Anda di halaman 1dari 15

URAIAN MATERI

Jika kita perhatikan lingkungan di sekitar kita? Kita dapat melihat bunga, rumput, pohon,
ayam, burung, tanah, batu, angin, dll. Semua itu adalah gambaran suatu tempat yang diisi
makhluk hidup dan benda tak hidup. Satu kesatuan dari makhluk hidup dan makhluk tak hidup
inilah yang disebut sebagai ekosistem. Jadi ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem dapat dinyatakan sebagai suatu wilayah yang sangat luas, seperti ekosistem
padang rumput, ekosistem danau hingga ekosistem hutan tropis. Namun sebuah genangan air
atau sebuah akuarium juga dapat dinyatakan sebagai sebuah ekosistem. Hal ini disebabkan
persyaratan untuk sebuah ekosistem sudah terpenuhi, yaitu ada komponen biotik, komponen
abiotik dan ada interaksi diantara keduanya.

3.1 Komponen Penyusun Ekosistem


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, ekosistem adalah hubungan timbal balik antara
makhluk hidup (komponen biotik atau komunitas) dengan lingkungannya (komponen abiotik).
Pada dasarnya komponen penyusun ekosistem terdiri dari komponen biotik dan komponen
abiotik.
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup yang dapat
berupa hewan, tumbuhan maupun mikro-organisme. Manusia merupakan faktor biotik yang
mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan
gandakan atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan
fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Produsen; yaitu makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi organik
(organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh organisme yang memiliki
pigmen fotosintesis, misalnya tumbuhan hijau yang memiliki klorofil. Adanya khlorofil
menyebabkan tumbuhan punya kemampuan melakukan fotosintesis.
b. Konsumen; yaitu organisme yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung
kepada organisme lain. Kelompok organisme ini sering disebut juga sebagai organisme
heterotrof. Konsumen biasanya merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara
langsung (herbivora) dinamakan konsumen primer. Hewan yang memakan konsumen primer
dinamakan konsumen sekunder dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan.
Konsumen terakhir disebut konsumen tersier. Contoh konsumen tersier adalah manusia.
c. Pengurai atau dekomposer; yaitu organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal
dari organisme mati. Organisme pengurai ini berperan dalam menguraikan materi organik
menjadi an-organik yang nantinya dapat diserap kembali oleh organisme produsen.
Organisme yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah
cacing, kutu kayu.
Sedangkan lingkungan abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia
yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup. Lingkungan abiotik tersebut dapat berupa medium/substratum (seperti
tanah/perairan sebagai tempat hidup) dan cuaca/iklim (seperti suhu kelembaban, udara, angin,
intensitas cahaya).
Ditinjau dari aspek fungsionalnya, lingkungan dapat dilihat sebagai kondisi dan
sumberdaya. Lingkungan sebagai kondisi digunakan untuk menunjukkan suatu besaran atau
kadar atau intensitas faktor-faktor abiotik lingkungan. Dimana ketersediaan lingkungan sebagai
kondisi tidak akan berkurang karena kehadiran atau spesies lain. Contoh: suhu dan cahaya.
Secara garis besar, perubahan lingkungan dalam ruang dan waktu dibedakan atas :
a. Perubahan siklik; yaitu perubahan yang terjadi berulang-ulang secara berirama, contohnya:
siang-malam, pasang-surut laut, musim kemarau - hujan.
b. Perubahan terarah; yaitu perubahan yang terjadinya berangsur-angsur secara terus-menerus
(progressif atau berkesinambungan) menuju ke suatu arah tertentu. Contohnya; pengikisan
garis pantai atau pengendapan lumpur di muara sungai dan suksesi.
c. Perubahan eratik; yaitu perubahan yang tidak berpola dan tidak menunjukkan konsistensi
mengenai arah perubahannya. Contoh: banjir bandang, pengendapan debu oleh letusan
gunung berapi, kebakaran hutan dan lain-lain.
