Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karuniaNya, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Apotek yang
merupakan unit dari Klinik Rawat Jalan Pratama Mitra 12 Jombang telah dapat
diselesaikan. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker bertanggung jawab dalam
berjalannya pelayanan kefarmasian di Apotek
Pelayanan kefarmasian di Apotek merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan yang memiliki paradigma patient oriented yaitu pelayanan
berorientasi pada kepuasan pasien dalam menyediakan perbekalan sediaan
kefarmasian yang bermutu, aman dan terjangkau bagi masyarakat. Standar
Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
keselamatan pasien diperlukan suatu pedoman sebagai acuan dalam pelayanan
kefarmasian.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini.
PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
KLINIK RAWAT JALAN PRATAMA MITRA 12 JOMBANG
Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 889/Menkes/Per/V/2011
Tentang Registrasi, Ijin Praktik, Dan Ijin Kerja.
7. Struktur Organisasi Klinik Rawat Jalan Pratama Mitra 12 Jombang
8. Struktur Organisasi Apotek
A. LATAR BELAKANG
PROFIL KLINIK
Pelayanan kefarmasian apotek merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dan merupakan wujud pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian berdasarkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Saat ini paradigma
pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat
(drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) yang mengacu pada azas Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi bertambah
menjadi pelayanan yang komprehensif berbasis dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
bertujuan untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).
Perubahan paradigma tersebut menuntut apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar mampu berinteraksi dengan pasien dengan
baik sesuai ilmu kefarmasian dan juga berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lain secara aktif.
B. Tinjauan Pustaka
1. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Dalam melakukan
pekerjaanya, seorang apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
Menurut PP 51 Tahun 2009, pelayanan kefarmasian dari
pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang
komprehensif dalam pengertian tidak hanya sebagai pengelola obat
namun mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk
keberhasilan pemakaian obat yang rasional, kepatuhan (compliance)
pasien ,kegiatan monitoring dan evaluasi pengobatan sehingga tercapai
tujuan terapi dengan meminimalkan kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error).
Kepatuhan pasien telah ditentukan oleh beberapa hal antara lain
persepsi tentang kesehatan, pengalaman dalam swamedikasi, terapi
sebelumnya, faktor lingkungan, riwayat efek samping obat, faktor
ekonomi, interaksi dengan tenaga kesehatan dan informasi obat dari
apoteker. (Depkes RI, 2006)
C. RENCANA STRATEGIS
1. Filosofi
Pelayanan kefarmasian di Apotek merupakan tempat pengabdian di
bidang kefarmasian oleh tenaga profesi dengan berdasarkan pada
peraturan yang berlaku, dijalankan dengan profesional dan berpegang
teguh pada kode etik profesi. Hal ini untuk meningkatkan kualitas
mutu pelayanan kepada pasien.
2. Visi
Terwujudnya pelayanan farmasi yang berkualitas, aman, cepat,
nyaman dan bermutu dengan tenaga profesional
3. Misi
a. Mewujudkan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui
penerapan asuhan kefarmasian
b. Meningkatkan mutu tenaga kefarmasian melalui
penyelenggaraan pelatihan dan seminar kefarmasian
4. Tujuan
a. Meningkatkan pelayanan kefarmasian secara optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian berdasarkan
perundang-undangan, kode etik profesi, dan sumpah jabatan.
c. Menyediakan perbekalan farmasi yang bermutu, aman, terjangkau.
5. Strategi
Melakukan pelayanan kefarmasian yang bermutu disasarkan pada
Standar Pelayanan Farmasi Apotek.
a. Segi keuangan
b. Segi pelanggan
c. Segi proses bisnis internal
d. Segi pembelajaran dan pertumbuhan
i. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan
ii. Pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses
pelayananan
iii. Melakukan monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan pada
ketentuan yang sudah ditetapkan
B. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan Farmasi
Pelayanan Farmasi Apotek Ismu Farma memiliki dua peran :
a. Peran Manajerial, meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi dan
bertanggungjawab memberikan informasi semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
b. Peran Fungsional, meliputi melakukan pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan terapi obat,
monitoring efek samping obat, evaluasi penggunaan obat, dan pelayanan
kefarmasian di rumah.
