ALUMINIUM (Al)
DISUSUN OLEH
NIM : E1M017050
UNIVERSITAS MATARAM
2019
S
ALUMINIUM (Al)
Aluminium merupakan unsur dengan kelimpahan pada urutan ketiga dalam kerak
bumi (setelah oksigen dan silikon). Aluminium terutama terdapat dalam mineral
aluminosilikat yang ditemukan berasal dari batuan kulit bumi. Akibat perubahan alam, batuan
ini membentuk lempung yang mengandung aluminium. Di kerak bumi, Al adalah unsur
logam dengan persentase terbesar (8,3% dari keseluruhan jumlah logam) dan unsur kimia ke-
3 yang ketiga terbesar dari seluruh unsur-unsur kimia (setelah oksigen dan silikon). Unsur Al
hampir tidak pernah ditemukan dalam keadaan unsur (logam), melainkan hampir selalu
ditemukan dalam bentuk oksida atau silikat. Feldspars, kelompok yang paling umum dari
mineral dalam kerak bumi, yang aluminosilikat. Aluminium ditemukan di mineral berjenis
beryl, cryolite, garnet, spinel, pirus, dan batuan berjenis bauksit. Campuran mineral lain
dalam batuan yang mengandung Al2O3 menghasilkan batu-batu permata ruby, safir, dan batu
perhiasan jenis lainnya.
Setelah melalui proses alam yang panjang dan lama, lempung tersebut menghasilkan
deposit bauksit, suatu bijih aluminium yang mengandung AlO(OH) dan Al(OH)3 dalam
berbagai komposisi. Corundum adalah mineral keras yang mengandung aluminium oksida,
Al2O3. Oksida aluminium murni tidak berwarna, tetapi akibat adanya pengotor dapat
menghasilkan berbagai warna. Contohnya seperti pada safir berwarna biru dan ruby berwarna
merah tua.ogam aluminium native hanya dapat ditemukan sebagai fase kecil dalam
lingkungan oksigen fugasitas rendah, seperti interior gunung berapi tertentu.
Aluminium adalah logam yang sangat melimpah di alam. Meskipun demikian, besi
masih bisa lebih banyak digunakan daripada aluminium, karena ongkos pembuatan
aluminium terlalu tinggi. Aluminium terdapat sebagai silikat, lempung, batu serpih, batu tulis,
dsb. Dalam bauksit, Al2O3.2H2O, kriolit, Na3AlF6; alunit atau/ alum ston, KaI(SO4).2Al(OH)3
dll.
2. Sifat Kimia
a. Aluminum dapat bereaksi secara langsung dengan halogen membentuk aluminium
halida disertasi pelepasan gas hidrogen.
b. Dengan asam nitrat, aluminium tidak bereaksi karena ada lapisan oksida yang tahan
terhadap asam nitrat.
c. Aluminium hidroksida larut dalam asam membentuk ion Al3+, dan dalam basa
berlebih membentuk ion aluminat, Al(OH)4-.
e. Al bereaksi sangat cepat dengan logam merkuri (Hg) dan berbagai senyawa merkuri.
Al membentuk amalgam dengan merkuri. Amalgamasi antara Al dan Hg
menghasilkan 2 tahapan reaksi sebagai berikut :
Al + Hg → AlHg ……………..(x)
Ikatan amalgamasi dari reaksi (x) tak stabil, dimana panas yang muncul bisa
menyebabkan merkuri tersibak dari permukaan aluminium. Munculnya permukaan Al
ke udara menyebabkan terjadinya oksidasi Al menjadi alumina.
f. Aluminium memiliki nomor atom 13
g. Massa atom 26,98.
h. Hampir semua ion aluminium bervalensi +3
C. PEMBUATAN ALUMINIUM
1. Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang mengandung
aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan sebagainya).
Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.
2. Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang
mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida Al(OH)3. Aluminium
hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000 oC sehingga terbentuk alumina
dan H2O yang menjadi uap air.
Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut. Pengotor-
pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium
diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan pengenceran.
6. Peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses elektrolisis menurut proses Hall-
Heroult. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode.
Selanjutnya elektrolisis dilakukan pada suhu 950 °C. Sebagai anode digunakan batang
grafit.
Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang
berfungsi untuk menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai
2000 °C), campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 °C. Anode dan
katodenya terbuat dari grafit. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Reaksi sel: 2Al+3+(l) + 3O2- (l) ---> 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
7. Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak
sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini,
leburan alumina dielektrolisis, di mana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan
elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot di mana pada pot tersebut terikat serangkaian
batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot
sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses
elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam
keperluan industri. Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan
aluminium akan menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju
cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan
66.000-110.000 ton aluminium per tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit
akan menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton aluminium.
1. Sama halnya dengan zinc, aluminium juga bisa digunakan sebagai reduktor emas dalam
proses sianidasi. Dalam proses ekstraksi emas thiosulfat, aluminium mampu mereduksi
ion emas lebih cepat dibanding zinc. Aluminium juga bisa digunakan dalam proses
reduksi ion tembaga dan merkuri dari larutannya. Karena proses produksi aluminium
menggunakan panas tinggi, maka pada dasarnya logam aluminium menyimpan potensi
kalor tersembunyi yang sangat besar. Kalor ini disebut dengan istilah “kalor laten”, yang
sewaktu-waktu bisa dilepaskan pada kondisi yang tepat. Kalor laten ini bisa dimanfaatkan
dalam proses pengolahan metalurgi mineral yang menggunakan cara pyrometallurgy.
2. Senyawa aluminium juga digunakan secara luas di berbagai bidang. Aluminium klorida
dan aluminium sulfat digunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan dan
pemurnian air. Aluminium hidroksida digunakan sebagai bagian dari obat maag.
Senyawa-senyawa aluminium lainnya digunakan sebagai amplas dan batu bata tahan api.
Raksi antara aluminium dengan Fe2O3 dikenal dengan reaksi termit yang dihasilkan
panas untuk pengelasan baja.
Beberapa senyawa aluminium yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
industri, antara lain: