Anda di halaman 1dari 15

A.

JENIS JENIS AKUN-AKUN LAIN DALAM SIKLUS PEMBELIAN DAN


PEMBAYARAN
Jenis asset, beba, dan liabilitas, bisa berbeda-beda antara perusahaan lainnya, terutama
perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang usaha selain perusahaan dagang pengecer dan
perusahaan dagang partai besar dan manufaktur
Akun-Akun dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran
Aset Beban Liabilitas
Kas Harga Pokok Penjualan Utang Usaha
Persediaan Beban Sewa Utang Sewa
Persediaan Pajak Kekayaan Utang Pajak Kekayaan
Perlengkapan Pajak Penghasilan Utang Beban lain
Properti, mesin dan peralatan Beban Asuransi Utang Pajak Penghasilan
Hak paten, merk dagang, copy Beban penasehat hukum
right dan audit
Sewa dibayar dimuka Beban Pensiun
Pajak dibayar dimuka Beban listrik, air dan gas
Asuransi dibayar dimuka

Metodologi berkaitan dengan audit atas akun-akun ini serupa dengan audit untuk akun-akun
lain. Akun utama dalam siklus ini akan dibahas persoalan-persoalan audit yang berkaitan hanya
untuk beberapa akun terpilih, yaitu audit atas:
 Properti, mesin, dan peralatan
 Beban dibayar di muka
 Utang lain-lain
 Akun pendapatan dan beban

B. PENGAUDITAN ATAS PROPERTI, MESIN, DAN PERALATAN


Aset tetap (property dan peralatan) adalah asset yang diharapkan memiliki umur lebih dari
satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak ditujukan untuk dijual kembali. Tujuan untuk
menggunakan aset sebagai bagian dari operasi bisnis klien dan taksiran umur penggunaan lebih
dari satu tahun adalah karakteristik utama yang membedakannya dari aset-aset seperti persedian,
beban dibayar dimuka, dan investasi. Pembelian properti, mesin dan peralatan terjadi melalui
siklus pembelian dan pembayaran.

1
Karena pengauditan atas akun-akun properti, mesin dan peralatan serupa satu sama lain,
digunakan satu contoh yaitu akun peralatan, untuk melukiskan pendekatan untuk mengaudit
ketiga tipe aset tetap tersebut.
1. Akun-Akun Terkait dengan Peralatan
Pendebetan atas peralatan timbul dari siklus pembelian dan pembayaran. Karena sumber
pendebetan dalam akun aset adalah jurnal pembelian, sistem akuntansi biasanya sudah diuji untuk
mencatat penambahan yang terjadi dalam periode ini ke akun peralatan sebagai bagian dari
pengujian siklus pembelian dan pembayaran. Namun demikian, karena penambahan peralatan
relatif jarang terjadi, sering melibatkan julmah rupiah yang besar, dan perlu mendapat pengawasan
khusus, seperti misalnya persetujuan dari dewan komisaris, maka auditor biasanya memutuskan
untuk tidak terlalu mengandalkan pada pengujian tersebut sebagai bukti pendukung penambahan
aset tetap.
Catatan akuntansi yang utama untuk peralatan dan properti, mesin dan peralatan lainnya
biasanya adalah master file aset tetap. Master file meliputi suatu catatan rinci untuk setiap unit
peralatan dan jenis properti lain yang dimiliki. Setiap catatan dalam file mencakup suatu deskripsi
tentang aset yang bersangkutan, tanggal pembelian, harga perolehan, depresiasi tahun ini dan
akumulasi depresiasi untuk peralatan yang bersangkutan. Akun-akun yang Audit atas peralatan
dan aset aset tetap lainnya, berbeda dari audit atas akun-akun yang tergolong aset lancar, karena
tiga alasan berikut:
1) Pembelian peralatan dalam suatu periode biasanya tidak begitu sering.
2) Jumlah rupiah dari setiap pembelian biasanya material.
3) Peralatan biasanya dibukukan dan berada dalam catatan akuntansi selama beberapa tahun.
Karena perbebedaan-perbedaan tersebut, pengauditan peralatan ditekankan pada pemeriksaan
atas pembelian peralatan pada periode ini, bukan pada saldo dalam akun yang dibawa dari
periode sebelumnya. Taksiran umur aset lebih dari setahun menimbulkan akun beban depresiasi
dan akumulasi depresiasi.
Dalam mengaudit akun peralatan dan akun-akun terkait, akan sangat bermanfaat apabila
dilakukan pemisahan pengujian menjadi beberapa kategori berikut :
a) Melaksanakan prosedur analitis
b) Memeriksa pembelian peralatan periode ini
c) Memeriksa pelepasan peralatan periode ini
d) Memeriksa saldo akhir dalam akun aset
e) Memeriksa beban depresiasi
f) Memeriksa saldo akhir dalam akumulasi depresiasi

