Anda di halaman 1dari 22

A.

Pengertian Assessment
Assessment adalah suatu proses pengamatan, pencatatan,
dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa serta bagaimana
proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan
dengan anak tersebut.
Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan
suatu program, tetapi untuk mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar anak.  Harun rasyid dalam bukunya asesmen
perkembangan anak usia dini menjelaskan bahwa asesmen bagi
anak usia dini dan taman kanak-kanak bukan bertujuan untuk
mengukur prestasi dan mencapai keberhasilan skolastik,
melainkan untuk melihat tingkat kemajuan perkembangan serta
kemampuan yang telah dilakukan anak dalam berbagai tindakan,
sikap, kinerja, dan tampilan mereka.

B. Pengertian Intelektual
Intelektual atau juga bisa kita katakan Cendikiawan
merupakan orang yang memakai kecerdasan untuk belajar,
bekerja, mengagas, membayangkan serta menjawab masalah
tentang berbagai gagasan. Kata cendikiawan berasal dai kara
“Chanakya, seorang politikus didalam pemerintahan
chanddragupta dari Kekaisaran Maurya.
C. Asesmen Pemfungsian Inteletual Asesmen
kemampuan dan atau kekurangan intelektual merupakan
salah satu tugas yang dilakukan psikolog, karena ada sebagian
psikolog dan ada masa dimana faktor intelegensi dinilai atau
dianggap paling berperan dalam perkembangan kepribadian dan
ada pendalaman disiplin seseorang dalam melakoni
kehidupannya dibidang apapun.
Berikut ini dikemukakan beberapa alat tes inteligensi yang
umum dipakai dalam asasmen psikologi klinis, khususnya di
Indonesia :
- Stanford – Binet Intelligence Scale
- Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
a. Tes Binet.
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun
1905 di Paris-Prancis. Tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam
inteligensi sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Tes
Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford
Binet Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut
merupakan hasil revisi ketiga dari Terman dan Merril pada
tahun 1960 (Nuraeni, 2012).
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi
berupa sebuah kotak yang berisi berbagai macam mainan yang
akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi
untuk mencatat jawaban beserta skornya, dan sebuah petunjuk
pelaksanaan dalam pemberian tes. Pengelommpokkan tes-tes
dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level
usia, dimulai dari usia 2 tahun sampai dengan usia dewasa.
Meski begitu, dari masing-masing tes yang berisi soal-soal
tersebut memiliki taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda untuk
setiap level usianya. Skala Stanford–Binet dikenakan secara
individual dan pemberi tes memberikan soal-soalnya secara
lisan. Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada
orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam
tesnya. Hal ini karena level tersebut merupakan level intelektual
dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia mental
yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Skala Stanford-Binet
versi terbaru diterbitkan pada tahun 1986. Konsep inteligensi
dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran dalam revisi
terakhir ini dan masing-masing diwakili oleh beberapa tes
(Rohmah, 2011).
2. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).
Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children
(WISC) adalah salah satu tes yang sering dan umum digunakan
di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para psikolog.
Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh
David Wechsler yang mempublikasikannya pada tahun 1939,
dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih global.
Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak
usia 8-15 tahun. Tes WISC terdiri atas tes verbal dan tes
performance. Tes verbal terdiri atas materi perbendaharaan kata,
pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka.
Sedangkan tes performance terdiri atas mengatur gambar,
melengkapi gambar, rancangan balok, merakit objek, mazes dan
simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).
Melalui Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek
kecerdasan anak dan dapat mengukur kemampuan kognitif
seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap
subtes. Andayani (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan
yang diukur oleh masing-masing subtes antara lain:
- Operasi ingatan jangka-panjang, kemampuan untuk
memahami, kapasitas berpikir asosiatif dan juga minat dan
bacaan anak.
- Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis
didalam kegiatan sosial sehari-hari, seberapa jauh akulturasi
sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau
moralitasnya.
- Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari
angka dan operasi angka, yang merupakan pengukuran
perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu
konsentrasi dan perhatian, kemampuan menghubungkan
faktor kognitif dan nonkognitif dalam bentuk berpikir dan
bertindak.
- Kemampuan untuk menerjemahkan masalah dalam bentuk
kata-kata ke dalam operasi aritmatika.
- Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan
kemampuan melihat hubungan penting yang mendasar dari
hal-hal tersebut.
- Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan
ide, jenis dan kualitas bahasa, tingkat berpikir abstrak, dan
ciri proses berpikirnya.
- Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-
bentuk, dan makhluk hidup, dan lebih jauh lagi kemampuan
untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang esensial
dari yang tidak esensial.
Setelah itu, akan dibuat profil berdasarkan skala
Bannatyne dari skor masing-masing subtes. Profil ini menunjuk
pada empat kelompok kemampuan yaitu; (1) Kemampuan
spatial yang mencakup skor pada subtes-subtes yaitu
melengkapi gambar, rancangan balok, dan merakit objek; (2)
Kemampuan konsep yang meliputi skor pada subtes-subtes
pengertian, persamaan, dan perbendaharaan kata; (3)
Pengetahuan serapan yang meliputi skor pada subtes subtes
informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata; dan (4)
Kemampuan mengurutkan yang mencakup skor pada subtes-
subtes rentang angka, mengatur gambar, dan coding (Andayani,
2001).
Melalui profil tersebut dapat memberikan gambaran secara
umum bagaimana kemampuan seorang anak serta dapat
digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar anak (Andayani,
2001). Beberapa penelitian juga telah menggunakan WISC
untuk mengungkap gejala-gejala gangguan klinis pada anak, di
antaranya seperti main brain disfunction/brain damage,
emotional disturbance, learning disabilities, anxiety,
delinquency, dan lain-lain  (Mudhar & Rafikayati, 2017).

b. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS).


Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dikembangkan
oleh David Wechsler. Akibat rasa ketidakpuasan dengan batasan
dari teori Stanford-Binet dalam penggunaannya, khususnya
dalam pengukuran kecerdasan untuk orang dewasa sehingga
dikembangkanlah tes ini. David Wechsler kemudian
meluncurkan tes kecerdasan baru yang dikenal sebagai Wechsler
Adult Intelligence Scale (WAIS) pada 1955. Tes ini digunakan
oleh orang dewasa usia 16-75 tahun atau lebih. Pelaksanaan
tes ini dilakukan secara individu (Maarif et al., 2017). WAIS
menjadi alat tes yang paling populer karena paling banyak
digunakan di dunia saat ini. Tes ini semula bernama Wechsler
Bellevue Intellegence Scale (WBIS). Tes intellegensi ini
memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam bentuk skala
pengukuran ketrampilan verbal dan lima subtes membentuk
suatu skala pengukuran ketrampilan tindakan (Rohmah, 2011).
Maarif (2017) menjelaskan materi tes WAIS terbagi
menjadi 11 subtes. Ada pun sub-sub tes tersebut terdiri atas:
a. Bentuk Verbal:
1. Informasi
2. Pemahaman
3. Hitungan
4. Persamaan
5. Rantang Angka
6. Perbendaharaan Kata
b. Bentuk Performance:
1. Simbol Angka
2. Melengkapi Gambar
3. Rancang Balok
4. Mengatur Gambar
5. Merakit Objek
2.   Asesmen Pemfungsian Neuropsikologis
Melibatkan tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan atau
kekurangan dalam fungsi otak. Terdapat kegiatan psikologi klinis
dalam asesmen neuropsikologis,

yaitu : Pertanyaan-pertanyaan asesmen neuropsikologis yang


memerlukan jawaban.Asesmen neuropsikologis berusaha untuk
menunjuk kehadiran dan lokasi dari cedera otak dengan menjawab
enam pertanyaan seperti
 Apakah gangguan otak jelas lokasinya atau kabur ?
 Apakah gangguan bersangkutan dengan pergeseran jaringan
atau penyakit jaringan ?
 Apakah gangguan bersifat progresif atau non progresif
 Apakah gangguan akut atau kronik
 Apakah disfungsi itu ortganik atau fungsional
 Mungkinkah “ minimal brain disfunction “