2. Organisasi
a. Tugas dan tanggung jawab
Tugas dan tanggungjawab apoteker di unit apotek ditetapkan oleh
direktur CV. Mitra Husada melalui proses evaluasi, analisa dan telaah
dengan mempertimbangkan mutu pelayanan. Apoteker dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian.
b. Administrasi dan pelaporan
Administrasi meliputi kegiatan pelayanan, administrasi perbekalan
kefarmasian, administrasi keuangan. Laporan rutin yang harus dibuat
adalah
i. Laporan jumlah resep harian dan bulanan
ii. laporan keuangan berdasar pemakaian obat harian dan bulanan
3. Sumber Daya Manusia
A. Kualifikasi dan Standar Kompetensi
SDM yang ada di Instalasi Farmasi meliputi :
a. Pekerjaan Kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian
b. Pekerjaan Administrasi merupakan tenaga administrasi umum
merangkap TTK
c. Pekerjaan teknis pengelolaan perbekalan farmasi
Kompetensi yang dipersyaratkan :
i. Apoteker
- Profesional dan memegang kode etik
- Mampu menjadi problem solving (pemecah masalah)
- Berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif
kesehatan
- Cakap dalam berorganisasi dan berkomunikasi serta
interaksi dengan tenaga kesehatan yang lain
- Mampu memperbarui terus menerus keilmuan
kefarmasian
ii. Tenaga Teknis Kefarmasian
- Mampu melakukan kegiatan dispensing sediaan obat
dengan profesional
- Mampu melakukan adminitrasi dengan teliti
- Mampu memberikan informasi obat dengan baik
-
B. Perencanaan dan Analisa SDM
Analisa SDM memperhatikan :
a. Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
b. Jumlah resep
c. Volume perbekalan farmasi
d. Jumlah dan biaya pemakaian obat
e. Pendapatan
C. Pengadaan SDM
Pengadaan SDM dilakukan oleh bagian SDM CV. Mitra Husada
melalui proses evaluasi, analisa yang melibatkan Apoteker Pengelola
Apotek dan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian yang
berlaku.
D. Orientasi dan Penempatan
Program orientasi karyawan baru dilakukan selama 3 bulan, setelah
menjalani masa orientasi, karyawan baru ditempatkan sesuai
kebutuhan.
E. Pengukuran kinerja
F. Pendidikan dan Pelatihan
Setiap karyawan dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan baik yang diselenggarakan internal maupun eksternal
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Bersama dengan bagian
SDM CV. MITRA HUSADA dan Apoteker Pengelola Apotek
merencanakan pengembangan SDM.
G. Evaluasi
Evaluasi terhadap manajemen SDM dilakukan setiap tahun sekali
untuk menilai efektivitas kebijakan.
5. Keuangan
A. Penyusunan anggaran
B. Pemanfaatan dan Pengendalian Anggaran
Pemanfaatan anggaran diupayakan seoptimal mungkin, evaluasi
anggaran dilakukan setiap 1 tahun sekali untuk melihat tingkat
realisassi pencapaian rencana kegiatan anggaran apotek.
Laporan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan meliputi :
- Laporan pendapatan dan pengeluaran apotek
6. Sistem Dokumentasi dan Informasi Manajemen
Penyimpanan dokumen (resep, faktur, surat pesanan, laporan, surat-surat)
a. Resep dan faktur disimpan 3 tahun dan kemudian dimusnahkan
b. Surat – surat, laporan – laporan, evaluasi kinerja dan administrasi
lainnya harus dikelola dengan baik, disimpan minimal 3 tahun atau
selama masih berlaku.
7. Manajemen Pengelolaan Perbekalan Farmasi
A. Seleksi (pemilihan obat) yang digunakan Apotek
a. Daftar Obat Standar
b. Formularium Obat
1. Pengertian
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di Apotek, identifikasi pemilihan terapi, bentuk sediaan dan
dosis, menentukan pemilihan dengan memprioritaskan daftar obat standar
Apotek, obat esensial.
2. Tujuan
Proses seleksi bertujuan menjamin penggunaan obat yang rasional,
pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan kualitas
perbekalan farmasi yang digunakan di unit pelayanan kesehatan.
3. Mekanisme seleksi
Seleksi dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan berikut :
a. Relevan dengan pola penyakit
b. Aman dan efektif
c. Sesuai dengan formularium nasional BPJS
d.