3.2 Macam - Macam Ekosistem
Berdasarkan tempat terjadinya hubungan timbal balik antara komunitas (makhluk hidup)
dengan lingkungannya, secara garis besar ekosistem menjadi 2 macam, yaitu ekosistem darat
(ekosistem terestrial) dan ekosistem air (ekosistem akuatik).
Ekosistem darat adalah ekosistem yang terdapat di wilayah daratan. Berdasarkan
perbedaan letak geografik dan fisiografiknya, ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa
bioma atau daerah habitat. Bioma adalah eksostem dalam skala luas yang didasarkan pada
vegetasi (tumbuhan yang dominan) dan iklim yang khas. Kita mengenal beberapa macam bioma
yang ada dimuka bumi ini, yaitu:
a. Bioma hutan hujan tropis; yaitu yaitu bioma yang biasanya terbentang dari daerah tropika dan
sub-tropika. Jenis vegetasi didominasi jenis pohon yang tinggi dan kanopi yang besar
sehingga menimbulkan iklim mikro di dasar hutan, dimana perbedaan suhu kelembaban di
atas dengan di bawah tajuk sangat mencolok. Pada bioma ini juga banyak ditemukan jenis
lianan dan epifit. Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi (sekitar 200
–225 cm/tahun) dan memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
b. Bioma padang rumput; yaitu bioma yang biasanya terbentang dari daerah tropika hingga sub-
tropika. Jenis vegetasi didominasi oleh rumput dan sering diselingi oleh semak dan terna.
Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang kurang (sekitar 25 – 50 cm/tahun) dan
turun tidak teratur. Porositas (pori tanah) banyak sehingga aliran udara dalam tanah sangat
lancar, sedangkan dan drainase (peresapan air) sangat cepat.
c. Bioma hutan gugur; yaitu bioma yang biasanya di daerah sub-tropika. Jenis vegetasi
didominasi oleh jenis tumbuhan yang punya kemampuan menggugurkan daunnya menjelasng
musim dingi. Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun
(sekitar 75 – 100 cm/tahun) dan ditemukan 4 musim, yaitu musim dingin, musim semi, musim
panas dan musim gugur.
d. Bioma gurun; yaitu bioma yang biasanya terdapat di daerah tropika yang ditandai dengan
vegetasi yang didominasi oleh jenis tumbuhan yang tak berdaun atau daunnya seperti duri dan
dilapisi oleh zat lilin untuk mengurangi penguapan. Akarnya panjang dan menyebar serta
memiliki jaringan untuk menyimpan air. Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang
rendah (sekitar 25 cm/tahun)dengan suhu dan penguapan yang tinggi serta memiliki
perbedaan suhu siang dengan malam yang besar.
e. Bioma taiga; yaitu bioma yang biasanya terdapat di bumi sebelah utara dan pegunungan
daerah tropik hingga subtropik. Vegetasi ditandai dengan jenis tumbuhan konifer (daun
berbentuk jarum). Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang rendah (sekitar 35 - 40
cm/tahun) dan suhu pada musim dingin sangat rendah.
f. Bioma thundra; yaitu bioma yang biasanya terdapat di bumi sebelah utara dan dalam
lingkaran kutub utara. Vegetasi didominasi tumbuhan yang semusim dan berumur pendek dan
jenis lumut. Iklim bioma ini ditandai dengan iklim kutub, curah hujan yang rendah (sekitar 12
cm/tahun). Pada musim dingin biasanya ditandai dengan kondisi gelap yang panjang (karena
siang sangat pendek sedangkan malam lama), sebaliknya pada musim panas kondisi terang
yang panjang (karena malam sangat pendek sedangkan siang lama).
Untuk ekosistem perairan, didasarkan tingkat salinitasnya ekosistem perairan perairan
dibedakan atas:
a. Ekosistem air tawar; yaitu ekosistem yang perairannya memiliki tingkat salinitas yang rendah
(bahkan lebih rendah dari protoplasma) dan sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
b. Ekosistem laut; yaitu ekosistem yang perairannya memiliki tingkat salinitas yang tinggi dan
tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
c. Ekosistem estuaria; yaitu ekosistem ini merupakan tempat pertemuan air tawar dengan air laut
atau kawasan muara sungai sehingga tingkat salinitas yang tidak stabil karena dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut dan curah hujan diwilayah daratan.