Marianne Frostig Developmental Test of Visual Perception


yang telah direvisi tahun 1966 ini (selanjutnya disebut Tes Frostig)
merupakan salah satu tes pengukur kemampuan persepsi
visual yang sangat terkenal dalam kaitannya dengan kesulitan
belajar.
Marianne Frostig (1906-1985) dilahirkan di Wina, Austria. Ia
menerima gelarnya sebagai pekerja sosial anak-anak dari College
of Social Welfare, Wina, Austria, Tahun 1926. Beberapa tahun
kemudian, ia dan suaminya yang seorang neuropsikiatris bekerja di
sebuah Rumah Sakit Psikiatrik di Polandia sebelum ia menerima
posisi di Amerika Serikat. Ketika kaum Nazi Jerman menyerang
Polandia, mereka membunuhi setiap orang di rumah sakit.
Di Amerika Serikat, Frostig menerima gelar BA pertama yang
pernah dikeluarkan New School for Social Research (1984).
Sebelum itu Frostig menerima gelar MA (1940) dari Claremont
Graduate School, kemudian gelar Ph.D.(1955) dari Universitas
California Selatan. Ia jatuh sakit dan meninggal ketika mengikuti
tur ceramah di Jerman.
Didasarkan atas rasa percaya bahwa setiap orang merupakan
individu yang unik yang perlu dinilai dan diperlakukan sedemikian
khusus, Frostig tertarik untuk menemukan pendidikan/perawatan
yang paling tepat untuk masing-masing anak. Ia menganggap
bahwa pendidikan harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
semua anak, khususnya mereka yang karena berbagai alasan,
menganggap bahwa belajar itu sulit. Bagi Frostig, anak bermasalah
adalah anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi. Buku Education
for Dignity dimaksud sebagai pedoman yang praktis bagi guru
kelas biasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut
Alat tes perkembangan untuk persepsi visual Frostig (The
Marianne Frostig Development test of Visual Perception) adalah
tes pertama yang memisahkan berbagai kemampuan visual.
Sebelum ini, semua masalah visual dikelompokkan bersama-sama.
Ia berhenti sebagai direktur dari Marianne Frostig Center for
Education Therapy tahun 1972.

Tes pendengaran adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mengukur seberapa baik fungsi pendengaran seseorang.
Fungsi pendengaran yang normal terjadi ketika getaran suara
bergerak ke dalam telinga seseorang dan menyebabkan
gendang telinga (membran timpani) bergetar.

 Tes Persepsi Pendengaran


Pusat pendengaran dan beberapa kemampuan visual-
motorik memiliki kaitan yang erat. Kami akan memeriksa 9
kemampuan yang berbeda. Ambang Batas Kemampuan Visual–
adalah waktu minimum dimana Anda mampu memisahkan 2
stimulus visual. Kemampuan ini sangat penting untuk mencerna
informasi tertulis. Meningkatkan kecepatan otak dalam
mencerna dan mengolah informasi.
Ambang Batas Kemampuan Pendengaran–adalah waktu
minimum dimana Anda mampu memisahkan 2 stimulus
pendengaran. Jika kemampuan ini membutuhkan waktu yang
terlalu lama, Anda mungkin mengalami kesulitan untuk
membedakan plosif penting b-d, g-k, atau p-t dari satu ke yang
lainnya. Hal ini akan menyebabkan Anda kesulitan dalam
memahami Bahasa lisan.
Pendengaran Spasial (Terarah) – adalah waktu minimum
saat Anda mampu menebak arah sumber suara. Memungkinkan
pelatihan pendengaran spasial (terarah) yang tepat. Sangat
penting untuk mampu merasakan suara terutama bahasa secara
selektif.
Dari arah suara yang berbeda, Untuk dapat menentukan
arah suara, Juga untuk mengabaikan suara yang tidak perlu.
Membedakan Nada–adalah kemampuan membedakan antara
dua nada yang berbeda. Kemampuan vital untuk membedakan
vokal dan menguraikan kode dari suara melodi. Sangatlah
penting untuk kemampuan bicara dan untuk pemahaman Bahasa
Irama–kemampuan tercepat dalam mengikuti irama.
 