2
2. Melaksanakan Prosedur Analitis
Berikut adalah prosedur analitis yang sering digunakan untuk peralatan
 Bandingkan beban penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun
sebelumnya.
 Bandingkan akumulasi penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun
sebelumnya.
 Bandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan, beban perlengkapan, beban peralatan kecil
tahunan dengan tahun sebelumnya.
 Bandingkan biaya manufaktur kotor dibagi dengan suatu pengukur produksi dengan tahun
lalu. (Peralatan menganggur atau telah dilepas tetapi tidak dihapus dari pembukuan)
3. Memeriksa Pembelian Peralatan Tahun Ini
Perusahaan harus mencatat penambahan (pembelian) yang terjadi tahun berjalan dengan
benar, karena asset tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan
untuk mengkapitalisasi asset tetap, atau kesalahan pencatatan jumlah rupiah suatu pembelian
asset tetap, akan berpengaruh atas neraca sampai nanti perusahaan melepas asset tersebut.
Laporan laba-rugi akan terpengaruh sampai asset tersebut didepresiasi penuh. Tujuan Audit
Saldo:
 Perolehan tahun berjalan pada skedul perolehan cocok dengan jumlah pada berkas induk
yang terkait, dan jumlah total cocok dengan buku besar.
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat adalah ada
 Perolehan yang ada telah dicatat
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat dihitung dengan akurat
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat diklasifikasikan dengan tepat
 Verifikasi Pelepasan TPerolehan tahun berjalan dicatat dalam periode yang benar
 Klien memiliki hak kepemilikan dan perolehan tahun berjalan
Pengujian audit sesungguhnya dan ukuran sampel tergantung pada seberapa besar
materialitas kinerja, risiko inheren, dan penilaian risiko pengendalian. Titik tolak pemeriksaan
atas pembelian tahun ini biasanya adalah daftar yang diperoleh dari klien yang berisi seluruh
pembelian yang dicatat dalam buku besar pembantu peoperti, mesin, dan peralatan yang
terjadi selama tahun ini. Klien memperoleh informasi tersebut dari master file property.
Pengujian audit yang paling sering dilakukan untuk memeriksa penambahan adalah
memeriksa faktur dari penjual. Pengujian tambahan, di luar pengujian yang dilakukan sebagai
bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi, sangat