3.3 Ekoenergetika
Ekoenergetika merupakan pembahasan dalam ekologi yang mengkaji tentang transformasi
energi dalam organisme hidup. Setiap makhluk hidup membutuhkan energi untuk pertumbuhan,
untuk aktivitas dan melakukan metabolisme, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk
reproduksi. Sumber energi utama semua makhluk hidup di bumi adalah cahaya matahari. Dari
sejumlah energi yang dipancarkan ke bumi, hanya sejumlah kecil yang mampu difiksasi oleh
tumbuhan untuk kemudian diserap oleh organisme pada tingkat tropik di atasnya hingga ke
tingkat tropik tertinggi. Dikarenakan sejumlah besar energi digunakan oleh organisme, hanya
sebagian kecil saja energi yang diteruskan ke organisme pada tingkat tropik di atasnya. Peristiwa
aliran energi yang mengalir pada sistem makhluk hidup inilah yang disebut transformasi energi.
Di dalam suatu ekosistem terjadi interaksi antara satu komponen biotik dengan komponen
biotik lainnya dan antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Interaksi antar komponen
abiotik dengan komponen biotik mengakibatkan terjadinya aliran energi dan daur biogeokimia.
Bisa kita bayangkan, seandainya di planet bumi ini tidak ada matahari bagaimana keadaannya?
Dapat dipastikan keadaan bumi gelap gulita sepanjang masa dan dingin. Matahari mengeluarkan
energi panas dan cahaya. Energi adalah kemammpuan untuk melakukan kerja. Sifat energi
diekosistem sesuia dengan hukum termodinamika. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnakan, tetapi dapat diubah dari suatu bentukenergi ke bentuk energi lain. Energi cahaya
dapat diubah oleh tumbuhan hijau menjadi energi potensial dalam bentuk karbohidrat melalui
proses fotosintesis, kemudian diubah oleh hewan dan manusia menjadi energi panas dan energi
gerak. Dalam sistem ekologi, suatu organisme merupakan komponen pengubah energi. Aliran
energi dan siklus materi dalam ekosistem terjadi melalui rantai makanan dan jaring-jaring
makanan.
Seperti yang Anda ketahui saling ketergantungan antara produsen dan konsumen tampak
pada peristiwa makan dan dimakan. Rantai makanan adalah jalur pemindahan energi dari tingkat
trofik ketingkat trofik berikutnya melalui peristiwa makan dan dimakan. Herbivora mendapatkan
makanan dari tanaman. Saat herbivora dimangsa karnivora, energi tersebut akan berpindah dan
seterusnya. Semakin pendek rantai makanan semakin tinggi pula energi yang diserap oleh
organisme diujung rantai makanan. Berdasarkan tipe organisme (produsen) yang menjadi
tingkat trofik pertama, terdapat dua jenis rantai makanan, yaitu
a. Rantai makanan perumput; pada tipe ini, mata rantai makanannya berawal dari tumbuhan,
maka tingkat trofi 1 diduduki oleh tumbuhan hijau (produsen), tingkat trofi 2 diduduki oleh
herbivora (konsumen 1), tingkat trofi 3 diduduki oleh karnivora (konsumen 2), dan
seterusnya.
b. Rantai makanan detritus; pada tipe ini rantai makanan berawal dari organisme perombak.
Detritus merupakan hancuran (fragmen) dari bahan-bahan sudah terurai yang dikonsumsi
hewan-hewan kecil seperti rayap, cacing tanah, tripang, dan sebagainya.
Pada tiap-tiap tingkatan konsumen tampak seolah-olah setiap organisme hanya memakan
atau dimakan oleh satu macam organisme yang lain, tetapi kenyataannya di dalam ekosistem
keadaannya lebih kompleks. Hal ini terjadi karena tiap-tiap organisme dapat memakan dalam
satu tingkatan konsumen atau dari tingkatan konsumen lain di dalam ekosistem yang dikenal
dengan rantai makanan dan antara rantai-rantai makanan itu saling berhubungan satu dengan
lainnya yang dikenal dengan jaring-jaring makanan.
Telah kita ketahui bersama, bahwa komponen-komponen biotik pada rantai makanan
ekosistem menempati tingkatan trofi tertentu, seperti produsen menempati tingkat trofi pertama,
herbivora menempati tingkat trofi kedua, karnivora menempati tingkat trofi ketiga, dan
seterusnya. Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka
energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I
(pemakannya) dan konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan konsumen I, dan
seterusnya.

