
Farmakoterapi dengan antipsikotik merupakan dasar pengobatan
skizofrenia. Secara umum antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamin)/ FGA dan antipsikotik atipikal
(antagonis serotonin-dopamin)/SGA. Pemilihan antipsikotik umumnya
berdasarkan efikasi dan keamanannya.5 Obat antipsikotik yang biasa digunakan
terdapat pada Tabel 2.1 dibawah ini.6

Tabel 2.1 Antipsikotik yang banyak digunakan dalam pengobatan6


Obat Antipsikotik Rentang dosis Ekuivalen Dosis Maksimum
yang dianjurkan Chlorpromazin (mg/hari)

(mg/hari) (mg/hari)

FGA/ Tipikal

Klorpromazin 100 - 800 100 2000

Fluphenazin 2 - 20 2 40

Perphenazin 10 - 64 10 64

Thioridazin 100 - 800 100 800

Trifluoperazin 5 - 40 5 80

Haloperidol 2 - 20 2 100

Loxapin 10 - 80 10 250

11
Molindon 10 - 100 10 225

Thiothixen 4 – 40 4 60

SGA/Atipikal

Aripiprazol 15 - 30 30

Klozapin 50 - 500 900

Olanzapin 10 - 20 20

Paliperidon 3 -9 12

Quetiapin 250 - 500 800

Risperidon 2-8 16

Ziprasidon 40 – 160 200

Penggunaan first-line dari kedua generasi pertama (FGA) dan generasi


kedua (SGA) obat antipsikotik di bawah dari kisaran dosis standar pengobatan
untuk orang yang mengalami episode pertama skizofrenia. Tujuan pengobatan
pada episode pertama:7
a. Meminimalkan stres pada pasien dan memberikan dukungan untuk
meminimalkan kemungkinan kambuh.
b. Meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan di masyarakat.
c. Mengurangi gejala, peningkatan remisi, dan membantu proses pemulihan.
Adapun algoritma penggunaan obat antipsikotik pada skizofrenia dapat dilihat
pada gambar 2.1.

12
Gambar 2.1 Algoritma penggunaan obat antipsikotik pada skizofrenia6

2. ECT (Electro Convulsive Therapy)


3. Psikoterapi

13
2.8 Prognosis
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam skizofrenia di
bawah ini.5
a. Skizofrenia prognosis baik
Berkaitan dengan onset lambat, faktor pencetus yang jelas, onset akut,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang baik, gejala gangguan
mood (terutama gangguan depresif), menikah, riwayat keluarga gangguan
mood, sistem pendukung yang baik dan gejala positif.
b. Skizofrenia prognosis buruk
Berkaitan dengan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang buruk, perilaku menarik
diri, austistik, tidak menikah, bercerai, atau janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung yang buruk, gejala negatif, tanda dan gejala
neurologist, riwayat trauma prenatal, tidak ada remisi dalam tiga tahun, sering
relaps dan riwayat penyerangan.

14
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : RP
No. MR : 02.35.26
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minangkabau
Pendidikan terakhir : SMP
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Labuh Basilang RT 03 RW 02, Payakumbuh Barat
Kota Payakumbuh
KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN
Nama : DL
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
Alamat : Labuh Basilang RT 03 RW 02, Payakumbuh Barat
Kota Payakumbuh
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikan : dapat dipercaya

3.2 RIWAYAT PSIKIATRI


Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 2 September 2019 di Bangsal
Jiwa Flamboyan RSJ. Prof. HB Saanin Padang

15
2. Alloanamnesis (Adik kandung pasien) via handphone
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien tidak mau makan, mandi, dan selalu mengurung diri di kamar.
3. Keluhan Utama
Pasien tidak merasa ada keluhan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang oleh keluarga
pada tanggal 8 Agustus 2019 karena pasien tidak mau makan, mandi, dan
selalu mengurung diri di kamar. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit
pasien suka memaksakan kehendak dan berpikiran buruk dengan orang
sekitar, pasien merasa orang lain akan berbuat jahat kepada dia.
Pasien suka mengumpulkan batu-batu di sungai, pasien merasa
batu-batu itu memiliki kekuatan magis. Pasien juga mengatakan bahwa
pasien mulai melakukan puasa Daud dalam beberapa bulan ini. Dengan
melakukan puasa Daud tersebut pasien bisa mendengar suara Tuhan yang
menyuruhnya untuk menikah. Pasien juga mendengar burung-burung
mengatakan kepada pasien bahwa kalau pasien mati pasien akan menjelma
menjadi burung. Pasien merasa memiliki naga di rumahnya saat ini.

5. Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Menurut keterangan keluarga, pasien mulai mengalami perubahan
perilaku dan menunjukkan gejala gangguan jiwa sejak tahun 2012.
Sebelumnya, pasien bekerja menjual ikan, namun pasien merasa selalu di
curangi oleh keluarganya. Keluarganya selalu mengambil uang hasil

16
jualannya. Tahun 2003 pasien meminta uang jutaan dan ingin pergi ke
Jakarta. Namun, tidak diberi oleh keluarga. Pasien mengamuk dan
mengambil balok kayu kemudian memukuli kaca mobil. Namun, akhirnya
pasien pergi juga ke Jawa. Di Jawa pasien menjual kain dan mulai
menggunakan ekstasi.
Setahun kemudian (tahun 2004) pasien balik ke padang. Pasien
mulai menunjukkan gangguan jiwa sejak tahun 2012. Pasien sudah 10 kali
dirawat di RSJ Prof HB Saanin. Pasien berpikiran buruk dengan orang
sekitar, pasien merasa orang lain akan berbuat jahat kepada pasien; pasien
berbicara ngawur; berbicara vulgar; mengumpulin batu; makan kupu-kupu,
dan kotoran sendiri; serta tidak mau makan, mandi, dan mengurung diri di
kamar.
Pasien 3 kali percobaan bunuh diri; percobaan pertama pasien
minum obat sebanyak-banyaknya; yang kedua pasien melompat dari
jembatan ke sungai; dan yang terakhir pada tahun 2017 pasien ingin
memotong kelaminnya (sempat dicegah keluarga).

b. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak ada menderita hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang,
gangguan kesadaran, HIV dan penyakit fisik lainnya.
c. Riwayat Merokok, Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif lain
Pasien pernah mengkonsumsi ekstasi dan nge-lem saat tinggal satu tahun
di Jakarta.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua
Orang tua
IDENTITAS Keterangan
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Tidak bekerja Mengurus ladang

17
Umur 68 tahun 59 tahun
Alamat Payakumbuh Payakumbuh
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - -
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
- Bapak (Dijelaskan oleh adik kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( +), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( -
), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (
- ), Tak bertanggung jawab ( - ).
- Ibu ( Dijelaskan oleh adik kandung pasien dapat dipercaya / diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( + ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ),
Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat
( - ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ),
Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ),
Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).
c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke 2.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk
pasien sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (38 Tahun) 2. Lk/ Pr (36 Tahun) 3. Lk/Pr (32 Tahun)
4. Lk/ Pr ( 29 Tahun ) 5. Lk/Pr ( 27 Tahun )
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan
serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang
tua.*

18
Saudara Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara
ke perilaku (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Biasa
2 - -
3 Biasa, suka bergaul Biasa
4 Biasa, suka bergaul Biasa
5 Biasa, suka bergaul Biasa

Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku (akrab/biasa,/kurang
/tak peduli)
1- - -

Ket: untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara

19
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -

kema Pedegree

38 36 32 29 27

Keterangan

Pasien Laki-laki

Perempuan

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah Keadaan rumah
tempat Tenang Cocok Nyaman Tidak
tinggal Nyaman

1. Rumah - - - +
orang tua

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut


dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit
(premorbid) yang meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )

20
 Kesehatan Fisik : Sehat
 Kesehatan Mental : Sehat

- Keadaan melahirkan :
 Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan
jenis tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan
(ya/tidak)
 Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
 Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
 Minum ASI : sampai umur 1 tahun
 Usia mulai bicara : 1 tahun 6 bulan
 Usia mulai jalan : 1 tahun
 Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di
tempat tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-
), kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (+), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain

21
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun 13 tahun - -
Prestasi* Baik Baik - -
Sedang Sedang - -
Kurang Kurang - -
Aktifitas Sekolah* Baik Baik -
Sedang Sedang - -
Kurang Kurang - -
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik - -
Kurang Kurang - -
Sikap Terhadap Guru Baik Baik - -
Kurang Kurang - -
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) - -
Tingkah Laku ( baik ) ( kurang ) - -

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah ( -


), kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang ( -
), peminum minuman keras ( - ), problem berat badan ( - ), anoreksia
nervosa ( - ), bulimia ( - ), perasaan depresi ( - ), rasa rendah diri ( - ),
cemas ( - ), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan (jualan ikan dan jualan kain)
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
 Awal pengetahuan tentang seks 16 tahun (-)
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)

22
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-
), apartemen (-) , rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)

ai : atas indikasi

l) Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun ( - ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual ( - ), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( + )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( + ), kewaspadaan berlebihan (
- ), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau
menerima kritik ( + ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara
intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -
), cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan
afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference ( - ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ),