3
penting dilakukan karena kompleksitas pada banyak transaksi peralatan dan karena jumlahnya
yang material.
Dalam melakukan pengujian atas pembelian, auditor harus memahami standar akuntansi
untuk memastikan bahwa klien telah mengikuti ketentuan yang berlaku. Auditor juga perlu
mempelajari kebijakan klien dalam hal kapitalisasi untuk memastikan bahwa pembelian telah
diperlakukan secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Auditor juga harus memeriksa
kebenaran penggolongan dalam pencatatan transaksi ke dalam berbagai akun. Bisa terjadi
pembelian peralatan yang seharusnya dibukukan sebagai peralatan pabrik, tetapi klien
mencatatnya sebagai peralatan kantor atau sebagai bagian dari bangunan. Auditor juga harus
memeriksa apakah klien mempunyai hak kepemlikan agar transaksi bisa dicatat sebagai asset.
Auditor seringkali harus memeriksa kontrak pembelian atau sewa guna untuk memastikan
bahwa pengkapitalisasian peralatan telah dilakukan dengan tepat
4. Memeriksa Pelepasan Aset (Disposal) Tahun Ini
Apabila klien tidak membukukan aset yang dilepas, maka biaya perolehan asli peralatan
menjadi lebih saji dan nilai buku juga lebih saji sampai aset disusut penuh. Tujuan utama
auditor dalam verifikasi atas penjualan, pertukaran, atau penghentian pemakaian aset, adalah
untuk memperoleh bukti yang tepat. Kesalahan pencatatan pelepasan aset yang tidak
digunakan dalam perusahaan bisa berpengaruh terhadap laporan keuangan secara signifikan,
maka mencari pelepasan aset yang tidak dicatat menjadi hal yang penting. Prosedur yang
sering digunakan untuk memeriksa pelepasan, antara lain:
a. Review apakah aset yang baru diperoleh diganti dengan aset yang lama.
b. Analisis laba atau rugi pelepasan aset dan pendapatan lain-lain yang diterima dari
pelepasan aset.
c. Review modifikasi pabrik dan perubahan produk yang dihasilkan, perubahan dalam
peralatan berkomputer berharga mahal, pajak kekayaan, atau coverage asuransi untuk
melihat kemungkinan adanya peralatan yang ditiadakan.
d. Melakukan wawancara dengan manajemen dan personil produksi tentang kemungkinan
adanya pelepasan aset.
Apabila suatu aset dijual atau dilepas tanpa ditukar untuk penggantinya, ketelitian
pencatatan transaksi bisa diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan master
file properti. Apabila terjadi pertukaran aset tetap (trade-in), auditor harus yakin bahwa aset
baru telah dikapitalisasi dan aset yang diganti telah ditiadakan dalam pembukuan, dengan
mempertimbangkan nilai buku aset yang ditukarkan dan tambahan biaya perolehan untuk aset
yang baru.

4
5. Memeriksa Saldo Akhir Akun Aset
Dua tujuan auditor dalam pengauditan atas saldo akhir akun peralatan ialah menentukan
bahwa:
a. Semua peralatan terbukukan ada secara fisik pada tanggal neraca (keberadaan).
b. Semua peralatan yang dimiliki telah dibukukan (kelengkapan).
Biasanya langkah pertama yang dilakukan auditor adalah memenuhi tujuan kecocokan
saldo (detail tie-in): Saldo peralatan, sebagaimana tercantum dalam master file, cocok dengan
saldo buku besar. Setelah menilai risiko pengendalian untuk tujuan keberadaan, auditor harus
menentukan apakah diperlukan untuk memeriksa keberadaan individual peralatan yang
tercantum dalam master file. Pada umumnya auditor tidak perlu menguji ketelitian atau
penggolongan aset tetap yang dibawa dari periode lalu, karena diasumsikan bahwa aset-aset
tersebut telah diverifikasi pada audit periode lalu, saat mereka dibeli.
Pertimbangan utama dalam memeriksa pengungkapan tentang aset adalah kemungkinan
adanya larangan hukum. Auditor bisa menggunakan beberapa metode untuk menentukan
apakah peralatan dilarang secara hukum, dengan cara:
a. Membaca pasal-pasal yang tercantum dalam perjanjian kredit;
b. Mengirim permintaan konfirmasi utang ke bank atau ke lembaga keuagan lain;
c. Melakukan diskusi dengan klien atau mengirim surat ke penasehat hukum.
6. Memeriksa Beban Depresiasi
Beban depresiasi adalah satu dari hanya sedikit beban yang tidak diverifikasi sebagai
bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi. Tujuan audit
saldo terpenting untuk beban depresiasi adalah ketelitian. Auditor fokus pada penentuan
apakah klien mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode dan
apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan konsistensi, auditor harus
mempertimbangkan empat hal berikut:
a. Masa manfaat aset yang dibeli pada periode ini
b. Metode depresiasi
c. Taksiran nilai residu
d. Kebijakan depresiasi aset pada periode pembelian dan pelepasan.
Metode yang bermanfaat dalam pengauditan depresiasi adalah pengujian prosedur
analitis tentang kewajaran yang dilakukan dengan mengalikan aset tetap yang belum
didepresiasi dengan tarif depresiasi. Apabila hasil kalkulasi mendekati total hasil perhitungan
klien dan apabila risiko pengendalian untuk beban depresiasi rendah, maka pengujian rinci
untuk depresiasi dapat dieliminasi. Standar akuntansi mengharuskan dilakukannya
pengungkapan yang berkaitan dengan depresiasi aset tetap, termasuk pengungkapan metoda
5
depresiasi dan masa manfaat aset menurut kelompok aset, auditor harus melaksanakan
prosedur untuk memperoleh bukti bahwa empat tujuan audit untuk penyajian dan
pengungkapan telah terpenuhi dengan memuaskan.