4. Sistem Formularium
Formularium Apotek adalah daftar obat yang disetujui oleh Panitia
Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Apotek dan dapat dievaluasi
dan disuplementasi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
5. Monitoring dan evaluasi kepatuhan formularium
Monitoring terhadap pelaksanaan formularium dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotek secara berkala meliputi kesesuaian
penulisan resep dengan formularium dan penulisan obat di luar
formularium.
6. Evaluasi terhadap proses seleksi dilakukan setiap tahun sekali
meliputi:
a. Persentase kepatuhan terhadap formularium
b. Persentase kepatuhan terhadap SOP form pengusulan obat baru
B. Procurement (Perencanaan, Pengadaan)
1. Perbekalan farmasi yang diadakan di Apotek adalah sesuai dengan
daftar formularium dan perbekalan lain diluar formularium
2. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker
Pengelola Apotek dibantu oleh asisten apoteker menggunakan
metode konsumsi dengan penyesuaian.
3. Perhitungan perencanaan bulanan dilakukan setiap akhir bulan
menggunakan data konsumsi, dengan mempertimbangkan :
a. Sisa stok
b. Kejadian stock out
c. Wabah penyakit
Pengadaan dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek dan apabila
berhalangan dapat didelegasikan kepada Tenaga Teknis
Kefarmasian dengan tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan
Apoteker.
4. Sistem pembelian perbekalan farmasi di Apotek dilakukan dengan
sistem pembelian langsung (direct procurement), dilakukan setiap
hari kerja. Pembelian menggunakan surat pesanan yang
ditandatangani Apoteker dan berstempel apotek.
5. Distributor obat yang dipilih adalah pemasok yang harus
memenuhi standar mutu dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Memiliki ijin sebagai PBF (Pedagang Besar Farmasi) dari
BPOM
b. Memiliki NPWP
c. Memiliki Apoteker PenanggungJawab
d. Memiliki surat tanda daftar perusahaan
e. Memberikan jaminan pelayanan :
- Jaminan ketersediaan obat
- Informasi yang jelas mengenai nama produk, harga,
kadaluarsa, penarikan obat dll
- Memiliki kebijakan yang jelas mengenai retur obat
- Pengiriman tepat waktu,
- Memberikan pembayaran yang jatuh tempo dengan
fleksibel
f. Apotek akan melakukan pemesanan kepada apotek lain jika
terjadi hal-hal di bawah ini :
- Keterlambatan pengiriman obat dari PBF resmi
- Obat diluar formularium
g. Monitoring dan evaluasi proses pengadaan dilakukan setiap
bulan meliputi :
- Kesesuaian SOP pengadaan dengan kenyataan
- Kesesuaian lead time yang ditargetkan
- Persentase obat yang tidak dapat dilayani sesuai surat
pesanan
C. Penyimpanan
Untuk penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Ismu Farma
dibedakan menurut sediaannya, alfabetis dan suhu yang menjamin
mutu obat. Obat narkotik dan psikotropik harus disimpan dalam lemari
tersendiri dan selalu terkunci, dan hanya petugas yang berwenang yang
berhak mengambil dan melakukan adminitrasi obat-obatan narkotik
dan psikotropik. Bahan yang mudah terbakar, korosif, eksplosif dan
iritatif disimpan di tempat tersendiri terpisah dari obat lain.
Perbekalan farmasi dikeluarkan berdasarkan sistem FIFO (Fisrt in Fisrt
out) dimana obat yang datang dahulu harus dikeluarkan lebih dahulu,
dan FEFO (First Expired First Out) dimana obat yang kadaluarsa lebih
dekat lebih dulu dikeluarkan.
Monitoring terhadap penyimpanan, suhu dan kelembapan dilakukan
setiap hari.
D. Distribusi
Distribusi dilakukan secara dispensing peresepan perseorangan dimana
sebelum obat di racik dan diserahkan kepada pasien harus divalidasi
dengan cara dilakukan pangkajian resep terlebih dahulu. Penyerahan
obat harus dilengkapin dengan pemberian informasi aturan pakai obat
dan lama terapi, penyimpanan.
Jika terjadi medication error, atau dispensing error maka perlu
dilakukan pelaporan kepada tim keselamatan pasien dan dilakukan
tindak lanjut.
Monitoring dan evaluasi proses dispensing dilakukan setiap bulan,
meliputi :
1. Average consultation time : rata –rata waktu yang digunakan dalam
konsultasi/pemberian informasi obat.