23
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (
- ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan
lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain ( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( -
), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( -
), sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendalian terhadap impuls ( - ), gangguan identitas ( -
), afek yang tidak mantap ( - ), tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan
lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial ( - ), menghindari aktivitas sosial atau

24
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak ( - )
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(-)

8. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ),
kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian
pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan
anak ( - ), persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan paman ( - )
persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( + ), masalah
dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk
sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pension ( - ), pensiun ( - ),
berhenti bekerja ( + ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan
pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( -
), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi
yang kurang ( + ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah
warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara ( - ),
memasuki masa pubertas ( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( -

25
), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ),
kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk
antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam
keluarga ( + ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua
atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak (
+ ), sikap paman yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan
atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang
jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang
tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi
kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi
sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di
luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
9. Pernah suicide ( + )
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, pasien melakukan puasa Daud.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien merasa baik-baik saja.

26
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT PASIEN

Tahun 2003 Tahun 2012,


pasien ke pasien mulai Tahun 2017 Tahun 2019
menunjukkan Pasien Pasien tidak
Jakarta. Mulai
perubahan melakukan mau makan,
menggunakan
perilaku dan
ekstasi dan percobaan mandi, dan
gangguan
nge-lem jiwa bunuh diri mengurung diri
.

3.3 STATUS INTERNUS


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 88x / menit
Nafas : Pernafasan teratur, frekuensi 19x permenit,
jenis pernafasan abdominotoakal
Suhu : 36,50C
Tinggi Badan : tidak diukur
Berat badan : 55 kg
Bentuk badan : normal
Status gizi : normal
Sistem Respiratorik : Pernafasan teratur, jenis pernafasan
abdominatorakal
Sistem Kardiovaskular : Bunyi jantung normal, bising tidak ada

27
Sistem Gastrointestinal : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus
3.4 STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5 (GCS 15)
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada
● Keseimbangan : tidak ada
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : baik
● Sensorik : baik
● Refleks : bisep (+/+), trisep(+/+), achiles(+/+),
patella (+/+)
3.5 STATUS MENTAL

STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 27 Agustus 2019)


A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), apatis ( - ), somnolen
( - ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium
( - ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
 Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( - ), kotor ( - ), kesan ( dapat mengurus diri )*
 Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).

28
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar (+), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kurang Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ),
menggoda ( - ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya
disayangi ( - ), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ),
infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( -
), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( -
), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea (
- ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ),
convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Volume pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : ada / tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan / tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap (
- ), afasia ( - ), bicara kacau ( - )

29
C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( -), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( - ), mood disforik ( + ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( -),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( -), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ),
elasi ( - ), hipomania ( + ), mania ( - ), melankolia ( - ), La belle
indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( + ), kontrol
impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/ tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( + ), pikiran autistik ( -
), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran

30
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( -
), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( -
), glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran ( - ) Gagasan yang berlebihan ( - )
 Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan
dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham
nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham
persekutorik ( - ), waham kebesaran ( - ), waham referensi ( + ), thought
of withdrawal ( - ), thought of broadcasting ( + ), thought of insertion ( -
), thought echo ( - ), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),
erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), delusion of control ( - )
delusion of influence ( + ), delusion of passivity ( - ), delusion perception
(-)
 Idea of reference
 Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )
E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( +
), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) ( - ), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi ( - )
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

31
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : ( - )
Fantasi : ( - )

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual


1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ), amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit :baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes : tidak terganggu
 Judgment sosial : tidak terganggu

32
3.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA
Pemeriksaan darah rutin

3.7 PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG / PETUGAS SOSIAL


LAINNYA
Tidak ada

3.8 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


 Pasien merasa dicurangi oleh keluarga karena uang hasil jualan ikan
pasien sering diambil keluarga.
 Pasien merantau ke Jakarta pada tahun 2003 dan mulai menggunakan
ekstasi.
 Pasien balik ke padang tahun 2004.
 Pasien mulai mengalami perubahan perilaku dan gangguan jiwa tahun
2012.
 Pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri 3x. terakhir tahun 2017
(pasien ingin memotong kemaluannya).
 Pasien sudah 10 kali dirawat di RSJ Prof Saanin sejak 2012.
 Terakhir dirawat pada tahun 2019 karena pasien tidak mau makan,
mandi, dan mengurung diri di kamar. Pasien merasa orang-orang akan
berbuat jahat kepada dia.
 Pasien melakukan puasa Daud dan merasa mendengar suara Tuhan
yang menyuruhnya untuk menikah. Pasien juga merasa berbicara
dengan burung yang mengatakan bahwa bila pasien mati pasien akan
menjelma menjadi burung.