7. Memeriksa Saldo Akhir Dalam Akun Akumulasi Depresiasi


Pendebetan atas akun akumulasi depresiasi pada umumnya diuji sebagai bagian dari
pengauditan atas pelepasan aset, sedangkan kreditnya diperiksa sebagai bagian dari beban
depresiasi. Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam pengauditan atas saldo akhir dalam
akumulasi depresiasi:
a. Akumulasi depresiasi sebagaimana tercantum dalam master file properti cocok dengan buku
besar. Tujuan ini dapat diuji dengan menguji kebenaran penjumlahan vertikal akumulasi
depresiasi dalam master file properti dan menelusurinya ke buku besar.
b. Akumulasi depresiasi dalam master file adalah akurat.

C. PENGAUDITAN BEBAN DIBAYAR DI MUKA


Beban dibayar di muka, beban ditangguhkan, dan aset tak berwujud, jangka waktunya bisa
bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Termasuk dalam kategori ini adalah
sewa dibayar di muka, biaya organisasi, pajak dibayar di muka, hak paten, asuransi dibayar di
muka, merek dagang, beban ditangguhkan, copyright, dan goodwill. Dalam kasus-kasus tertentu,
akun-akun tersebut bisa sangat material. Namun dalam kebanyakan audit, perusahaan tidak
memiliki akun sebanyak dicontohkan, atau jumlahnya tidak material sehingga prosedur analitis
dipandang sudah cukup.
Pada bagian ini membahas tipikal pengendalian internal dan pengujian audit terkait yang
biasa digunakan dalam audit atas beban asuransi dibayar di muka. Dalam pembahasan berikut,
digunakan suatu contoh yang mewakili akun-akun sejenis ini, karena:
a. Asuransi dibayar di muka sering dijumpai pada kebanyakan audit – hampir semua perusahaan
berhubungan dengan urusan asuransi.
b. Sering muncul masalah dalam pengauditan asuransi dibayar di muka.
c. Tanggungjawab auditor untuk mereview coverage asuransi adalah pertimbangan tambahan
yang tidak dijumpai pada akun lain dalam kategori ini.

1. GAMBARAN UMUM ASURANSI DIBAYAR DI MUKA


Pada gambar menerangkan akun yang biasanya digunakan untuk asuransi dibayar di
muka dan hubungan antara asuransi dibayar di muka dengan siklus akuisisi dan pembayaran
dengan mendebet akun asuransi dibayar di muka.

6
Karena sumber pendebetan dalam akun aset adalah jurnal pembelian, pembayaran premi
asuransi sebagian telah diuji melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan
transaksi serta jurnal pengeluaran kas.
2. PENGENDALIAN INTERNAL
Pengendalian Internal untuk asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dapat dengan
mudah dibagi ke dalam tiga kategori: Pengendalian terhadap pembelian dan pencatatan
asuransi, pengendalian terhadap register asuransi, dan pengendalian terhadap penghapusan
beban asuransi. Pengendalian atas pembelian dan pencatatan asuransi adalah bagian dari siklus
pembelian dan pembayaran. Konsisten dengan prosedur-prosedur yang telah dibahas untuk
siklus tersebut, otoritas yang tepat untuk polis asuransi yang baru dan pembayaran premi
asuransi adalah pengendalian yang sangat penting.
Register Asuransi (insurance register) adalah catatan polis asuransi yang berlaku dan
tanggal jatuh tempo setiap polis. Auditor menggunakan register asuransi untuk
mengidentifikasi polis yang berlaku terkait dengan akun asuransi dibayar di muka. Syarat dan
jumlah pembayaran polis yang berlaku dicantumkan dalam register. Karena syarat dan jumlah
pembayaran polis merupakan basis untuk menentukan jumlah asuransi di bayar dimuka, maka
auditor secara independen melakukan verifikasi atas syarat dan jumlah pembayaran polis
tersebut.
3. PENGUJIAN AUDIT
Dalam mengaudit asuransi dibayar di muka, auditor mendapatkan informasi mengenai
informasi polis (termasuk nomor polis, jumlah pertanggungan, dan premi per tahun), saldo awal
asuransi dibayar di muka, pembayaran premi polis, jumlah yang dibebankan ke beban asuransi,
dan saldo akhir asuransi dibayar dimuka. Melalui audit asuransi dibayar di muka dan beban
asuransi, auditor harus mengingat bahwa jumlah dalam beban asuransi adalah nilai sisa
(residual). Pengujian atas saldo dalam akun beban yang biasanya perlu dilakukan meliputi
prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa semua pembebanan ke dalam beban

