Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

BLOK 3 PEMICU 2
“PENGALAMAN IKA”

KELOMPOK XI

DOSEN PEMBIMBING

Sri Supriyantini, M.Si. Psi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019/2020

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Ketua : Lishalini A/P Ganabtahy (190600228)

Sekretaris : Adzra Shafwa Nabila (190600065)

Anggota : Trya Fitri Ayuni (190600063)

Raihan Hidayat (190600064)

Nadia Putri Sania (190600065)


Sri Erdina (190600067)


Januan Khairul Amru Hasibuan (190600068)

Fathia Rizky Adinda (190600102)

Mutia Salsabila Anzani Saragih (190600103)


Aprili Gracesonia (190600104)


Jessica Desriana Natalia Nababan (190600105)


Muhammad Harits Wicaksono (190600106)

Nandez Vieri (190600107)


Shafira Khairunnisa (190600206)


Yolanda Wulandari (190600207)


A Rachma Zata Amani (190600208)


Farhana Fairuza Ramadhani (190600209)


Zefanya Cornelia Simorangkir (190600210)



Nurin Syafiqah Binti Azmi (190600229)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini berisi ten-
tang hasil diskusi pemicu 2 yang berjudul “Pengalaman Ika”

Laporan pemicu ini kami susun berdasarkan hasil diskusi kami yang bertujuan untuk
memenuhi persyaratan dalam sidang pleno . Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari
dosen pembimbing dan begitu pula dengan fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi
dan memberikan kami masukan-masukan yang berarti. Oleh karena itu kami mengucapkan teri-
ma kasih kepada pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Untuk kesempurnaan laporan ini di masa mendatang, saran dan pendapat yang konstruk-
tif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa selaku pe-
serta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 21 November 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan suatu rasa yang tidak terek-
spresikan. Perasaan ini tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas
dan tidak teridentifikasi. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Stuart & Sundeen, 1998, p.175). Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Ke-
cemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi
emosi (Kaplan & Sadock, 1998, p.3).

Kecemasan seharusnya sebagai suatu respon yang wajar terhadap tekanan atau peristiwa
yang mengancam kehidupan seseorang karena dianggap sebagai pengalaman emosional yang
berlangsung sangat singkat. Namun demikian pada beberapa orang kecemasan dapat berkem-
bang menjadi perasaan yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan. Kecemasan ini dapat
meningkat apabila seseorang merasa kurang informasi terhadap sesuatu hal yang dihadapi
maupun yang akan dihadapi, sehingga dapat menimbulkan reaksi–reaksi seseorang diluar kendali
kesadarannya. Dalam hal ini, seorang mahasiswa yang akan KKN akan rentan dalam meng-
hadapi desa tempatnya KKN.

2. Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Pengalaman Ika

Penyusun : Sri Supriyantini, M.Si. Psi

Tanggal/Waktu : 21 November 2019 (Kamis)/ 13.30 - 15.30

Ika adalah seorang mahasiswi pendidikan profesi dokter gigi yang sedang KKN di sebuah
desa yang berada di lereng Gunung Sinabung. Ia akan KKN selama 2 bulan bersama rekan-
rekannya yang lain yaitu Ismi, Jason, Leylan, Rina, dan Dedi Seminggu menjelang KKN
tersebut, Ika merasa cemas dan gelisah. Ia takut tidak bisa menjalin interaksi yang hangat
dengan masyarakat ataupun kawan-kawannya nanti. Apalagi sepupunya yang juga sedang
KKN di desa tetangga bercerita bahwa masyarakat tempat ia KKN berwatak keras dan masih
suka mistik. Karena lokasi desa yang berdekatan, Ika menganggap bahwa masyarakat di desa
tempatnya KKN juga begitu. Selama tiga malam ia sering mimpi buruk, kurang selera
makan, dan jadi lebih banyak melamun. Merasa bahwa perasaan takutnya tidak bisa dib-
iarkan berlama- lama, ia pun mengambil langkah untuk ”curhat” dengan Rina dan diskusi
dengan pembimbing akademiknya. Setelah bertemu mereka, Ika pun merasa lebih tenang dan
ia mulai mempersiapkan diri dengan membaca kembali berbagai bahan kuliah yang selama
ini telah didapatnya serta mencari di internet bagaimana sebenarnya budaya masyarakat
Karo.