3.9 FORMULASI DIAGNOSIS


Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam

33
fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang


baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,
jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakitnya.

F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang


disebabkan oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang
menyebabkan disfungsi otak. Dari allo-anamnesis dan rekam medik pasien, tidak
ditemukan adanya riwayat penyakit yang sesuai dengan karakteristik tersebut.
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang
mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian, diagnosis F0 dapat
disingkirkan. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah mengkonsumsi zat
psikoaktif. Oleh sebab itu diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif (F1) belum dapat disingkirkan.

Dari keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dapat ditarik


kesimpulan bahwa pada pasien ini ditemukan gangguan presepsi, antara lain
halusinasi auditorik berupa mendengar suara Tuhan yang menyuruhnya menikah
dan suara burung yang mengatakan bila pasien mati pasien akan menjelma
menjadi burung. Pada pasien juga terdapat waham curiga. Pasien sudah
memperlihatkan tanda dan gejala ini sejak tahun 2012. Oleh karena itu, diagnosis
diarahkan pada F2 skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham. Dari
gejala halusinasi dan waham yang menonjol pada pasien, maka diagnosis sesuai
dengan F20.0 skizofrenia paranoid.

Dari riwayat kepribadian pasien tidak didapatkan diagnosis adanya riwayat


gangguan kepribadian dan tidak ada riwayat retardasi mental. Selain itu tidak
ditemukan gejala atau tanda gangguan kepribadian yang bersifat berkembang dari
masa kanak-kanak hingga dewasa, sehingga aksis II pada pasien ini tidak ada
diagnosis. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna
sehingga tidak ada diagnosis pada aksis III.

34
Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran pada pasien . sehingga ada diagnosis pada aksis IV
yaitu masalah pada primary support grup.

Akibat gejala penyakit yang dialami pasien, pasien dapat bekerja atau
bersosialisasi, tetapi pasien masih bisa mengurus diri. Pasien digolongkan
mengalami gejala ringan sehingga pada aksis V, berdasarkan penilaian GAF
(Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 70-61.

3.10 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis I : F20.0 Gangguan skizofrenia paranoid
Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis axis II
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF 70-61 gejala (moderate), disabilitas sedang

3.11 DIAGNOSIS BANDING


 F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

3.12 DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikilogis:
Terdapat halusinasi auditorik, dan waham curiga
c. Lingkungan dan Psikososial
Dukungan keluarga yang kurang

3.13 PENATALAKSANAAN
 Terapi yang sudah diberikan
Farmakologi:
₋ Risperidon 2 mg 2x1
₋ Lorazepam 1 mg 1x1

35
Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Makan yang seimbang dan teratur
- Olahraga teratur
 Terapi yang dianjurkan
A. Psikoterapi
- Kepada pasien
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati dan optimistik kepada
pasien, membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan
membantu memecahkan permasalahan secara terarah
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkanya untuk
menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
- Kepada keluarga
Psikoedukasi
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan
perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan
minum obat pasien

3.14 PROGNOSIS
Prognosis Baik

Kriteria Penilaian

Awitan lambat (>30 tahun), terutama perempuan -

Ada faktor presipitasi yang jelas +

Awitan akut -

36
Riwayat sosial, seksual, dan pelerjaan premorbid baik -

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) +

Menikah -

Riwayat keluarga dengan gangguan mood -

Sistem pendukung baik


+
Gejala positif
+

Prognosis Buruk
Kriteria Penilaian

 Awitan muda +
 Tidak ada faktor presipitasi -
 Awitan insidious -

 Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid buruk -

 Perilaku autistic, menarik diri -

 Lajang, cerai -
-
 Riwayat keluarga dengan skizofrenia
-
 Sistem pendukung buruk
+
 Gejala negatif
-
 Tanda dan gejala neurologis
-
 Riwayat trauma perinatal
-
 Tanpa remisi dalam 3 tahun
+
 Berulang kali relaps
-
 Riwayat melakukan tindakan penyerangan

Quo et vitam : bonam


Quo et fungsionam : dubia ad bonam
Quo et sanctionam : dubia ad bonam

37
BAB IV

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun datang ke IGD RSJ Prof HB