Kemampuan untuk mengubah stimulasi pendengaran yang
dirasakan dan mengubahnya menjadi sebuah gerakan secepat
mungkin Sangat penting untuk kemampuan berpikir, berbicara
dan menulis
Untuk melatih koordinasi hemispheric.
Auditory Choice Reaction–memisahkan dua nada berbeda
dan memberikan reaksi secepat mungkin. Sangat mutlak untuk
mengidentifikasi waktu fonem (pengucapan) dan grafem
(membaca) Bereaksi cepat dan fokus pada stimulasi
pendengaran tanpa bantuan visual Frequency Pattern
Recognition–menyelesaikan pola pendengaran dengan cepat dan
akurat
Persayaratan penting yang diperlukan untuk memisahkan
aliran stimulasi pendengaran yang terus menerus selama proses
dan identifikasi percakapan. Duration Pattern Recognition -
menyelesaikan pola pendengaran dengan cepat dan akurat.
Persayaratan penting yang diperlukan untuk memisahkan aliran
stimulasi pendengaran yang terus menerus selama proses dan
identifikasi percakapan.
Ingatan Jangka Pendek (keampuan untuk mengingat dan
mengulangi jumlah suku kata yang khas (untuk usia diatas satu
tahun, tetapi tidak lebih dari 6 tahun)). Kemampuan ini sangat
penting untuk dapat memahami makna sebuah teks dengan
cepat. Kemampuan ini diukur dengan mengulangi item dari 2-3-
4-5-6 suku kata dengan kecepatan 4 suku kata/ detik.
Persepsi haptic merupakan proses untuk mengenali
berbagai objek melalui sentuhan. Ini melibatkan kombinasi dari
penginderaan dengan pola dan tekstur pada permukaan kulit
manusia. Manusia dapat mengenal dan secara akurat
mengidentifikasi objek 3 dimensi melalui sentuhan. Ini
melibatkan proses eksplorasi seperti menggerakkan jari melalui
permukaan luar dari objek atau memegang keseluruhan objek di
tangan.
Persepsi haptic mengandalkan pada kekuatan pengalaman
dalam sentuhan. Gibson mendefinisikan sistem haptic sebagai
sensibilitas dari individu terhadap dunia di luar dari tubuhnya
dengan menggunakan tubuhnya. Gibson menekankan pada
hubungan dekat antara persepsi haptic dan pergerakan tubuh,
Konsep persepsi haptic terkait dengan penggunaan suatu alat
seperti tongkat . Pengalaman persepsual seara transparan
ditransfer pada penggunaan alat tersebut.

 Pengertian Motorik
Orang awam akan lebih familiar dengan istilah kemampuan
gerak dibandingkan dengan istilah kemampuan motorik ketika
membicarakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Padahal gerak itu sendiri bukan semata mata.
peristiwa jasmaniah atau peristiwa rohaniah saja, akan tetapi 
gerakanmanusia seutuhnya meliputi raga, jiwa dan lingkungan.
Tidakada yang salah dengan pemahaman awam itu, karena
yangmereka lihat adalah gerakan tubuh anak, sedangkan
fungsimotorik yang terlibat untuk terwujudnya gerakan itu
tidakterlihat oleh mereka. Namun bagi mereka yang telah
sedikitbelajar dan memahami arti gerak tentu akan mengetahui
ada-nya fungsi motorik yang berperan di dalam gerak itu.
Untuk memperjelas pengertian di atas, barangkali pen-dapat
beberapa ahli berikut ini perlu dipahami terlebih da-hulu.
Gallahue (1997) menyatakan bahwa motorik adalahsuatu dasar
biologi atau mekanika yang menyebabkan ter- jadinya suatu
gerak. Dengan kata lain gerak (movement )adalah kulminasi
dari suatu tindakan yang di dasari olehproses motorik.
Sedangkan Muhibbin (1995) menjelaskanbahwa motorik
merupakan istilah yang menunjukkan pada

 TeoriKemampuan DasarMotorik 
Tes dan Pengukuran Kemampuan Dasar Motorik hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot, ke-len jar-
kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah).Secara singkat
motorik dapat pula dipahami sebagai segalakeadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan terhadap
kegiatan organ-organ.

