Pengertian Assessment
Assessment adalah suatu proses pengamatan, pencatatan,
dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa serta bagaimana
proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan
dengan anak tersebut.
Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan
suatu program, tetapi untuk mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar anak. Harun rasyid dalam bukunya asesmen
perkembangan anak usia dini menjelaskan bahwa asesmen bagi
anak usia dini dan taman kanak-kanak bukan bertujuan untuk
mengukur prestasi dan mencapai keberhasilan skolastik,
melainkan untuk melihat tingkat kemajuan perkembangan serta
kemampuan yang telah dilakukan anak dalam berbagai tindakan,
sikap, kinerja, dan tampilan mereka.
B. Pengertian Intelektual
Intelektual atau juga bisa kita katakan Cendikiawan
merupakan orang yang memakai kecerdasan untuk belajar,
bekerja, mengagas, membayangkan serta menjawab masalah
tentang berbagai gagasan. Kata cendikiawan berasal dai kara
“Chanakya, seorang politikus didalam pemerintahan
chanddragupta dari Kekaisaran Maurya.
C. Asesmen Pemfungsian Inteletual Asesmen
kemampuan dan atau kekurangan intelektual merupakan
salah satu tugas yang dilakukan psikolog, karena ada sebagian
psikolog dan ada masa dimana faktor intelegensi dinilai atau
dianggap paling berperan dalam perkembangan kepribadian dan
ada pendalaman disiplin seseorang dalam melakoni
kehidupannya dibidang apapun.
Berikut ini dikemukakan beberapa alat tes inteligensi yang
umum dipakai dalam asasmen psikologi klinis, khususnya di
Indonesia :
- Stanford – Binet Intelligence Scale
- Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
a. Tes Binet.
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun
1905 di Paris-Prancis. Tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam
inteligensi sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Tes
Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford
Binet Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut
merupakan hasil revisi ketiga dari Terman dan Merril pada
tahun 1960 (Nuraeni, 2012).
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi
berupa sebuah kotak yang berisi berbagai macam mainan yang
akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi
untuk mencatat jawaban beserta skornya, dan sebuah petunjuk
pelaksanaan dalam pemberian tes. Pengelommpokkan tes-tes
dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level
usia, dimulai dari usia 2 tahun sampai dengan usia dewasa.
Meski begitu, dari masing-masing tes yang berisi soal-soal
tersebut memiliki taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda untuk
setiap level usianya. Skala Stanford–Binet dikenakan secara
individual dan pemberi tes memberikan soal-soalnya secara
lisan. Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada
orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam
tesnya. Hal ini karena level tersebut merupakan level intelektual
dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia mental
yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Skala Stanford-Binet
versi terbaru diterbitkan pada tahun 1986. Konsep inteligensi
dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran dalam revisi
terakhir ini dan masing-masing diwakili oleh beberapa tes
(Rohmah, 2011).
2. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).
Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children
(WISC) adalah salah satu tes yang sering dan umum digunakan
di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para psikolog.
Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh
David Wechsler yang mempublikasikannya pada tahun 1939,
dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih global.
Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak
usia 8-15 tahun. Tes WISC terdiri atas tes verbal dan tes
performance. Tes verbal terdiri atas materi perbendaharaan kata,
pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka.
Sedangkan tes performance terdiri atas mengatur gambar,
melengkapi gambar, rancangan balok, merakit objek, mazes dan
simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).
Melalui Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek
kecerdasan anak dan dapat mengukur kemampuan kognitif
seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap
subtes. Andayani (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan
yang diukur oleh masing-masing subtes antara lain:
- Operasi ingatan jangka-panjang, kemampuan untuk
memahami, kapasitas berpikir asosiatif dan juga minat dan
bacaan anak.
- Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis
didalam kegiatan sosial sehari-hari, seberapa jauh akulturasi
sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau
moralitasnya.
- Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari
angka dan operasi angka, yang merupakan pengukuran
perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu
konsentrasi dan perhatian, kemampuan menghubungkan
faktor kognitif dan nonkognitif dalam bentuk berpikir dan
bertindak.
- Kemampuan untuk menerjemahkan masalah dalam bentuk
kata-kata ke dalam operasi aritmatika.
- Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan
kemampuan melihat hubungan penting yang mendasar dari
hal-hal tersebut.
- Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan
ide, jenis dan kualitas bahasa, tingkat berpikir abstrak, dan
ciri proses berpikirnya.
- Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-
bentuk, dan makhluk hidup, dan lebih jauh lagi kemampuan
untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang esensial
dari yang tidak esensial.
Setelah itu, akan dibuat profil berdasarkan skala
Bannatyne dari skor masing-masing subtes. Profil ini menunjuk
pada empat kelompok kemampuan yaitu; (1) Kemampuan
spatial yang mencakup skor pada subtes-subtes yaitu
melengkapi gambar, rancangan balok, dan merakit objek; (2)
Kemampuan konsep yang meliputi skor pada subtes-subtes
pengertian, persamaan, dan perbendaharaan kata; (3)
Pengetahuan serapan yang meliputi skor pada subtes subtes
informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata; dan (4)
Kemampuan mengurutkan yang mencakup skor pada subtes-
subtes rentang angka, mengatur gambar, dan coding (Andayani,
2001).
Melalui profil tersebut dapat memberikan gambaran secara
umum bagaimana kemampuan seorang anak serta dapat
digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar anak (Andayani,
2001). Beberapa penelitian juga telah menggunakan WISC
untuk mengungkap gejala-gejala gangguan klinis pada anak, di
antaranya seperti main brain disfunction/brain damage,
emotional disturbance, learning disabilities, anxiety,
delinquency, dan lain-lain (Mudhar & Rafikayati, 2017).