7
asuransi timbul dari pengkreditan terhadap akun asuransi dibayar dimuka. Karena pembayaran
premi diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan
transaksi serta prosedur analitis, maka tekanan dalam pengujian rinci saldo adalah pada asuransi
dibayar di muka.
Saldo awal dan saldo akhir dalam asuransi dibayar di muka seringkali berjumlah kecil
dan mudah dibaca, sehingga auditor memutuskan untuk tidak memeriksa saldo secara rinci.
Apabila auditor memilih untuk tidak memeriksa saldo secara rinci, maka prosedur analitis akan
sangat penting untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian potensial. Auditor biasanya
melakukan prosedur analitis ini untuk asuransi dibayar di muka dan biaya asuransi:
 Membandingkan total asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dengan tahun-tahun
sebelumnya.
 Membandingkan rasio asuransi dibayar di muka ke beban asuransi dan
membandingkannya dengan tahun-tahun sebelumnya.
 Membandingkan masing-masing cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang
diperoleh dari klien dengan skedul tahun sebelumnya sebagai pengujian pengurangan
kebijakan tertentu atau perusahaan cakupan asuransi.
 Membandingkan perhitungan saldo asuransi dibayar di muka untuk tahun berjalan
berdasarkan masing-masing polis dengan tahun sebelumnya sebagai pengujian atas
kesalahan perhitungan.
 Review kewajaran cakupan asuransi pada skedul asuransi dibayar di muka bersama
pegawai klien atau pegawai asuransi.
a. Polis Asuransi dalam Daftar Asuransi Dibayar di Muka Benar-benar Ada dan Semua
Polis yang Berlaku Tercantum dalam Daftar (Keberadaan dan Kelengkapan)
Pengujian atas keberadaan dan penghapusan polis asuransi yang sedang berlaku dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Menguji sampel faktur asuransi dan polis sebagai perbandingan dengan skedul.
2. Melakukan konfirmasi atas informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan. Auditor
pada umumnya mengirimkan konfirmasi ke agen perusahaan asuransi klien, karena
seringkali tidak memerlukan waktu yang lama daripada memeriksa pembukuan klien dan
melakukan pencocokan dengan dokumen pendukung.
b. Klien Memiliki Hak atas Semua Polis Asuransi yang Tercantum dalam Daftar Asuransi
Dibayar di Muka (Hak)
Pihak yang akan menerima ganti-rugi bila klaim asuransi dinyatakan sebagai pihak
yang berhak. Biasanya nama penerima ganti-rugi yang tertulis dalam polis adalah klien, tetapi
dalam hal kredit hipotik atau kredit lain, klaim asuransi bisa juga dibayarkan kepada kreditur.
8
Review atas polis asuransi untuk menentukan pihak yang berhak selain klien merupakan
pengujian yang baik untuk memeriksa ada tidaknya utang tidak dicatat dan aset yang
digadaikan.
c. Jumlah yang Dibayar di Muka dalam Daftar adalah Akurat dan Totalnya telah
Dijumlah dengan Benar dan Cocok dengan Buku Besar (Ketelitian dan Kecocokan
Saldo)
Pengujian audit untuk melakukan verifikasi terhadap akurasi atau ketelitian asuransi
dibayar di muka juga meliputi verifikasi jumlah premi asuransi, jangka waktu polis, dan
alokasi premi atas asuransi yang belum jatuh tempo. Jumlah premi untuk suatu polis tertentu
dan jangka waktu pertanggungan dapat diperiksa bersamaan dengan faktur premi. Kemudian,
perhitungan asuransi yang belum terpakai dapat diuji dengan melakukan rekalkulasi.
d. Beban Asuransi yang Berkaitan dengan Asuransi Dibayar di Muka telah Digolongkan
dengan Benar (Penggolongan)
Klasifikasi pendebetan yang benar atas akun beban asuransi yang berbeda perlu
ditelaah sebagai pengujian laporan laba/rugi. Dalam hal tertentu, akun beban yang tepat cukup
jelas karena jenis asuransinya, seperti misalnya asuransi untuk mempertanggungkan sejenis
peralatan. Namun untuk situasi lain, dibutuhkan pengalokasian. Sebagai contoh beberapa
akun termasuk diantaranya akun beban overhead pabrik. Pembebanan ke akun yang tepat dan
konsisten dengan tahun sebelumnya merupakan pertimbangan utama dalam mengevaluasi
penggolongan.
e. Transaksi Asuransi Dicatat pada Periode yang Tepat (Pisah Batas)
Pisah batas untuk pembelian asuransi biasanya bukan masalah penting karena jumlah
polis tidak banyak dan jumlahnya tidak material. Apabila auditor melakukan pengujian pisah
batas atas pembelian asuransi, hal itu biasanya dilakukan auditor sebagai bagian dari
pengujian pisah batas utang usaha.