I.      Instrumen Pemeriksaan
a.    Prosedur
Prosedur dalam melakukan tes stimulasi sensomotor terdiri
dari pemeriksaan 2 blok, yaitu blok sensorik dan blok motorik.
Pada tes sensorik terdiri dari tes visual, auditori, pengecapan,
penciuman, taktil, vestibular dan orientasi. Sedangkan pada tes
motorik terdiri dari tonus, kekuatan otot, koordinasi,
keseimbangan dan reflek.
Prosedur dalam menggunakan instrumen:
1.    Menggunakan instruksi yang ada di dalam lampiran.
Pengetesan dilakukan 2-3 kali untuk mendapatkan kepastian
respon yang benar bukan karena kesengajaan.
2.    Pada pelaksanaan tes perlu dicermati pula tentang:
a)    Keterbacaan instrumen meliputi layout, huruf dan
pemahaman instruksi dalam instrumen.
b)   Kemudahan mengisi dalam pelaksanaan tes, apakah
mencatat/merekam hasil pengamatan/observasi atau dari
hasil pengetesnya.
c)    Pelaksanaan pengetesan yang diamati, apakah pelaksanaan
dapat menjalankan prosedur pengetasan.
d)   Respon yang diberikan oleh naracoba dapat disesuaikan
dengan instruksi/ cara pengetesan yang  kurang tepat atau
kebetulan .

b.    Tujuan
Adapun tujuan dari stimulasi sensomotor adalah untuk
melakukan pemeriksaan  sensorik dan motorik yang digunakan
sebagai dasar dalam melakukan intervensi stimulasi sensomotorik
untuk meningkatkan kemampuan fungsi intelegensia.
c.     Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan tes dibagi dalam 6 kelompok,
yaitu:      
1)    0-2 tahun (0-24 bulan) 
2)     2-6 tahun (25-72 bulan)
3)    7-12 tahun
4)    Remaja (13-17 tahun)
5)    Dewasa
6)    Lansia                    
                                                        
d.    Pelaku
Pelaku yang dapat berperan dalam uji coba terapi stimulasi
sensomotor antara lain:
1)        Dokter
2)        Perawat/ Terapis
3)        Pendidik
4)        Kader
e.    Alat-alat yang diperlukan
1.    Blok Sensorik
a)      Visual
Alat yang diperlukan antara lain:
1)      Kertas karton berwarna merah, putih,  kuning dan hitam
berukuran 8 x 8 cm.
2)      Bola
3)      Penggaris berukuran 30 cm
4)      Penggaris berbentuk segitiga.
5)      Balok/Kubus.
b)        Auditori
Alat yang diperlukan, antara lain:
1)      Lonceng
2)      Suara siulan atau pluitan
3)      Suara ketukan; dapat dihasilkan oleh tangan saat
mengetuk meja.
4)      Penutup mata.
c)       Pengecapan
Alat yang diperlukan, antara lain:
1)    Garam
2)    Gula
3)    Asam Jawa  atau mangga muda.
4)    Saos Sambal
5)    Makanan yang mempunyai rasa pahit misalnya sayur
pare/kopi
6)    Penutup mata.
d)      Penciuman
Alat yang diperlukan, antara lain:
1)    Parfum
2)    Alkohol
3)    Kopi
4)    Bunga atau buah yang berbau menyengat (kurang
sedap).
5)    Penutup mata.
e)      Taktil
Alat yang diperlukan, antara lain:
1)    Jarum
2)    Kapas
3)    Air panas
4)    Es
5)    Pensil atau penghapus.
6)    Sisir.
7)    Penutup mata.
f)       Vestibular
Untuk melakukan tes ini bisa mengikuti instruksi yang ada
pada prosedur untuk mengetes.*
g)      Orientasi
Untuk melakukan tes ini bisa mengikuti instruksi yang ada
pada prosedur untuk mengetes.*

             2.      Blok Motorik


Alat Pengukur waktu jam atau stopwatch (khusus untuk
mengukur keseimbangan).