Pengertian Motorik
Orang awam akan lebih familiar dengan istilah kemampuan
gerak dibandingkan dengan istilah kemampuan motorik ketika
membicarakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Padahal gerak itu sendiri bukan semata mata.
peristiwa jasmaniah atau peristiwa rohaniah saja, akan tetapi
gerakanmanusia seutuhnya meliputi raga, jiwa dan lingkungan.
Tidakada yang salah dengan pemahaman awam itu, karena
yangmereka lihat adalah gerakan tubuh anak, sedangkan
fungsimotorik yang terlibat untuk terwujudnya gerakan itu
tidakterlihat oleh mereka. Namun bagi mereka yang telah
sedikitbelajar dan memahami arti gerak tentu akan mengetahui
ada-nya fungsi motorik yang berperan di dalam gerak itu.
Untuk memperjelas pengertian di atas, barangkali pen-dapat
beberapa ahli berikut ini perlu dipahami terlebih da-hulu.
Gallahue (1997) menyatakan bahwa motorik adalahsuatu dasar
biologi atau mekanika yang menyebabkan ter- jadinya suatu
gerak. Dengan kata lain gerak (movement )adalah kulminasi
dari suatu tindakan yang di dasari olehproses motorik.
Sedangkan Muhibbin (1995) menjelaskanbahwa motorik
merupakan istilah yang menunjukkan pada
TeoriKemampuan DasarMotorik
Tes dan Pengukuran Kemampuan Dasar Motorik hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot, ke-len jar-
kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah).Secara singkat
motorik dapat pula dipahami sebagai segalakeadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan terhadap
kegiatan organ-organ.
I. Instrumen Pemeriksaan
a. Prosedur
Prosedur dalam melakukan tes stimulasi sensomotor terdiri
dari pemeriksaan 2 blok, yaitu blok sensorik dan blok motorik.
Pada tes sensorik terdiri dari tes visual, auditori, pengecapan,
penciuman, taktil, vestibular dan orientasi. Sedangkan pada tes
motorik terdiri dari tonus, kekuatan otot, koordinasi,
keseimbangan dan reflek.
Prosedur dalam menggunakan instrumen:
1. Menggunakan instruksi yang ada di dalam lampiran.
Pengetesan dilakukan 2-3 kali untuk mendapatkan kepastian
respon yang benar bukan karena kesengajaan.
2. Pada pelaksanaan tes perlu dicermati pula tentang:
a) Keterbacaan instrumen meliputi layout, huruf dan
pemahaman instruksi dalam instrumen.
b) Kemudahan mengisi dalam pelaksanaan tes, apakah
mencatat/merekam hasil pengamatan/observasi atau dari
hasil pengetesnya.
c) Pelaksanaan pengetesan yang diamati, apakah pelaksanaan
dapat menjalankan prosedur pengetasan.
d) Respon yang diberikan oleh naracoba dapat disesuaikan
dengan instruksi/ cara pengetesan yang kurang tepat atau
kebetulan .
b. Tujuan
Adapun tujuan dari stimulasi sensomotor adalah untuk
melakukan pemeriksaan sensorik dan motorik yang digunakan
sebagai dasar dalam melakukan intervensi stimulasi sensomotorik
untuk meningkatkan kemampuan fungsi intelegensia.
c. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan tes dibagi dalam 6 kelompok,
yaitu:
1) 0-2 tahun (0-24 bulan)
2) 2-6 tahun (25-72 bulan)
3) 7-12 tahun
4) Remaja (13-17 tahun)
5) Dewasa
6) Lansia
d. Pelaku
Pelaku yang dapat berperan dalam uji coba terapi stimulasi
sensomotor antara lain:
1) Dokter
2) Perawat/ Terapis
3) Pendidik
4) Kader
e. Alat-alat yang diperlukan
1. Blok Sensorik
a) Visual
Alat yang diperlukan antara lain:
1) Kertas karton berwarna merah, putih, kuning dan hitam
berukuran 8 x 8 cm.
2) Bola
3) Penggaris berukuran 30 cm
4) Penggaris berbentuk segitiga.
5) Balok/Kubus.
b) Auditori
Alat yang diperlukan, antara lain:
1) Lonceng
2) Suara siulan atau pluitan
3) Suara ketukan; dapat dihasilkan oleh tangan saat
mengetuk meja.
4) Penutup mata.
c) Pengecapan
Alat yang diperlukan, antara lain:
1) Garam
2) Gula
3) Asam Jawa atau mangga muda.
4) Saos Sambal
5) Makanan yang mempunyai rasa pahit misalnya sayur
pare/kopi
6) Penutup mata.
d) Penciuman
Alat yang diperlukan, antara lain:
1) Parfum
2) Alkohol
3) Kopi
4) Bunga atau buah yang berbau menyengat (kurang
sedap).
5) Penutup mata.
e) Taktil
Alat yang diperlukan, antara lain:
1) Jarum
2) Kapas
3) Air panas
4) Es
5) Pensil atau penghapus.
6) Sisir.
7) Penutup mata.
f) Vestibular
Untuk melakukan tes ini bisa mengikuti instruksi yang ada
pada prosedur untuk mengetes.*
g) Orientasi
Untuk melakukan tes ini bisa mengikuti instruksi yang ada
pada prosedur untuk mengetes.*