Anda di halaman 1dari 2

INTRODUCTION OF CULTURAL STUDIES

Definisi Cultural Studies

Cultural studies adalah bidang ilmu lintas disiplin yang mempelajari culture as ordinary
life, culture as politics, culture as text, dan culture as plural (Hartley, 2002:49). Cultural
studies itu sendiri mempunyai beberapa definisi sebagaimana dinyatakan oleh Barker, antara lain
yaitu sebagai kajian yang memiliki perhatian pada: 1) hubungan atau relasi antara kebudayaan
dan kekuasaan; 2) seluruh praktik, institusi dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai-nilai
partikular, kepercayaan, kompetensi, kebiasaan hidup, dan bentuk-bentuk perilaku yang biasa
dari sebuah populasi; 3) berbagai kaitan antara bentuk-bentuk kekuasaan gender, ras, kelas,
kolonialisme dan sebagainya dengan pengembangan cara-cara berpikir tentang kebudayaan dan
kekuasaan yang bisa digunakan oleh agen-agen dalam mengejar perubahan; dan 4) berbagai
kaitan wacana di luar dunia akademis dengan gerakan-gerakan sosial dan politik, para pekerja di
lembagalembaga kebudayaan, dan manajemen kebudayaan. (Barker, Chris. 2008. Cultural
studies. Studi dan praktik. Kreasi wacana: Yogyakarta).

Cultural Studies dalam Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.


Memahami komunikasi pun tidak akan ada habisnya, meningat komunikasi sebagai suatu proses
yang tiada henti melingkupi kehidupan manusia, salah satunya mengenai komunikasi
kebudayaan. Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Situasi ini tidak dapat
dihindarkan, karena sebetulnya, setiap kali seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain
mengandung potensi komunikasi budaya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa budaya
muncul sebagai hasil interaksi. Interaksi sendiri tidak mungkin terjadi diantara anggota
kelompok budaya tanpa adanya komunikasi. Komunikasi, seperti kata Robert E Park (1996)
adalah menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti. Sebuah pengertian
bersama diantara individu - individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah menghasilkan
tidak hanya unit-unit sosial, tetapi juga unit-unit kultural atau kebudayaan dalam masyarakat.
Namun, meski komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu praktik budaya, tidak semua tindakan
masyarakat lantas serta-merta dapat dikatakan sebagai komunikasi.
Komunikasi sebagai suatu praktik budaya berlangsung dalam wilayah medan budaya.
Dalam medan budaya, komunikasi dipahami sebagai tindakan produksi makna dan bagaimana
sistem makna dinegoisasikan oleh para pemakainya dalam kebudayaan. Satu hal yang harus
dipahami, bahwa komunikasi dilihat dari sudut pandang budaya menjadi praktik negoisasi makna
yang pada akhirnya berubah menjadi peraturan, nilai-nilai, atau kepercayaan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa, persinggungan antara disiplin komunikasi dengan cultural
studies sesungguhnya merupakan hal yang bermanfaat karena menghadirkan inovasi, cara
pandang baru, dan terobosan kreatif dalam riset-riset komunikasi. Meski demikian, tidak semua
kajian seputar tindakan komunikasi sebagai praktik produksi makna dalam medan budaya dapat
dikategorikan sebagai cultural studies. Cultural studies dalam mengkaji komunikasi sebagai
praktik produksi makna akan senantiasa dipandang sebagai praktik yang dihubungkan dengan
relasi kekuasaan. (Santri Indra Astuti, dalam “Cultural Studies” dalam Studi
Komunikasi:Suatu Pengantar).
Cultural studies, yang merupakan paradigma baru dalam kajian ilmu sosial,
memperkenalkan budaya dalam dimensi yang baru. Bukan hanya sebagai kreasi manusia dan
hasil perilaku, melainkan menelaah pemahaman mendalam antara budaya dan kekuasaan yang
mendasarinya. Tujuan dari kajian budaya adalah untuk meneliti kekuasaan dan ideologi yang
membentuk kehidupan sehari-hari manusia. Segala yang tampak normal dan apa adanya dalam
kehidupan sehari-hari, seperti iklan bahkan perilaku nongkrong adalah produk bentukan dari
sebuah ideology. Metodologi krusial dalam membedah peran ideologi salah satunya melalui
analisis metodologi dengan semiotika Roland Barthes. Dalam kajian media, mitologi dengan
tajam menelaah bagaimana ideology yang dominant menghegemoni praktik kehidupan
masyarakat sehari-hari. (ejournal.upnjatim.ac.id)
Dalam artikelnya yang berjudul Cultural Studies and Its Theoretical Legacies (2001, 99),
Stuart Hall menegaskan keunikan karakteristik dari cultural studies tersebut. Ia mengatakan
bahwa cultural studies merupakan bidang kajian yang memiliki beragam wacana atau diskursus
Dengan demikian, Stuart Hall mengakui, cultural studies merupakan sperangkat formasi yang
tidak stabil yang memiliki banyak sekali ‘lintasan’. Setiap orang memiliki ‘lintasan’nya sendiri
dalam melakukan kajian. Sebagai contoh, pada akhir tahun 1970-an fokus perhatian cultural
studies ‘diganggu’ oleh desakan para feminis yang menuntut pergeseran fokus diskursus kajian
ini untuk juga memperhatikan pentingnya isu gender. Kemudian muncul pula protes dari para
mahasiswa kulit hitam yang menyoroti ketidaknampakan isu ras minoritas dalam banyak analisis
cultural studies. Hal-hal tersebut pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perkembangan kajian ini. Pada saat ini, misalnya, kita bisa melihat betapa banyak kontribusi
yang disumbangkan oleh para feminis dalam kajian budaya populer dan cultural studies. (Puja
Sakti Nur Cahya : “Cultural Studies” Perlintasan Paradigmatik dalam Ilmu Sosial :
Jurnal Ilmiah Komunikasi)

Anda mungkin juga menyukai