Oleh
Kelompok 1
JURUSAN PSIKOLOGI
KENDARI
2018
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat pesisir.
ini menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih dalam untuk mengetahui perbedaan
dan persamaan kebudayaan dan kearifan lokal, maka dari itu Tim Penulis
Pulau ini pertama kali didiami oleh beberapa masyarakat suku bajo, namun
seiring berkembangnya zaman masyarakat suku bajo mulai melakukan pernikahan
dengan masyarakat suku lain. Mayoritas penduduk pulau Saponda saat ini adalah
pendatang, beberapa ada yang bersuku tolaki, bugis, dan bau-bau sehingga ketika
berkunjung kepulau ini kita akan mendapatkan banyak keanekaragaman.
BAB III
B. Waktu Pelaksanaan
Waktu Pelakasanaan Kuliah Lapangan Psikologi Lintas Budaya adalah
mulai pada hari Jum’at sampai hari minggu pada tanggal 4-6 Oktober 2019.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil :
a. Seorang anak kecil yang sedang berlari lalu menabrak pantat seorang ibu-
ibu yang sedang berjalan. Ibu itu kemudian berbalik ke arah anak itu dan
b. Saat Agin dan anak-anak pulau Saponda sedang mandi di Pantai, seorang
ibu dari salah satu anak tersebut datang ke Pantai untuk mencari anaknya
yang berperan, yaitu orang tua, keluarga, teman, tetangga, dan media massa
bahwa orang tua memiliki banyak dimensi, yaitu tujuan dan keyakinan
tujuan-tujuan tersebut. Orang tua memiliki tiga gaya pengasuhan yang umum
beragam, secara keseluruhan satu rumah terdiri dari ayah, ibu, anak, dan
ditunjukkan adalah kurang memiliki sopan dan satun terhadap orang lain.
Hubungan lain dari masyarakat Pulau Saponda yang unik adalah hubungan
antar tetangga, dimana orang dewasa pada keluarga lain tidak segan dalam
melakukan tindakan kekerasa fisik terhadap anak dari anggota keluarga lain.
kekuatan fisik yang cukup baik akibat pembiasaan pola pengasuhan otoriter
penelantar, dalam artian anak-anak pulau Saponda memiliki daya tahan yang
cukup baik.
b. Saat malam hari, salah satu remaja kedapatan mencuri mie instan di
c. Pada saat Era mau masuk kamar, seorang anak kecil menarik-narik
kamar, Era kemudian mau menutup pintu agar anak tersebut tidak ikut
masuk karena kamar itu adalah kamar perempuan. Namun anak itu
didalam”.
d. Saat malam hari, banyak anak-anak datang ke rumah bapak kepala desa
mereka, kami pun punya ide untuk memberikan hiburan kepada mereka
bahwa siapa yang bisa menjawab dengan benar maka akan diberi hadiah
terlebih dahulu lalu setelah itu kami tunjuk dan mereka baru
dipersilahkan untuk menjawab. Namun beberapa kali kami mengajukan
pertanyaan secara bersamaan. Saat salah satu dari mereka ditunjuk untuk
menjawab, anak itu hanya diam dan lari bersembunyi, ada juga anak yang
menjawab.
Beberapa saat kemudian windy terbangun karena kaget saat seorang anak
a. Perkembangan moral :
Tingkat 1 : Pre-Conventional
Pada tahapan ini, anak berusaha mematuhi aturan-aturan yang
anak-anak Saponda sendiri terlihat sama sekali tidak ada usaha untuk
mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Hal ini kita dapati saat mereka
tanpa meminta izin terlebih dahulu, yang kedua salah satu remaja
area terlarang salah satu dari teman kami. Hal ini tentu bagi kita
adalah suatu hal yang tidak terpuji, tapi disisi lain hal ini merupakan
Tingkat 2 : Conventional
ini justru berbandi terbalik saat kami mendapati salah satu remaja di
seizin dari kami. Dengan tanpa merasa bersalah, sudah tau telah
dipergoki pemuda tersebut malah langsung pergi dan tidak
Tingkat 3 : Post-Conventional
ini.
b. Perkembangan kognitif :
2014).
tahu hubungan sebab-akibat. Tetapi dalam tahap ini anak masih belum
besar. Namun keingintahuan ini malah mengarah kepada hal yang negatif.