Saanin Padang pada tanggal 8 Agustus 2019 dengan diagnosis Skizofrenia
Paranoid. Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
status psikiatri yang didasarkan pada PPDGJ III. Pada pasien ini terdapat
gangguan psikotikdengan terganggunya kemampuan untuk menilai realita (RTA)
dan tilikan diri (Insight). Untuk skizofrenia telah terjadi penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted) dan disertai gejala-gejala yang sesuai
dengan PPDGJ III yang berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.5
Pada pasien didapatkan adanya halusinasi auditorik, serta waham referensi yang
menetap. Perubahan ini bersifat konsisten dan bermakna secara keseluruhan.
Pasien didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid karena gejala halusinasi dan
waham yang menonjol sesuai kriteria diagnosis F20.0 Skizofrenia Paranoid.5
Gejala waham dan halunisasi pada pasien telah menetap selama lebih dari
1 tahun dan pasien mengalami gejala remisi. Yang dimasuk dengan mengalami
remisi atau membaik adalah jika pada pasien tidak ditemukan lagi gejala dan
tanda seperti waham, halusinasi, atau gejala negatif selama minimal enam bulan.
Gejala yang berkelanjutan tanpa adanya remisi dapat disebabkan oleh (1)
Ketidakpatuhan dalam pengobatan dengan antipsikotik (2) Kurangnya dukungan
keluarga, yang mana keluarga merupakan salah satu dari faktor psikososial yang
berpengaruh pada outcome; (3) Adanya pengalaman hidup yang berat, disebutkan
pada sebuah penelitian sebelumnya yaitu pasien dengan skizofrenia lebih sensitif
dan rentan terhadap efek negatif dari stressor kehidupan yang ringan.

Seperti yang telah diuraikan diatas faktor keluarga atau masalah “primary
support group” memegang peran penting dalam perjalan penyakit pasien. Pada
pasien ditemukan bahwa ayah pasien telah meninggal sejak 2011. Skizofrenia
terjadi pada seseorang dengan profil psikologis individu, keluarga, dan sosial yang

38
unik. Banyak peneliti menganggap bahwa angka kejadian bersama sebesar 50
persen untuk skizofrenia pada kembar monozigotik mengisyaratkan bahwa
terdapat faktor psikologis dan lingkungan yang tidak diketahui namun mungkin
spesifik yang berperan dalam timbulnya gangguan tersebut.4 Kekacauan dan
dinamika keluarga sangat berperan dalam menimbulkan kekambuhan dan
mempertahankan remisi. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama
keluarga yang hostilitas, memperlihatkan kecemasan berlebih, sangat protektif
terhadap pasien, terlalu ikut campur, dan sangat pengeritik.Pasien skizofrenia
sering tidak “dibebaskan” oleh keluarganya.2

Pada pasien diberikan terapi risperidon sebagai anti-psikotik, digunakan


untuk mengontrol gejala psikosis yang muncul pada pasien seperti adanya waham
dan halusinasi. Risperidon merupakan anti-psikotik atipikal golongan
benzisoxazole, bekerja pada SSP terhadap dopamine D2 reseptor dan serotonin
dopamine antagonis. Risperidon memiliki efek esktrapiramidal minimal.2 Pasien
juga diberikan Lorazepam yang juga merupakan antipsikotik tipikal. Penggunaan
kombinasi dua antipsikotik atipikal dapat diberikan jika penggunaan antipsikotik
atipikal tunggal tidak berespons. Hal ini berdasarkan algoritme antipsikotik
berikut.9

39
Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun
keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang
penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan
anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Seperti halnya agen farmakologis yang
digunakan untuk mengatasi dugaan ketidakseimbangan kimiawi, strategi
nonfarmakologis harus dapat menangani masalah nonbiologis. Penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat
mempercepat perbaikan klinis. Sebagian besar pasien dengan gangguan jiwa akan
lebih diuntungkan dari kombinasi farmakologis dan non-farmakologis.

40
Lampiran 1. Tulisan dan Gambar Pasien

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Nolen, Hoeksema,S. Abnormal Psychology. NewYork, NY: McGraw-Hill.


2004
2. Amir N. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta :
Penerbit FKUI. 2014
3. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20201 3.pdf.
4. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II.
Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-46
5. Sadock, B.J, Sadock, V.A. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral sciences/Clinical Psychiatry. Edisi Kesepuluh. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia. 2007.
6. Townsend, M.C. Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. Edisi
Ketiga. Davis Company. Philadelphia. 2005.
7. Departemen Kesehatan, R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta:
Departemen Kesehatan.
8. First, M.B, Tasman, A. Schizophrenia. Dalam: DSM-IV-TR Mental
Disorders Diagnosis, Etiology, and Treatment. Wiley. London. 2004
9. Tamminga C. A. Schizophrenia and other psychotic Disorder. Dalam
Comperhensive Textbook of Psychiatry. Edisi Kesembilan. Volume I.
Editor Sadock Benjamin James, Sadock Virginia Alcott. Lippincott
William & Wilkins. Philadelphia. 2009.

42

Anda mungkin juga menyukai