Gambar 3.1. Piramida ekologi dalam suatu ekosistem

Berdasarkan struktur penyusunnya, kita mengenal ada 3 bentuk piramid ekologi yaitu:
a. Piramida jumlah; yaitu piramida yang digambarkan oleh jumlah individu pada setiap tingkat
trofik dalam suatu ekosistem dalam kurun waktu tertentu. Dimana semakin tinggi tingkat
tropik semakin sedikit jumlah individunya.
b. Piramida Biomassa; yaitu piramida menggambarkan berat atau massa kering total organisme
hidup dari masing-masing tingkat trofiknya dalam suatu ekosistem dalam kurun waktu
tertentu. Piramida biomassa berfungsi untuk menggambarkan perpaduan massa seluruh
organisme di habitat tertentu yang diukur dalam gram. Dimana semakin tinggi tingkat tropik
semakin sedikit biomassanya.
c. Piramida Energi; yaitu piramida yang menggambarkan besarnya energi yang tersimpan pada
masing-masing tingkat tropik. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat
tentang aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah
energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurangnya energi yang terjadi di
setiap trofik terjadi disebabkan karena : 1) hanya sejumlah makanan tertentu saja yang
ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya; 2) beberapa makanan yang dimakan
tidak bisa dicerna dan dikeluarkan sebagai sampah; 3) hanya sebagian makanan yang dicerna
menjadi bagian dari tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
Dalam pembahasan piramid energi, kita mengenal istilah produktivitas. Produktivitas
adalah hasil aktivitas metabolisme organisme berupa pertumbuhan, penambahan, dan
penimbunan biomassa dalam periode waktu tertentu. Produktivitas dapat dibedakan atas:
a. Produktivitas Primer; yaitu kecepatan pengubahan energi radiasi matahari melalui aktivitas
fotosintesis dan kemosintesis oleh produsen menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik. Produktivitas primer dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) produktivitas primer
bersih (produktivitas primer kotor dikurangi respirasi); dan produktivitas primer kotor (jumlah
total materi organik atau karbon organik yang dihasilkan dalam proses fotosintesis).
b. Produktivitas Sekunder; yaitu kecepatan penyimpanan energi oleh organisme tingkat
konsumen. Organisme tingkat konsumen (heterotrof) mengambil bahan organik dari
organisme autotrof dan mengasimilasinya kedalam jaringan tubuhnya. Peningkatan biomassa
pada heterotrof merupakan laju asimilasi.
Energi pada dasarnya mengalami perpindahan dari satu tingkat tropik ke tingkat tropik di
atasnya yang kadang kala disertai dengan perubahan bentuk dari bentuk eneri yang satu menjadi
bentuk energi lain yang sering disebut transformasi energi. Peristiwa transformasi energi
merupakan perpindahan suatu unit energi dari satu titik ke titik lain yang membutuhkan suatu
sumber energi dan penerima energi. Para ahli ekologi menggunakan satuan energi dalam bentuk
kalori atau kilokalori. Satu gram kalori adalah sejumlah energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan 1 gram air satu derajat celsius pada suhu 150C.
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang disimpan atau dilepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan. Hal ini sesuai dengan
Hukum Thermodinamika I, yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, melainkan dapat berubah bentuk. Cahaya misalnya, adalah salah satu bentuk
energi. Energi ini dapat diubah sebagai panas atau energi kimia dalam makanan (zat organik),
tetapi energinya tidak dapat dimusnahkan. Ini berarti sistem kehidupan dapat dianggap sebagai
pengubah energi, yang berarti dalam sistem kehidupan dijumpai berbagai strategi untuk
menstranfor energi.
Sumber energi utama kehidupan di bumi adalah sinar matahari. Sinar matahari menjaga
bumi ini dengan dua cara, yaitu memanaskan bumi dan energi fitokimia yang dapat digunakan
oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Sinar matahari dapat memanaskan bumi karena panasnya
dapat mendorong terjadinya siklus air, gerakan aliran udara dan aliran air. Sedangkan energi
fitokimia dari matahari, melalui fotosintesis diubah menjadi energi makanan dalam tumbuhan
dan energi inilah yang menyebabkan organisme di bumi ini dapat hidup.
Hukum Thermodinamika II menegaskan bahwa tidak ada sistem pengubah energi yang
benar-benar efisien. Ini berarti tidak ada proses transformasi energi yang berlangsung secara
spontan tanpa adanya sejumlah energi yang terlepas. Atau dengan kata lain proses transformasi
energi tiddak pernah efisiesn 100%.
Pada sistem transformasi energi, energi cahaya yang berasal dari cahaya matahari akan
difiksasi oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimiawi melalui proses fotosintesis.
Sebagian energi untuk respirasi yang menghasilkan energi dan digunakan untuk tumbuh dan
berbiak, sebagian disimpan dalam bentuk cadangan makanan dan sebagian lagi terbuang ke
ekosistem. Oleh hewan cadangan makanan ini akan di konsumsi untuk diubah menjadi energi
yang gunakan untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolismenya dan yang terbuang ke
sistem dalam bentuk tinja dan sebagian diambil oleh parasit dalam tubuhnya.
Sumber energi utama di bumi adalah dari sinar matahari. Bumi menerima sinar matahari
dengan laju kira-kira 1,94 gkal/cm2/menit. Permukaan bumi efektif menerima panas hanya pada
siang hari dan sedikit terganggu oleh adanya asap, awan dan partikel debu, sehingga hanya
sekitar 46% dari sinar matahari pada siang hari yang dapat diterima oleh bumi, meskipun masih
sangat tergantung pada altitude, latitude dan musim.
Energi bersih (En) pada tingkat produsen merupakan sejumlah energi yang siap digunakan
oleh hewan-hewan dan selanjutnya dapat dipindahkan ke tingkat tropik yang lebih tinggi melalui
peristiwa pemangsaan (predasi). Ketika predator memangsa mangsanya secara utuh, seperti ikan
memangsa plankton, dalam hal ini tidak ada sisa. Namun pada banyak predator seperti Harimau
memangsa rusa, mangsa dimakan sepotong-potong dan banyak yang tidak digunakan seperti
tulang, kulit, rambut dan lainnya. Jadi pemangsaan oleh predator dapat dipisahkan dalam
masukan energi kotor (Eb) dan energi sisa (Es).
Sementara itu dari sejumlah makanan yang diambil pada tingkat heterotrop, mungkin ada
yang dicerna, atau dicerna secara sederhana atau tidak dicerna. Meskipun dicerna dan diabsorbsi,
namun tidak seluruhnya makanan yang tersebut di metabolisme di dalam jaringan, tetapi
dikeluarkan sebagai feses, urine dan eksreta lainnya. Energi yang terbuang melalui feses, urin
dan ekstrata lainnya tersebut disebut sebagai energi ekskreta (Ee). Jadi energi asimilasi (Ea) atau
energi metabolit adalah energi dari makanan yang benar-benar diserap dan digunakan atau
dengan kata lain energi kotor dikurangi energi ekskreta.