Bertindak dan melakukan sesuatu yang tidak terpuji terhadap orang lain
seperti menarik baju, memukul, dan menyentuh bagian tubuh orang lain
yang tidak seharusnya disentuh. Kami sama sekali tidak tahu dari mana
akses internet disana sangat sulit sekali. Dalam hal ini, untuk anak-anak
yang menarik minuman salah satu teman kami itu masih dikategorikan
dalam tahap praoperasional, namun disini egosentrisme pada diri anak itu
masih dikatakan tinggi padahal anak yang sedang berada pada tahap
Bendavid, dalam Sarwono 2014). Jika kita melihat dari segi pendidikan,
Di Saponda sendiri telah ada TK, SD, dan SMP, namun yang menjadi
kognitif mereka.
anak yang menjadi pelaku pelecehan salah satu dari teman kami (windy).
dan masih memerlukan alat bantu. Sehingga jika kita tarik kesimpulan
pada kasus tersebut, anak itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dia
Hasil :
suku, nenek tersebut ternyata bersuku bajo. Kami sempat heran dengan
orang petama jamak adalah “teman kami, baju kami, kambing kami”.
b. Penggunaan bahasa kami dan saya ini ternyata bukan kita dapati pada
melihat apa yang kami lakukan, mereka hanya diam, beberapa juga ada
anak untuk turut membantu kami, Era pun mengatakan “sinimi juga kita
dengan bahasa yang kami gunakan, dialek yang mereka gunakan meskipun
bukan suku bajo, tetapi logat mereka seperti suku bajo. Inilah enkulturasi
yang kami dapati dari masyarakat pulau Saponda. Selain itu, penggunaan
kata saya dan kami juga menjadi ciri khas atau emik yang ada pada mereka.
yang kedua kita dapati pada kata kami, kata kami disini dijadikan sebagai
kecuali pada kerja sama dalam mata pencaharian. Respon masyarakat Pulau
pendatang jikan terdapat hal-hal baru yang dibawa pendatang dari luar pulau.
Hal ini menyebabkan anak-anak Pulau Saponda menjadi pemalu dan tidak
menyapa kami.
Hasil :
Pada malam sabtu Windy, Era, dan Suci berjalan keluar rumah untuk mencari
signal atau jaringan karena jaringan di rumah pak kepala desa kurang bagus.
duduk-duduk didepan rumahnya. Salah satu ibu yang sedang duduk disetapak
jalan kemudian menahan kami sambil mengucapkan “eh kau mau tau ini
orang (sambil menunjuk suami dari ibu tsb), dia suka pergi kasi uang itu
cewe 50rb tiap hari”. Pada awalnya kami terus mendengar perkataan ibu
kami pun heran yang mana yang benar. Belakangan baru kami ketahui
gangguan jiwa.
Pembahasan :
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa proses Psikologis
melalui pengindraan yang kita miliki (Matsumoto & Juang, dalam Sarwono
Juang (2004) menambahkan beberapa faktor lain dalam budaya yang dapat
dilakukan bahkan oleh anggota keluarga penderita. Hal ini terjadi karena
gangguan terjadi.
Jika kita kaitkan dengan teori tentang hal-hal apa saja yang
dewasa rata-rata pendidikan terakhirnya SMA, SMP dan SD sehingga hal ini
persepsi mereka terhadap ODGJ. Dari segi pengalaman pribadi, ODGJ itu
setempat seperti berbicara hal yang tidak benar, membawa benda tajam, dsb.
kapal. Adanya jarak yang jauh dari kota dan jarangnya berinteraksi dengan
dunia luar membuat pola pikir masyarakat Saponda juga sangat minim
Hal ini bukan menjadi Emik dari masyarakat Saponda, tetapi mengacu
kepada Etik, karena di Kota Kendari pun masih sering kita dapati pengucilan
terhadap ODGJ.
Pulau Saponda dan memberikan sedikit demi sedikit dampak yang buruk
hanya dibawah rumah atau dipantai belakang rumah, namun juga dipantai
utama yang menjadi tempat kedatangan kapal dari luar pulau, sehingga
tidak jarang pemandangan dan aroma yang tidak sedap dirasakan para
d. Sistem drainase yang buruk dan nyaris tidak ada, membuat aroma tidak
sedap yang berasal dari pembuangan aktivitas dapur dan kamar mandi
B. Hasil Wawancara
waktu. Hal ini dikarenakan adanya transmigrasi dari berbagai suku mulau dari
memberikan sesajen kepada penjaga pulau yang disebut dengan Moduai Pina.
Moduai Pina sendiri adalah menurunkan pinang sebagai ritual untuk meminta
4. Sejarah pemberian nama pulau Saponda. Saponda berasal dari dua kata yaitu
Sapao dan Konda. Sapao berarti atap dari daun nipa-nipa yang digunakan
stabil(kondisi air naik tidak pasang sekali, dan kalau surut tidak jauh)
Pembahasan :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya-budaya masyarakat Saponda sudah mulai terkikis seiring
berjalannya waktu misalnya seperti pemberian sesajen kepada makhluk
ghaib. Hal ini dikarenakan perilaku masyarakat Saponda yang sangat
rajin beribadah di Masjid sehingga terkait dengan kepercayaan-
kepercayaan seperti itu juga sudah mulai hilang dengan sendirinya.