Saat pertama sampai di desa ini, Kepala Desa menjelaskan kepada mereka bahwa karena
desa ini berhawa dingin, masyakarat baik lansia maupun anak-anak punya kebiasaan suka
minum kopi dan merokok sehingga mempengaruhi kondisi gigi mereka. Para orangtua
bahkan merasa bangga bila anaknya mampu minum kopi beberapa gelas dan menghabiskan
rokok beberapa batang dalam waktu sebentar. Sebagian besar anak-anak juga memiliki kebi-
asaan malas menyikat gigi dan seringkali menyikat gigi dengan cara yang salah. Pada hari
pertama itu juga Kepala Desa langsung membawa mereka berkeliling dengan motor melihat
kehidupan masyarakat. Saat mereka melewati jalan berbatu, tanpa sengaja motor yang dike-
mudikan oleh Jason beberapa kali oleng dan akhirnya menabrak seorang nenek- nenek yang
sedang membawa sayur mayur. Melihat nenek tersebut berdarah di bagian lututnya, dengan
rasa bersalah Jason segera berlari menghampiri nenek tersebut dan membantunya berdiri. Ika
pun secara spontan segera ikut memapah si nenek dan membersihkan luka-lukanya dengan
peralatan P3K yang ia bawa. Leylan dan Dedi awalnya hanya duduk di motor yang mereka
kendarai, namun karena melihat Kepala Desa ikut membantu membopong si nenek, mereka
berduapun ikut membantu Ika mengobati kaki nenek tersebut. Adapun Rina, ia juga secara
spontan segera mengumpulkan sayur-mayur yang berserakan. Melihat Jason bekerja sendiri,
Ismi, yang diam-diam naksir Jason, segera menghampirinya dan turut membantu
mengumpulkan sayur yang berserakan.
Pada hari kedua, mereka berdiskusi mengenai program apa yang akan mereka berikan
baik pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia serta bagaimana strategi yang akan
mereka lakukan agar dapat diterima oleh masyarakat. Ika mengusulkan agar mereka memberi
penyuluhan pada anak-anak dengan membuat cerita bergambar untuk anak SD dan mengajak
anak usia 2-6 tahun bermain peran mengenai gigi, kuman, sikat gigi, dan dokter gigi. Jason
mengusulkan agar mereka rajin mendatangi dan ngobrol dengan masyarakat yang berusia
lanjut. Leylan dan Ismi lebih banyak mengusulkan program untuk remaja, sedangkan Rina
dan Dedi, lebih banyak diam dan fokus pada up date statusnya di facebook.
BAB II

PEMBAHASAN
1. Jelaskan proses psikologis apa yang terjadi sehingga Ika takut tidak bisa menjalin
interaksi yang hangat dengan masyarakat?

Proses yang terjadi pada Ika adalah pembentukan persepi. Persepi adalah kemampuan
panca indera dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang
masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam
penginderaan yang mempersepsikan sesuatu itu baik persepi positif dan negatif yang akan mem-
pengaruhi tindakan manusia yang tampak nyata.

Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu
yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo (2004), persepsi
melewati tiga proses, yaitu :

a. Proses fisik : Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau re-
septor

b. Proses fisiologis : Stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke
otak

c. Proses psikologis : Proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus
yang diterima.

Berdasarkan jurnal E-Komunikasi program studi ilmu komunikasi dan skenario ada yang
namanya proses pembentukan persepi, yaitu :

1. stimulasi/seleksi : dalam proses pembentukan persepi seharusnya stimulasi dan seleksi


adalah gerbang awal dimana sebuah pesan akan berlanjut. Dalam seknario, tahap ini terja-
di saat Ika mendengar cerita sepupunya yang juga sedang KKN di desa tetangga, Bahwa
masyarakat tempat ia KKN berwatak keras dan masih suka mistis

2. Pengelompokan : dalam skenario, tahap ini Ika menganggap Bahwa masyarakat di


tempatnya KKN juga sama seperti yang diceritakan sepupunya
3. Interpretasi. :Interpretasi Ika muncul dengan emosinya yang merasa cemas dan gelisah
serta takut tidak bisa menjalin intraksi yang hangat dengan masyarakat maupun kawan -
kawannya.

Dalam skenario, Ika merasa cemas dan gelisah dikarenakan persepsinya yang salah kare-
na mengira masyarakat desa tempat ia KKN berwatak keras dan masih suka mistik dari apa
yang didengar dari sepupunya yang sedang KKN juga di desa tetangga. Dalam seminggu
menjelang KKN, Ika mengalami stress negative yang disebut distress dimana distress ini ter-
jadi ketika tingkatan stress terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tubuh serta pikiran mulai
menanggapi stressor dengan negative. Kemudian setelah seminggu pertama ika mengalami
stress positif yang disebut dengan eustress dimana terjadi peningkatan stress yang cukup
tinggi untuk memotivasi agar bertidak untuk mencapai sesuatu.

2. Jelaskan proses psikologis apa yang terjadi sehingga Ika takut tidak bisa men-
jalin interaksi yang hangat dengan masyarakat?