Ea = E k – E e

Sebagian besar energi yang terserap, akan digunakan untuk membiayai metabolisme basal,
pengaturan suhu, mencerna makanan dan aktifitas lainnya. Proses ini berlangsung secara alami
dan secara alami pula akan dilepas dari tubuh, terutama pada hewan homoioterm yang harus
mempertahankan suhu tubuhnya. Energi juga digunakan untuk reproduksi, seperti memproduksi
telur atau sperma, prilaku kawin dan aktivitas reproduksi lainnya. Total energi yang digunakan
untuk kerja dan menghasilkan panas disebut energi respirasi.
Produksi persatuan waktu pada tingkat konsumen adalah energi masukan kotor dikurangi
energi ekskreta dan energi respirasi. Produksi energi bersih inilah yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Selain terbunuh dan dimangsa oleh predator, hewan dapat mati karena
tua, penyakit, cuaca yang ekstrim, kelaparan atau kecelakaan. Energi yang terbuang karena
kematian seperti ini dalam ekosistem disebut sebagai kematian bukan karena pengaruh predator.
Energi yang berkurang dari suatu tingkatan tropik melalui ekskreta, kematian non-predator
atau sisa pemangsaan selanjutnya akan digunakan oleh saprofor atau dekomposer. Proses ini
memungkinkan pengembalian nutrisi ke dalam tanah dan selanjutnya akan diserap oleh tanaman,
namun pengembalian unsur ke dalam tanah ini tidak dibarengi dengan pengembalian energi. Jadi
pada suatu ekosistem, energi yang masuk ke dalam sistem terjadi melalui fotosintesis dan energi
akan keluar dari sistem melalui respirasi.
Tingkatan tropik atau tingkat makan merupakan hubungan makan memakan dalam suatu
ekosistem. Semua organisme memperoleh energinya dari tingkatan makan yang lebih rendah.
Organisme yang menempati tingkat tropik terendah dalam ekosistem adalah produsen. Produsen
(misalnya tumbuhan hijau) merupakan organisme yang mampu menangkap energi dari cahaya
matahari untuk diubah menjadi bahan organik dan nantinya akan dimanfaatkan oleh organisme
pada tingkat tropik yang kedua, yaitu konsumen tingkat satu (herbivora). Energi kemudian akan
mengalir ke tingkat tropik yang lebih tinggi lagi yaitu konsumen tingkat II (karnivora) demikian
seterusnya hingga ke konsumen puncak.
Jika produksi dinyatakan dalam bentuk energi, piramida tidak hanya menunjukkan jumlah
energi yang mengalir di setiap tingkatan, tetapi yang lebih penting, adalah peran berbagai
organisme dalam pemindahan energi. Piramida energi disusun sebagai jumlah produksi
organisme per-unit atau dinyatakan dalam bentuk yang berbeda sebagai laju makanan melalui
rantai makanan.
Piramid energi memperlihatkan jumlah energi yang ditransfer diantara tingkat tropik yang
disusun dalam setiap tingkat tropik. Sehubungan adanya sejumlah energi yang hilang pada
setiap tingkatan tropik, apakah sebagai energi eksresi, sebagai energi respirasi maupun energi
sisa yang tidak termanfaatkan oleh organisme pada tingkat tropik di atasnya. Untuk itu ada
kecendrungan semakin tinggi tingkatan tropik suatu organisme, maka semakin kecil energi yang
diperolehnya.