Pada blok motorik yang terdiri dari tonus, kekuatan otot,


koordinasi, keseimbangam dan reflek dapat dilakukan mengikuti
instruksi yang ada pada prosedur untuk mengetes. Tes ini tidak
dapat dilakukan pada anak usia 0-2 tahun, karena 0-2 tahun
hanya dapat dilakukan dari tes dasar pada tes visual, auditori,
pengecapan, penciuman dan taktil.
Memori atau daya ingat adalah kemampuan individu untuk
menyimpan informasi dan informasi tersebut dapat dipanggil
kembali untuk dipergunakan beberapa waktu kemudian. Memori
merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, karena segala
bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan
memori individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan
informasi yang diterima sepanjang waktu. Tanpa memori,
individu tidak dapat merefleksikan dirinya sendiri, karena
pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang
berkesinambungan, yang hanya dapat terlaksana dengan adanya
memori. Proses ingat dan lupa tidak terlepas dari proses belajar
dan mengingat. Ke dua proses ini tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kunci keberhasilan dalam proses kehidupan. Orang
yang dapat mengingat dengan baik umumnya mempunyai
kemampuan belajar yang baik pula (Sidiarto & Kusumoputro,
2003). Memori merupakan bagian dari fungsi kognitif yang
meliputi beberapa fungsi antara lain : (1) fungsi reseptif, yang
melibatkan kemampuan untuk mendapatkan informasi, (2)
fungsi memori dan belajar, di mana informasi yang didapat,
disimpan dan dapat dipanggil kembali, (3) fungsi berpikir, yaitu
cara mengorganisasi dan mereorganisasi informasi, (4) fungsi
ekspresif, yaitu informasi yang diperoleh kemudian
diinformasikan dan digunakan (Sari, 2006).
Menurut Purna dan Kinasih (2015), ada tiga tahapan dalam
proses memori, yaitu: (1) Encoding, yaitu proses pemasukan
pesan atau informasi. Informasi yang diterima melalui semua
indera akan diubah bentuknya sedemikian rupa sehingga dapat
disimpan dalam otak. Proses pengubahan informasi menjadi
simbol atau gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan
peringkat yang ada pada organisme ini yang disebut encoding.
Untuk dapat menyimpan informasi ke memori jangka pendek,
kita harus memperhatikan informasi tersebut. Memori jangka
pendek hanya berisi hal-hal yang kita pilih saja. Pemasukan
pesan atau encoding tidak berarti bahwa informasi langsung
dimasukkan ke dalam ingatan, tetapi informasi tersebut
dimasukkan ke dalam ingatan dalam bentuk atau kode tertentu.
Kode itu dapat berupa kode visual, kode bunyi, atau kode
akustik untuk mempertahankan informasi itu agar tetap aktif. (2)
Storage Stage, yaitu tahap penyimpanan informasi. Ini adalah
tahap untuk menyimpan atau mempertahankan informasi yang
telah disusun. (3) Retrieval Stage, yaitu tahap di mana informasi
yang telah disimpan dapat dipanggil kembali (Purna dan
Kinasih, 2015). Secara psikologis model penyimpanan memori
berkaitan dengan rentang waktu memori yang dapat
dipertahankan dan terbagi dalam 3 golongan : memori sensori
(sensory memory), memori jangka pendek (short term memory),
memori jangka panjang (long term memory) (Atkinson dkk.,
2012).
 tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan
dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya
terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran
terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis.

Azwar Annas (2012) menuliskan tes menurut beberapa


pakar sebagai berikut:
1.      R.L. Ebel dan D.A. Frisbie dalam bukunya Essentials of
Educational Measurement mengungkapkan, “ Test is a
measure containing a set of questions, each of which can be
said have a correct answer” yang berarti tes
adalah ukuran yang
mengandung serangkaian pertanyaan, yang masing-
masing dapat dikatakan memiliki jawaban yang benar.
2.      G. Sax dalam bukunya Principles of Educational and
Psychological Measurement and
Evaluation mengungkapkan, “ Any planned procedure or
series of tasks used to obtain observation”yang berarti setiap
prosedur yang direncanakan atau serangkaian tugas yang
digunakan untuk memperoleh observasi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan tes adalah suatu


pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh
informasi tentang objek atau sasaran tes yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar untuk memperoleh observasi. 
Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan
dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya
terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran
terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis.
Tes penalaran induktif mengukur kemampuan yang
penting untuk menyelesaikan masalah. Tes tersebut juga disebut
tes penalaran abstrak atau tes gaya diagramatik. Tes penalaran
induktif mengukur kemampuan untuk secara fleksibel
menangani informasi yang tidak dikenal dan menemukan solusi.
Orang yang nilainya baik dalam tes ini memiliki kemampuan
besar untuk berpikir baik secara konseptual maupun analitikal.

Anda mungkin juga menyukai