Bab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2. Merokok
Kita Sudah Biasa mendengar istilah nafas perokok. Bau ini disebabkan oleh tar,
nikotin dan lainnya yang berasal dari rokok yang berakumulasi digigi dan jaringan mulut (lidah,
gusi dan sebagainya). Merokok juga akan mengeringkan jaringan mulut sehingga mengurangi efek
pencucian dan buffer oleh saliva terhadap bakteri dan kotoran yang dihasilkannya (Kleinberg, 1995
3. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan juga mempengaruhi bau mulut karena beberapa obat bisa
menyebabkan kekeringan pada mulut (Trudie,2011)
Agen sistem Saraf Pusat Lainnya
Antipsikotik Antikolinergik
Narkotik Antihipertensif
Antidepresan
d. Psychogenic Halitosis
Psychogenic Halitosis adalah orang yang membayangkan. Orang ini percaya bahwa nafasnya
berbau buruk meskipun itu tidak terjadi. Masalah ini terjadi pada orang yang cenderung melebih-
lebihkan sensasi tubuhnhya yang normal. Terkadang hal ini dapat disebabkan oleh penyakit mental
yang serius seperti schizophrenia. Orang ini terobsesi dengan pikiran yang selalu merasa kotor. Orang
yang paranoid ini memiliki khayalan bahwa organ tubuhnya membusuk. Kebanyakan orang seperti
ini merasa bau mulutnya busuk. Beberapa orang dapat ditolong dengan meminta pendapat dokter atau
dokter gigi bahwa mulut mereka tidak berbau. Jika permasalahan berlanjut, orang seperti ini dapat
berkonsultasi dengan psikoterapis.
Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari keadaan
tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan yang
oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara
khusus, bakteri memiliki peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau
halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket
yang dalam dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan
halitosis.
VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsur utama penyebab halitosis. Volatile
Sulfur Compound merupakan hasil produksi dari aktivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut
yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang
mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob
bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa
makanan yang mengandung protein sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun
sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak
terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah
bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan
kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan hidupnya
banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino.
Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau lainnya di dalam
rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis VSC penting yang merupakan penyebab utama
halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide
(H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali
menguap sehingga menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti
skatole, amino, cadaverin dan putrescine
2.5 Penatalaksanaan Halitosis
Halitosis pada dasarnya dapat dirawat atau dikontrol sehingga tidak mengganggu seseorang
dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya serta untuk meningkatkan rasa percaya diri
seseorang.Tugas seorang dokter gigi adalah untuk membedakan bau mulut sebagai kelainan di dalam
mulut atau di luar mulut.Oleh karena itu penatalaksanaan halitosis tergantung pada faktor
penyebabnya.Bila disebabkan kelainan dalam mulut, umumnya terjadi akibat sisa-sisa makanan yang
membusuk oleh bakteri karena kebersihan mulut yang buruk (Scully, 2008; Trudie, 2011).
Tugas dokter gigi adalah untuk membedakan bau mulut sebagai kelainan di dalam atau
diluar mulut. Berbagai cara yang dianjurkan para ahli adalah :
1. Menyikat gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari.Usahakan untuk menggunakan sikat gigi dengan bulu
sikat lunak dan kepala sikat yang kecil sehingga bisa menjangkau semua area di dalam
mulut.Setidaknya penyikatan gigi dilakukan selama 2 menit terutama diperhatikan daerah
pertemuan gigi dan gingival.Penyikatan gigi setidaknya disertai dengan penggunaan pasta gigi yang
mengandung fluor untuk mencegah karies gigi sekaligus.
2. Membersihkan lidah
Tidak hanya gigi dan gusi saja, tetapi sebaiknya lidah disikat minimal satu kali
sehari.Apabila tidak menggunakan sikat gigi, maka gunakan pembersih lidah untuk menyikat lidah
oleh karena lapisan di bagian posterior dorsum lidah sering merupakan sumber bau nafas yang tidak
sedap.
Sebaiknya benang gigi digunakan satu kali sehari setelah menyikat gigi, namun bila
memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Sebaiknya pasien bertanya kepada dokter gigi tentang
cara menggunakan benang gigi agar pembersihan yang dilakukan lebih efektif. Biasanya, benang
gigi dipotong dulu kira-kira sepanjang 40 cm, dan kemudian diputarkan di kedua jari tengah kiri
dan kanan.Benang dimasukkan ke celah di antara gigi dan ditahan dengan ibu jari agar kuat dan
tidak lepas ketika dilakukan gerakan seperti menggergaji.Tindakan ini dapat membersihkan celah
gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai sikat gigi.
Ada berbagai jenis obat kumur berikut adalah tipe - tipenya (Adlerova, et al., 2008;
Lee,2010)
Obat kumur tipe ini didesain hanya untuk mengatasi bau mulut.Obat kumur ini dapat
menyegarkan mulut, menyembunyikan bau mulut, dan membuat gigi terasa bersih, tetapi obat
kumur ini tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi bakteri atau plak.Oleh karena itu, obat
kumur jenis ini tidak memproteksi gigi terhadap karies.
2. Obat kumur antiseptik
Obat kumur jenis ini dapat melakukan lebih dari sekedar mengatasi bau mulut.Obat kumur
jenis ini secara aktif memerangi plak dan memproteksi gigi dari karies.Selain itu, obat kumur jenis
ini direkomendasikan kepada pasien dengan penyakit gusi.
Obat kumur jenis ini diperuntukkan bagi mereka yang rentan terhadap karies gigi karena
obat kumur jenis ini membantu memperkuat enamel gigi.
Obat kumur jenis ini bebas dari kandungan alkohol dan memiliki cara kerja yang sama
dengan obat kumur konvensional lainnya, membantu mengurangi bau mulut, contohnya adalah
ekstrak teh hijau, dan ada juga para ahli yang menyarankan penggunaan klorofil, spirulina, dan
ganggang (Nachnani, 2008).
Obat kumur jenis ini adalah anti plak yang paling efektif dan anti gingivitis.Namun
penggunaan khlorheksidine dalam mengatasi halitosis belum banyak dipelajari. Hal ini bisa saja
dikarenakan kebutuhan untuk penggunaan jangka panjang dari khlorheksidine pada konsentrasi
yang biasa (0,2% dan 0,12%) bisa menimbulkan efek samping seperti perubahan warna pada gigi
(Rosenberg, 1992; Roldan, 2003).
7. Cara-cara tradisional
Disamping cara-cara yang telah dijelaskan diatas, pada sementara masyarakat dipergunakan
pula cara-cara tradisional yang diyakini dapat menghilangkan halitosisakan tetapi mekanisme
kerjanya belum jelas dan merupakan kebiasaan turun temurun. Cara-cara ini misalnya penggunaan
tomato juice, anjuran mengunyah parsley, makan chlorophyl, pemakaian ragi, ekstrak teh, di Jepang
masyarakat menggunakan sejenis rempah-rempah yang disebut “Kampo”, juga di Indonesia ada
yang menggunakan ramuan dari daun mangkokan (Mailina, 2007).
Di Timur Tengah, kapulaga adalah rempah yang telah digunakan berabad- abad oleh
masyarakat Timur Tengah. Rempah ini dikunyah seperti tembakau dan digunakan dalam obat
kumur, sabun dan shampoo.“Cineol” kandungan tertinggi yang terdapat pada kapulaga merupakan
antiseptik yang dapat membunuh bakteri dan mengurangi bau mulut.Rasanya sedikit pedas, namun
jika dijadikan obat kumur terasa sejuk.Bahkan ini biasanya digunakan dalam pembuatan pepermint
palsu (Handayani, 2008).