3.4 Siklus Biogeokimia


Daur biogeokimia adalah siklus zat atau materi melalui komponen biotik dan abiotik.
Proses tersebut terjadi secara berulang-ulang dan tak terbatas. Bila suatu organisme mati, maka
bahan organik yang terdapat di dalam tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi zat
anorganik dan dikembalikan ke lingkungan. Istilah Bio adalah organisme hidup dan geo berarti
batu, udara, dan air dari bumi. Sedangkan geokimia adalah ilmu pengetahuan alam penting yang
membahas komposisi kimia bumi dengan pertukaran unsur antara berbagai bagian dari kulit
bumi dan lautannya, sungai dan perairan lainnya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh siklus biogeokimia, yaitu:
a. Siklus Air
Daur Air atau siklus hidrologi adalah proses transfer atau pergerakan air melewati
atmosfer, geosfer, biosfer dan hidrosfer. Pergerakan utama dari siklus air ini dipengaruhi oleh
radiasi panas matahari. Dalam siklus ini air yang menguap di lautan sebagian besar kembali
kelautan, sedangkan air pada daratan 60% menguap kembali ke atmosfer dan sisanya sebesar
40% mengalir ke laut. Air sangat penting bagi makhluk hidup karena air berfungsi sebagai
pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotic sel, dan bahan baku
untuk fotosintesis.
a. Saat terkena cahaya matahari, air laut, danau dan sungai yang terkena cahaya matahari akan
menguap (transpirasi). Tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan uap air
b. Uap air akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Awan kemudian berpindah karena
perbedaan suhu dan terbawa oleh angin. Saat terpapar udara dingin, awan akan mengalami
kondensasi menjadi tetes-tetes air dan akan jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan
(presipitasi)
c. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan melalui
infiltrasi
d. Setelah terjadi infiltrasi, air akan terus bergerak ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi,
yang disebut peristiwa perlokasi. Sebagian air tanah diserap oleh tumbuhan untuk fotosintesis.
Air tanah dalam bentuk mata air, sumur, danau, dan sungai dimanfaatkan oleh hewan maupun
manusia untuk menunjang kehidupan. Air sungai akan mengalir ke tempat yang lebih rendah,
dan akhirnya menuju ke laut