Dengan berdirinya masjid ditengah-tengah kehidupan masyarakat
Saponda pada akhirnya membuat masyarakat itu sendiri menjadi rajin
beribadah.
Budaya-budaya masyarakat Saponda sudah mulai terkikis seiring
berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan adanya transmigrasi dari berbagai
suku mulau dari bugis, tolaki, dan bau-bau. Budaya yang dimaksud
adalah budaya-budaya memberikan sesajen kepada penjaga pulau yang
disebut dengan Moduai Pina. Moduai Pina sendiri adalah menurunkan
pinang sebagai ritual untuk meminta izin pada laut untuk mengelolanya
Masyarakat Saponda menangkpa ikan masih menggunakan bom,
sehingga membuat kedua tangan seorang bapak sudah hilang akibat
terkena bom. Masyarakat Saponda menyukai sesuatu yang instan untuk
mendapatkannya.
Kesadaran Personal Hygiene dan kebersihan, kehigienitas lingkungan
sangat kurang ini terbukti dengan masyarakat buang air di sembarang
tempat seperti di pantai dan hewan ternak di lepas begitu saja sehingga
hewan ternak buang kotoran dimana saja
Anak-anak di pulau Saponda kurang akan perhatian dan kasih sayang ini
terbukti saat kami datang mereka terlihat cari-cari perhatian dan saat
diajak bermain mereka terlihat bahagia daripada bermain sendiri dengan
teman nya
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di pulau Saponda dikucilkan, di
olok-olok, dan dijauhi masyarakat hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan
bagaimana menangani orang dengan gangguan jiwa akhirnya penderita
tidak mendapatkan dukungan sosial yang mengakibatkan penderita tidak
kunjung pulih
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3. (.....................)
Gambar 4. (..........................)
LAMPIRAN II
1. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal : Determinants of health care seeking behavior among rural population
of a coastal area in south india.
Sumber : International Journal Of Scientific Reports.
Penulis : Ramesh Chand Chauhan, Manikandan, Anil J. Purty, Abel Samuel, Zile
Singh.
Tahun : Juni 2015.
Vol. & Hal : Vol 1, NO. 2: 118-122.
Reviewer : Kelompok 1
B. ISI JURNAL
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk memahami proses pengambilan keputusan
dan berbagai faktor (rumah tangga, karakteristik individu, penyakit dan
penyedia layanan) mempengaruhi perilaku mencari perawatan kesehatan
di pedesaan populasi wilayah pesisir di Tamil Nadu.
Metode : Sebuah studi deskriptif berbasis masyarakat dilakukan di daerah pantai
pedesaan distrik Villupuram di Tamil Nadu negara bagian India. Dengan
menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana. Terstruktur
yang telah diuji sebelumnya kuesioner digunakan untuk mengumpulkan
data. Informasi tentang karakteristik sosial-demografis, adanya akut atau
penyakit kronis, perilaku mencari perawatan kesehatan dan alasan tidak
digunakannya fasilitas kesehatan tertentu, dll. Uji chi square diterapkan
untuk menemukan hubungan perilaku mencari perawatan kesehatan
dengan berbagai karakteristik peseta.
Subjek : Subjek dalam penelitian adalah 559 peserta.
Hasil : Di antara 559 peserta penelitian, mayoritas (56,4%) mengunjungi fasilitas
perawatan kesehatan masyarakat untuk berbagai penyakit. Hampir
sepertiga dari peserta studi mengunjungi fasilitas kesehatan swasta dan
11,6 persen lainnya mengunjungi lainnya fasilitas kesehatan termasuk
apotek. Di antara berbagai penyebab, penyakit demam (39,5%) dan rasa
sakit (20,8%) adalah alasan paling umum untuk mengunjungi fasilitas
perawatan kesehatan. Penghasilan individu secara signifikan terkait dengan
HSB (nilai p <0,05). Ketersediaan layanan, bebas biaya dilaporkan sebagai
alasan paling umum untuk memilih fasilitas kesehatan masyarakat. Di sisi
lain, praktisi swasta lebih disukai karena ketersediaan dan kualitas yang
lebih baik.
Kesimpulan : Perilaku pencarian kesehatan orang tergantung pada persepsi
masyarakat tentang kualitas pelayanan kesehatan layanan di pusat
kesehatan. Persepsi masyarakat harus diubah untuk menarik mereka
lebih ke pemerintah rumah sakit dan pusat kesehatan. Itu bisa
dilakukan melalui meningkatkan kualitas perawatan, pemeliharaan
yang tepat fasilitas dan juga dengan menanamkan perhatian dan
simpatik. Sikap profesional kesehatan saat menangani pasien.
Fasilitas perawatan kesehatan umum lebih disukai karena biaya
layanan yang rendah dan HSB bervariasi sesuai jenisnya penyakit dan
pendapatan individu.
Tahun : 2015