2. Average dispensing time : rata – rata waktu yang digunakan untuk
memberikan pelayanan sejak resep diterima sampai obat yang
diberikan kepada pasien disertai informasi obat
3. Kepuasan pelanggan (internal : tenaga kesehatan, eksternal :pasien)
4. Kejadian salah menyerahkan obat
5. Kejadian salah peresepan
6. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika
E. Keselamatan pasien dalam proses penyerahan dan penggunaan obat
harus diperhatikan dan upaya – upaya pencegahan kejadian nyaris
cedera (KNC) dan kejadian tidak dikehendaki (KTD). Apabila terjadi
kesalahan dalam penyerahan obat atau penggunaan obat, Apotek harus
mengambil langkah – langkah guna meminimalisir cedera dan
melaporkan kejadian tersebut kepada tim keselamatan pasien.
F. Program pendidikan, pelatihan dan penelitian
Pendidikan dan pelatihan di Apotek Ismu Farma merupakan kegiatan
pengembangan SDM untuk meningkatkan kompetensi profesi tenaga
kefarmasian. Hal ini digunakan untuk meningkatkan pelayanan
kefarmasian di Apotek.
G. Pengendalian Mutu (Quality Assurance)
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap
pengelolaan perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah
kehilangan, kadaluarsa, dan rusak.
KAT
A
SAM
BUT
AN
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
Menetapkan
: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN TENTANG TIM PENYUSUN PEDOMAN
PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
Pertama : Membentuk nama-nama anggota Tim Penyusunan Pedoman Pelayanan
Kefarmasian
di Puskesmas dengan susunan sebagai berikut :
Penanggung jawab : Drs. Abdul Muchid, Apt
Ketua : Sri Bintang Lestari, S,Si,
Apt Sekretaris : Dwi Retnohidayani
Anggota : 1.Dra. Fatimah Umar, Apt, MM
2. Dra. Rida Wurjati, Apt, MKM
3.Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt
4.Dra. Nur Ratih Purnama, Apt, M.
5.DR. Sudibyo Supardi, Apt, M.Kes
6.Drs. Masrul,
Apt
7.Dra. Rostilawati Rahim, Apt
8. Dra. Kusumawati, Apt, M.Kes
9. Ully Adhie Mulyani, S.Si, Apt
10.Monita, S.Farm,
Apt
11. Dra. Hardiah Djuliani, Apt, M.Kes
12. Dra. Wirna Rabungan, Apt
13.Dra. Tisna Misnawati, Apt
14.Drs. Gunawan Kartasasmita, Apt
15. Drs. Arel St. Iskandar, Apt, MM
16.Dra. Kapureni,
Apt
17.Drs. Edward Tudor Dwinov, Apt
18.Drs. Zulkifli, Apt, M.Kes
19.Andi Leny S, S.Si,
Apt
20.Fachriah Syamsuddin, S.Si,
Apt
21.Fitra Budi Astuti, S.Si, Apt
22.Yuyun Yuniar, S.Si, Apt
Sekretariat : Chaeruddin Yully E. Sitepu, B.Sc Siti Martati
Kedua : Tugas – tugas Tim :
a. Mengadakan rapat-rapat persiapan dan koordinasi pihak
terkait b. Menyusun draft Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
c. Menyelenggarakan pertemuan penyempurnaan
draft
Ketiga : Dalam menjalankan tugas-tugasnya Tim dapat mengundang
pihak-pihak lain yang terkait untuk mendapat masukan dalam
penyempurnaan guna
mendapat hasil yang optimal.
Keempat : Biaya Penyelenggaraan kegiatan dibebankan pada DIPA
Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran
2006.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di JAKARTA
Pada tanggal : November 2006
DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DANALAT
KESEHATAN
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR.......... ………………………………………………….…ii
SAMBUTAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN....iii
SK TIM PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI
PUSKESMAS……………………………….............…………………..............vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....…...………………………………………...
1.2. Tujuan …………………………………………………............
1.3.Landasan Hukum ...........
.…………………………...……........ BAB II
PENGELOLAAN SUMBER DAYA
2.1. Sumber Daya Manusia………….………………….………......
2.2. Prasarana dan Sarana …….………………….………...............
2.3. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan ..............................
2.4. Administrasi
............................................................................... BAB III
PELAYANAN FARMASI KLINIK
3.1. Pelayanan Resep……………………………….………..........
3.2. Pelayanan Informasi Obat ……….………...............................
.BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
……………………………….... BAB V
PENUTUP………………………………….………..........................
BAB V
KOSA KATA
DAFTAR KEPUSTAKAAN 19 21
Halaman DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 Prosedur Tetap Pelayanan
Kefarmasian ƒ
Prosedur Tetap Penerimaan Resep
.................................................... ƒ
Prosedur Tetap Peracikan
Obat.......................................................... ƒ Prosedur Tetap
Penyerahan Obat....................................................... ƒ Prosedur
Tetap Pelayanan Informasi Obat......................................... ƒ
Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau
Kadaluarsa................. ƒ Prosedur Tetap Pencatatan dan
Penyimpanan Resep......................... ƒ Prosedur Tetap
Pemusnahan Resep...................................................
Lampiran 2 Contoh Resep Yang
Lengkap............................................................... Lampiran 3 Contoh
Etiket........................................................................................ Lampiran 4
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/LB2)......
Lampiran 5 Berita Acara Pemusnahan Resep
........................................................ Lampiran 6 Daftar Tilik Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas ............................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
1.2.
Tujuan
Tujuan Umum : Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas
Tujuan Khusus : - Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk
melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas - Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam
pembinaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
1.3. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
- Bab I pasal 1
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
- Bab V pasal 42
- Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
- Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
- Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan
miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain
- Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet,
booklet dan majalah kesehatan.
- Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan
informasi obat. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi
Spesialite Obat
Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
- Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
- Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria,
serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai
dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
- Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar
pemasukan
dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan
baik.
- Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk
melakukan
pelayanan informasi obat.
Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata). ƒ Cara
penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk
kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung
konjungtiva, tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung
konjungtiva dan mata ditutup selama
1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah. ƒ Setelah digunakan,
ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air
hangat) dan wadah salep ditutup rapat ƒ Tangan dicuci untuk menghilangkan
obat yang mungkin terpapar pada tangan
Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga ƒ Cuci
tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga ƒ Bersihkan bagian luar
telinga dengan cotton bud/kapas bertangkai pembersih telinga. ƒ Jika sediaan
berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu ƒ Cara penggunaan
adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat
menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah
ditetesi maka bagi penderita dewasa daun
telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga
ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan
selama 5 menit ƒ Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan,
misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air
kencing berubah warna dan sebagainya
- efek samping obat, interaksi obat dengan obat lain atau makanan
tertentu, dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori,
kehamilan, dan menyusui.
- Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal.
atau lembab.
BAB IV
Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indikator yang
digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas antara lain :
BAB V
PENUTU
Brosur Obat : : adalah informasi mengenai obat yang berasal dari produsen
meliputi kandungan zat aktif, indikasi, kontraindikasi, aturan
pakai, efek samping, perhatian, nomor batch, tanggal produksi,
tanggal kadaluarsa
Inhalasi : larutan obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol
Interaksi obat : segala sesuatu yang mempengaruhi kerja obat, misalnya obat lain
Kontra indikasi : semua kondisi dan situasi yang melarang penggunaan obat
dengan alasan apapun untuk mencegah makin parahnya penyakit
atau terjadinya penyakit baru
Narkotika : zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
ataupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikis
Per Oral : pemberian obat melalui mulut zat atau obat baik alamiah maupun
sintesis
Psikotropika :
Resep : permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Sediaan Farmasi : Wadah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Tanggal kadaluarsa : batas tanggal setelah tanggal tersebut mutu suatu sediaan farmasi
tidak dijamin lagi oleh produsennya kemasan yang berhubungan
langsung dengan obat
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-
anak
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi
obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung.
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara
sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis
Nama Puskesmas :
................................................................ Alamat
Puskesmas : ................................................................ D
1. Nama : ................................................................
Jabatan :
................................................................ NIP
: ...............................................................
2. Nama : ...............................................................
3. . Jabatan : ................................................................
4. NIP : ................................................................
5. Telah melakukan pemusnahan resep pada Puskesmas kami, yang telah melewati
batas waktu penyimpanan selama 3 (tiga) tahun, yaitu : Resep dari tanggal
.......................................... sampai dengan tanggal .............................. Seberat
.............................. kg. Resep Narkotik.................. lembar Tempat dilakukan
pemusnahan : .....................................................................................
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita
acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
4. Satu sebagai arsip di Puskesmas ....................................................
.20........