b. Siklus Karbon Dan Oksigen


Unsur karbon yang terdapat di atmosfer dalam bentuk senyawa bahan anorganik, yaitu
karbondioksida (CO2). Senyawa anorganik CO2, baik di darat maupun di air akan diubah oleh
produsen menjadi senyawa karbon organik melalui proses fotosintesis, disertai penyimpanan
energi yang berasal dari radiasi cahaya matahari. Energi yang tersimpan di dalam tubuh produsen
bersama dengan senyawa karbon organik disebut energi biokimia. Sebagian senyawa karbon
organik di dalam tubuh produsen dimanfaatkan untuk aktivitas fisiologi produsen itu sendiri
melalui proses respirasi, dan sebagiannya lagi ditransfer ke konsumen (hewan dan manusia)
melalui rantai makanan. Respirasi yang dilakukan produsen dan konsumen akan membebaskan
CO2 ke udara
Bila produsen dan konsumen mati, maka senyawa karbon organik di dalam tubuhnya
akan diurai oleh mikroorganisme pengurai (bakteri dan jamur) yang akan membebaskan CO 2 ke
udara atau ke dalam air. Sebagian bahan organik di dalam tubuh organisme ada yang sulit
diuraikan (perlu waktu yang lama) dan ada yang berubah menjadi batu kapur, arang, minyak
bumi (bahan fosil). Pembakaran bahan fosil akan membebaskan CO 2 kembali ke udara
c. Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah proses perubahan nitrogen menjadi beberapa bentuk senyawanya,
proses perubahan ini diperlukan karena nitrogen bebas tidak dapat digunakan langsung oleh
makhluk hidup. Nitrogen memegang peranan penting bagi kehidupan, karena merupakan
komponen dari asam amino dan asam nukleid (DNA dan RNA ), bagian dari protein, serta
pembentukan klorofil pada tanaman hijuau yang berguna dalam proses fotosintesis dan
pertumbuhan. Nitrogen adalah unsur yang paling melimpah di atmosfer. 80% komposisi
atmosfer adalah nitrogen.
Nitrogen bebas yang ditemukan pada atmosfer dalam bentuk gas merupakan elemen yang
kurang reaktif, sehingga membutuhkan beberapa tahapan proses agar dapat dimanfaatkan oleh
mahluk hidup. Berikut ini beberapa poses penting yang terjadi dalam siklus Nitrogen, yaitu:
a. Proses pemecahan nitrogen bebas berlangsung dengan bantuan petir. Energi petir yang besar
memicu terjadinya reaksi nitrogen dan oksigen menjadi NO2 dan NH2. Senyawa-senyawa ini
turun bersama hujan
b. Beberapa organisme mampu mengikat nitrogen dari udara. Salah satu contohnya adalah
Rhizobium. Mikroorganisme ini bersimbiosis dengan akar tanaman polong-polongan
sehingga menyuburkan tanaman inangnya. Tidak hanya rhizobium, masih ada kelompok
bakteri tanah proteobacteria yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Nitrat yang
tersedia di dalam tanah dapat diserap langsung oleh tumbuhan. Peristiwa ini disebut dengan
amonifikasi yaitu pengubahan nitrat menjadi amonium
c. Nitrogen juga dapat diperoleh dari jasad makhluk hidup. Karena di dalam jasad makhluk
hidup terkandung asam amino dan protein yaitu zat-zat yang tersusun dari nitrogen. Jasad
mati makhluk hidup berubah menjadi detritus. Detritus kemudian dicerna oleh detritivor
hingga akhirnya terdekomposisi menjadi amonia
d. Amonium yang terbentuk bisa langsung dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan. Tetapi hanya
sedikit yang dapat diserap. Karena sebagian besar amonia dipakai bakteri aerob sebagai
sumber energi. Selanjutnya amonium diubah menjadi nitrat oleh kelompok bakteri aerob.
Proses ini dinamakan nitrifikasi. Sebelum menjadi nitrat, amonium diubah menjadi nitrit oleh
bakteri nitrosomonas. Kemudian nitrit diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter. Nitrat
yang terbentuk diserap oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis/penyususnan makanan.
Nitrifikasi hanya terjadi saat tersedia cukup oksigen karena nitrifikasi melibatkan bakteri
aerob. Jika jumlah oksigen tidak cukup maka akan terjadi denitrifikasi. Denitrifikasi adalah
pelepasan nitrogen kembali ke atmosfer. Ketika tanah kekurangan oksigen bakteri tanah
mengambil kebutuhan oksigen dari nitrat sehingga unsur nitrogen akan dbebaskan kembali ke
udara

d. siklus belerang/sulfur
Siklus Sulfur adalah sekumpulan proses dimana elemen sulfur bergerak atau berpindah dari
dan membentuk mineral dan sistem kehidupan. Siklus sulfur sangat penting bagi kehidupan
karena sulfur merupakan elemen pembentuk meineral dan elemen pembentuk protein, vitamin
dan hormon.
Proses-proses yang terjadi dalam daur sulfur yaitu :
a. Asap-asap dari aktivitas industri dan erupsi gunung berapi yang mengandung gas-gas sulfida
seperti SO2, SO4, naik ke atmosfer dan menyatu dengan awan
b. Gas-gas tersebut bereaksi dengan air membentuk asam sulfat. Reaksi ini sangat berpengaruh
terhadap penurunan derajat keasaman air hujan sehingga pada saat hujan turun terjadilah
peristiwa yang dinamakan hujan asam. Jika ph hujan terlalu rendah maka akan mengancam
kelangsungan hidup organisme. Kandungan sulfat pada hujan akan masuk ke dalam tanah
sehingga tumbuhan bisa menyerap ion-ion sulfat untuk menyusun makanan. Hewan-hewan
pun mendapatkan kebutuhan sulfur organik dari tumbuhan.
c. Setelah makluk hidup mati, dekomposer akan mengurai jasad makhluk hidup yang mati
tersebut, bakteri Thiobacillus denitrificans dan Thiobacillus thiooxidans mengubah senyawa
sulfur organik menjadi sulfat dan mengembalikan ke tanah. Penguraian ini berlangsung
secara aerob sehingga terbentuk sulfat yang dapat diserap lagi oleh tumbuhan. Jika
berlangsung secara anaerob, maka akan terbentuk asam sulfida yang beracun. Jasad mati
makhluk hidup tertimbun dan menjadi bahan baku fosil dan pada akhirnya aan menjadi
sumber energi pabrik dan industri. Jumlah sulfat di dalam tanah mengalami desulfurikasi oleh
bakteri sulfur.