D. PENGAUDITAN BEBAN-BEBAN TERUTANG


Kategori ketiga dalam siklus pembelian dan pembayaran adalah beban-beban terutang, yaitu
estimasi kewajiban yang belum dibayarkan atas jasa atau keuntungan yang telah diterima sebelum
tanggal neraca. Banyak beban terutang merupakan utang masa depan untuk jasa yang belum
dibayarkan, tetapi sebenarnya belum berutang pada tanggal neraca. Contohnya manfaat yang
diperoleh dari menyewa properti terutang dengan berjalannya waktu sepanjang tahun. Oleh karena
ini pada tanggal neraca, bagian tertentu dari beban sewa yang belum dibayar harus diakui sebagai
utang. Utang sejenis lainnya adalah :
1. Utang gaji dan upah 2. Utang pajak penghasilan karyawan

9
3. Utang bonus pimpinan 6. Utang sewa
4. Utang komisi 7. Utang bunga
5. Utang honorarium profesional
Tipe kedua adalah beban terutang yang menyangkut estimasi dimana jumlah yang terutang
belum dapat ditentukan. Contohnya kewajiban yang timbul dari pajak penghasilan di mana ada
kemungkinan bahwa jumlah pajak penghasilan yang dilaporkan bisa saja berubah setelah Kantor
Pajak mengaudit pajak yang seharusnya dibayarkan. Utang garansi dan utang beban pensiun
merupakaan contoh lain yang termasuk dalam tipe kewajiban ini.
Pemeriksaan atas beban terutang berbeda-beda bergantung pada sifat beban dan situasi klien.
Seringkali pemeriksaan atas beban terutang memakan waktu yang tidak banyak. Namun dalam
situasi lain, akun-akun seperti utang pajak penghasilan, utang garansi, dan utang beban pensiun,
terkadang material dan memerlukan pertimbangan audit yang memadai.
1. PENGAUDITAN PAJAK KEKAYAAN TERUTANG

Gambar diatas menggambarkan tipikal akun yang biasa digunakan perusahaan untuk pajak
kekayaan terutang yang menunjukan hubungan antara pajak kekayaan terutang dengan siklus
pembelian dan pembayaran melalui pendebetan ke akun liabilitas. Sumber pendebetan adalah
jurnal pengeluaran kas, maka pembayaran pajak properti sudah diuji melalui pengujian
transaksi siklus akuisisi dan pembayaran.
Saldo dalam akun pajak kekayaan terutang adalah jumlah residual dari saldo awal akun
tersebut ditambah pajak kekayaan periode ini dan dikurangi pembayaran kas yang dilakukan
pada periode ini. Ketika auditor memeriksa pajak kekayaan terutang, kedelapan tujuan audit
saldo adalah relevan, kecuali nilai bersih bisa direalisasi. Dua diantaranya sangat signifikan
yakni:
a. Pajak kekayaan terutang tercantum dalam daftar beban-beban terutang. Tidak
mencantumkan pajak kekayaan yang terutang akan mengakibatkan utang pajak kekayaan
menjadi kurang saji. Kesalahan penyajian material bisa terjadi, sebagai contoh apabila
10
pajak kekayaan tidak dibayar sebelum tanggal neraca dan tidak dimasukan sebagai utang
pajak.
b. Pajak kekayaan terutang dicatat dengan akurat. Perhatian auditor adalah pada perlakuan
yang konsisten atas utang dari tahun ke tahun.
Auditor menggunakan dua pengujian utama untuk menguji apakah semua utang beban telah
dimasukan. Auditor memeriksa jumlah pajak kekayaan terutang bersamaan dengan audit atas
pembayaran pajak kekayaan tahun ini. Dalam kebanyakan audit, biasanya hanya terjadi sedikit
transaksi pembayaran pajak kekayaan, tetapi setiap pembayaran seringkali material, oleh
karena itu perlu diperiksa satu persatu secara rinci. Auditor juga perlu membandingkan jumlah
pajak kekayaan terutang tahun ini dengan tahun lalu.
Auditor biasanya memulai pemeriksaan dengan meminta daftar pembayaran pajak
kekayaan kepada klien, kemudia membandingkannya dengan daftar tahun lalu. Setelah auditor
yakin bahwa semua kekayaan yang merupakan obyek pajak telah dimasukan ke dalam daftar,
selanjutnya auditor mengevaluasi kewajaran pajak kekayaan atas setiap kekayaan yang dimiliki
klien untuk menaksir jumlah pajak terutang. Auditor dapat memeriksa pajak kekayaan terutang
dengan melakukan rekalkulasi bagian dari total pajak yang beraku untuk tahun ini untuk setiap
unit kekayaan. Setelah bagian yang terutang dan beban pajak kekayaan untuk setiap satuan
kekayaan dihitung ulang, totalnya harus ditambahkan dan dibandingkan dengan buku besar.
D. PENGAUDITAN AKUN-AKUN PENDAPATAN DAN BEBAN
Auditor harus memahami bahwa kebanyakan pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan seringkali lebih mengutamakan laporan laba rugi dibandingkan degan
neraca. Investor ekuitas, kreditor jangka panjang, perwakilan buruh/karyawan, dan kadang-
kadang juga kreditor jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba daripada terhadap biaya perolehan historis atau nilai buku dari aset-aset
individual. Dua konsep pengauditan akun-akun pendapatan dan beban berikut ini sangat penting
dalam mempertimbangkan tujuan laporan laba-rugi:
a) Penandingan (matching) periodik pendapatan dan beban perlu dilakukan untuk menentukan
hasil operasi yang tepat.
b) Penerapan prinsip akuntansi secara konsisten untuk periode yang berbeda diperlukan agar
laporan bisa diperbandingkan.

1. Pendekatan untuk Pengauditan Akun-akun Pendapatan dan Beban


Pengauditan akun-akun pendapatan dan beban berhubungan langsung dengan neraca
dan tidak merupakan bagian yang terpisah dari proses audit. Kesalahan penyajian suatu akun

11
laba-rugi hampir selalu mempunyai dampak yang sama terhadap suatu akun neraca, dan
sebaliknya. Bagian-bagian audit yang berpengaruh langsung atas akun-akun ini adalah:
1. Prosedur analitis
2. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi
3. Pengujian rinci saldo akun
2. Prosedur Analitis
Prosedur analitis harus dipandang sebagai bagian dari pengujian kewajaran penyajian,
baik untuk akun-akun neraca maupun akun-akun laba-rugi. Tabel dibawah ini menunjukkan
sejumlah kecil prosedur analitis beserta kemungkinan kesalahan penyajian dalam pengauditan
akun-akun pendapatan dan beban.

3. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi


Baik pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi berdampak
simultan terhadap verifikasi akun neraca dan laporan laba/rugi. Sebagai contoh, misalkan
auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal mencukupi untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa transaksi-transaksi yang terjadi dalam jurnal pembelian, telah dicatat dan
digolongkan dengan akurat, dan dicatat tepat waktu. Dengan melakukan hal itu, auditor
memperoleh bukti bahwa apabila akun neraca individual benar (seperti misalnya akun utang
usaha atau aset tetap), maka akun laba-rugi (misalnya beban advertensi dan beban reparasi
dan pemeliharaan) akan benar pula. Sebaliknya, dalam situasi pengendalian internal tidak
mencukupi dan kesalahan penyajian dijumpai sepanjang pengujian pengendalian dan
pengujian substantif golongan transaksi menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan
penyajian baik dalam laporan laba-rugi maupun neraca.

12
Cara terbaik dalam pemeriksaan atas kebanyakan akun laba-rugi pada setiap siklus
transaksi adalah memahami pengendalian internal dan pengujian pengendalian serta
pengujian substantif golongan transaksi. Sebagai contoh, apabila auditor setelah melakukan
pengujian secukupnya menyimpulkan bahwa risiko pengendalian rendah untuk transaksi-
transaksi dalam siklus pembelian dan pembayaran, maka tambahan verifikasi yang diperlukan
untuk akun-akun laba rugi terkait (misalnya beban listrik dan advertensi), hanyalah tinggal
melakukan prosedur analitis dan pengujian pisah batas. Namun, hendaknya diingat bahwa
akun beban dan pendapatan tertentu sama sekali belum teruji melalui pengujian pengendalian
dan pengujian substantif transaksi, dan oleh karenanya perlu diuji secara lebih ekstensif
dengan pengujian substantif yang lain.
4. PENGUJIAN RINCI SALDO AKUN -ANALISIS BEBAN
Auditor harus menganalisis jumlah-jumlah yang tercantum dalam akun-akun laba-rugi
tertentu meskipun pengujian tersebut telah dilakukan. Analisis akun beban adalah
pemeriksaan yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen pendukung transaksi individual
dan jumlah-jumlah yang membentuk rincian dari total suatu akun beban. Dokumen-dokumen
sama jenisnya dengan yang telah diuraikan dan digunakan untuk pengujian transaksi sebagai
bagian dari pengujian transaksi pembelian, termasuk misalnya faktur, laporan penerimaan
barang, order pembelian, dan kontrak-kontrak pembelian.
Meskipun fokus analisis akun beban adalah pada transaksi, pengujian ini berbeda
dengan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi. Pengujian
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi dimaksudkan untuk menilai risiko
pengendalian. Dengan cara itu, pengujian dilakukan atas golongan transaksi, seperti misalnya
pembelian, dan oleh karenanya menyangkut banyak akun yang berbeda-beda. Dalam analisis
beban dan akun laba-rugi lainnya, auditor memeriksa transaksi-transaksi dalam akun tertentu
untuk menentukan apakah transaksi-transaksi tepat untuk klien, digolongkan dengan tepat,
dan dicatat dengan akurat. Seandainya diperoleh hasil yang memuaskan dari pengujian
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi, auditor biasanya membatasi
analisis beban pada akun-akun yang diperkirakan memiliki kesalahan penyajian yang tinggi.

E. PENGUJIAN RINCI SALDO AKUN-PENGALOKASIAN


Sejumlah saldo akun merupakan akibat dari pengalokasian data akuntansi dan bukan
merupakan transaksi tersendiri. Beban seperti itu misalnya depresiasi, dan amortisasi copyright.
Pengalokasian overhead pabrik menjadi persediaan dan harga pokok penjualan adalah contoh
tipe lain pengalokasian yang mempengaruhi beban.

13
Pengalokasian penting karena hal tersebut mempengaruhi apakah suatu pengeluaran
merupakan aset atau beban periode ini. Apabila klien gagal mengikuti standar akuntansi
keuangan atau gagal menghitung kesalahan penyajian material. Pengalokasian beban seperti
depresiasi aset tetap dan amortisasi copyright diperlukan karena aset memiliki masa manfaat
lebih dari setahun. Biaya perolehan asli dari suatu aset diverifikasi pada saat pembelian, tetapi
penyusutan terjadi selama bertahun-tahun.
Tipe lain pengalokasian yang langsung mempengaruhi laporan keuangan timbul karena aset
berumur pendek masih belum terpakai seluruhnya pada tanggal neraca. Dalam pengauditan
pengalokasian pengeluaran seperti misalnya asuransi dibayar dimuka dan overhead pabrik, dua
pertimbangan penting yang harus diperhatikan auditor adalah ketaatan pada standar akuntansi
keuangan dan dan konsistensi dengan periode sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTKA

Jusup, Haryono Al. 2011. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

15

Anda mungkin juga menyukai