Fenomena psikologi yang terjadi adalah anxiety. Pengertian kecemasan (anxiety), kecemasan
adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengala-
man yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan
oleh suatu hal yang belum jelas.

Menurut spill berger dalam triantoro, menjelaskan kecemasan dalam 2 bentuk :

1. Trait anxiety, adanya rasa khawatir dan teracanam yang menganggap diri seseorang ter-
hadap kondisi yang sebenarnya tidak bahaya. Keemasan itu disebabkan oleh kepribadi-
an individu yang memang memiiki potensi cemas banding yang lain
2. State anxiety, adanya perasaan tegang dan khwatir yang bersifat subjektif
Berdasarkan skenario, Ika mengalami state anxiety dimana kondisi emosional sementara
yang terjadi secara sadar dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang tidak rasional akibat
dari generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan yang menganggap bahwa
masyarakat didesa tempat Ika KKN itu berwatak keras, sama seperti masyarakat didesa tetang-
ganya.
Ika juga mengalami eustress (stress yang baik). Eustress ini sendiri adalah jenis stress
yang baik, jenis stress ini mengingkatkan kemampuan individu dalam melakukan hal positif eu-
stress in juga ditandai dengan terganggungya psikologis, tingkah laku fisiologis dan kognitif in-
dividu seperti Ika merasa cemas, gelisah, Mimpi buruk, susah makan dan kurang konsentrasi.
3. Bentuk strategi apa yang dilakukan oleh Ika dalam memngatasi masalahnya?
Stress merupakan suatu kondisi yang tidak seimbang antara sumber pribadi (personal re-
sources) dengan tuntutan yang dimiliki. Ketidakseimbangan tersebut dipahami oleh individu se-
bagai hal yang berbhaya yang dapat mengancam keberadaannya.
Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu ada beberapa cara
yaitu :
1. Mengetahui penyebab timbulnya stress
2. Melalui polaa makan yang sehat dan bergizi
3. Memelihara kebugaran jasmani
4. Berlibur/Rekreasi
5. Hindari dalam kesendirian
Berdasarkan skenario daopat dilihat bahwa Ika mengatasi masalah dengan menghindari
kesendirian dimana ia terlihat melakukan curhat.ka mengambil langkah untuk curhat dengan
Rina dan diskusi dengan pembimbing akademiknya. Setelah bertem mereka, Ika pun merasa
lebih tenang dan ia mulai mempersiapkan diri dengan membaca kembali berbagai bahan kuliah
yang selama ini telah didapatnya serta mencari di internet bagaimana sebenarnya budaya
masyarakat karo.
Ika menggunakan metode Problem focus topic, dengan memerlukan dukungan orang lain
dan juga strategi penyelesaian masalah.

4. Ditinjau dari teori belajar, bagaimana terbentuknya pola hidu dan pola makan
yang tidak sehat pada masyarakat?
Teori behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang menekankan pada per-
lunya tingkah laku yang dapat daiamati, menurut teori behavioristik tingkah laku manusia diekn-
dalika oleh ganjaran atau penguatan dan lingkungan, artinya teori behavirostik ini dipengaruh
oleh lingkungan sekitar.
Menurut skenario pola hidup dan pola makan tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan
masyarakat sekitar membiasakan diri untuk merokok dan minuk kopi setiap hari. Tijngkah laku
berupa kebiasaan merokok dan minum kopi ini termasuk teori behavioristik.
Dapat dibentuk juga melalui teori belajar teori social cultural dan teori humanistik. Teori
sosial kulutaral ini menjelaskan bahwa kasih sayang atau perhatian memberikan pengaruh yang
signifikan dalam perkembangan anak. Peran orang tua dan orang orang terdekat danak dapat
memberi pengaruh yang tidak kalah pentingnya.
Dalam skenario, orang tua berperan penting terhadap perilaku anak mereka. Mereka
merasa bangga jika anaknya mereka mampu minum kopi dan menghabiskan rokok beberapa
batang dalamw aktu sebantar, kebiasaan tersebut tentulah salah. Pola hidup ini juga didukung
oleh keadaan tempat tinggal masyarakat tersebut. Lereng gunung yang tinggi membuat mereka
menggunakan rokok dan kopi untuk menjaga suhu badan.
Dapat juga dibentuk melalui teori peniruan (modelling). Peniruan merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan social learning.
Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peran penting sebagai seorang model dan tokoh
bagi anak yang meniru tingkah lakunya.

5. Jelaskan bentuk kecerdasan emosi apa yang diperlihatkan oleh Ika, Ismi, Jason,
Leylan, rina dan Dedi saat melihat nenek yang luka lututnya.
Salovey dan Mayer mendefenisikan kecerdasan emosi adalah himpunan bagian dari ke-
cerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan ke-
mampuan pada orang lain, memilah - Milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
menimbnag pikiran dan tindakan.
Orang yang cerdas secara emosi bukan Hanya memiliki emosi atau perasaan tetapi juga
mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain
melihat serta mampu memahami orang lain seola - olah apa yang orang rasakan juga dirsakan-
nya.
Ciri - Ciri kecerdasan emosi tinggi : selalu berpikir positif, terampil membina emosi, op-
timal pada kecakupan kecerdasan emosik optimal pada emosi belas kasihan (empati), optimal
pada kesehatan secara umum.
Ciri - Ciri kecerdasan emosi rendah : tidak memiliki keseimbangan emosi, egois, berori-
entasi pada kepentingan sendiri.
Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan priba-
di Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memper-
luas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1. Mengenali emosi sendiri
2. Mengelola emosi
3. Memotivasi diri sendiri
4. Mengenali emosi orang lain
5. Membina hubungan
Berdasarkan skenario, dapat disimpulkan bahwa Rina, Jason dan Ika memiiki kecerdasan
emosi yang tinggi karena mereka dengan spontan menolong orang lain dan juga memiliki bentuk
kecerdasan emosi dapat mengelola emosi. Sedangkan Ismi, Leylan dan Dedi memiliki kecer-
dasan emosi yang kurang baik karena bisa dilihat bahwa Ismi menolong orang lain didasari den-
gan kepentingan pribadi karena ia menyukai Jason dimana pada dirinya terbentuk kecerdasan
emosi memotivasi diri sendiri untuk membantu orang walaupun karena orang lain. Begitu juga
dengan Leylan dan Dedi yang membantu karena melihat orang lain ikut membantu, adanya sikap
yang lebih mementingkan diri sendiri.

6. Ika haruslah memiliki kepribadian yang sehat atau matang dalam menghadapi
masyarakat desa. Karakteristik kepribadian yang bagaimanakah yang harus dimiliki Ika
agar ia dapat dikatakan sebagai dokter gigi yang berkepribadian sehat.
Agar dapat dikatakan sebagai dokter dengan kerpibadian sehat, ika harus menerapkan
prinsip dan mengaplikasikannya. Kepribadian sehat yang harus dimilikinya adalah :
1. Mampu menilai diri sendiri
2. Menilai dan menghadapi situasi
3. Menerima tanggung jawab
4. Bereaksi secara rasional
5. Mandiri
6. Mengontrol emosi
7. Memiliki filsafat hidup
8. Berpengetahuan luas
9. Memiliki kelebihan
10. Memiliki sifat asertif (menghargai hak orang lain selama memperjuangkan hak sendiri)
Kepribadian Sehat (psychological welness) merupakan keadaan individu yang mengarah
pada perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki keserasian fungsi se-
hingga individu mampu mengembangkan kemampuan - kemampuan mentalnya secara lebih
baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasa cemas bisa saja disebabkan oleh persepsi dari sudut pandang seseorang. Selain dari
sudut pandang orang pertama, rasa cemas timbul dari pengalaman orang ketiga yang pernah
mengalaminya. Akibatnya, bila rasa cemas tidak segera diatasi akan menimbulkan stress nega-
tive yang disebut dengan distress.
Dalam skenario ini penting sekali tidak langsung percaya dengan apa yang orang lain
katakan mengenai pengalamannya di desa KKN karena ini akan mengubah persepsi kita, hasil-
nya bisa saja positif maupun negative. Untuk Ikayang cemas, motivasi adalah hal yang ia bu-
tuhkan untuk mendorong dirinya mengatasi rasa cemasnya, dengan begitu Ika akan mampu un-
tuk membuka diri dan tidak lagi merasa cemas terhadap lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilian A, Suratnata K, Dharsana K. Mereduksi kecemasan siswa melalui konseling cogni-
tive behavioral. Indonesian journak of educational counseling 2019; 3(1): 21-30.

Faried L, Nashori F. Hubungan antara komtrol diri dan kecemasan menghadapi masa pembe-
basan pada narapidana di lembaga permasyarakatan wirogunan yogyakarta. Jurnal khaz-
anah 2012; 5(2): 63-74.

Temaluru Y, Unaradjan DD. Pengembangan Kemampuan personal. Jakarta: Penerbit universi-


tas katoliuk indonesia atma jaya: 2019.

Ureka GR, Tantiani FF, Shanti P. Efektifitas Pelatihan Manajemen Stres Pada Mahasiswa. Jur-
nal sains psikologi 2017; 6(2): 75 -79.

Anda mungkin juga menyukai