e. Daur Fosfor
Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral (batuan fosfat) dan penguraian bahan
organik (misalnya kotoran ternak atau hewan laut) oleh dekomposer. Fosfor diserap oleh
tumbuhan dalam bentuk fosfat anorganik. Meskipun jumlah fosfor di alam sangat banyak, tetapi
persediannya untuk tumbuhan sangat terbatas karena sebagian besar terikat secara kimia oleh
unsur lain dan sukar larut di dalam air. Proses yang terjadi dalam daur fosfor yaitu :
a. Sebagian besar fosfat berasal dari pelapukan batuan fosfat. Batuan tersebut lapuk oleh
perubahan cuaca. Fosfat mengalir masuk ke dalam tanah. Tumbuhan mendapatkan kebutuhan
fosfor dengan cara menyerap fosfor anorganik dari dalam tanah. Sementara hewan tidak dapat
memanfaatkan fosfat anorganik secara langsung. Hewan hanya mampu menyerap fosfat
organik dengan cara memakan tumbuhan melalui proses rantai makanan
b. Ketika tumbuhan dan hewan mati, maka fosfat organik dari tubuh organisme akan diurai oleh
dekomposer menjadi fosfat anorganik. Fosfat akan tersimpan ke dalam tanah dan diserap
kembali oleh tumbuhan.
c. Di dalam ekosistem air juga terdapat daur fosfor . fosfor yang terlarut di dalam air diserap
oleh ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan mendapatkan fosfat melalui rantai makanan.
Dekomposer kemudian menguraikan organisme yang mati menjadi fosfat anorganik. Fosfat
yang terlarut di lautan dalam akan membentuk endapan fosfor. Sementara itu, fosfat yang
terlarut di perairan dangkal akan teraduk oleh arus air. Endapan fosfat itu dapat menyuburkan
ekosistem. Fosfat dapat kembali ke darat melalui kegiatan burung-burung laut (contohnya,
endapan feses burung guano) dan ikan-ikan laut.

RANGKUMAN
Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang Ekosistem. Dengan demikian sebagai
seorang guru, Anda telah memiliki kompetensi profesional untuk materi ekosistem. Hal-hal
penting yang telah Anda pelajari dalam modul Ekosistem ini adalah sebagai berikut:
 Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara hidup dengan lingkungannya. Suatu
komunitas tersusun atas komponen biotik (hewan, tumbuhan maupun mikroorganisme) dan
komponen ekosistem (tanah, air, udara, iklim).
 Ekosistem dalam skala yang luas dengan kekhasan vegetasi dan iklimnya disebut sebagai
bioma. Dikenal ada beberapa jensi bioma di muka bumi ini, yaitu bioma hutan hujan tropis,
bioma padang rumput, bioma gurun, bioma hutan gugur, bioma taiga dan bioma thundra.
Bioma hutan hujan tropis adalah bioma yang paling tinggi keanekaragamannya.
 Rantai makanan adalah proses makan dan dimakan antar makhluk hidup dari tingkat trofik
terendah ke tingkat tropik tertinggi yang didalamnya terjadi aliran energi dan siklus materi.
 Besarnya energi yang terserap pada makhluk hidup berbanding terbalik dengan urutan tingkat
trofik. Aktivitas respirasi, ekskresi dan sisa organisme yang tidak termanfaatkan oleh tingkat
tropik diatasny menyebabkan sebagian energi tidak dapat terserap pada tingkat tropik
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai